Anda di halaman 1dari 11

Makalah

Hadist Tematik

Di
S
U
S
U
N

Oleh
Tgk. H. Anas Hasbi, S.H.i

PASCA SARJANA
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirabbil’alamin berkat rahmat-Nya dan karunia-Nya yang

tak terhingga di limpahkan kepada kita semua sehingga karena itu juga penulis

dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang beejudul antrapologi pernikahan

islam

Tak lupa sholawat serta salam semoga Allah SWT. senantiasa

melimpahkan-Nya dan mencurahkan-Nya pada penghulu kami baginda Nabi

Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan kita semua selaku

umatnya semoga mendapatkan syafaat di Yaumil Akhir nanti.

Penulis menyadari dalam makalah yang disusun dengan sedemikian rupa

belum sempurna seperti yang ada dalam benak dan harapan pembaca semua

karena penulis hanya manusia biasa yang tak luput dari salah dan dosa karena

kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua baik penulis

selaku penyusun maupun pembaca.

Madat , 28 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK..............................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................4
A. Latar Belakang...............................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................4
C. Tujuan Makalah.............................................................4

BAB II PEMBAHASAN.......................................................5
A. Pendidikan Puasa Untuk Anak.......................................5
B. Cara Mengajarkan Anak Berpuasa.................................6

BAB III PENUTUP...............................................................8


A. Kesimpulan....................................................................8
B. Saran...............................................................................8

DAFTAR PUSTAKA............................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengalaman menjalankan puasa yang dilakukan orang dewasa dan orang

tua akan menjadi sebuah proses pembelajaran bagi anak-anak yang pada

waktunya akan memulai ibadah serupa dengan mencontoh apa yang telah

dilakukan orang tua mereka.

“Pendidikan agama, termasuk pendidikan puasa harus dilaksanakan sedini

mungkin, yaitu sejak usia balita dan pra sekolah dengan membuat suasana

berpuasa di lingkungan hidup anak pada hari-hari puasa,” kata Hanny

Muchtar Darta, (Chief of Children Supporter PT Radani Tunas Bangsa

Emotional Intelligence (EI) Center.) Pendekatan secara positif untuk

mengenalkan puasa kepada anak-anak bisa dimulai pada usia dini dengan

menciptakan suasana berbeda dengan hari-hari biasa misalnya dengan

mengubah waktu ibu memasak di dapur dari pagi hari menjadi siang atau sore

hari, tidak menempatkan makanan matang di meja makan, orang dewasa

yang berpuasa menolak ditawari makanan atau minuman.

B. Rumusan Masalah

1. Pendidikan puasa pada anak

2. Cara mendidik anak berpuasa

C. Tujuan

1) untuk menemukan bagaimana cara mendidk anak untuk berpuasa

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Puasa Pada Anak

Al Hakim dan Abu Dawud meriwayatkan dari Ibnu Amr Bin Al-Ash. Dari

Rasulullah SAW. Bahwa beliau bersabda : “Perintahkan anak-anakmu menjalankan

ibadah shalat jika mereka berusia tujuh tahun. Dan jika mereka sudah berusia

sepuluh tahun, maka pukullah mereka jika tidak mau melaksanakannya dan

pisahkanlah tempat tidur mereka.” Dari perintah shalat ini kita bisa menyamakan

dengan puasa dan haji. Kita latih anak-anak untuk melakukan puasa jika mereka

kuat, dan haji jika mampu. Rahasianya adalah, agar anak dapat mempelajari hukum

ibadah ini sejak masa pertumbuhannya. Sehingga ketika anak tumbuh besar, ia telah

terbiasa melakukan dan terdidik untuk mentaati Allah SWT, melaksanakan hak-Nya,

bersyukur kepada –Nya.

Pengalaman menjalankan puasa yang dilakukan orang dewasa dan orang tua

akan menjadi sebuah proses pembelajaran bagi anak-anak yang pada waktunya akan

memulai ibadah serupa dengan mencontoh apa yang telah dilakukan orang tua

mereka.

“Pendidikan agama, termasuk pendidikan puasa harus dilaksanakan sedini mungkin,

yaitu sejak usia balita dan pra sekolah dengan membuat suasana berpuasa di

lingkungan hidup anak pada hari-hari puasa,” kata Hanny Muchtar Darta, (Chief of

Children Supporter PT Radani Tunas Bangsa Emotional Intelligence (EI) Center.)

Pendekatan secara positif untuk mengenalkan puasa kepada anak-anak bisa dimulai

pada usia dini dengan menciptakan suasana berbeda dengan hari-hari biasa misalnya

dengan mengubah waktu ibu memasak di dapur dari pagi hari menjadi siang atau

sore hari, tidak menempatkan makanan matang di meja makan, orang dewasa yang

berpuasa menolak ditawari makanan atau minuman.

Ulama sepakat bahwa anak kecil yang belum balig tidak wajib melaksanakan
5
puasa Ramadhan. Bagi anak perempuan, tanda balignya adalah dengan mengeluarkan

darah haid. Sedangkan bagi anak laki-laki, ditandai dengan keluarnya sperma akibat

mimpi basah. Batas minimal usianya sembilan tahun (kalender hijriyyah). Jika darah haid

atau sperma itu belum keluar hingga ia menginjak usia 15 tahun (kalender Hijriyah),

maka anak tersebut sudah dianggap balig.

Meskipun belum diwajibkan melaksanakan puasa Ramadhan, bagi anak kecil

tetap dianjurkan untuk dilatih berpuasa. Sehingga ketika ia sudah menginjak usia balig, ia

sudah siap melaksanakan puasa Ramadhan satu bulan penuh. Ia sudah tidak kaget dan

terbiasa berpuasa.

Terkait dengan anjuran melatih puasa anak sejak kecil atau sebelum usia balig,

Imam Al-Bukhari di dalam kitab Shahihnya telah membahas satu bab khusus yang

berjudul “Bab Shaumi As-Shibyan / bab puasanya anak-anak kecil”. Bahkan di samping

judul bab itu, beliau mengutip atsar dari Sayyidina Umar r.a. yang pernah berkata kepada

orang yang mabuk di bulan Ramadhan, ‘Celakalah kamu, padahal anak-anak kecil kami

sudah berpuasa.’ Lalu, beliau memukul lelaki pemabuk itu. Dalam riwayat Imam Al-

Baghawi, pukulan Umar r.a. tersebut sebagai had/hukuman atas tindakan minuman keras.

Atsar Sayyidina Umar r.a. tersebut menunjukkan bahwa anak-anak kecil pada zamannya

sudah dilatih untuk berpuasa. Kemudian, Imam Al-Bukhari menyebutkan riwayat yang

bersumber dari Sahabat dari kalangan perempuan bernama Ar-Rubayyi’ binti

Mu’awwidz, ia berkata,

‫َأْر َس َل الَّنِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َغ َداَة َعاُشوَر اَء ِإَلى ُقَر ى اَأْلْنَص اِر َم ْن َأْص َبَح ُم ْفِط ًر ا َفْلُيِتَّم َبِقَّي َة َيْو ِم ِه َو َم ْن َأْص َبَح‬

‫َص اِئًم ا َفلَيُص ْم َق اَلْت َفُكَّن ا َنُص وُم ُه َبْع ُد َو ُنَص ِّو ُم ِص ْبَياَنَنا َو َنْج َع ُل َلُهْم الُّلْعَب َة ِم ْن اْلِعْه ِن َف ِإَذ ا َبَك ى َأَح ُدُهْم َع َلى الَّطَع اِم‬

‫َأْع َطْيَناُه َذ اَك َح َّتى َيُك وَن ِع ْنَد اِإْل ْفَطاِر‬

“Suatu pagi di hari Asyura’, Nabi saw. mengirim petugas ke perkampungan kaum Anshar

(untuk menyampaikan), ‘Siapa yang tidak berpuasa sejak pagi hari, maka ia harus

menggantinya pada hari yang lain, dan siapa yang sudah berpuasa sejak pagi hari, maka

hendaklah ia melanjutkan puasanya.’ Ia (Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz) berkata, ‘Setelah


6
itu, kami berpuasa, kami juga mendidik anak-anak kecil kami untuk berpuasa, dan kami

buatkan untuk mereka mainan dari bulu domba. Apabila salah seorang dari mereka

menangis meminta makanan, maka kami beri ia permainan itu hingga tiba waktu berbuka

puasa.”

Imam Muslim juga meriwayatkan hadis tersebut di dalam kitab Shahihnya.

Namun, ada beberapa tambahan redaksi dalam periwayatannya. Seperti ia menambahkan

keterangan bahwa perkampungan kaum Anshar itu berada di sekitar Madinah dan Ar-

Rubayyi’ itu membawa anak-anak kecil ke dalam masjid lalu dibuatkan mainan dari bulu

domba.

Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Fathul Bari menjelaskan bahwa

sekelompok ulama salaf yang di antaranya adalah Ibnu Sirrin, Az-Zuhri, dan Imam As-

Syafii mensunnahkan untuk memerintah anak-anak kecil berpuasa jika mereka mampu

melaksanakannya. Lalu, kapan anak kecil itu dilatih untuk berpuasa? Pada usia berapa?

Ulama dari kalangan Syafi’i memberi batasan anak kecil itu layak untuk dilatih berpuasa

adalah usia 7 dan 10 tahun. Hal ini diqiyaskan pada hadis anjuran memerintahkan anak-

anak yang usianya sudah mencapai 7 tahun untuk melaksanakan shalat dan dipukul

(dengan pukulan mendidik) di usianya yang ke 10 jika meninggalkan shalat.

‫ «ُم ُر وا َأْو اَل َد ُك ْم ِبالَّص اَل ِة َو ُهْم‬: ‫ َقاَل َر ُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم‬: ‫ َقاَل‬،‫ َعْن َج ِّد ِه‬،‫ َعْن َأِبيِه‬،‫َعْن َع ْمِر و ْبِن ُش َعْيٍب‬

‫ َو ُهْم َأْبَناُء َعْش ٍر َو َفِّر ُقوا َبْيَنُهْم ِفي اْلَم َض اِج ِع» رواه أبو داود‬،‫ َو اْض ِر ُبوُهْم َع َلْيَها‬، ‫َأْبَناُء َسْبِع ِس ِنيَن‬.

Dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda,

“Perintahlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat saat mereka usia 7 tahun,

pukullah mereka yang tidak melaksanakannya saat mereka usia 10 tahun, dan pisahkan

mereka dalam tempat tidurnya.” (H.R. Abu Daud)

Imam Ibnu Hajar di dalam Fathul Barinya menjelaskan bahwa hadis riwayat Ar-

Rubayyi’ tersebut menunjukkan puasa Asyura’ itu berhukum wajib sebelum

diwajibkannya puasa Ramadhan. Hadis Ar-Rubayyi’ juga menjadi hujjah/dalil

disyariatkannya melatih anak-anak kecil untuk berpuasa. Hal yang perlu diperhatikan
7
pada hadis riwayat Ar-Rubayyi’ tersebut juga adalah metodenya dalam melatih anak-

anak berpuasa. Ia membuat mainan yang dapat melupakan anak-anak kecil itu pada rasa

lapar dan haus. Metode ini dapat dikembangkan oleh orang tua dengan cara-cara yang

lebih modern.

Metode melatih puasa anak-anak kecil itu dapat dilakukan dengan bertahap.

Anak-anak pada awalnya dibangunkan malam hari untuk ikut sahur bersama keluarga.

Setelah itu, dicoba agar ia tidak makan sampai pukul 9 pagi, lalu baru boleh makan dan

minum ketika mendengar azan Dhuhur, Asar, dan Maghrib. Tentunya, setiap orang tua

dapat melatih anak-anaknya berpuasa di bulan Ramadhan dengan metodenya masing-

masing yang disesuaikan dengan kondisi anak-anak itu.

B. Cara Mengajarkan Anak Berpuasa

1. Di usia 4 tahun sampai 8 tahun mereka masih dalam masa tumbuh dan sedang asik

– asiknya bermain. Ajarkan pengertian puasa pada mereka. Kemudian ajak mereka

untuk langsung latihan puasa.

2. Melatih puasa bagi anak pada awal – awal latihan tidak harus sampai sehari penuh.

Pastikan anak latihan puasa setengah hari dulu dan mereka berhasil. Beri motivasi

terus sampai mereka dapat menyelesaikan puasa satu hari penuh. Beri anak pujian jika

mereka dapat melakukannya, ini akan menjadikan mereka bersemangat dalam

menjalankan puasanya.

3. Temani anak dalam menjalankan puasa. Ajarkan juga mereka manfaat shalat dan

zikir. Dengan adanya orang tua disamping mereka ini akan membuat anak tambah

bersemangat dan termotivasi karena melihat orang tuanya yang juga berpuasa. Anak

akan berpikir bagaimana orang tua mereka tetap dapat melakukan segala macam

pekerjaan rumah dengan tetap menjalankan puasa.

4. Ajarkan anak tentang pahala puasa dan manfaat puasa. Anak – anak sangat senang

mendengarkan cerita – cerita tentang puasa dari orang tua mereka. Ini menuntut orang

tua untuk aktif dalam memberikan manfaat pendidikan karakter bagi anak berpuasa.
8
Anak juga akan semakin kreatif karena sering mengajukan pertanyaan tentang puasa

yang ingin mereka ketahui.

5. Ketika hari pertama tiba, berikan pujian secara langsung dan spesifik atas perilaku

positif yang telah ditunjukkannya sehingga dia merasa dihargai, merasa nyaman dan

semakin merasa percaya diri dalam melakukan kegiatan barunya sebab banyak orang

tua tidak sampai hati menyuruh anaknya berpuasa, karena takut kurus atau sakit.

6. Tindakan orang tua yang membiarkan anaknya tidak pernah terlatih melakukan

puasa atau sengaja tidak mau menyuruh atau melatih anak berpuasa karena kasihan

kepada anak,

merupakan sikap yang seharusnya dihindari. “Mempersiapkan puasa kepada anak

selagi dini sudah selayaknya dilakukan orang tua yang menginginkan anak-anaknya

menjadi generasi berakhlak mulia”

BAB III
PENUTUP

9
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Pengalaman menjalankan puasa yang dilakukan orang dewasa dan orang tua

akan menjadi sebuah proses pembelajaran bagi anak-anak yang pada waktunya

akan memulai ibadah serupa dengan mencontoh apa yang telah dilakukan orang

tua mereka.

“Pendidikan agama, termasuk pendidikan puasa harus dilaksanakan sedini

mungkin, yaitu sejak usia balita dan pra sekolah dengan membuat suasana

berpuasa di lingkungan hidup anak pada hari-hari puasa,” kata Hanny Muchtar

Darta, (Chief of Children Supporter PT Radani Tunas Bangsa Emotional

Intelligence (EI) Center.) Pendekatan secara positif untuk mengenalkan puasa

kepada anak-anak bisa dimulai pada usia dini dengan menciptakan suasana

berbeda dengan hari-hari biasa misalnya dengan mengubah waktu ibu memasak

di dapur dari pagi hari menjadi siang atau sore hari, tidak menempatkan

makanan matang di meja makan, orang dewasa yang berpuasa menolak ditawari

makanan atau minuman.

DAFTAR PUSTAKA

10
Al-Djamali, Fadhil. 1993. Menerabas Krisis Pendidikan Dunia Islam.

Jakarta: IKAPI.

Ali, Marpuji, dkk. 2010. Buku Kultum: Integritas Iman, Ilmu, dan Amal.

Magelang: PMW Jateng.

Junaidi, Mahfud. 2010. Ilmu Pendidikan Islam: Filsafat dan Pengembangan.


Semarang: RaSAIL Media Group.

Musa, M. Yusuf. 1988. Al-Qur’an dan Filsafat.

Jakarta: PT Magenta Bhakti Guna.

Praja, Juhaya S.. 2002. Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam.

Jakarta: Teraju.

Qadir, C.A. 1988. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam diterjemahkan
dari Philosophy and Science in the Islamic World.

Jakarta: IKAPI.

Qomar, Mujamil. 2012. Merintis Kejayaan Islam Kedua: Merombak Pemikiran


dan Mengembangkan Aksi.

Yogyakarta: Teras.

11

Anda mungkin juga menyukai