Anda di halaman 1dari 9

KECERDASAN MATEMATIS-LOGIS PADA ANAK USIA DINI

Kecerdasan matematis-logis atau logiko-matematis merupakan kecerdasan yang diunggulkan dan


diakui sejak lama. Berbagai tes psikometrik memberikan ruang yang luas untuk kecerdasan ini,
dan menjadi salah satu indicator terkuat untuk menilai anak didik ke dalam dua dikotomi dasar,
yakni cerdas dan tidak cerdas. Temuan gardner atas multiple intelligences, semakin menguatkan
keberadaan kecerdasan yang bertumpu pada numerik-logis ini.

Setiap pendidik AUD, baik di TPA,KB maupun TK mutlak menstimulasi kcerdasa


matematis-logis semua anak didiknya. Keberhasilan stimulasi tersebut dapat mmberikan dampak
yang sangat luas dalam perkembangan anak karena hamper tidak ada aktivitas berkehidupan dan
berkarir yang lepas dari kecerdasan ini. Tugas ini menuntut kecakapan pendidik untuk
merencanakan program stimulasi, termasuk juga penggunaan media, alat peraga, dan penilaian
pencapaian, serta kemauan utuk melaksanakan program dengan sungguh-sungguh. Sebelum
tugas stimulasi dilakukan, seorang pendidik dituntut mampu mendeteksi setiap kecerdasan
melalui observasi perilaku bagi kemunculan setiap indicator kecerdasan matematis-logis pada
setiap anak didik.

Setelah membaca dengan cermat modul 3 ini, anda diharapkan memiliki kemampuan
untuk menerapkan berbagai kegiatan guna membentuk anak usia 2-6 tahun mengembangkan
kecerdasan matematis-logisnya secara optimal. Secara lebih khusus, tujuan yang diharapkan
dapat anda capai setelah mempelajari modul ini adalah:

1. Dapat menyebutkan indicator umum dari kecerdasan matematis-logis


2. Dapat menjelaskan konsep kecerdasan matematis-logis berdasarkan pandangan multiple
intelleginces
3. Dapat menjelaskan indicator kecerdasan matematis logis pada anak usia 2-6 tahun
4. Mampu menerapkan cara-cara ang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan
matematis logis anak usia 2-6 tahun

Tujuan tersebut merupakan dasar pemahaman kecerdasan matematis logis pada anak usia
dini. Untuk mengantarkan anda ke tujuan tersebut, isi modul kan di organisasikan kedalam 2
kegiatan belajar.

Kegiatan belajar 1 : pengertian kecerdasan matematis logis pada anak usia dini
Kegiatan belajar 2 : cara mengembangkan kecerdasan matematis logis pada anak usia dini

Agar anda dapat mempelajari modul 3 ini dengan baik, sebaiknya anda ikuti petunjuk belajar
berikut ini.

Pertama : bacalah seluruh bacaan modul dengan cermat, dan pahamilah informasi yang
dikandungnya.

Kedua : kaitkan konsep yang baru anda peroleh dengan konsep atau pengetahuan lama yang
telah anda kuasai.

Ketiga ; kaitkan konsep yang telah terolah dengan pengalaman mendidik di TPA, KB atau
TK dan buatlah perencanaan penerapan kecerdasan matematis-logis.

PENGERTIAN KECERDASAN MATEMATIS-LOGIS PADA ANAK USIA DINI

Pada kegiatan belajar 1 ini anda akan belajar tentang pengertian kecerdsan matematislogis
pada anak usia dini. Agar pengertian anda relative luas, berikut akan disajikan pengetahuan
tentang kecerdasan tentang matematis-logis secara lengkap. Silahkan dan baca dengan
sesama kegiatan belajar 1 ini.

Pada kegiatan belajar 1 ini, kita akan membahas tentang (1) definisi kecerdasan matematis-
logis, (2) komponen pembentukan kecerdasan matematis-logis, (3) indicator kecerdasan
matematis-logis pada individu, dan (4) indicator kecerdasan matematis yang dimiliki anak
usia 2-6 tahun.

a. Definisi kecerdasan matematis-logis


Kecerdasan matematis logis didefinisikan sebagai kemampuan mengguakan angka
dengan baik dan melakukan penalaran yang benar. Kemampuan ini, meliputi kemampuan
menyelesaikan masalah, mengembangkan masalah, dan menciptakan sesuatu dengan
angka dan penalaran (amstrong,1999). Cerdas secara matematis-logis berarti cerdas
angka dan cerdas dalam hukum logika berfikir
Kecerdasan matematis logis (sebelum ditemukan kecerdasan naturalis) mencakup
berbagai macam pikiran, yaitu mencakup 3 bidang yang saling berhubungan yakni
matematika, ilmu pegetahuan (sains), dan logika (lihat champbell, 2002).
Kecerdasan matematis logis adalah kemampuan untuk menangani bilangan dan
perhitungan, pola dan pemikiran logis dan ilmiah. Hubungan antara matematika dan
logika adalah bahwa keduanya secara ketat mengikuti hukum dasar. Ada konsistensi
pemikiran logis. Hukum logika menjelaskan bagaimana argumentasi disusun, bukti dan
syarat dinyatakan serta kesimpulan dibuat. Hukum logika melahirkan pemikiran ilmiah
karena hipotesis timbul de novo atau mealui pengamatan, dan diuji melalui percobaan
(elwin, et.al.,2005).
b. Komponen kecerdasan matematis-logis
Komponen inti dari kecerdasan matematis logis meliputi kepekaan pada pola-pola dan
hubungan logis, pernyataan serta dalil seperti “jika-maka” dan sebab-akibat, fungsi logis,
dan abstraksi abstraksi lain.
Kecerdasan matematis-logis memiliki proses yang khas. Proses tersebut meliputi :
1. Kategorisasi yakni penyusunan berdasarkan kategori ; penggolongan berdasarkan
kriteria tertentu;
2. klasifikasi, yakni pnggolongan berdasarkan kaidah atau standar tertentu;
3. pengambilan kesimpulan;
4. generalisasi, yakni penyimpulan umum dari suatu kejadian, hal, atau data;
5. penghitungan, yakni kegiatan numerical, seperti kalkulasi dan menghitung; dan
6. pengujian hipotesis, yakni kegiatan mmeriksa dan mencoba sesuatu untuk mengethui
kebenaran dari perkiraan atau dugaan.

Kecerdasan matematis-logis meliputi juga kepekaan heuristic, yakni kepekaan untuk


mempertanyakan hal-hal yang mengundang rasa ingin tahu. Kecerdasan ini, meliputi
juga kemampuan menemukan alternatif solusi dari suatu masalah (sesederhana papun
masalah itu) dan kemampuan menemukan fitur-fitur (ciri khusus) sesuatu dalam
kegiatan mengamati.
c. Sistem neurologis kecerdasan matematis-logis
Kecerdasan matematis-logis memiliki wilayah primer di hemisfer kiri bagian depan atau
lobus frontal dan hemisfer kanan bagian atas atau pariental lobus frontal pada otak sering
dipandang sebagai area akademik atau kognitif. Lobus ini betugas, antara lain berfikir,
membaut perencanaan, memecahkan masalah, dan melakukan penilaian. Lobus frontal
pada hemifer kiri memiliki tugas kalkulasi dan penghitungan yang rumit.
Lobus pariental adalah pusat sensorik. Dengan rasa, seseorang dapat merasakan tangan,
kaki, kepala, serta mengetahui posisi diri dalam ruangan, seperti kanan/kiri,
depan/belakang. Inilah yang menjadi dasar pengertian lokasi yang diperlukan dalam
berhitung, penulisan bilngan, dan bentuk geometri (markam,2003)

d. Indicator kecerdasan matematis logis


Kecerdasan matematis logis mulai muncul pada masa kanak-kanak dan meledak pada
masa remaja dan awal masa dewasa. Wawasan matematis tingkat tinggi akan menurun
setelah usia 40 tahun (amstrong, 2003)
Kecerdasan matematis-logis memiliki indicator, antara lain sebagai berikut
1. Dapat menghitung angka diluar kepala dengan mudah dan tepat
Mereka mencapai perkembangan optimal mampu memecahkan soal matematika dari
yang paling sederhana (mencongak) hingga perhitungan yang rumit.
2. Menyukai bidang matematika/ilmu pasti.
Mereka menikmati kegiatan berhitung, menggunakan rumus, senang mempelajarinya
hinga mencapai tahap ahli.
3. Senang bermain game/ memecahkan teka-teki yang menuntut penalaran dan berfikir
logis.
Mereka mampu memenangkan permainan catur, mengisi teka-teki silang dengan
cepat dan baik, dan memiliki strategi-strategi yang lebih baik untuk permainan-
permainan lain.
4. Senang membuat eksperimen dari pertanyaaan.
Mereka menggunakan hukum logika untuk membuat hipotesis dan mengujinya
dengan eksperimen. Pada dasarnya mereka selalu ingin tahu “apa yang akan terjadi
jika….”. ekperimen membuat mereka menemukan bukti yang meyakinkan.
Ksperimen menunjukkn bahwa orang cerdas dalam matematis-logis tidak menyukai
perkiraan, estimasi, dan pertanyaan yang menggantung.
5. Selalu mencari pola, keteraturan, urutan logis dalam berbagai hal
Mereka sangat tertarik dengan pola dalam geometri, mudah menemukan pola yang
tersembunyi dalam suatu peristiwa, mampu menyelesaikan masalah dalam kimia
(pola atom), seni (pola dalam motif keramik, lukisan, seni kriya), dan tata surya
(perputaran planet dalam garis orbit).
6. Tertarik pada perkembangan-perkembangan baru dibidang sains
Mereka selalu mengikuti berbagai temuan baru, mengikuti jurnal-jurnal terbaru dan
hasil di berbagai belahan dunia.
7. Tertarik pada hal yang melibatkan penjelasan rasional
Mereka cenderung hati-hati, tidak apriori, dan mendengarkan penjelasan yang masuk
akal. Mereka tidak mudah percaya pada kabar yang beredar, tidak mudah mengikuti
dugaan public, tetpi justru sebaliknya mecari penjelasan logis dibalik fenomena.
8. Mampu berfikir dngan konsep yang jelas, abstrak, tanpa kata dan gambar.
Mereka memiliki dasar berfikir yang didasarkan pada penalaran dan bukti yang benar,
disusun secara sistematis, dan mampu menemukan hubungan antar fenomena.
Mereka mampu menemukan konsep dasar permasalahan walaupun masalah tersebut
tidak dimunculkan diharapannya secara jelas dan indrawi.
9. Peka terhadap kesalahan penalaran dalam perkataan dan tindakan orang lain.
Mereka tidak mudah terkecoh oleh gaya bicara atau karisma seeorang. Orang yang
berkembang dengan baik dalam matematis-logis mampu menangkap celah kesalahan
penalaran pada pembicara dan ketidaksingkronan dalam bertindak seseorang itu.
Mereka mampu menemukan keganjilan yang paling halus yang tidak dapat ditangkap
orang biasa.
10. Senang apabila segala sesuatu dikur, dikategorikan, dianalisis, atau dihitung julahnya
dengan cara tertentu.
Oleh karena senang kepastian, pemolaan, kejelasan, dan ketelitian, orang-orang yang
berkembang dalam matematis-logis selalu bekerja dalam kriteria, kategori, dan sistem
yang memiliki sistem matematis-logis. Mreka menyebutkan jumlah secara pasri,
menganalisis secara teliti, dan mengelompokkan sesuatu secara rapi.

e. Indicator kecerdasan matematis-logis anak usia dini


Anak-anak yang mempunyai kecerdasan matematis-logis cenderung berfikir secara
numeric dan dalam konteks pola, urutan logis, sebab-akibat, dan kategorial. Pada masa
kanak-kanak inilah, penjelajahan berbagai pola, kategori, hubungan sebab-akibat dimulai
(gardner,1993). Anak-anak secara aktif memanipulasi lingkungan (seperti kategori
mainan), bereksperimen dengan berbagai hal menggunakan cara-cara yang terkendali
(seperti mencelupkan benda dalam air untuk mengetahui posisi benda dalam air), dan
mendekatkan benda-benda pada magnet.
Anak-anak yang cerdas dalam matematis-logis cenderung terus bertanya dan ingin tahu
tentang sebab-sebab suatu peristiwa atau gejala dilingkungannya, seperti mengapa ada
petir, banjir, gempa bumi, dan gunung meletus. Mereka juga cenderung memilih
permainan yang memerlukan pemikiran dan strategi.
Pada anak-anak, kecerdasan matematis logis muncul dalam indikator berikut.
1. Anak memiliki kepekaan terhadap angka, senang melihat angka (anak usia 2-6 tahun)
dan cepat menghitung. benda-benda yang dimiliki (usia KB dan TK) cepat menguasai
symbol angka dan pembilangan, mengindetifikasi dengan baik angka pada uang, serta
mampu membilang dengan cepat (usia TK)
2. Anak tertarik dan terlibat dengan computer dan kalkulator. Anak usia (2-3 tahun)
suka bermain kalkulator, memencet-mencet dan senang melihat angka keluar. Anak
usia 3-4 tahun dapat memainkan game sederhana, mengidentifikasi kesamaan angka
di keypad dan di layar. Anak usia 4-6 tahun dapat memanfaatkan kalkulator untuk
menambah dan mengurang, tetapi masih kesulitan membaca angka dalam jumlah
banyak (diatas seratusan).
3. Anak sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebab-akibat suatu gejala atau
fenoenal seperti “mengapa catnya lengket?”, “mengapa ada jentik-jentiknya?”,
“mengapa kepalanya pusing?”. Anak usia 2-3 tahun sering mengajukan pertanyaan
berulang, anak usia 3-4 tahun lebih banyak melakukan probing (atau pertanyaan
mengejar), dan anak usia 4-5 tahun mampu bertanya dengn hipotesis yang didasarkan
pada dugaan atau pengetahuan, seperti “kalau hujan, banjir ya?”
4. Anak menyukai permainan yang menggunakan logika, strategi, dan pemikiran, seperti
maze, catur. Anak usia 2-3 tahun sudah menunjukkan minat terhadap permainan ini
tetapi belum menunjukkan kemampuan memainkannya. Anak 3-4 tahun sudah dapat
main maze sederhana, tetapi masih cepat bosan apabila maze terlalu rumit. Mereka
juga pura-pura memainkan catur (tau beberapa nama bidak catur: tetapi belum dapat
menunjukkannya dengan benar dan belum menguasai aturan permainannya). Anak 4-
6 tahun sudah tertarik dengan maze, tetapi belum dapat bermain catur dengan baik.
Sebagian kecil anak dapat mengetahui beberapa aturan berjalan bidak catur, tetapi
masih menggunakan strategi menyerang sederhana (hanya bertujuan memakan bidak
sebanyak-banyaknya).
5. Anak dapat menjelaskan masalah-masalah ringan secara logis seperi mengapa takut,
mengapa perut menjadi kenyang, mengapa terjatuh, mengapa teman menjadi marah.
Anak usia 2-4 tahun dapat menjelaskan bahwa dia jatuh terkena batu, lapar karena
belum makan, haus karena belum minum susu. Anak usia 4-6 tahun dapat
menjelaskan peristiwa secara lebih logis bahwa ia terjatuh karena terantuk batu
karena dia berlar terlalu kencang dan tidak melihat batu.
6. Anak dapat membuat perkiraan suatu akibat dan memikirkan eksperimen sederhana
untuk membuktikan dugaan. Anak usia 2-4 tahu kalau air diberi gula akan manis, air
diberi garam akan asin. Anak usia 4-6 tahun tahu kalau gula terlalu banyak,minuman
akan sangat manis. Ketika memasukkan susu bubuk setengah sendok ke 150cc air
hangat, anak usia dibawah 4 tahun mengatakan bahwa susunya tidak enak, tetapi anak
usia 4-6 tahun dapat menganalisis bahwa susu bubuknya kurang banyak jadi tidak
enak.
7. Anak menghabiskan banyak waktu untuk bermaindan membutuhkan kemampuan
konstruksi, seperti menyusun balok, memasang angka-angka dan memasangkan
gambar. Anak usia dibawah 3 tahun dapat emasangkan angka dengan usia yang keras.
Mereka masih sering memaksa memasukkan angka 1 ke lubang angka 7, angka 2 ke
5, dan sebaliknya. Anak KB dapat memasukkan angka-angka kedalam tempatnya
dengan lebih mudah. Mereka juga dapat menyusun puzzle walaupun masih terbatas
pada 2 sampai 4 potongan. Anak usia 4-6 tahun yang ditengarai cerdas dalam
matematis-logis dapat melakukan perminan konstruksi dengan lebih baik, memasang
puzzle dalam 5 potongan.
8. Anak suka menyusun sesuatu secra steril, kategori, dan hirarkial, seperti menata balok
berdasarkan urutan besar hingga kecil, mengelomokkan berdasar bentuk geometri.
Anak yang ditengarai cerdas secara matematis-logis menunjukkan pola piker serian
sejak usia 3-4 tahun. Mereka menata sepatu dengan cara tertentu, ada yang kecil ke
besar, ada yang besar- kecil-besar seperti (bapak-anak-ibu). Anak usia 3-4 tahun
menunjukkan penataan yang lebih jelas. Baok merah dijadikan satu dengan balok
merah, kuning dengan kuning, biru dengan bitu. Meskipun demikian mereka
mengalami kesulitan ketika mengelompokkan benda dengan berbagai kriteria. Anak
usia 4-6 tahun dapat mengelompokkan daun berdasarkan besar-kecil, berdasarkan
bentuk daun, dan berdasarkan warna daun.
9. Anak mudah memahami penjelasan sebab-akibat dan mudah mencerna fenomena
yang dilihat yang terkait dengan logika jika-maka dan sebab-akibat. Anak yang
cerdas dalam matematis-logis lebih terlihat “cepat paham” terhadap penjelasan dan
peristiwa yang dilihat langsung. Mereka bahkan selalu bertanya tentang sebab
musabab suatu fenomena, “kalau hujan-hujanan nanti bisa masuk angina ya, bu? Air
masuk ya, bu?” (pertanyaan yang diajukan ketika pendidik melarang anak berhujan-
hujan supaya tidak masuk angina) di TK anak yang menonjol dalam matematis logis
sering memberikan pernyataan sebab-akibat, seperti “kalau kamu tidak mau makan,
nanti perutmu sakit lo!” “kalau tidak minum nanti kita bisa mati, lo! Kan kering.
Lehernya dulu, terus dadanya,terus perutnya, terus semuanya. Seperti tandurnku
(tanamanku) juga mati karena tidak disirami”.
10. Anak suka melihat buku yang mmuat gambar-gambar pengetahuan alam, teknologi,
transportasi. Anak usia 2-6 tahun senang menikmati gambar-gambar yang memuat
guung merapi, lava pijar, gambar binatang, senang menikmati gambar berbagai jenis
mobil, pesawat terbang, helicopter. Anak TK mengolaborasi kesenangannya ini
dengan menirunya menggambar.
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan matematis-logis sudah muncul
sejak anak berusia 2-3 tahun. Indicator yang muncul adalah kepekaan terhadap angka,
senang melihat angka, tertarik dan terlibat dengan kalkulator, senang mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang sebab-akiat, menyukai alat perminan maze dan catur
(tetapi belum mampu bermain), dapat menjelaskan masalah-masalah ringan secara
logis, membuat perkiraan suatu akibat dan memikirkan eksperimen sederhana untuk
membuktikan dugaan, mengahabiskan banyak waktu untuk bermain yang
membutuhkan kemampuan konstruksi, suka menyusun sesuatu secara serial, kategori,
dan hirarkial, suka melihat buku yang memuat gambar-gambar pengetahuan alam,
teknologi, transportasi. Hanya saja bentuk yang muncul masih sederhana dan mereka
belum mampu sepenuhnya memahami penjelasan tentang suatu sebab-akibat. Aak TK
menunjukkan semua indicator dalam bentuk yang masih sederhana. Mereka belum
mampu berfikir abstrak dan lebih banyak berada pada tataran “menyukai” dan
“tertarik”

Anda mungkin juga menyukai