Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/321803608

Permasalahan yang Sering Terjadi pada Siswa Terletak pada Kemampuan


Pemecahan Masalah Matematika (Problem Solving Mathematics Ability)

Article · December 2017

CITATIONS READS

0 5,435

3 authors, including:

Sri ayu Azriati Edy Surya


State University of Medan State University of Medan
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    262 PUBLICATIONS   458 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Visual Thinking View project

APPLICATION OF MATHEMATICAL PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO IMPROVE STUDENTS’ MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY IN X GRADE STATE HIGH
SCHOOL 19 MEDAN T.A. 2017/2018 View project

All content following this page was uploaded by Sri ayu Azriati on 14 December 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Permasalahan yang Sering Terjadi pada Siswa Terletak pada
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
(Problem Solving Mathematics Ability)

Sri Ayu Azriati, Edy Surya


Makalah ini bertujuan untuk memberikan pengertian dan penjelasan
mengenai Kemampuan Pemecahan Masalah dalam pembelajaran
matematika pada siswa. Dalam artikel ini tidak disajikan model-model
pembelajaran untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa, tetapi hanya definisi pemecahan masalah, tahapan-
tahapan pada pemecahan masalah, pendapat para ahli, kutipan dan sitasi
dari jurnal-jurnal nasional dan internasional dan juga beberapa contoh
soal yang bisa digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan
masalah siswa dalam pembelajaran matematika.

1. Pendahuluan

Matematika merupakan suatu ilmu yang berkenan dengan ide-ide, struktur-struktur,


dan hubungan yang diatur secara logika, sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif. Menurut (Surya,
2010) “Matematika adalah mata pelajaran yang diajarkan dari jenjang pendidikan dasar
sampai pendidikan menengah”. Sejalan dengan pendapat Hudojo (2005: 37) bahwa
“Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir, karena itu matematika
sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari”. Menurut Berch and Mazarocca (dalam
Sari, 2017): “Siswa perlu belajar matematika karena penting dalam kehidupan sehari-hari”.
Sehingga dapat disimpulkan matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sangat
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, karena matematika merupakan suatu sarana berpikir
untuk mengkaji sesuatu secara logis dan juga sistematis jika siswa mampu memecahkan
masalah matematika, sehingga nantinya mereka mampu berpikir kritis, logis dan sistematis
dalam memecahkan masalah kehidupan yang dihadapinya.

2. Pengertian dan Hakekat Pemecahan Masalah


Kemampuan adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang
merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan maupun praktek dan digunakan
untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya. Sedangkan, pemecahan
masalah merupakan kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin,
mengaplikasikan matematika maupun menguji konjektur. Kemampuna pemecahan masalah
matematika adalah kecakapan atau potensi yang dimiliki seseorang atau siswa dalam
menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika
dalm kehidupan sehari atau keadaan lain, dan membuktikan, menciptakan atau menguji
konjektur. Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat digunakan untuk memperbaiki
kualitas proses dan hasil belajar adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan
strategi konflik kognitif (Surya, 2012).
Eviyanti (2017) mengatakan bahwa “In general, the problem is the gap between
expectations with reality, between what they want or what is intended with what is happening
or facts”. Pemecahan masalah sebagai salah satu aspek kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Polya menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktiviatas intelektual
yang sangat tinggi. Menurut Atallah (dalam Novitasari, 2017) “Matematika umumnya tidak
disukai hal ini dilihat sebagai subjek yang sulit dan membosankan”. Hal tersebut
mengakibatkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa.
Mathematical problem solving ability is a complex cognitive ability, as a proses to fix the
problem that is encountered and to complete the nessesary nuber of strategies (Harahap,
2017).
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa juga disebabkan oleh
proses pembelajaran matematika di kelas kurang meningkatkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi dan kurang terkait langsung dalam kehidupan nyata menurut Shadiq dan Sumarmo
(dalam Surya, 2013). Dalam pembelajaran matematika, guru sangat dianjurkan untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan proses mental tingkat tinggi yang
memerlukan proses berpikir lebih kompleks. Senada dengan pendapat Gagne (dalam
Harahap, 2017) pemecahan masalah merupakan tahapan pemikiran yang berada pada tingkat
tertinggi diantara delapan tipe belajar yakni: sinyal, stimulus respon, belajar rangkaian,
belajar asosiasi verbal, belajar diskriminasi, belajar konsep, belajar aturan dan belajar
pemecahan masalah. According to NCTM (in Eviyanti, 2017): “The problem solving is the
important part of the math curriculum because in the learning prosess and student
completion is possible to gain experience using the knowledge and skills already possessed to
be applied to solving the problem”. The importance of problem solving is also expressed by
Beigie (in Surya, 2017)which says that trough problem solving, students can learn about
deepening their understanding of mathematical concept by working by the issues carefully
selected which use application of mathematics to real the problem. Berdasarkan beberapa
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan dasar
penting dalam pembelajaran matematika dan proses menemukan pengetahuan baru.
Menurut Sayiful Bahri Djamarah (2013: 91), pemecahan masalah adalah strategi yang
dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan pengguanannya dapat dilakukan
bersama pendekatan pembelajaran lain. Biasanya guru memberikan persoalan yang sesuai
dengan topik yang mau diajarkan dan siswa diminta untuk memecahkan permasalahan itu.
Hal ini dapat dilakukan dalam kelompok maupun individu dan guru sebaiknya meminta siswa
mengungkapkan bagaimana cara mereka memecahkan persoalan tersebut buka hanya melihat
hasil akhirnya.
Pemecahan masalah dapat juga membantu mengatasi salah pengertian. Siswa
mengerjakan beberapa soal yang telah disiapkan guru. Dari pekerjaan itu, dapat dilihat
apakah gagasan siswa benar atau tidak. Dengan memecahakan persoalan, siswa dilatih untuk
mengkoordinasikan pengertian mereka dan kemampuan mereka. Sebaiknya siswa diberi
waktu untuk menjelaskan pemecahan soal mereka di depan kelas dan teman-teman lainnya.
Hudoyo (dalam Surya, 2013) “kelemahan siswa kita pada kemampuan pemecahan
masalah, penalaran, koneksi dan komunikasi matematis disebabkan oleh kegiatan
pembelajaran yang umum terjadi di lapangan saat ini tidak mengakomodasi pengembangan –
pengembangan itu”. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Setawati (dalam Lubis, 2015)
menyatakan bahwa: “Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh materi yang diajarkan
sedikit atau kurang sekali penekanan matematika dalam konteks kehidupan sehari – hari,
guru mengajarkan matematika dengan materi pelajaran dan metode yang tidak menarik”.
Langkah-langkah yang diikuti dalam peemcahan masalah yakni:
a. Siswa dihadapkan dengan masalah
b. Siswa merumuskan masalah tersebut
c. Siswa merumuskan hipotesis
d. Siswa menguji hipotesis
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan pemecahan
masalah dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan
meningkatkan wawasan siswa dalam mengolah dan memberikan informasi.
Beberapa indikator pemecahan masalah dapat diperhatikan dari paparan Sumarni
(2003), adalah sebagai berikut:
• Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang dinyatakan , dan kecukupan unsur
yang diperlukan.
• Merumuskan masalah matematika atau menyusun model matematika.
• Menempatkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru)
dalam atau di luar matematika.
• Menjelaskan atau menginterpresikan hasi sesuai permasalahan asal.
• Menggunakan matematika secara bermakna.
Menurut Hasanah (2017) operasi pemecahan masalah memiliki tahapan sebagai
berikut: (1) understanding the problem, (2) planning the solving for that problem, (3) solving
the problem according to the plan, (4) re-examining the procedure and its solution.
Contoh soal yang menggali kemampuan ini adalah:
Nilai rata-rata siswa wanita di suatu kelas 65, sedangkan nilai rata-rata siswa pria 72. Jika
jumlah siswa di kelas itu 35 orang dan nilai rata-rata seluruh siswa 69, maka banyak siswa
pria adalah?
• Merencanakan penyelesaian, yaitu menetapkan langkah-langkah penyelesaian, pemilihan
konsep, persamaan dan teori yanng sesuai untuk setiap langkah.
Contoh soal yang menggali kemampuan siswa dalam tahap ini adalah:
Ana lupa 3 digit kode kunci pembuka kopernya. Kode kopernya 3 digit bilangan dari 1-9. Ia
ingat bahwa digit pertama kurang dari 5, digit kedua bilangan ganjil dan digit ketiga adalah 7
atau 8 maka banyak cara yang mungkin 3 digit kode kunci kopernya adalah?
• Menjalankan rencana, yaitu menjalankan penyelesaian berdasarkan langkah-langkah
yang telah dirancang dengan mengunakan konsep, persamaan serta teori yang dipilih.
Contoh soal yang menggali kemampuan siswa dalam tahap ini adalah:
Handoyo lupa kode tiga angka untuk membuka kunci sepedanya. Ia hanya ingat bahwa
nomor kedua pastilah bukan bilangan ganjil. Ia akan membuka kunci tersebut dan setiap kode
tiga angka yang dicobanya memerlukan waktu 9 detik. Bagaimana cara Handoyo menentukan
berapa maksimal lama waktu yang diperlukannya untuk membuka kunci tersebut?
• Melihat kembali apa yang telah dikerjakan yaitu tahap pemeriksaan, apakah langka-
langkah penyelesaian telah tereleasisakan sesuai sehingga dapat memeriksa kembali
kebenaran jawaban yang pada akhirnya membuat kesimpulan akhir.
Contoh soal yang menggali kemampuan siswa dalam tahap ini adalah:
Dari lima buah angka 0, 1, 2, 3, dan 4 hendak disusun suatu bilangan yang terdiri atas 4 angka.
Berapa banyak bilangan yang dapat disusun apabila angka-angka itu tidak boleh berulang?

2. Tahapan-tahapan Pemecahan Masalah


Menurut Polya (dalam Eviyanti, 2017) ada 4 tahapan dalam menyelesaikan masalah,
yaitu: (1) understand the problem: in this activity is to formulate: what is known, what is
asked, whether the information sufficient, condition (condition of) what should met, restate
the original problem in a more operational (solvable). (2) planning the solution: the activities
carried out in this step is trying to find or recall issues you've solved that has similarities with
the properties that will be solved, look for patterns or rules, draw up resolution procedures.
(3) implement the plan: the activities in this step are performs the procedures that have been
created in the previous step to the settlement. (4) to re-examine the procedures and results of
the settlement: activities in this step is analyzing and evaluating whether the procedures
applied and the results obtained are correct, whether there are other procedures that are more
effective, whether procedures have created can be used to solve similar problems, or whether
the procedures generalizations can be made.
Menurut Hasanah (2017) langkah implementasi model pembelajaran pemecahan
masalah yaitu: (1) the orientation of the problem: in this step the teacher explains the purpose
of learning, motivate students, (2) organize the students to learn, (3) To lead the investigation
of individuals or groups, (4) Develop and presents the results of the work, (5) analyze and
evaluate the process of problem solving.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan dalam pemecahan masalah
dilakukan dengan tahapan-tahapan berikut:
1. Memahami Masalah
Pada langkah ini, siswa harus dapat menentukan dengan jeli apa yang diketahui dan apa
yang ditanyakan. Namun, yang perlu diingat kemampuan otak manusia sangatlah terbatas,
sehingga hal-hal penting hendaknya dicatat, dibuat tabelnya, ataupun dibuat sketsa atau
grafiknya. Hal ini dimasudkan untuk memepermudah memahami masalah.
2. Memilih Strategi Penyelesaian (Merencanakan Penyelesaian Masalah)
Siswa menyusun aturan-aturan atau tata urutan kemungkinan pemecahan masalah,
sehingga tidak ada satupun alternatif yang terabaikan.
3. Menyelesaikan Masalah
Hal-hal yang dilakukan ketika menyelesaikan masalah diantaranya:
• Melakukan rencana startegi yang dipilih untuk memperoleh penyelesaian dari masalah
• Perhatikan apakah setiap langkah yang dilakukan sedah benar (validitas argument dapat
dipertanggung jawabkan)
4. Memeriksa Kembali
Hal-hal yang dilakukan dalam memeriksa penyelesaian yang diahsilkan di antaranya:
• Memeriksa validitas argument pada setiap langkah yang dilakukan
• Menggunakan hasil yang diperoleh pada kasus khusus atau masalah lainnya
• Menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda
Daftar Pustaka

Djamarah, S. B., dan Zain A. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Eviyanti, C. Y. dan Surya, E. 2017. Improving the Students’ Mathematical Problem Solving
Ability by Applying Problem Based Learning Model in VII Grade at SMPN 1 Banda
Aceh Indonesia. Medan: International Journal of Novel Research in Education and
Learning Vol. 4 Issue, pp: (138-144), Month: March- April 2017, Available at:
www.noveltyjournal.com

Harahap, E. dan Surya, E. 2017. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas
VII dalam Menyelesaikan Persamaan Linier Satu Variabel. Medan: Journal
Edumatica Volume 07 Nomor 01 April 2017. ISSN: 2088-2157

Hasanah, M. dan Surya, E. Differences in the Abilities of Creative Thinking and Problem
Solving of Students in Mathematics by Using Cooperative Learning and Learning of
Problem Solving. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research
(IJSBAR)(2017) Volume 34, No 1, pp 286-299

Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum matematika dan Pelaksanaannya di Depan


Kelas. Surabaya: Usaha Nasional

Lubis, S. D. dan Ani, M. 2015. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik


dan Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
Jurnal Paradikma Vol. 8 Nomor 3, Desember 2015, hal 98-111

Sari, N. dan Surya, E. 2017. Efektivitas Penggunaan Teknik Scaffolding dalam


Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa SMP Swasta Al- Washiliyah
Medan. EDUMATICA| Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 07 Nomor 01 April 2017

Surya, E. 2010. Visual Thinking dalam Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Siswa


dapat Membangun Karakter Bangsa. Portal Jurnal UPI Tahun 2010 Nomor 10
Oktober 2010.

Surya, E. 2013. Peningkatan Kemampuan Representasi Visual Thinking pada Pemecahan


Masalah Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Pembelajaran
Kontekstual. Jurnal dalam Artikel Scholar

Surya, E. 2017. Improving Mathematical Problem Solving Ability and Self Confidence of
High School Students Through Contextual Learning Model. Journal on Mathematics
Education Vol. 8 No 1

http://iptekindonesiaef.blogspot.co.id/2014/03/kemampuan-pemecahan-masalah-
matematika.html)

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai