DAFTAR PUSTAKA
Adi W. Gunawan. (2003). Born to Be a Genius. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Anne Anastasi & Susana Urbina, (2007). Tes Psikologi. Penerjemah: Robertus
Moustafa, K. S. & Miller, T. R. (2003). Too Intelligent For The Job ? The Validity
of Upper-Limit Cognitive Ability Test Scores In Selection, Sam Advanced
Management Journal. Vol. 68.
Ngalim Purwanto. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Robbins, Stephen P. & Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi Buku 1.
Lex Mckee. (2008). The Accelerated trainer. Penerjemah: Mustofa B.
Santoso. Bandung: Kaifa.
Saifuddin Azwar, (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Saifuddin Azwar, (2013). Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sirod Hantoro dan Pardjono, 1995. Menggambar Mesin I. Yogyakarta: Hanindita.
Sri Rumini. (1995). Psikologi Pendidikan. FIP IKIP Yogyakarta: UPP IKIP
Yogyakarta.
Suryabrata, Sumadi. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafind
Sudjana, N. & Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pandidikan. Bandung:
Sinar Baru Agesindo.
Yusuf, Syamsu. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun Tugas Akhir Skripsi FT UNY. (2013). Buku Pedoman Penyusunan
Tugas Akhir Skripsi. Yogyakarta: FT UNY.
Tulus Tuu. (2004). Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:
Grasindo.
Winkel, W.S,. (1991). Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah: PT.
Grasindo. Jakarta.
KECERDASAN LINGUISTIC/BAHASA
Kecerdasan linguistik merupakan kemampuan untuk menggunakan dan
mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis seperti
dimiliki para pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, pemain
KECERDASAN SPASIAL
Seorang anak yang memiliki kecerdasan ini dalam menggunakan gambar
biasanya lebih mengingat wajah ketimbang nama, suka menggambarkan ideidenya atau membuat sketsa untuk membantunya menyelesaikan masalah, dia
juga senang membangun atau mendirikan sesuatu, senang dengan bongkar
pasang, senang bekerja dengan bahan-bahan seni seperti kertas, cat, spidol,
atau crayon, senang menonton film atau video, memperhatikan gaya berpakaian
atau hal sehari-hari lainnya, senang mencorat-coret, mengingat hal-hal yang
telah dipelajarinya dalam bentuk gambar-gambar. 17Thomas Amstrong, Setiap
Anak Cerdas: Panduan Membantu Anak Belajar dengan Memanfaatkan Multiple
Intelligence-nya, terj. Rina Buntaran
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/novidha/perkembangan-biologisdan-perseptual-anak_55003a63a333111d72510100
Proses aktivitas perseptual ada tiga tahap yaitu sensasi, persepsi, dan atensi.
Sensasi berlangsung ketika terjadi kontak antara informasi dengan indra. Baik itu
indra mata, telinga, hidung, kulit atuapun lidah. Degan demikian, sensasi
merupakan proses indrawi. Persepsi adalah interprestasi dari lanjutan informasi
yang ditangkap oleh indra tadi. Persepsi merupakan proses pengolahan informasi
lebih lanjut dari aktifitas sensasi. Dan atensi mengacu kepada selektifitas
persepsi. Dengan atensi kesadaran seseorang akan tertuju kepada suatu objek
atau informasi dengan mengabaikan objek objek lainnya atau lebih tepatnya
hasil dari sensasi dan persepsi tadi. Untuk lebih memahami ketiga prose aktifitas
perseptual kita akan melihat contoh berikut ini. Ani pergi ke pasar untuk
membeli buah. Di pasar buah buah Ani kebingungan memlih antara buah buah
yang dijual,diantarany banyak buah buahan yang dijual mata Ani tertuju pada
dua jenis buah yaitu apel dan jeruk (sensasi). Dalam pikiran Ani mengamati, apel
itu berwarna merah segar,besar,dan terlihat matang sedangkan jeruk
ituberukuran bulat kecil berwarna orange tapi tidak terlihat segar (persepsi).
Setelah mengamati seksama Ani akhirnya memutuskan untuk membeli apel
daripada jeruk itu karena bentuknya dan warnanya yang menjamin kesegaran
apel itu (atensi). Nah, itulah tahap aktivitas perseptual.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/novidha/perkembangan-biologisdan-perseptual-anak_55003a63a333111d72510100
http://www.kompasiana.com/novidha
NOVIDHA RATNA LESTARI
25 OKTOBER 2010
15 JULI 2016 PUKUL 19.07
http://propheticpsychology-intelligence.blogspot.co.id/
Abi Hamdani
Tahun 2008
KECERDASAN SPASIAL
Beberapa istilah lain dari kecerdasan spasial adalah kecerdasan visual,
kemampuan tilikan ruang, kecerdasan logika gambar, spatial ability dan
sebagainya. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya kecerdasan spasial disini
menganut pada teori inteligensi ganda, dimana kemampuan sepasial merupakan
bagian dari kemampuan inteligensi seseorang. Kecerdasan spasial pada
pembahasan di atas terkait teori Gardner didefinisikan sebagai kemampuan
mempersepsi dunia ruang-visual secara akurat dan melakukan transformasi
persepsi tersebut. Sedangkan dalam teori Thurstone didefinisikan sebagai
kemampuan untuk mengenali berbagai hubungan dalam bentuk visual. Lebih
dalam lagi mengenai definisi kecerdasan spasial Lex Mckee (2008:
89), menjelaskan bahwa kecerdasan visual/spasial adalah kemampuan berpikir
secara visual dan dalam 3 dimensi. Secara sederhana kecerdasan ini merupakan
kemampuan memvisualisasikan konsep serta hubungan antar konsep.
Sedangkan menurut Anastasi dan Urbina (2007: 344), menyebutkan kemampuan
spasial bisa mewakili dua faktor yang berbeda, yang satu berhubungan dengan
persepsi hubungan-hubungan spasial atau geometris, yang lain dengan
visualisasi manipulatif lainnya berupa visualisasi perubahan posisi atau
transformasi.
Menurut Linn dan Petersen (dalam Yilmaz, 2009: 83) kemampuan spasial
mengacu pada keterampilan dalam mewakili, mengubah, menghasilkan, dan
mengingat simbolik, serta informasi non-linguistik. Sedangkan Lohman (1993:
13) menjelaskan bahwa kemampuan spasial dapat didefinisikan sebagai
gambaran mental, daya pikir ruang, manipulasi gambar, duplikasi gambar baik
yang berasal dari diri (secara mental) maupun yang berasal dari luar. Sementara
itu Lex Mckee (2008: 92) menyebutkan kecerdasan visual spasial seseorang
dapat teraktifkan ketika membuat jalinan spasial antara objek atau konsep.
Beberapa hal yang dapat menghubungkan seseorang dengan kecerdasan
spasialnya adalah kegiatan menggambar, membuat sketsa, mewarnai,
memetakan pikiran, membuat diagram alur, mengecat, bervisualisasi,
berimajinasi dan berangan-angan.
Lohman dalam Harle dan Towns (2011: 352) mengidentifikasi setidaknya
ada tiga faktor sebagai dimensi utama kemampuan spasial. Beberapa faktor
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Spatial Relation (hubungan spasial): Faktor ini terdiri dari tugas-tugas yang
memerlukan rotasi mental dari suatu obyek baik dalam bidang (2-D) atau
keluar dari bidang (3-D).
2. Spatial Orientation (Orientasi spasial): Faktor ini melibatkan kemampuan
untuk membayangkan bagaimana suatu objek atau array akan terlihat dari
perspektif yang berbeda dengan reorientasi pengamat.
3. Visualization (Visualisasi): Faktor ini terdiri tugas-tugas yang memiliki
komponen figural spasial seperti gerakan atau perpindahan bagian dari
gambar, dan lebih kompleks daripada hubungan atau orientasi spasial.
Lohman juga menemukan bukti adanya empat faktor minor yang
didefinisikan sebagai closure speed (yaitu, kecepatan pencocokan rangsangan
visual lengkap dengan representasi memori jangka panjang mereka), perceptual
speed (kecepatan pencocokan rangsangan visual), visual memory (memori
jangka pendek dari rangsangan visual), dan kinesthetic (kecepatan membuat
diskriminasi kiri-kanan).
Lohman (1993: 14) menjelaskan beberapa faktor yang diidentifikasi oleh
Carroll dan beberapa contoh tes yang dapat digunakan sebagai berikut.