PENDEKATAN
KORELASIONAL
A.Pendahuluan
Dalam ranah penelitian kuantitatif, pendekatan korelasional adalah suatu
pendekatan umum untuk penelitian yang berfokus pada penaksiran
kovariasi antara variabel yang muncul secara alami. Kata korelasional
berasal dari sebuah kata dalam bahasa Inggris correlation dan menjadi
correlational artinya saling berhubungan atau hubungan timbal balik.
Sebuah correlation atau korelasi adalah suatu uji statistik untuk
menentukan tendensi atau pola dari dua variable atau lebih atau dua set
data yang bervariasi secara konsisten. Dalam ilmu statistika istilah
korelasi diberi pengertian sebagai hubungan antara dua variable atau
lebih. Hubungan antara dua variabel dikenal dengan istilah bivariate
correlation, sedangkan hubungan antar lebih dari dua variabel dikenal
dengan istilah multivariate correlation (Creswell, 2008). Dalam kasus
yang hanya memiliki dua variabel, ini berarti bahwa dua variabel
berbagi varian yang sama, atau mereka bervariasi bersama-sama(covary). Untuk menentukan bahwa dua variabel bervariasi-bersama (covary), memiliki dasar matematika yang agak rumit (Damin, 2002;
Creswell,
2008,
Johnson,
1996).
B.
Tujuan
Penelitian
Korelasional
Tujuan
diadakannya
penelitian
korelasional
adalah
untuk
mengidentifikasi hubungan prediktif dengan teknik korelasi atau teknik
statatistik yang lebih canggih. (Zechmester dalam Emzir,2007:37).
Sacara khusus, tujuan penelitian korelasional adalah: (1) untuk mencari
bukti terdapat tidaknya hubungan (korelasi) antarvariabel, (2) bila sudah
ada hubungan, untuk melihat tingkat keeratan hubungan antarvariabel,
dan (3) untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan
tersebut berarti (meyakinkan/significant) atau tidak berarti (tidak
berarti/insignificant) (Muhidin dan Abdurrahman, 2007:105).
Statistik yang menganalisis data penelitian korelasional sebagai
hubungan linear adalah koefisien product- moment correlation. Ini juga
disebut bivariate correlation (seperti disebut diatas), zero-order
correlation, atau r, dan disimbolkan dengan r untuk notasinya. Bagi
G.
Variabel
dalam
Penelitian
Korelasional
Variabel adalah "karakteristik tertentu yang berbeda-beda; sedikitnya
memiliki dua nilai, dan bisanya lebih" (Smith & Glass, 1987, hlm. 12).
Variabel merupakan aspek yang sangat penting dalam penelitian
korelasional. Semakin meningkat varian, akan semakin gampang untuk
memperkirakan skor dari variabel independen terhadap variabel
dependen. Contoh berikut bagaimana menentukan variabel yaitu
misalkan dalam penelitian pemerolehan bahasa, kecemasan saat menulis
dalam bahasa kedua adalah variabel karena tingkat kecemasan itu
berbeda-beda di kalangan siswa. Ada siswa yang lebih cemas
dibandingkan dengan siswa lain ketika mencoba untuk menulis paper
atau makalah dalam bahasa kedua. Untuk mengukur tingkat kecemasan
yang dialami siswa, mereka diberi semacam tes yang mengukur
kecemasan menulis. Skor mereka mungkin akan bervariasi dari 1
sampai dengan 10. Skor-skor dalam variabel kecemasan menulis
tersebut merupakan indikator yang dianggap mewakili konstruk atau
trait kecemasan yang sebenarnya. Yang dimaksud konstruk atau trait
adalah konsep atau ide abstrak mengenai beberapa kualitas dari seorang
individu (Smith & Glass, 1987, hlm. 7; Borg, 1987, hlm. 120). Suatu
konstruk hipotetis tidak bisa diobservasi atau diukur secara langsung.
Oleh karena itu, peneliti menjabarkan konstruk itu dalam bentuk
operasional yang bisa diukur, seperti tertuang dalam jawaban-jawaban
siswa terhadap seperangkat pertanyaan yang mengukur kecemasan
dalam
menulis.
Variabel-variabel lain yang penting dalam penelitian bahasa kedua
adalah kecakapan berbahasa, motivasi, latar belakang kultural dan
linguistik, dan sejumlah karakteristik siswa yang lain.Variabel juga bisa
berupa karakteristik guru seperti pengalaman atau kemampuan
bahasanya. Variabel juga bisa berupa karakteristik kelas seperti
komposisi etnis, ukuran kelas, atau juga bisa berupa karakteristik satuan
atau entitas lainnya seperti Perguruan Tinggi, sekolah atau program.
Banyak penelitian bahasa kedua yang melibatkan variabel-variabel
linguistik seperti penggunaan tipe/ciri-ciri wacana tertentu, tindak ujaran
atau struktur gramatikal. Melalui penggunaan teknik-teknik
korelasional, peneliti berusaha untuk mempelajari bagaimana variabelvariabel tersebut diukur dan berkaitan satu sama lain.
Jika penelitian korelasional dalam bentuk sederhana hanya
menghubungkan dua variable, pertanyaan akan muncul jika ada lebih
dari dua variable. Dalam hal ini, kondisi penelitian bahasa penuh dengan
sebuah alat ukur yang tepat untuk satu kelompok siswa pada situasi
tertentu, mungkin tidak tepat digunakan dalam situasiy lain. Oleh karena
itu, sebaiknya berusaha untuk membuat suatu alat ukur itu layak
digunakan.
K.
Bagaimana
Melakukan
Penelitian
Korelasional?
Bagaimana melakukan penelitian korelasional? Perhatikan suatu contoh
hipotetis. Mungkin ingin diketahui apakah semakin sering guru bahasa
kedua memberikan feedback atau umpan balik kepada siswa, maka
semakin meningkat pula kemahiran berbahasa siswa. Untuk menguji
pertanyaan penelitian tersebut, harus didapatkan hasil pengukuran dari
sejumlah feedback yang diterima masing-masing siswa dan hasil
pengukuran tentang perkembangan kemahiran siswa dalam berbahasa
kedua. Selanjutnya tentukan tingkat hubungan antara feedback dan
peningkatan kemahiran berbahasa dengan cara menghitung koefisien
korelasinya. Koefisien korelasi adalah angka atau bilangan yang
menggambarkan tingkat keeratan hubungan antara dua variabel atau
lebih. Bilangan tersebut juga menunjukkan arah korelasi (apakah positif
atau negatif) dan tingkat hubungan antara feedback dan peningkatan
kemahiran berbahasa. Karena pertanyaan atau rumusan masalah yang
diajukan dalam bentuk hubungan atau relationship, maka jawaban yang
diberikan juga merupakan suatu hubungan atau relationship. Hubungan
itulah
yang
disebut
korelasi.
Satu contoh penelitian nyata yang dilakukan oleh Krashen (1985)
tentang teori input bisa memberikan gambaran tentang teknik-teknik
korelasi yang sering digunakan. Polak dan Krashen (1988) tertarik pada
apakah ada korelasi antara kompetensi mengeja bahasa Inggris dengan
kesukaan membaca bahasa Inggris di kalangan siswa Bahasa Inggris
Sebagai Bahasa Kedua (BISBK) di SMU Polak. Dengan menggunakan
korelasi, kedua peneliti menguji hubungan antara dua variabel; (1)
keakuratan mengeja (yang diukur dengan menggunakan teknik dictation
atau imla'); dan (2) kesukaan membaca (yang diukur dengan
menggunakan angket pendek). Mereka menemukan korelasi positif yang
menunjukkan bahwa, dengan mengabaikan bahasa pertama mereka, tiga
kelompok mahasiswa yang diteliti yang sering membaca secara bebas,
melakukan kesalahan kecil dalam mengeja bahasa kedua. Setelah
memperingatkan pembaca bahwa kausalitas tidak bisa dijelaskan, kedua
peneliti menyimpulkan; Hasil penelitian kami menegaskan bahwa
kesukaan membaca akan membantu pengejaan yang benar, oleh karena
itu, para mahasiswa perlu didorong untuk merasa senang membaca
dengan cara mereka sendiri. Disamping mengeja, ada bukti yang kuat
bahwa kesukaan membaca bisa meningkatkan kemahiran berbagai
aspek kebahasaan yang lain yang meliputi kemampuan membaca, kosa
kata, tata bahasa dan gaya pen ulisan (Polak & Krashen, 1988, hlm.
145). Sebenarnya, penelitian tersebut tidak menunjukkan bahwa
kesukaan membaca menyebabkan atau membantu kebenaran
mengeja, tetapi hanya menggambarkan bahwa ada hubungan di antara
dua variabel yang diteliti tersebut. Ini berarti bahwa ada faktor-faktor
lain yang menyebabkan atau membantu keakuratan mengeja. Contoh
penelitian ini menggambarkan salah satu cara penggunaan metode
korelasional dalam menjelaskan hubungan antara dua variabel dari
beberapa
kelompok
mahasiswa.
L. Penerapan Korelasi dalam Penelitian Bahasa (Kawasan Penelitian
Bahasa)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, penelitian korelasional secara
tradisonal diklasifikasikan menjadi dua, yaitu penelitian eksplanatori
(explanatory studies) dan penelitian prediksi (prediction studies). Para
peneliti bahasa kedua telah mengembangkan teknik-teknik korelasional
untuk menyelidiki berbagai macam hubungan. Berikut ini contoh
hubungan-hubungan yang bisa diteliti dengan menggunakan teknik
korelasi.
Penelitian
Eksplanatory
(Relationship
Studies)
Variabel
I
Variabel
II
Interaksi
verbal
Kemahiran
lisan
/
Berbicara
Sikap kultural yang integratif Kemahiran global atau menyeluruh
Kompetensi
Sintaksis
Kompetensi
Sosiolinguistik
Penggunaan strategi pembelajaran Prestasi yang didapatkan
Kebenaran mengeja bahasa kedua Kesukaan membaca bahasa kedua
Perhatian pada bentuk Kecemasan dalam menulis/mengarang
Modifikasi
input
wacana
Pemahaman
pendengaran
Terhadap masing-masing pasangan variabel di atas, akan muncul
pertanyaan, Bagaimana hubungan antara (variabel I) dengan (variabel
II). Terhadap pasangan masing-masing variabel di atas, pertanyaannya
adalah, "Bagaimana hubungan antara (variabel I) dengan (variabel II).
Hasil dari penelitian hubungan seringkali digunakan untuk membuat
pernyataan atau menilai seputar persoalan-persoalan teoritis dalam
pembelajaran bahasa kedua. Salah satu contoh penggunaan penelitian
hubungan adalah penelitian tentang faktor-faktor/komponen yang