Allah Swt dalam Alquran mewajibkan kita untuk menuntut ilmu, baik
secara langsung ataupaun tidak langsung, baik secara formal ataupun secara non
formal. Seperti wahyu yang pertama kali turun yaitu iqra, artinya bacalah!
Perintah membaca dalam ayat ini secara langsung mengandung rmakna perintah
menuntut ilmu. Sedangkan yang secara tidak langsung untuk menuntut ilmu, di
masih banyak lagi istilah-istilah lain dalam Alquran yang kesemuanya merupakan
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
Ayat ini menyatakan bahwa dengan ilmu derajat seseorang akan terangkat,
baik di hadapan Allah atapun di mata manusia. Baik atau buruknya sebuah ilmu,
bukan karena keberadaan ilmunya melainkan karena niat atau tujuan orang yang
240
memiliki ilmu tersebut. Diibaratkan seperti pisau, tergantung siapa yang
memilikinya, atau menggunakannya. Jika pisau dimiliki oleh orang jahat, maka
pisau itu bisa digunakan untuk membunuh, merampok atau mencuri. Tetapi jika
dimiliki oleh orang baik, maka pisau itu bisa digunakan untuk memotong hewan
qurban, mengiris bawang, membelah ikan, atau digunakan untuk hal-hal yang
bermanfaat, baik bagi dirinya ataupun orang lain. Selain itu, Ilmu merupakan
sarana utama menuju kebahagiaan hidup, juga merupakan pondasi utama dan
pertama sebelum berkata-kata dan berbuat. Dengan ilmu, manusia dapat memiliki
dunia, dan dengan ilmu pula, manusia menggapai kehidupan akhirat. Oleh karena
itu, di samping banyak ayat Alquran, juga banyak Hadits yang mewajibkan
َوَما َكـا َن م َن الْ ُم ْؤمنُـ ْو َن ليَـْنف ُر َكافّةً فَـلَ ْوالَنـَ َفَرم ْن ُك ّل فَرقٍَة مْنـ ُه ْم طَائ َفةً ليَـتَـ َف ّق ُهوأ ِف ال ّديْن َوليُـْنذ ُرْوا
قَـ ْوُم ُه ْم اذأ َر َجعُ ْو الَْيه ْم لَ َعلّ ُه ْم ََْي َذ ُرْو َن
"Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi kemedan perang,
apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya " (QS. al-
Taubah, 9: 122).
ين َال يَـ ْعلَ ُمو َن إهَّنَا يـَتَ َذ هك ُر أ ُْولُوا ْاْلَلْبَاب ه ه
َ ين يَـ ْعلَ ُمو َن َوالذ
َ َه ْل يَ ْستَوي الذ
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
241
ٍ س ابن مال
ضةً َعلى ُك ّل
َ ْب الْع ْلم فَـ ْريُ َال َر ُس ْول هللا صلى هللا عليه وسلـم طَل َ َك قَ َل ق َ ُ ْ ٍ َْع ْن اَن
ب ه ْ ُم ْسل ٍم ووض ًع الع ْلم عْن َد َغْيـ ُر ْأهله َك ُمقلّد
َ اْلَنَا زيْر ْْلَْوَهَرولَ ْلؤلَُؤ َوالذ َه
"Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah saw, bersabda: Mencari ilmu itu
wajib bagi setiap muslim, memberikan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya
seperti orang yang mengalungi babi dengan permata, mutiara, atau emas"
ilmu adalah perintah lansung dari Allah Swt, karena orang yang menuntut ilmu
akan diangkat derajatnya oleh Allah beberapa derajat. Kemudian ayat yang kedua
menjelaskan bahwa diwajibkan untuk menuntut ilmu agama dan kedudukan orang
yang menuntut ilmu harus mampu menjadi pengingat bagi orang yang tidak tau
masalah agama serta mampu menjaga diri dari hal-hal yang bisa menjerumuskan
simbolik, bahwa orang yang berilmu, nasibnya tentu berbeda dengan orang yang
tidak berilmu.
dieprintah, bahkan secara hukum adalah “wajib”. Kewajiban itu berlaku bagi
setiap umat Islam, anak-anak maupun orang dewasa dan tidak ada alasan untuk
tidak melakukannya. Ilmu yang wajib pertama diketahui oleh settiap muslim
242
adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tata cara peribadatan kepada Allah Swt
yang salah tidak akan dapat diterima oleh Allah Swt. Sedangkan orang yang
mengajarkan ilmu kepada orang yang tidak mengetahui atau tidak paham maka
hasilnya akan sia-sia. Maksudnya, ilmu itu harus disampaikan sesuai dengan taraf
berfikir si penerima ilmu, memberikan ilmu secara tidak tepat diibaratkan kita
emas atau mutiara yang sangat berharga, maka monyet tersebut tetap tidak akan
dapat menerimanya.
Siswa atau mahasiswa adalah orang yang belajar kepada guru atau dosen.
Oleh karena itu, siswa yang harus menentukan kualitas seorang guru. Dalam arti
lain, bahwa sebelum belajar, siswa atau bersama orang tuanya terlebih dahulu
Jika setelah ia masuk sekolah, kemudian siswanya kurang pintar setelah mendapat
pelajaran yang ditransfer guru (atau sang guru tidak dapat memberikan metode
terbaik pada saat pelajaran diberikan), atau sang siswa tidak mampu mengikuti
pelajaran yang diberikan guru. Dua kemungkinan ini, sangatlah lumrah. Yang
pasti sang guru tidak mau disalahkan alias guru beralasan bahwa siswa tersebut
memang tidak mampu mengikuti pelajaran atau ia memiliki IQ rendah. Kalau mau
jujur, guru pun harus dapat mengevaluasi metode yang digunakan dalam
pendidikan, apakah sesuai dengan tingkat kecerdasan, tingkat usia, tingkat emosi
243
dan sebagainya. Hal ini perlu dilakukan oleh seorang guru, agar ilmu yang
ditransfer dapat diterima dengan baik. Selain itu seorang siswa pun harus
mengakomodir segala yang diberitakan oleh guru dalam segala hal yang
berhubungan dengan pendidikan, dengan tujuan agar siswanya itu menjadi orang
yang berguna.
Seorang siswa wajib berbuat baik kepada guru dalam arti menghormati,
memuliakan dengan ucapan dan perbuatan, sebagai balas jasa atas kebaikan yang
diberikannya. Siswa berbuat baik dan berakhlak mulia atau bertingkah laku
Allahg. Sabda Rasulullah Saw: “Muliakanlah orang yang kamu belajar darinya”.
karena barang siapa yang memuliakan mereka berarti ia memuliakan aku”. (HR.
Abul Hasan Al-Mawardi). Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah berkata: “Saya
adalah seorang hamba bagi orang yang mengajariku walaupun satu huruf”
Kedua, guru adalah orang yang sangat mulia. Dalam sejarah Islam
disebutkan, bahwa pada suatu hari Nabi Muhammad Saw ke luar rumah. Tiba-tiba
beliau melihat ada dua majlis yang berbeda. Majlis yang pertama adalah orang-
orang yang beribadah yang sedang berdoa kepada Allah dengan segala kecintaan
kepada-Nya, sedang majlis yang kedua ialah majlis pendidikan dan pengajaran
yang terdiri dari guru dan sejumlah murid-muridnya. Melihat dua macam majlis
yang berbeda Nabi bersabda: “Adapun mereka dari majlis ibadah mereka sedang
berdoa kepada Allah. Jika Allah mau, Allah menerima doa mereka, dan jika Allah
244
mau, Allah menolak doa mereka. Tetapi mereka yang termasuk dalam majlis
pengajaran manusia. Sesungguhnya aku diutus Allah adalah untuk menjadi guru.
(HR. Ahmad).
Ketiga, guru adalah orang yang sangat besar jasanya dalam memberikan
ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan mental kepada siswa. Bekal ini
jika diamalkan jauh lebih berharga dari pada harta benda. Orang yang ingin
sukses di dunia dan akhirat harus dengan ilmu. Sabda Rasulullah Saw: “Barang
siapa yang menghendaki dunia, wajib ia mempunyai ilmu. Barang siapa yang
menghendaki dunia dan akhirat kedua-duanya, wajib juga mempunyai ilmu. (HR.
Ahmad).
Keempat, dilihat dari segi usia, maka pada umumnya guru lebih tua dari
pada muridnya, sedangkan orang muda wajib menghormati orang yang lebih tua.
Sabda Rasulullah Saw: “Bukan dari umatku, orang yang tidak sayang kepada
yang lebih muda dan tidak menghargai kehormatan yang lebih tua.” (HR. Abu
Daud dan Turmudzi). Kemudian banyak cara yang dapat dilakukan seorang siswa
berikut:
245
5. Jangan berjalan dihadapannya.
Selain itu akhlak murid terhadap guru, seperti yang diungkapkan oleh Ibnu
Jama’ah adalah bahwa murid harus mengikuti guru yang dikenal berakhlak baik,
mengikuti guru yang tinggi ilmunya tetapi tidak saleh, tidak waras, atau tercela
akhlaknya. Murid harus mengikuti dan mematuhi guru. Menurut ibn jama’ah rasa
hina dan kecil di depan guru merupakan pangkal keberhasilan dan kemuliaan. Ia
memberikan umpama lain, yaitu penuntut ilmu ibarat orang lari dari kebodohan
seperti lari dari singa ganas. Ia percaya kepada orang penunjuk jalan lari. Selain
itu, murid harus mengagungkan guru dan meyakini kesempurnaan ilmunya. Orang
yang berhasil hingga menjadi ilmuwan besar, sama sekali tidak boleh berhenti
menghormati guru.
Kemudian murid juga harus mengingat hak guru atas dirinya sepanjang
hayat dan setelah wafa. Ia menghormati sepanjang hidup guru, meski wafat.
terhadap perlakuan kasar atau akhlak buruk guru. Hendaknya berusaha untuk
246
memaafkan perlakuan kasar, turut memohon ampun dan bertaubat untuk guru
serta harus menunjukkan rasa berterima kasih terhadap ajaran guru. Melalui itulah
harus menunjukan rasa ingin tahu tinggi terhadap informasi. Murid tidak
mendatangi guru tanpa izin lebih dahulu, baik guru sedang sendiri maupun
bersama orang lain. Jika telah meminta izin dan tidak memperoleh. Ia tidak boleh
mengulangi minta izin. Jika ragu apakah guru mendengar suaranya, ia bisa
mengulanginya paling banyak tiga kali. Ia harus duduk sopan di depan guru.
Missalnya, duduk bersila dengan tawadu’, tenang, diam, posisi duduk sedapat
mungkin berhadapan dengan guru, atentif terhadap perkataan guru sehingga tidak
Bekomunikasi dengan guru secara santun dan lemah- lembut. Ketika guru
keliru baik khilaf atau karena tidak tahu, sementara murid mengetahui, ia harus
sampai guru menyadari kekeliruan. Bila setelah menunggu tidak ada indikasi guru
mengungkapkan satu soal, atau kisah atau sepenggal sair yang sudah dihafal
247
(mengutamakan yang kanan). Ketika memberi sesuatu kepada guru. Harus
menjaga sikap wajar, tidak terlalu dekat hingga jaraknya terkesan mengganggu
guru. Tidak pula terlalu jauh hingga harus merentangkan tangan secara berlebihan
memperbanyak ulama, dan meraih pahala. Ia akan memperoleh pahala dari orang
yang ilmunya akan berpangkal kepadanya. Selain itu, juga berharap keberkahan
dari doa dan kasih sayang mereka, menginginkan agar tergolong dalam mata
rantai para pembawa ilmu dari Rasulullah Saw dan termasuk golongan para
Nya.
Hal itu karena mengajarkan ilmu merupakan salah satu urusan terpenting
dalam agama dan merupakan kedudukan tertinggi bagi orang mukmin. Rasulullah
Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah, malaikat, penghuni langit dan bumi, bahkan
semut di liangnya pada bershalawat untuk para pengajar kebaikan kepada umat
kami dari ilmu dengan penghalang apapun dan jangan Engkau cegah kami darinya
248
ilmu, pengeruh, penyebab terhalang dan terhindarkan darinya”. Berikut ini adalah
1. Sabar terhadap murid yang niatnya tidak lurus. Seorang guru hendaknya
menghindari sikap tidak mau mengajar murid yang tidak tulus niatnya,
berkah dari ilmu itu sendiri. Karena itu, seorang guru secara bertahap
harus memotivasi murid agar memiliki tujuan belajar yang luhur, baik
dengan sesuatu yang menurut guru terpuji, dan menjauhkan murid dari apa
murid yang dipandang masih mungkin dapat ditolerir, disertai upaya untuk
cara yang keras dan kasar. Dalam tindakannya itu, guru bertujuan untuk
tingkah lakunya.
249
4. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami saat mengajar. Ketika
5. Menerima masalah yang dibawa oleh murid dan sabar dengannya, dan
6. Di saat mau duduk, maka harus memuliakan orang yang telah duduk
7. Tidak takabur dengan semua orang, bukan hanya dengan muridnya saja,
kecuali bagi orang yang suka melakukan aniaya, maksiat dan bangga
terhadapnya.
250
perkataan atau tingkah laku, karena itu akan membantu dan memberi
10. Memberi perhatian lebih kepada murid yang bodoh di saat mengajar,
kebodohannya.
11. Tidak boleh malu dan takut mengatakan “saya tidak tahu” atau “ Wallahu
‘alam” apabila ada satu-satu masalah yang tidak diketahuinya atau kurang
Nabi Saw pernah ditanyai oleh seorang laki-laki, tentang negeri yang
paling buruk, kemudian nabi menjawab: “saya tidak tahu, saya akan
jibril As, jibril menjawab: “saya tidak tahu, saya akan tanyakan kepada
Allah Swt”.
13. Jangan takut mencabut pernyataan atau i’tikad yang nyata salah pada
kemudian hari, sekalipun kebenaran itu datang dari orang yang derajatnya
lebih rendah.
agama murid itu, atau lainnya, seperti ilmu sihir, ilmu nujum
251
15. Mencegah murid mempelajari ilmu yang bersifat fardhu kifayah sebelum
selesai dari ilmu yang bersifat fardhu ‘ain. Fardhu ‘ain yang untuk
16. Segala sesuatu yang diajarkan, harus dikerjakan oleh dirinya sendiri
terlebih dahulu, sebelum diajarkan kepada orang lain, supaya orang lain
yang timbul dari perbuatan lebih kuat pengaruhnya dari pengetahuan yang
belum pantas disebut sebagai seorang guru, atau syara’ tidak menganggapnya
sebagai seorang guru, dan segala sesuatu yang diajarkannya, tidak akan menemui
252