Anda di halaman 1dari 24

Nama : Munjimayansari H.

Usman

Nim : 105361104518

“Metode Penelitian Korelasional, Kausal, Komparatif, dan Evaluatif”

A. Penelitian Korelasional
1. Pengertian Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional adalah jenis penelitian non-eksperimental di mana peneliti


mengukur dua variabel dan menilai hubungan statistik (yaitu, korelasi) di antara kedua
variabel tersebut dengan sedikit atau tidak ada upaya untuk mengendalikan variabel asing
(variabel extraneous).

Adapun definisi penelitian korelasional menurut para ahli, antara lain adalah sebagai
berikut.

a) Gay
Penelitian korelasional ialah merupakan salah satu bagian penelitian expostfacto karena
biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari
keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam
koefesien korelasi.

b) Suryabrata (1994)
Penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana
variasi-variasi pada suatu faktor memiliki kaitan dengan variasi-variasi pada satu atau
lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.

c) Fraenkel dan Wallen (2008)


Penelitian korelasi termasuk penelitian deskripsi sebab penelitian tersebut merupakan
upaya untuk menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti
berupaya menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks penelitian kuantitatif yang
direfleksikan dalam variabel.

d) Emzir (2009)
Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dilakukan dalam berbagai bidang
diantaranya pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Penelitian korelasional hanya terbatas
pada panafsiran hubungan antarvariabel saja, tidak sampai pada hubungan kausalitas,
tapi penelitian ini bisa dijadikan acuan untuk diajadi penelitian selanjutnya seperti
penelitian eksperimen.

2. Macam-macam Penelitian Korelasional

Berikut ini macam-macam desain penelitian korelasional, yaitu:

a. Studi Hubungan
Studi hubungan dilakukan sebagai usaha untuk mendapatkan pemahaman faktor
apa saja atau variabel yang berhubungan dengan variabel yang kompleks, misalnya
seperti hasil belajar akademik, konsep diri dan motivasi.

Pada studi kausal – komparatif dan eksperimental, peneliti juga berkonsentrasi


pada pengontrolan variabel selain variabel bebas, yang mungkin saja berhubungan
dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya agar tidak bercampur dengan
pengaruh variabel bebas.

b. Studi Prediksi (Prediktif)


Bila variabel memiliki hubungan yang signifikan, skor pada satu variabel bisa
digunakan untuk memprediksikan skor pada variabel yang lainnya. Misalnya, Peringkat
SMA, bisa  dipakai untuk memprediksikan peringkat di perguruan tinggi. Variabel yang
mendasar pembuatan diacu sebagai kriteria.

Studi prediksi digunakan untuk memudahkan dalam pengambilan suatu


kesimpulan mengenai individu atau membantu dalam pemilihan individu. Studi
prediksi juga digunakan untuk menguji hipotesis teoretis tentang variabel yang
dipercaya menjadi pediktor pad suatu kriteria, dan untuk menentukan validitas prediktif
dari instrumen pengukuran individual.

c. Korelasi Multivariat
Korelasi multivariat merupakan teknik yang digunakan untuk mengukur dan
menyelidiki tingkat hubungan antara kombinasi dari tiga variabel atau lebih. Terdapat
beberapa teknik yang bisa digunakan, dua diantaranya yaitu:
 Regresi ganda atau multiple regresion

Teknik ini digunakan untuk memprediksi suatu fenomena yang kompleks, karena
jika hanya dengan menggunakan satu faktor (variabel prediktor) seringkali hasilnya
kurang akurat. Dalam banyak hal, semakin banyak informasi yang didapatkan
semakin akurat prediksi yang bisa dibuat (Mc Millan & Schumaker dalam Abidin,
2010), yaitu dengan menggunakan kombinasi dua atau lebih variabel prediktor.

Penggunaan dua atau lebih variabel prediktor akan membuat prediksi terhadap
variabel kriteria lebih akurat dibanding dengan hanya menggunakan masing-masing
variabel prediktor secara sendiri-sendiri. Sehingga, penambahan jumlah prediktor
akan meningkatkan akurasi prediksi kriteria.

 Korelasi kanonik

Pada dasarnya teknik ini sama dengan regresi ganda, yaitu dengan
mengombinasikan beberapa variabel untuk memprediksi variabel kriteria. Namun,
tidak seperti regresi ganda yang hanya melibatkan satu variabel kriteria, korelasi
kanonik melibatkan lebih dari satu variabel kriteria.

Korelasi kanonik berguna untuk menjawab pertanyaan, bagaimana serangkaian


variabel prediktor memprediksi serangkai variabel kriteria? Sehingga, korelasi
kanonik ini bisa dianggap sebagai perluasan dari regresi ganda, dan sebaliknya,
regresi berganda bisa dianggap sebagai bagian dari korelasi kanonik (Pedhazur
dalam Abidin, 2010). Korelasi ini seringkali digunakan dalam penelitian eksplorasi
yang bertujuan untuk meentukan apakah sejumlah variabel mempunyai hubungan
satu sama lain yang serupa atau berbeda.

3. Ciri-ciri Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional memiliki beberapa ciri yang memnbedakannya dengan


penelitian lainnya. Ciri-ciri tersebut antara lain:

a) Penelitian korelasional cocok digunakan apabila variabel-variabel yang diteliti rumit


dan/atau tidak bisa diteliti dengan metode eksperimental atau tidak bisa dimanipulasi.
b) Penelitian korelasional memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling
hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya.
c) Output dari penelitian korelasional ialah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan
dan bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut.
d) Penelitian korelasional dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu
berdasarkan variabel bebas.
4. Tujuan Penelitian Korelasional

Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (dalam Abidin, 2010) adalah


untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-
variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Sedangkan
menurut Gay dalam Emzir (2009:38) Tujuan penelitian korelasional adalah untuk
menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk
membuat prediksi. Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang
dipercaya berhubungan dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar variabel yang
ternyata tidak mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari perhatian selanjutnya.

5. Rancangan Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan. Shaughnessy dan


Zechmeinter (dalam Emzir, 2009:48-51), yaitu:
a. Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang
bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua
variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah. Tingkat hubungan
(bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam angka antar -1,00 dan
+1,00, yang dinamakan koefisien korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada
hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak ke arah -1,00 atau +1,00, merupakan
korelasi sempurna pada kedua ekstrem (Emzir, 2009:48).
Arah hubungan diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif
berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada
variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi
skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya
(Emzir, 2009:48).
b. Regresi dan Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada salah
satu variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada
seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien
korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik.
c. Regresi Jamak (Multiple Regresion)
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan
penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih
banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita
prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variable). Apa yang kita gunakan untuk
membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut variabel prediktor
(predictor variables).
d. Analisis Faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar
variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu
faktor penting yang umum.
e. Rancangan korelasional yang digunakan untuk menarik kesimpulan kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-
pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan
tersebut adalah rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel
lintas-akhir (cross-lagged panel design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang
menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sedangkan desain panel lintas
akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus.
f. Analisis sistem (System Analysis)
Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit
untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan
balik serta unsur dan aliran hubungan.

6. Cara Menuliskan (Desain Dasar) Penelitian Korelasional

Pada dasarnya penelitian korelasioanal melibatkan perhitungan korelasi antara


variabel yang komplek (variabel kriteria) dengan variabel lain yang dianggap mempuyai
hubungan (variabel prediktor). Langkah-langkah penelitian ini antara lain secara umum
menurut Mc Milan dan Schumaker (2003), yaitu pemilihan masalah, peninjauan masalah
atau studi kepustakaan, metodologi penelitian,  pengumpulan data, analisis data, dan
simpulan.

a. Pemilihan Masalah
Pada penelitian korelasional, masalah yang dipilih harus memiliki nilai yang
berarti dalam pola perilaku fenomena yang kompleks yang membutuhkan pemahaman.
Disamping itu, variabel yang dimasukkan dalam penelitian harus berdasarkan pada
pertimbangan, baik secara teoritis maupun logika, bahwa variabel tersebut memiliki
hubungan tertentu. Hal ini biasanya bisa diperoleh berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya. 

b. Peninjauan Masalah atau Studi kepusatakaan

Setelah permasalahan ditentukan, langkah berikutnya yaitu studi kepustakaan


yang menjadi dasar untuk mendapatkan landasan teori, kerangka pikir dan penentuan
dugaan sementara sehingga peneliti dapat mengerti, mengalokasikan,
mengorganisasikan, dan menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya.

Beragam sumber untuk mendapatkan teori yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti bisa dari jurnal, laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, surat kabar, buku yang
relevan, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah dan narasumber.

c. Metodologi Penelitian

Setelah melakukan studi pustaka, langkah berikutnya adalah menentukan


metodologi penelitian. Pada tahap ini peneliti harus memilih subjek penelitian dan
menentukan cara dalam pengolahan data. Subyek dipilih harus bisa diukur dalam
variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian. Subyek harus relatif homogen dalam
faktor-faktor di luar variabel yang diteliti yang mungkin bisa berpengaruh terhadap
variabel terikat.

Jika subyek yang dilibatkan memiliki perbedaan yang berarti dalam faktor-faktor
tersebut, korelasi antar variabel yang diteliti menjadi kabur. Untuk mengurangi
heterogenitas, peneliti bisa mengklasifikasikan subyek menjadi beberapa kelompok
berdasarkan tingkat faktor tertentu kemudian menguji hubungan antar variabel
penelitian untuk masing-masing kelompok.

d. Pengumpulan data

Terdapat beragam jenis instrumen penelitian bisa digunakan untuk mengukur dan
mengumpulkan data masing-masing variabel. Misalnya angket, tes, pedoman interview
dan pedoman observasi, sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data yang dikumpulkan
harus dalam bentuk angka.

Pada penelitian korelasional, pengukuran variabel bisadilakukan dalam waktu


yang relatif sama. Sedangkan dalam penelitian prediktif, variabel prediktor harus
diukur selang beberapa waktu sebelum variabel kriteria terjadi. Jika tidak demikian,
maka menyebabkan prediksi terhadap kriteria tersebut tidak ada  artinya.

e. Analisis data

Cara analisis data dalam penelitian korelasional yaitu dengan mengkorelasikan


hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran variabel lain. Dalam
penelitian korelasional, teknik korelasi bivariat, sesuai dengan jenis datanya, digunakan
untuk menghitung tingkat hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain.

Sedangkan dalam penelitian prediktif, teknik yang digunakan yaitu analisis


regresi untuk mengetahui tingkat kemampuan prediktif variabel prediktor terhadap
variabel kriteria. Meskipun demikian, bisa juga menggunakan analisis korelasi biasa
jika hanya melibatkan dua variabel.

Jika melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk menentukan apakah dua
variabel prediktor atau lebih bisa digunakan untuk memprediksi variabel kriteria lebih
baik jika digunakan secara sendiri-sendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple
regresion atau analisis kanonik.

Pelaporan hasil analisis biasanya dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau
koefisien regresi beserta tingkat signifikansinya, disamping proporsi variansi yang
disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.

f. Simpulan

Simpulan berisi hasil analisis deskripsi dan pembahasan tentang hal yang diteliti
dengan menggunakan mudah dipahami pembaca secara ringkas.

7. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain:


kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-
sama (simultan);  dan Penelitian korelasional juga dapat memberikan informasi tentang
derajat (kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti (Abidin, 2010).
Selanjutnya, Sukardi menambahkan kelebihan penelitian ini adalah penelitian ini berguna
untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, sosial.
Dengan penelitian ini juga memungkinkan untuk menyelidiki beberapa variabel untuk
diselidiki secara intensif dan penelitian ini dapat melakukan analisis prediksi tanpa
memerlukan sampel yang besar.
Sedangkan, kelemahan penelitian korelasional, antara lain: Hasilnya cuma
mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang
bersifat kausal; Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional
itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel
bebas; Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur; ering merangsang
penggunaannya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukkan berbagai data
tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.
(Abidin, 2010).

B. Penelitian Kausal
1. Pengertian Penelitian Kausal

Penelitian kausal adalah investigasi terhadap hubungan sebab-akibat. Untuk


menentukan kausalitas, penting untuk mengamati variasi dalam variabel penelitian yang
dianggap menyebabkan perubahan pada variabel lain, dan kemudian mengukur perubahan
pada

Pengaruh perancu lainnya harus dikontrol agar tidak mendistorsi hasil, baik dengan
mempertahankannya konstan dalam pembuatan data eksperimental, atau menggunakan
metode statistik.

Studi kausal fokus pada analisis situasi atau rumusan masalah khusus untuk
menjelaskan pola hubungan antar variabel. Eksperimen adalah teknik pengumpulan data
primer yang paling populer dalam penelitian dengan rancangan penelitian kausal.

Adapun definisi penelitian kausal menurut para ahli, antara lain:


a) Business Dictionary, Penelitian kausan adalah penyelidikan terhadap masalah atau
topik yang melihat efek dari satu hal atau variabel pada yang lain. Misalnya,
penelitian kausal dapat digunakan dalam lingkungan bisnis untuk mengukur efek yang
akan terjadi pada perubahan pada operasinya saat ini pada tingkat produksi di masa
depan untuk membantu dalam proses perencanaan bisnis.
b) Fluid Surveys University, Penelitian kausal termasuk dalam kategori penelitian
konklusif, karena upayanya untuk mengungkap hubungan sebab dan akibat antara dua
variabel. Seperti penelitian deskriptif, bentuk penelitian ini mencoba untuk
membuktikan ide yang diajukan oleh individu atau organisasi. Namun, itu berbeda
secara signifikan pada metode dan tujuannya.

2. Ciri-ciri Penelitian Kausal

Jika penelitian deskriptif memiliki cakupan yang luas, berusaha untuk


mendefinisikan dengan lebih baik setiap opini, sikap, atau perilaku yang dimiliki oleh
kelompok tertentu, penelitian kausal dapat dibedakan dari penelitian deskriptif tersebut
karena memiliki karakteristik tersendiri yang ditinjau dari segi tujuannya, yaitu:

a) Memahami variabel mana yang menjadi penyebabnya, dan variabel mana yang
pengaruhnya

Misalnya, katakanlah pemerintah ingin mengurangi kecelakaan mobil di jalan raya.


Mereka mungkin menemukan melalui penelitian deskriptif dan eksplorasi awal bahwa
kecelakaan dan kemarahan di jalan terus meningkat selama 5 tahun terakhir.
Alih-alih secara otomatis mengasumsikan bahwa kemarahan di jalan adalah penyebab
kecelakaan-kecelakaan ini, penting untuk mengukur apakah yang sebaliknya bisa
benar. Mungkin kemarahan di jalan meningkat lebih banyak kecelakaan karena
penutupan jalur dan peningkatan lalu lintas.
Bisa juga karena pepatah lama ‘korelasi tidak menjamin penyebab.’ Mungkin
keduanya meningkat karena alasan lain seperti konstruksi, kurangnya kontrol lalu
lintas yang tepat, atau masuknya driver baru.

b) Menentukan sifat hubungan antara variabel kausal dan efek yang diprediksi

Melanjutkan dengan contoh di atas, katakanlah pemerintah membuktikan bahwa


kemarahan di jalan semakin meningkatkan jumlah kecelakaan mobil di daerah
tersebut. Penelitian kausal dapat digunakan untuk dua hal.

Pertama, mengukur signifikansi efeknya, seperti menghitung persentase peningkatan


kecelakaan yang dapat dikontribusikan oleh kemarahan di jalan. Kedua, mengamati
bagaimana hubungan antara variabel bekerja (yaitu: driver yang marah cenderung
untuk mempercepat berbahaya atau mengambil lebih banyak risiko, menghasilkan
lebih banyak kecelakaan).

3. Bagian Penelitian Kausal

Kehadiran hubungan sebab-akibat dapat dikonfirmasi hanya jika ada bukti kausal
spesifik. Bukti kausal memiliki tiga komponen penting:

a) Urutan sementara. Penyebabnya harus terjadi sebelum efek. Misalnya, tidak akan
pantas untuk mengkredit kenaikan penjualan untuk upaya rebranding jika kenaikan
telah dimulai sebelum rebranding.
b) Variasi yang bersamaan. Variasi harus sistematis antara dua variabel. Misalnya, jika
perusahaan tidak mengubah pelatihan karyawan dan praktik pengembangannya, maka
perubahan dalam kepuasan pelanggan tidak dapat disebabkan oleh pelatihan dan
pengembangan karyawan.
c) Asosiasi tidak palsu. Setiap kovarioaton antara sebab dan akibat harus benar dan
bukan hanya karena variabel lain. Dengan kata lain, seharusnya tidak ada faktor
‘sepertiga’ yang terkait dengan keduanya, menyebabkan, serta, efek.

4. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Kausal

Penelitian kausal memiliki beberapa keunggulan, diantaranya yaitu:


a) Studi kausal dapat memainkan peran penting dalam hal mengidentifikasi alasan di
balik berbagai proses, serta, menilai dampak perubahan pada norma yang ada, proses
dan lain-lain.
b) Studi kausal biasanya menawarkan keuntungan replikasi jika diperlukan.
c) Jenis studi ini dikaitkan dengan tingkat validitas internal yang lebih besar karena
pemilihan mata pelajaran yang sistematis.

Penelitian kausal memiliki beberapa kekurangan, diantaranya yaitu:


a) Kebetulan dalam suatu peristiwa dapat dianggap sebagai hubungan sebab dan akibat.
b) Mungkin sulit untuk mencapai kesimpulan yang tepat berdasarkan temuan penelitian
kausal. Hal ini disebabkan dampak berbagai faktor dan variabel di lingkungan sosial.
c) Pada kasus-kasus tertentu, sementara korelasi antara dua variabel dapat ditetapkan
secara efektif; mengidentifikasi variabel mana yang merupakan penyebab dan mana
yang merupakan dampaknya dapat menjadi tugas yang sulit untuk diselesaikan.

5. Contoh Judul Penelitian Kausal


Berikut ini beberapa contoh topik penelitian dalam berbagai bidang yang dapat
diteliti kausalitasnya, antara lain :

a. Pengaruh media sosial pada persepsi informasi.


b. Bagaimana jejaring sosial memengaruhi keselamatan pribadi.
c. Pengaruh media sosial pada persepsi informasi
d. Efek konstruksi pada Gempa Bumi.
e. Analisis sebab-akibat dari pabrik kimia di Cina dan perubahan lingkungan baru-baru
ini.
f. Efek kesehatan dari taman alam.
g. Bagaimana globalisasi memengaruhi pasar tenaga kerja Amerika.
h. Tantangan dan pengaruh pembelajaran jarak jauh.
i. Dampak stres pada mahasiswa.
j. Bekerja dan belajar pada saat yang sama memiliki efek negatif pada kesehatan siswa.
k. Putus sekolah: analisis sebab dan akibat.
l. Dampak kekerasan dalam rumah tangga pada anak-anak.
m. Tumbuh dalam kemiskinan – analisis sosial budaya.
n. Dampak olahraga dalam kehidupan anak muda.
o. Alasan PTSD di antara veteran AS dan efek terapi yang ditawarkan.

6. Cara Membuat Penelitian Kausal

Ada dua metode penelitian untuk mengeksplorasi hubungan sebab-akibat antara


variabel: eksperimen (mis., Di laboratorium) dan penelitian statistik. Berikut
penjelasannya:

a. Eksperimen
Eksperimen biasanya dilakukan di laboratorium di mana banyak atau semua aspek
percobaan dapat dikontrol dengan ketat untuk menghindari hasil palsu karena faktor-
faktor selain dari faktor penyebab yang dihipotesiskan. Banyak penelitian dalam fisika,
misalnya, menggunakan pendekatan ini.
Atau, percobaan lapangan dapat dilakukan, seperti dengan studi medis di mana subyek
mungkin memiliki banyak atribut yang tidak dapat dikontrol, tetapi di mana setidaknya
variabel kunci penyebab hipotesis dapat bervariasi dan beberapa atribut asing setidaknya
dapat diukur.

Eksperimen lapangan juga kadang-kadang digunakan dalam ekonomi, seperti ketika dua
kelompok penerima kesejahteraan yang berbeda diberi dua set insentif atau peluang
alternatif untuk mendapatkan penghasilan dan efek yang dihasilkan pada pasokan tenaga
kerja mereka diselidiki.

b. Penelitian Statistik
Di bidang-bidang seperti ekonomi, sebagian besar penelitian empiris dilakukan pada data
yang sudah ada sebelumnya, sering dikumpulkan secara teratur oleh pemerintah. Regresi
berganda adalah sekelompok teknik statistik terkait yang mengendalikan (upaya untuk
menghindari pengaruh palsu dari) berbagai korelasi selain yang sedang dipelajari.

Jika data menunjukkan variasi yang cukup dalam variabel penjelas hipotesis yang
dihipotesiskan, korelasinya jika dengan variabel yang berpotensi dipengaruhi dapat
diukur. Namun, ini tidak menyiratkan hubungan kausal.

Menerapkan Penelitian Kausal Secara Efektif

Penelitian kausal harus dipandang sebagai penelitian eksperimental. Ingat, tujuan


dari penelitian ini adalah untuk membuktikan hubungan sebab dan akibat. Dengan
mengingat hal ini, menjadi sangat penting untuk memiliki parameter dan tujuan yang
terencana secara ketat.

Tanpa pemahaman lengkap tentang rencana penelitian dan apa yang kita coba
buktikan, temuan kita bisa menjadi tidak dapat diandalkan dan memiliki bias peneliti yang
tinggi. Coba gunakan penelitian eksplorasi atau penelitian deskriptif sebagai alat untuk
mendasari rencana penelitian kita.

Setelah rencana dan sasaran penelitian kita disempurnakan, inilah saatnya untuk
menyiapkan eksperimen kausal kita dengan benar. Berikut adalah tiga kondisi utama
tentang eksperimen kausal yang ingin kita teliti:

a. Hubungan sebab dan akibat akan dibuktikan atau disangkal oleh eksperimen
Tentu saja ini mungkin terlihat seperti tidak masuk akal, tetapi jika kita tidak memastikan
rencana penelitian kita secara langsung mengikat ke dalam tujuan penelitian, hasil akhir
dari penelitian kita akan sia-sia. Untuk memastikan penelitian kita akan memiliki hasil
dengan satu atau lain cara, amati lingkungan normal kita dan kemudian tingkatkan
frekuensi atau kekuatan variabel penyebab.

b. Mengidentifikasi variabel independen dan dependen


Kita dengan jelas mengidentifikasi variabel mana yang sedang diuji sebagai independen
(menyebabkan efek) dan yang sedang diuji sebagai dependen (sedang dipengaruhi).

Seperti dibahas dalam contoh kemarahan jalanan / kecelakaan mobil, dalam banyak
kasus sulit untuk menentukan variabel mana yang bergantung pada variabel lainnya.
Karena itu, penting untuk mengidentifikasi mana yang akan diuji sebelum percobaan.

Misalnya, kita berhipotesis bahwa meningkatkan pilihan warna untuk mobil akan
meningkatkan penjualan. Dalam hal ini, jumlah opsi warna adalah variabel independen
dan tingkat penjualan adalah variabel dependen.

Langkah kita selanjutnya adalah mengukur tingkat penjualan normal di toko mobil, dan
kemudian menambahkan pilihan warna mobil yang lebih luas. Setelah mengumpulkan
angka penjualan baru, bandingkan dua set data dan pelajari pengaruhnya terhadap
penjualan.

c. Tidak ada variabel eksternal yang juga dapat menyebabkan perubahan pada hasil
eksperimen
Tanpa memperhitungkan semua faktor yang mungkin mempengaruhi perubahan dalam
variabel dependen, kita tidak dapat memastikan bahwa variabel yang diuji bertanggung
jawab untuk menyebabkan efek yang kita ukur. Di laboratorium, para ilmuwan memiliki
kemewahan untuk dapat menciptakan lingkungan yang sepenuhnya netral.

Sayangnya untuk kita semua, kita harus berurusan dengan lingkungan yang diberikan
kepada kita. Jadi, hal terpenting yang harus dilakukan ketika membuat rencana penelitian
adalah memastikan bahwa ekspeimen kita terjadi dalam kondisi yang paling mirip seperti
ketika kita mengukur hasil normal. Misalnya, katakanlah kita adalah pemilik toko es
krim dan ingin mempelajari efeknya, seorang badut yang membagikan balon di depan
toko es krim kita.
Hal itu mungkin ide yang luar biasa, tapi ini akan menjadi ide yang buruk untuk
menggunakan penjualan musim panas sebagai sumber data normal dan menjalankan
percobaan di musim dingin. Tidak hanya itu badut pun akan kedinginan, cuaca akan
memiliki efek besar pada penjualan es krim.

C. Penelitian Komparatif
1. Pengertian Penelitian Komparatif
Penelitian komparatif merupakan jenis penelitian deskriptif yang berusaha mencari
jawaban secara mendasar mengenai sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor
penyebab terjadinya maupun munculnya suatu fenomena atau kejadian tertentu.
Penelitian komparatif  bersifat “expost facto”, yang artinya data dikumpulkan
sesudah peristiwa atau isu yang diteliti terjadi. Expost facto merupakan penelitian emperis
yang sistematis yang mana peneliti tidak mengendalikan variabel bebasnya secara
langsung, karena variabel bebas tersebut sudah terjadi di masa lampau atau karena variabel
bebeas pada dasarnya tidak bisa dimanipulasi. Peneliti tidak memberikan perlakuan dalam
membandingkan dan mencari hubungan sebab-akibat antar variabelnya.

Penelitian komparatif adalah riset yang bersifat membandingkan. Pada penelitian ini
variabelnya masih mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu atau dalam waktu yang
berbeda.

Hingga taraf tertentu, semua penelitian bersifat komparatif dan penelitian komparatif
menawarkan banyak manfaat dan kelebihan. Namun, seperti halnya dengan semua jenis
penelitian, ia memiliki keterbatasan juga. Berikut ini adalah ringkasan dari manfaat dan
keterbatasan penelitian komparatif.

Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian komparatif, anatara lain:

a. Membantu untuk mengidentifikasi penyebab atau penjelasan untuk kondisi atau


peristiwa historis yang ada.
b. Penelitian ini menggunakan kelompok atau kasus yang ada, dengan demikian
menyederhanakan beberapa langkah dari proses penelitian. Karena berfokus pada
perbedaan dan kesamaan, kasus atau kelompok biasanya diambil dari perangkat yang
diketahui atau ditentukan sebelumnya.
c. Variabel penelitian tidak dimanipulasi dan perlakuan tidak diterapkan, lagi-lagi
menyederhanakan langkah-langkah proses penelitian. Dalam penelitian komparatif,
pengaruh variabel telah terjadi dan tujuannya adalah untuk menguji dampak atau
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Ini adalah metode yang
umum dipilih ketika variabel tidak dapat dimanipulasi karena alasan etis atau praktis.
d. Sebagian besar data dikumpulkan dari sumber yang sudah ada, mengurangi upaya
prosedural dan banyak masalah etika.
e. Seringkali banyak informasi yang ada tersedia untuk digunakan sebagai data.
f. Lebih murah daripada kebanyakan studi eksperimental.
g. Penelitian komparatif memfasilitasi pemahaman tentang peristiwa historis karena
berfokus pada perbedaan antara kasus dan peristiwa yang sering menyebabkan
diferensiasi wawasan yang lebih besar.
h. Jenis studi ini sering menyatukan para peneliti dari berbagai latar belakang dan
disiplin ilmu yang berbeda.

Sedangkan keterbatasan dalam penelitian komparatif, antara lain:

a. Terkadang mungkin sulit untuk menemukan jenis data yang sama untuk kelompok
atau kasus untuk membuat perbandingan yang benar.
b. Keakuratan dan sumber data mungkin perlu dievaluasi dan diverifikasi untuk
memastikan temuan yang dapat diandalkan.
c. Hanya penelitian eksperimental yang benar yang dapat menentukan hubungan sebab-
akibat secara definitif. Temuan dari penelitian komparatif harus dilaporkan
menunjukkan “efek yang mungkin” atau “penyebab yang mungkin”.
d. Kelompok atau kasus harus dipilih dengan cermat untuk mengontrol variabel asing.
Yang terbaik adalah memastikan bahwa kelompok atau kasus serupa dalam hal
variabel asing untuk mengurangi dampak potensial mereka.
e. Kelompok atau kasus dipilih tidak dipilih secara acak. Ini berdampak negatif pada
kemampuan penelitian untuk menggeneralisasi temuan.
f. Penelitian komparatif mensyaratkan bahwa penelitian membuat anggapan bahwa
variabel independen memiliki konsekuensi yang sama setiap saat.
g. Dalam beberapa kasus, arah kausalitas dapat diperdebatkan dan harus
dipertimbangkan oleh peneliti. Studi komparatif juga tidak memperhitungkan situasi
di mana banyak penyebab mungkin terjadi.

Adapun definisi penelitian komparatif menurut para ahli, antara lain adalah sebagai
berikut:
 Nazir (2005)
Penelitian komparatif dapat didefinisikan sebagai sejenis penelitian deskriptif yang
berupaya mencari jawaban secara mendasar tentang hubungan sebab-akibat, dengan
menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena
tertentu.
 Pickvance (2005)
Analisis komparatif dilakukan terutama untuk menjelaskan dan mendapatkan pemahaman
yang lebih baik tentang proses sebab-akibat yang terlibat dalam penciptaan suatu
peristiwa.
 Sugiyono (2012)
Penelitian komparatif dapat didefinisikan sebagai penelitian yang membandingkan
keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau sampel yang berbeda, atau pada waktu
yang berbeda.

2. Macam-macam Penelitian Komparatif

Ada beberapa metode melakukan analisis komparatif. Tilly (1984) membedakan


empat jenis analisis komparatif yaitu: individualisasi, universalisasi, penemuan variasi dan
cakupan. Berikut penjelasnnya:

 Perbandingan kontras secara individual (Individualizing comparison contrasts)

Sejumlah kecil kasus untuk memahami kekhasan masing-masing kasus. Ini pada dasarnya
melibatkan penggambaran sepenuhnya karakteristik masing-masing kasus yang dipelajari.
Ini membantu memperluas pengetahuan kita dan memberikan wawasan untuk melihat
kasus secara mendalam. Metode ini tidak dapat dikatakan benar-benar komparatif tetapi
memanfaatkan perbandingan dalam aspek kecil penelitian (Fredrickson, 1997).

 Perbandingan universal (Universalizing comparison)

Perbandingan ini bertujuan untuk menetapkan bahwa setiap kejadian dari suatu fenomena
pada dasarnya mengikuti aturan yang sama. Ini melibatkan penggunaan perbandingan
untuk mengembangkan teori-teori fundamental dengan generalisasi dan relevansi yang
signifikan; melangkah lebih jauh untuk memberikan teori yang menjelaskan kasus yang
sedang dipelajari. Misalnya untuk pengembangan teori industrialisme, revolusi sosial, dan
lain sebagainya.
 Perbandingan penemuan variasi (Variation-finding comparison)

Perbandingan ini berusaha untuk menetapkan prinsip variasi dalam karakter atau
intensitas suatu fenomena dengan memeriksa perbedaan sistematis antara kejadian, yaitu
membandingkan berbagai bentuk fenomena tunggal untuk menemukan perbedaan logis di
antara kejadian dan menetapkan standar variasi dalam karakter atau intensitas fenomena
itu. Misalnya, Green (1997) studi tentang Diaspora Yahudi modern dan Moore (1966)
studi tentang Asal Sosial Kediktatoran dan Demokrasi.

 Perbandingan cakupan (Encompassing comparison)

Perbandingan ini menempatkan contoh berbeda di berbagai lokasi dalam sistem yang
sama, sebagai cara untuk menjelaskan karakteristik mereka sebagai fungsi dari berbagai
hubungan mereka dengan sistem secara keseluruhan. Misalnya. menjelaskan perbedaan
antara perilaku dua anak berdasarkan urutan kelahiran mereka, menghubungkan
karakteristik masyarakat pedesaan dengan berbagai koneksi mereka dengan kota atau
daerah perkotaan terdekat.

3. Ciri-ciri Penelitian Komparatif

Penelitian komparatif merupakan penelitian yang bersifat “expost facto”, artinya


yaitu data yang dikumpulkan setelah peristiwa yang dipermasalahkan terjadi.

Expost fackto adalah suatu penelitian emperis yang sistematis dimana peneliti tidak
mengendalikan variabel bebas secara langsung dikarenakan perwujudann variabel tersebut
telah terjadi atau dikarenakan variabel tersebut pada dasarnya memang tidak bisa
dimanipulasi.

Dalam hal ini, peneliti tidak melakukan perlakuan dalam membandingkan dan
mencari hubungan sebab-akibat dari variabelnya, tapi peneliti hanya mencari satu atau
lebih akibat-akibat yang ditimbulkan dan mengujinya dengan menelusuri kembali masa
lalu untuk mencari sebab-sebab, kemungkinan hubungan, dan maknanya. Penelitian ini
cenderung menggunakan data kuantitatif.

4. Tujuan Penelitian Komparatif


Secara umum, tujuan penelitian komparatif yaitu untuk menemukan persamaan dan
perbedaan tentang dua hal atau lebih. Selain itu, penelitian komparatif juga mempunyai
beberapa tujuan sebagai berikut: membandingkan persamaan dan perbedaan 2 atau lebih
fakta dan sifat objek yang diteliti, membuat generalisasi tingkat perbandingan,
menentukan mana yang lebih baik atau mana yang sebaiknya dipilih, menyelidiki
kemungkinan hubungan sebab-akibat.
5. Prosedur Penelitian Komparatif
Pada penelitian komparatif memiliki prosedur yang tidak jauh beda dengan
penelitian lainnya, berikut ini prosedurnya yang harus dilakukan :
a. Penentuan masalah penelitian
Pada tahap perumusan masalah penelitian atau pertanyaan penelitian, peneliti
berspekulasi dengan apa yang menjadi penyebab fenomena yang berdasarkan pada
hasil penelitian sebelumnya, teori, atau pengamatan langsung.
b. Penentuan kelompok yang mempunyai  karakteristik yang akan diteliti.
Peneliti harus menentukan kelompok yang seperti apa yang akan diteliti disesuaikan
dengn isu atau masalah yang akan diangkat.
c. Pemilihan kelompok pembanding.
Setelah memperoleh kelompok yang akan diteliti langkah berikunya memilih
kelompok pembanding dengan mempertimbangkan karakteristik yang membedakan
dengan kelompok penelitian. Kelompok ini harus dideskripsikan secara jelas dan
didefinisikan secara operasional untuk masing-masing kelompok yang mewakili
populasi yang berbeda. Tidak lupa untuk mengontrol variabel ekstra guna membantu
menjamin kesamaan kedua kelompok.
d. Pengumpulan data.
Dalam tahap pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian
yang harus memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas.
e. Analisis data
Pada tahap terakhir yaitu analisis data, analisis data dimulai dengan analisis statistik
deskriptif  yaitu menghitung rata-rata dan simpangan baku. Kemudian dilakukan
analisis yang mendalam dengan statistik inferensial. Teknik yang dapat digunakan
sebagai analisis data dalam penelitian komparatif yaitu sebagai berikut:

 Apabila datanya berbentuk nominal, maka digunakan teknik statistiks : binomial


dan chi kuadrat satu sampel.
 Apabila datanya berbentuk ordinal, maka digunakan teknik statistik : run test.
 Apabila datanya berbentuk interval atau ratio maka digunakan tes satu sampel.
Ada beberapa kiat umum yang perlu diperhatikan dalam melakukan penelitian
komparatif :
a. Batasi jumlah kasus, kelompok, atau negara
Studi komparatif adalah yang terbaik ketika kasus dipilih dengan cermat dan jumlahnya
terbatas. Studi ini biasanya melibatkan tingkat pengetahuan yang signifikan tentang
masing-masing yang sulit jika ada terlalu banyak perbandingan. Jika ada terlalu banyak
kasus, kelompok atau negara untuk membandingkannya meningkatkan kemungkinan
kesalahan dan meningkatkan kemungkinan kasus yang tidak relevan berdampak pada
hasil. Kasus, kelompok, atau negara harus cukup mirip untuk masuk ke dalam beberapa
jenis kategori atau klasifikasi yang mendefinisikannya dan membuat studi komparatif.

b. Pemilihan kasus
Studi komparatif tidak menggunakan seleksi acak untuk menempatkan kasus, negara
atau individu ke dalam kelompok. Bahkan, kasus atau kelompok biasanya ditentukan
sebelumnya atau ada. Oleh karena itu, pemilihan kasus, kelompok, atau negara yang
cukup mirip untuk memungkinkan perbandingan adalah kunci keberhasilan studi secara
keseluruhan.

c. Pertimbangkan aksesibilitas data yang serupa ketika memilih topik


Terutama dalam studi komparatif lintas nasional, penting untuk mempertimbangkan
terlebih dahulu apakah mendapatkan data yang sebanding dari kelompok atau negara
adalah hal yang memungkinkan. Misalnya, jika membandingkan ekonomi kedua negara,
peneliti harus menyelidiki indikator ekonomi apa yang akan tersedia dan apakah mereka
akan memperbolehkan dilakukannya perbandingan.

d. Kembangkan kerangka analitik setelah kasus atau negara dipilih


Kerangka analitik adalah aspek atau karakteristik khusus dari kasus perbandingan yang
diputuskan peneliti untuk diteliti. Sebagai contoh, jika peneliti memilih untuk
membandingkan negara-negara yang pemerintahannya digulingkan dalam 50 tahun
terakhir, ia perlu memilih kerangka analitik untuk mempersempit data ke aspek minat
tertentu. Peneliti dapat, misalnya, memutuskan untuk fokus pada gaya pemerintahan
yang diterapkan. Mengidentifikasi kerangka analitik membuat peneliti tetap fokus
sehingga tidak ada gangguan dari data lain yang mungkin “menarik” tetapi tidak relevan,
seperti sifat pertempuran yang menyebabkan penggulingan pemerintah tersebut.
e. Menafsirkan Hasil
Ketika menafsirkan hasil, peneliti harus berhati-hati tentang menyatakan bahwa variabel
independen menyebabkan variabel dependen. Karena kurangnya pengacakan dalam
pemilihan subjek penelitian dan adanya variabel asing, mungkin lebih baik untuk
menyatakan bahwa hasilnya menunjukkan efek yang mungkin atau penyebab yang
mungkin. Desain penelitian eksperimental adalah satu-satunya metode yang benar-benar
dapat membangun hubungan sebab-akibat yang pasti.

D. Penelitian Evaluatif (Evaluasi)


1. Pengertian Penelitian Evaluatif

Penelitian evaluasi adalah suatu prosedur ilmiah yang sistematis yang dilakukan


untuk mengukur hasil program atau proyek (efektifitas suatu program), apakah telah
sesuai dengan tujuan yang direncanakan atau tidak, yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan, menganalisis dan mengkaji pelaksaaan program yang dilakukan secara
objektif. Selanjutnya merumuskan dan menentukan kebijakan dengan terlebih dahulu
mempertimbangkan nilai-nilai positif dan keuntungan suatu program.

Adapun definisi evaluasi menurut para ahli, antara lain adalah sebagai berikut;

a. Raka Joni (1975), Evaluasi didefinisikan sebagai proses untuk mempertimbangkan


suatu barang, hal atau gejala dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang
kemudian disebut Value Judgment.
b. Nurkancana (1983), Evaluasi ialah kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan proses
untuk menentukan nilai dari suatu hal.
c. John M. Echols dan Hasan Shadily (1983), Kata  evaluasi secara harfiah berasal dari
bahasa Inggris evaluation yang artinya penilaian atau penaksiran.
d. Azwar (1996), Evaluasi ialah proses yang dilakukan secara teratur dan sistematis pada
komparasi antara standar atau kriteria yang telah ditentukan dengan hasil yang
diperoleh. Melalui hasil perbandingan tersebut kemudian disusun suatu kesimpulan
dan saran pada setiap aktivitas pada program.
e. Zainul dan Nasution (2001), Evaluasi ialah suatu proses pengambilan keputusan
dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik
yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.
f. Purwanto (2002), Evaluasi ialah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain itu,
evaluasi dapat pula dipandang sebagai proses merencanakan, mendapatkan, dan
menyediakan informasi yang sangat dibutuhkan untuk membuat alternatif-alternatif
keputusan.
g. Arikunto (2003), Evaluasi ialah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengukur
keberhasilan program pendidikan.
h. Curtis, Dan B; Floyd, James J.; Winsor, Jerryl L, Evaluasi didefinisikan sebagai suatu
proses penilaian. Penilaian ini dapat menjadi netral, positif atau negatif atau
merupakan gabungan dari keduanya. Ketika sesuatu dievaluasi biasanya orang yang
mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau manfaatnya.

2. Macam-macam Penelitian Evaluatif

Ada banyak jenis evaluasi tergantung pada objek yang dievaluasi dan tujuan
evaluasi. Mungkin perbedaan mendasar yang paling penting dalam jenis evaluasi adalah
antara evaluasi formatif dan sumatif.

a. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif memperkuat atau meningkatkan objek yang dievaluasi – mereka
membantu membentuknya dengan memeriksa pelaksanaan program atau pemakaian
teknologi, kualitas implementasinya, dan penilaian konteks organisasi, personel, prosedur,
input, dan sebagainya.

Evaluasi formatif mencakup beberapa jenis evaluasi:

1) Penilaian kebutuhan (needs assessment), menentukan siapa yang membutuhkan


program, seberapa besar kebutuhan itu, dan apa yang mungkin berhasil untuk
memenuhi kebutuhan itu.
2) Penilaian evaluabilitas (evaluability assessment), menentukan apakah suatu evaluasi
layak dan bagaimana pemangku kepentingan dapat membantu membentuk
kegunaannya.
3) Konseptualisasi terstruktur (structured conceptualization), membantu para pemangku
kepentingan mendefinisikan program atau teknologi, populasi target, dan hasil yang
mungkin.
4) Evaluasi implementasi (implementation evaluation), memonitor ketepatan program
atau teknologi
5) Evaluasi proses (process evaluation), menyelidiki proses penyampaian program atau
teknologi, termasuk prosedur penyampaian alternatif.

b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif, sebaliknya, memeriksa efek atau hasil dari beberapa objek –
mereka meringkasnya dengan menggambarkan apa yang terjadi setelah pelaksanaan
program atau pemakaian teknologi; menilai apakah objek dapat dikatakan telah
menyebabkan hasil; menentukan dampak keseluruhan dari faktor penyebab di luar hanya
hasil target langsung; dan, memperkirakan biaya relatif yang terkait dengan objek.

Evaluasi sumatif juga dapat dibagi menjadi:

1) Evaluasi hasil (outcome evaluations), menyelidiki apakah program atau teknologi


menyebabkan efek yang dapat dibuktikan pada hasil target yang ditentukan secara
spesifik.
2) Evaluasi dampak (impact evaluation), lebih luas dan menilai dampak keseluruhan-
baik yang disengaja atau tidak – dari program atau teknologi secara keseluruha.
3) Keefektifan biaya dan analisis biaya-manfaat (cost-effectiveness and cost-benefit
analysis), menjawab pertanyaan efisiensi dengan menstandarkan hasil dalam hal
biaya dan nilai dolarnya.
4) Analisis sekunder (secondary analysis), menguji kembali data yang ada untuk
menjawab pertanyaan baru atau menggunakan metode yang sebelumnya tidak
digunakan.
5) Meta-analisis (meta-analysis), mengintegrasikan estimasi hasil dari beberapa studi
kasus untuk sampai pada penilaian keseluruhan atau ringkasan pada pertanyaan
evaluasi

3. Ciri-ciri Penelitian Evaluatif


Adapun ciri-ciri penelitian evaluatif adalah sebagai berikut:

a. Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi


penelitian pada umumnya.
b. Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti berpikir secara sistemis, yaitu memandang
program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri atas beberapa komponen
atau unsur yang saling berkaitan satu sama lain dalam menunjang keberhasilan
kinerja dari objek yang dievaluasi, bagi pengawas ialah keberhasilan  program
pembinaan.
c. Agar bisa mengetahui secara detail kondisi dari objek yang dievaluasi, maka
diperlukan adanya identifikasi terhadap komponen yang berkedudukan sebagai
faktor penentu bagi  keberhasilan program.
d. Menggunakan standar, kriteria, atau tolok ukur sebagai perbandingan dalam
menentukan kondisi real dari data yang didapatkan dan untuk
mengambil kesimpulan.
e. Kesimpulan atau hasil penelitian dipergunakan untuk masukan atau rekomendasi bagi
sebuah kebijakan atau rencana program yang sudah ditentukan, atau dengan kata
lain, dalam melakukan evaluasi program, peneliti harus berkiblat pada tujuan
program kegiatan sebagai standar, kriteria, atau tolok ukur.
f. Agar informasi yang didapatkan bisa menggambarkan kondisi real secara detail untuk
mengetahui bagian mana dari program yang belum terlaksana, maka diperlukan
adanya identifikasi terhadap komponen, yang selanjutnya melakukan identifikasi
terhadap sub komponen, dan identifikasi pada indikator dari program yang
dievaluasi.
g. Standar, kriteria atau tolok ukur, diterapkan pada indikator, yaitu bagian yang paling
kecil dari program agar dapat dengan cermat diketahui letak kelemahan dari proses
kegiatan.
h. Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan akurat
sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.

4. Cara Menuliskan Penelitian Evaluatif

Prosedur pelaksanaan penelitian evaluasi menurut Suharsimi Arikunto (2007: 299-


230) yaitu sebagai berikut :

a. Peneliti mengkaji buku-buku, kondisi lapangan dan menggali informasi dari para
pakar/ahli untuk mendapatkan gambaran tentang masalah yang akan diteliti.
b. Peneliti merumuskan permasalahan penelitian dalm bentuk pertanyaan penelitian
setelah terlebih dahulu mengkaji lagi sumber-sumber yang relevan untuk
mendapatkan ketajaman permasalahan.
c. Peneliti melakukan penyusunan proposal penelitian dengan mencantumkan latar
belakang masalah, alasan melakukan penelitian, problematika, tujuan, hipotesis
(disertai dengan dukungan teori dan penemuan-penemuan penelitian), metodologi
penelitian yang memuat subjek penelitian (populasi dan sampel dengan rincian
besarnya sampel, teknik sampling dan siapa sampel penelitiannya), instrumen
pengumpulan data dan teknik analisis data.
d. Peneliti melakukan pengaturan terhadap rencana penelitian, melakukan penyusunan
instrumen, mempersiapkan kancah penelitian dan melakukan uji coba instrumen.
e. Pelaksanan penelitian dalam bentuk yang disesuaikan dengan model penelitian yang
telah dipilih. Dalam penelitian evaluasi peneliti mungkin memilih model eksperimen
murni (apabila syarat-syaratnya terpenuhi) atau model eksperimen semu.

Anda mungkin juga menyukai