Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KORELASI

Dosen Pengampuh :

Ns. Norman Alfiat Talibo S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh Kelompok II


1. Salim Mahagia ( 1901096 )
2. Alma Harpia Nani ( 1901054 )
3. Rosilawati Tan ( 1901008 )
4. Vivi Sri Utami Gobal ( 1901058 )
5. Cindy Berliana D. Mayulu ( 1901060 )
6. Indria Putri Utina ( 1901055 )
7. Gina M.R Haringan ( 1901046 )
8. Mica A. Aku ( 1901042 )
9. Yanti Tongka ( 1901055 )
10. Moh. Djalil Djenaan ( 1901062 )
11. Heldy Srikandhy Sadale ( 1901021 )

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO
T.A 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga kami dapat menyeleseikan tugas makalah yang berjudul “Corelasi Dalam

Penelitian” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan

tentang ‘Teoritis/Konsep dalam Penelitian” bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami

mengucapkan terima kasih kepada Ns. Norman Alviat Talibo,S.Kep,M.Kep, selaku Dosen

Mata Kuliah Metodologi Penelitian, yang telah memberikan tugas ini sehinggga dapat

menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi

sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalh ini. Saya

menyadari, makalah kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang mebangun kami menantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kelompok 2

Manado 9 Juli 2022


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri, pasti tergantung

atau berhubungan dengan yang lain. Baik itu berhubungan dengan sesama manusia,

maupun dengan alam sekitar.

Penelitian korelasional merupakan penelitian yang paling banyak digunakan dan

telah memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi perkembangan pengetahuan

di bidang pendidikan (Cornell dalam Hadjar, 1999:277). Dalam penelitian jenis ini,

peneliti berusaha menghubungkan suatu variabel dengan variabel yang lain untuk

memahami suatu fenomena dengan cara menentukan tingkat atau derajat hubungan

di antara variabel-variabel tersebut. Tingkat hubungan tersebut ditunjukkan oleh nilai

koefisien korelasi yang berfungsi sebagai alat untuk membandingkan variabilitas

hasil pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut. Pengetahuan tentang tingkat

hubungan tersebut diharapkan dapat menambah pemahaman tentang faktor-faktor

dalam karakteristik yang kompleks dari suatu fenomena seperti prestasi belajar.

Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (1994:24) adalah untuk

mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-

variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.

Sedangkan menurut Gay dalam Emzir (2007:38); Tujuan penelitian korelasional

adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan

hubungan tersebut untuk membuat prediksi.

Macam Penelitian Korelasional : Penelitian Hubungan, Penelitian Prediktif,


Korelasi Multivariat. Penelitian korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan,

yaitu : Korelasi Bivariat, Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu

rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua

variabel. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai

tingkatan dan arah. Regresi dan Prediksi, Jika terdapat korelasi antara dua variabel

dan kita mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat

diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini.

Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita

dapat lebih baik. Regresi Jamak (Multiple Regresion), dan Analisis Faktor, prosedur

statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel

dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu

faktor penting yang umum.

Misalnya: Kalau kita ingin hidup sehat banyak faktor yang berkaitan/

berpengaruh, antara lain: lingkungan rumah, jam istirahat, jam kerja, cuaca dll.

Konsep pemikiran tentang hubungan adalah untuk menjawab pertanyaan tentang

apakah kemunculan suatu gejala akan diikuti oleh gejala-gejala lain, atau lebih

spesifik apakah perubahan suatu variabel akan diikuti oleh perubahan variabel lain.

Perubahan suatu variabel diikuti oleh perubahan variabel lain menandakan adanya

hubungan (korelasi) antar variabel.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penelitian korelasional?

2. Apakah tujuan dari penelitian korelasional?

3. Bagaimana ciri-ciri penelitian korelasional?


4. Apakah langkah-langkah pokok penelitian korelasional?

5. Apa saja macam-macam penelitian korelasional?

6. Bagaimana desain dasar penelitian korelasional?

7. Bagaimana rancangan penelitian korelasional?

8. Apa aja kesalahan dalam melakukan penelitian korelasional?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui maksud dari penelitian korelasional.

2. Mengetahui tujuan dari penelitian korelasional.

3. Mengetahui ciri-ciri penelitian korelasional.

4. Mengetahui langkah-langkah pokok dalam penelitian korelasional.

5. Mengetahui macam-macam dari penelitian korelasional.

6. Mengetahui desain dasar penelitian korelasional.

7. Mengetahui rancangan penelitian korelasional.

8. Mengetahui kesalahan dalam melakukan penelitian korelasional.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Korelasi

Kata “korelasi” berasal dari bahasa inggris correlation. Dalam bahasa indonesia

sering diterjemahkan dengan ; “ hubungan” atau “ saling hubungan” atau“ hubungan

timbal balik”. Dalam ilmu statistik istilah”korelasi” diberi pengertian sebagai

hubungan antardua variabel atau lebih”

Selain itu, Korelasi juga dapat diartikan sebagai salah satu teknik statistik yang

digunakan untuk untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yangsifatnya

kuantitatif. Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salahsatu teknik

pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association).

Penelitian korelasional merupakan penelitian yang paling banyak digunakan

dan telah memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi perkembangan

pengetahuan di bidang pendidikan (Cornell dalam Hadjar, 1999:277). Dalam

penelitian jenis ini, peneliti berusaha menghubungkan suatu variabel dengan variabel

yang lain untuk memahami suatu fenomena dengan cara menentukan tingkat atau

derajat hubungan di antara variabel-variabel tersebut. Tingkat hubungan tersebut

ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi yang berfungsi sebagai alat untuk

membandingkan variabilitas hasil pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut.

Pengetahuan tentang tingkat hubungan tersebut diharapkan dapat menambah

pemahaman tentang faktor-faktor dalam karakteristik yang kompleks dari suatu

fenomena seperti prestasi belajar.


Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan

pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan

antara dua variabel atau lebih. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting,

karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat

mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.

B. Tujuan Penelitian Korelasi

Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (1994:24) adalah untuk

mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-

variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.

Sedangkan menurut Gay dalam Emzir (2007:38); Tujuan penelitian korelasional

adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan

hubungan tersebut untuk membuat prediksi.

Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya

berhubungan dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar variabel yang

ternyata tidak mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari perhatian

selanjutnya.

Secara khusus, tujuan penelitian korelasional adalah: (1) untuk mencari bukti

terdapat tidaknya hubungan (korelasi) antar variabel, (2) bila sudah ada

hubungan,untuk melihat tingkat keeratan hubungan antar variabel, dan (3) untuk

memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti

(meyakinkan/significant) atau tidak berarti (insignificant).


C. Ciri – Ciri Penelitian Korelasi

1. Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti rumit

dan/atau tak dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat

dimanipulasi.

2. Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling

hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya.

3. Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan

bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut.

4. Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas.

5. Penelitian korelasional juga mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain:

kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara

bersama-sama (simultan); dan Penelitian korelasional juga dapat memberikan

informasi tentang derajat (kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang

diteliti.

D. Langkah – Langkah Pokok Penelitian Korelasi

Dalam penelitian korelasional, langkah-langkah yang digunakan ketika

merencanakan atau melaksanakan suatu penelitian menurut Creswell (2015: 702-

708) adalah;

1. Menentukan apakah penelitian korelasional paling menjawab permasalahan

penelitiannya

Penelitian korelasional digunakan ketika ada kebutuhan untuk meniliti

suatu permasalahan yang membutuhkan identifikasi arah dan derajat hubungan

diantara 2 set skor. Ada gunanya untuk mengidentifikasi tipe hubungan,

menjelaskan hubungan kompleks banyak faktor yang menjelaskan suatu hasil,


dan memprediksi hasil dari satu prediktor atau lebih. Penelitian korelasional

tidak “membuktikan” suatu hubungan tetapi menunjukkan keterkaitan atau

hubungan antara dua variabel atau lebih.

Oleh karena penelitian korelasional tidak membandingkan kelompok, maka

digunakan pertanyaan penelitian, bukan hipotesis. Contoh pertanyaan dalam

suatu penelitian korelasional sebagai berikut:

1. Apakah kreativitas berkaitan dengan skor tes IQ untuk anak-anak

sekolah dasar? (mengaitkan dua variabel)

2. Apa saja faktor yang menjelaskan perilaku etik students teacher selama

pengalaman mengajar siswa?(mengeksplorasi suatu hubungan

kompleks)

3. Apakah peringkat kelas SMA memprediksi GPA (Grade Point Average)

mahasiswa di semester pertama di perguruan tinggi? (prediksi)

2. Mengidentifikasi individu-individu untuk diteliti

Idealnya, individu harus dipilih secara random dari populasi yang lebih

besar. Sampel harus mengandung setidaknya 30 individu (N=30). Kelompok

perlu memiliki ukuran yang adekuat (memenuhi syarat/memadai) untuk bisa

menggunakan statistik korelasional, misalnya N=30; ukuran yang lebih besar

berkontribusi pada variansi kesalahan yang lebih kecil dan klaim keterakilan lebih

baik. Sampel yang lebih besar akan meningkatkan generalisasi hasil.

3. Mengidentifikasi dua ukuran atau lebih untuk setiap individu dalam penelitian

Ide dasar penelitian korelasional adalah untuk membandingkan partisipan

dalam suatu kelompok pada dua ciri khusus atau lebih, maka ukuran variabel

dalam pertanyaan penelitian perlu diidentifikasi (misalnya, pencarian


kepustakaan tentang penelitian terdahulu). Pemilihan kedua variabel tersebut

harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang mendahului, atau

pengalaman keduanya sangat mungkin berubungan. Selanjutnya, instrumen yang

mengukur variabel-variabel tersebut perlu didapatkan. Idealnya, instrumen itu

seharusnya sudah terbukti validitas dan reliabilitasnya. Biasanya, suatu variabel

diukur pada masing-masing instrumen, tetapi instrumen bisa mengandung kedua

variabel yang dikorelasikan dalam penelitian.

Menurut Ibnu Hadjar (1996:283) instrumen yang digunakan harus mampu

mengukur rentang atau variabilitas respon subjek secara reliabel. Beberapa

contoh jenis instrumen yang dapat digunakan seperti tes, angket, wawancara, atau

observasi.

4. Mengumpulkan data dan memantau ancaman potensial

Lodico (2010:278) menyebutkan data untuk setiap variabel harus diperoleh

untuk setiap orang dalam penelitian. Karena pasangan skor akan berkorelasi,

penting untuk memiliki cara untuk menghubungkan data dari ukuran yang

berbeda sehingga skor yang dimiliki orang yang sama dapat dikelompokkan

bersama. Selanjutnya, mendeskripsikan hubungan antara dua variabel untuk

memprediksi hasil dari variabel prediktor. Dalam Cresell (2015: 705) Apabila

dalam penelitian korelasi, datanya diambil (tersedia) dari kantor admisi, peneliti

tidak harus terlalu mengkhawatirkan tentang prosedur yang mengancam validitas

skor. Akan tetapi, potensi untuk rentang skor yang terbatas –variasi yang kecil

dalam skornya –tentu ada. Faktor lain yang mungkin akan mempengaruhi

kemampuan peneliti untuk menarik kesimpulan yang valid dari hasilnya adalah
tidak adanya prosedur administrasi standar, kondisi situasi pengetesan, dan

ekspektasi partisipan.

5. Menganalisis data dan mempresentasikan hasilnya

Tujuan dalam penelitian korelasional adalah untuk mendeskripsikan derajat

hubungan di antara dua variabel atau lebih. Peneliti mencari suatu pola respons

dan menggunakan prosedur statistik untuk menentukan kekuatan hubungan

maupun arahnya. Hubungan yang signifikan secara statistik, jika ditemukan tidak

menyiratkan causation (sebab-akibat) tetapi sekadar hubungan antara variabel-

variabel.

Analisis dimulai dengan mengode data dan mentransfernya dari instrumen

ke dalam file komputer. Setelah itu peneliti perlu menemukan statistik yang tepat

untuk digunakan. Setelah menemukan uji statistik yang paling sesuai, peneliti

selanjutnya menghitung apakah statistiknya signifikan berdasarkan skor-skornya.

Dalam mempresentasikan hasil, peneliti korelasional akan menyajikan matriks

korelasi dari seluruh variabel maupun tabel statistik.

6. Menginterpretasi hasil

Langkah terakhir dalam melaksanakan penelitian korelasional adalah

menginterpretasi hasilnya. Langkah ini membutuhkan mendiskusikan besaran

dan arah hasil dalam penelitian korelasional, dengan mempertimbangkan dampak

variabel intervening dalam penelitian korelasi parsial, dengan menginterpretasi

bobot regresi variabel dalam analisis regresi, dan dengan mengembangkan

persamaan prediktif untuk digunakan dalam penelitian prediksi.

Di semua langkah ini, salah satu masalah secara keseluruhannya adalah

apakah data Anda mendukung teori, hipotesis atau pertanyaan. Di samping itu,
peneliti mempertimbangkan apakah hasilnya mengkonfirmasi atau

mendiskonfirmasi temuan dari penelitian lain.

E. Macam – Macam Penelitian Korelasi

1. Penelitian Hubungan

Penelitian hubungan, relasional, atau korelasi sederhana (seringkali hanya

disebut korelasi saja) digunakan untuk menyelidiki hubungan antara hasil

pengukuran terhadap dua variabel yang berbeda dalam waktu yang bersamaan.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat atau derajat hubungan antara

sepasang variabel (bivariat). Variabel tersebut harus didasarkan pada teori,

asumsi, hasil penelitian yang mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya

sangat mungkin berhubungan.

Pada dasarnya, desain penelitian hubungan ini cukup sederhana, yakni

hanya dengan mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok subjek yang sama

dan kemudian menghitung koefisien korelasinya. Oleh karena itu, dalam

melakukan penelitian ini, pertama-tama peneliti menentukan sepasang variabel

yang akan diselidiki tingkat hubungannya. Pemilihan kedua variabel tersebut

harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang mendahului, atau

pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin berhubungan.

2. Penelitian Prediktif

Dalam pelaksanaan di bidang pendidikan, banyak situasi yang

menghendaki dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada awal tahun ajaran

baru, misalnya, setiap sekolah karena keterbatasan fasilitas, seringkali harus

menyeleksi para pendaftar yang akan diterima menjadi calon siswa baru.

Penelitian korelasi jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu


variabel atau lebih yang dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian

di masa yang akan datang atau variabel lain (Borg & Gall dalam Hadjar;

1999:285). Penelitian ini sebagaimana penelitian relasional, melibatkan

penghitungan korelasi antara suatu pola tingkah laku yang kompleks, yakni

variabel yang menjadi sasaran prediksi atau yang diramalkan kejadiannya

(disebut kriteria), dan variabel lain yang diperkirakan berhubungan dengan

kriteria, yakni variabel yang dipakai

3. Korelasi Multivariat

Teknik untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan antara

kombinasi dari tiga variabel atau lebih disebut teknik korelasi multivariat. Ada

beberapa teknik yang dapat digunakan, dua diantaranya yang akan dibahas di sini

adalah: regresi ganda atau multiple regresion dan korelasi kanonik.

F. Desain Penelitian Korelasi

1. Penentuan Masalah

Sebagaimana dalam setiap penelitian, langkah awal yang harusdilakukan

penelitian adalah menentukan masalah penelitian yang akan menjadi focus

studinya. Dalam penelitian korelasional, masalah yang dipilih harus mempunyai

nilai yang berarti dalam pola perilaku fenomena yang kompleks yang memrlukan

pemahaman. Disamping itu, variabel yang dimasukkan dalam penelitian harus

didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis maupun nalar, bahwa variabel

tersebut mempunyai hubungan tertentu. Hal ini biasanya dapat diperoleh

berdasarkan hasil penelitian yang terdahulu atau terdahulu.


2. Penentuan Subyek

Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam

variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian. Subyek tersebut harus relatif

homogen dalam faktor-faktor di luar variabel yang diteliti yang mungkin dapat

mempengaruhi variabel terikat. Bila subyek yang dilibatkan mempunyai

perbedaan yang berarti dalam faktor-faktor tersebut, korelasi antar variabel yang

diteliti menjadi kabur.

Untuk mengurangi heterogenitas tersebut, peneliti dapat

mengklasifikasikan subyek menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat

faktor tertentu dan, kemudian menguji hubungan antar variabel penelitian untuk

masing-masing kelompok.

3. Pengumpulan Data

Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan

mengumpulkan data masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman

interview dan pedoman observasi, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. Data

yang dikumpulkan dengan instrumen-instrumen tersebut harus dalam bentuk

angka. Dalam penelitian relasional, pengukuran variabel dapat dilakukan dalam

waktu yang relatif sama. Sedang dalam penelitian prediktif, variabel prediktor

harus diukur selang beberapa waktu sebelum variabel kriteri terjadi. Jika tidak

demikian, maka prediksi terhadap kriteria tersebut tidak ada artinya.

4. Analisis Data

Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan

cara mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran

variabel lain. Dalam penelitian relasional, teknik korelasi bivariat, sesuai dengan

jenis datanya, digunakan untuk menghitung tingkat hubungan antara vaiabel yang
satu dngan yang lain. Sedang dalam penelitian prediktif, teknik yang digunakan

adalah analisis regresi untuk mengetahui tingkat kemampuan prediktif variabel

prediktor terhadap variabel kriteria. Namun demikian, dapat pula digunakan

analisis korelasi biasa bila hanya melibatkan dua variabel. Bila melibatkan lebih

dari dua variabel, misalnya untuk menentukan apakah dua variabel prediktor atau

lebih dapat digunakan untuk memprediksi variabel kriteria lebih baik daripada

bila digunakan secara sendiri-sendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple

regresion atau analisis kanonik dapat digunakan. Hasil analisis tersebut biasanya

dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau koefisien regresi serta

tingkat signifikansinya, disamping proporsi variansi yang disumbangkan oleh

variabel bebas terhadap variabel terikat.

G. Rancangan Penelitian Korelasi

1. Korelasi Bivariat

Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian

yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan

antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan

arah.Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan

dalam angka antar -1,00 dan +1,00, yang dinamakan foefisien korelasi. Korelasi

zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak

ke arah -1,00 atau +1,00, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem.

Arah hubungan diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif

berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor

pada variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa

semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel

lain atau sebaliknya.


2. Regresi dan Prediksi

Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada

salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi

merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana

pendekatan koefisien korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih

baik.

3. Regresi Jamak (multiple Regresion)

Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan

penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan

lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa

yang kita prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variable). Apa yang kita

gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui

disebut variabel prediktor (predictor variables).

6. Analisis Faktor

Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah

besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi

mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.

7. Rancangan Korelasional Yang Digunakan Untuk Menarik Kesimpulan Kausal

Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-

pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional.

Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur (path analysis design)

danrancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design).

Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang

menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sedangkan desain panel

lintas akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus.


8. Analisis Sistem (System Analysis)

Desain ini meibatkan penggunaan prosedur matematik yang

kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang

waktu, jerat umpan balik serta unsur dan aliran hubungan.

H. Kekuatan Hubungan Antar Variabel

Menurut Amos Neolaka (2016:129) sesuai kajian teori interpretasi mengenai kekuatan

hubungan antar dua variabel mengikuti pedoman untuk menginterpretasikan koofisien

korelasi adalah sebagai berikut.

Interval Koofisien Tingkat Hubungan

0,00 Tidak ada korelasi

>0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 0,999 Sangat kuat

1,00 Korelasi sempurna

Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefien korelasi. Suatu koefiensi

korelasi angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00, atau – 0,00 dan -1,00, yang

mengindikasikan derajat hubungan dua variabel. Jika koefien mendekati + 1,00; kedua

variabel tersebut mempunyai hubungan positif. Hal ini berarti bahwa seseorang dengan

skor yang tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang tinggi pula pada variabel

yang lain, dan seseorang dengan skor yang rendah pada suatu variabel akan memiliki
skor yang rendah pula pada variabel yang lain; suatu peningkatan pada suatu variabel

berhubungan/diasosiasikan dengan peningkatan pada variabel lain. Jika koefiensi

korelasi tersebut mendekati 0,00, kedua variabel tidak berhubungan. Hal ini berarti

bahwa skor seseorang pada suatu variabel tidak mengindikasikan skor orang tersebut

pada variabel lain. Jika koefisien tersebut mendekati -1,00, kedua variabel memiliki

hubungan yang sebaliknya (negatif). Hal ini berarti bahwa seseorang dengan skor

tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang rendah pada variabel lain;

peningkatan pada suatu akan diasosiakan dengan penurunan pada variabel lain, dan

sebaliknya (Gay, 1981: 185) dalam Emzir (2015:42-43).

I. Arah Penelitian Korelasi

Analisis korelasi dapat dikaji dari hasil atau skor signifikansi (sig) dan skor

koefisien korelasi dengan simbol r. Berdasar skor sig dapat diketahui hasil signifikansi

penelitian tersebut. Sedangkan hasil atau skor r dapat dipahami mengenai arah korelasi

(hubungan) dan kuat lemahnya hubungan di antara variabel bebas dengan variabel

terikat. Khusus mengenai r terdapat beragam hasil, yang dapat dikelompokkan dalam

tiga arah yakni:

1. Hubungan positif, bila kenaikan nilai variabel bebas (x), disertai atau diikuti oleh

kenaikan nilai variabel terikat (y). Dapat pula diartikan turunnya nilai variabel

bebas (x), disertai atau diikuti turunnya nilai variabel terikat (y). Hal ini dapat dikaji

dari skore hasil sig, besarnya tidak lebih besar dari 0,050; dan hasil skor r (koefisien

korelasi) biasanya tergolong memiliki derajat hubungan kuat dan sangat kuat,

dengan skor r melebihi 0,600.

2. Hubungan negatif, bila kenaikan nilai variabel bebas (x), disertai turunnya nilai

variable terikat (y). Juga dapat terjadi turunnya nilai variable bebas (x), disertai

kenaikan nilai variable terikat (y). Hal ini dapat dikaji dari skore hasil sig, besarnya
tidak lebih besar dari 0,050; dan hasil skore r (koefisien korelasi) biasanya bertanda

negatif (-), tergolong memiliki derajat hubungan kuat dan sangat kuat, dengan skor

r lebih rendah dari -0,600.

3. Hubungan nihil (tidak ada hubungan), bila kenaikan/turunnya nilai variable bebas

(x), tidak dikuti oleh kenaikan/turunnya nilai variabel terikat (y). Tidak adanya

hubungan tersebut dapat dikaji dari skore hasil sig, yakni jika besarnya sig lebih

besar dari 0,050. Kondisi ini biasanya diikuti oleh hasil skore r (koefisien korelasi)

yang tergolong memiliki derajat hubungan lemah dan sangat lemah, dengan skor r

mendekati 0,000. Perlu dipahami bahwa koefisien korelasi (simbol r) adalah

bilangan yang menyatakan besar kecilnya atau kuat lemahnya hubungan antara dua

variabel yang diteliti. Bilangan yang menunjukkan koefisien korelasi bergerak

antara -1 atau -1,0, sampai dengan +1 atau 1,0. Bila r menghasilkan angka yang

mendekati -1, maka disebut berkorelasi negatif. Sebaliknya, jika r menghasilkan

angka yang mendekati +1, maka disebut berkorelasi positif. Sedangkan jika r

menghasilkan angka yang mendekati 0, maka disebut tidak ada korelasi.

J. Kesalahan Dalam Penelitian Korelasioanal

Kesalahan-kesalahan yang kadang-kadang dilakukan oleh peneliti dalam

penelitian korelasional adalah sebagai berikut:

4. Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat

5. Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)

6. Peneliti memilih statistik yang tidak tepat

7. Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat

8. Peneliti tidak melakukan studi validitas silang

9. Peneliti menggunakan analisis jalur atau LISER tanpa peninjauan asumsi.

10. Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan
suatu analisis jalur

11. Peneliti salah tafsir terhadap signifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.

K. Teknik Korelasi

1. Korelasi Product Momen

Untuk menerapkan koefisien korelasi antara dua variabel yang masing-

masing mempunyai skala pengukuran interval maka digunakan korelasi product

moment yang dikembangkan oleh Karl Pearson.

Rumus korelasi product momen ini ada dua macam, yaitu:

a) Korelasi product moment dengan rumus simpangan (deviasi).

b) Korelasi Product moment dengan rumus angka kasar.

- Korelasi product moment dengan rumus simpangan (deviasi).

- Korelasi Product moment dengan rumus angka kasar.

2. Korelasi Point – Serial

Teknik korelasi point-serial digunakan untuk menghitung korelasi antara dua variabel,

yang satu berskala nominal dan yang lain berskala interval. Misalnya : Korelasi antara jenis

kelamin siswa dengan kecakapan matematika disamping itu, teknik korelasi ini pada
umumnya juga digunakan untuk menerapkan koefisien korelasi (validitas butir) antara butir-

butir tes yang diskor dikotomi (betul=1, salah=0) dengan skor totalnya yang dianggap berskala

pengukuran interval.Apabila gejala yang berskala nominal tersebut diskor secara

dikotomi, maka sering disebut korelasi point-biserial (rp-bis).

Rumusnya adalah sebagai berikut:

Keterangan :

 rp-bis = koefisien korelasi point-biserial

 M1 = mean gejala interval kelompok 1

 M2 = mean gejala interval kelompok 2

 St = standar deviasi total (kelompok 1 dan 2)

 P = Proporsi dari kelompok 1

 Q = 1-p

3. Korelasi Serial

Teknik korelasi serial ini digunakan untuk menguji hubungan antara dua variabel,

yang satu berskala pengukuran orinal dan yang lain berskala pengukuran interval. Gejala

ordinal adalah gejala yang dibedakan menurut golongan atau jenjangnya, tanpa mengukur

jarak antara titik yang satu dengan titik yang berikutnya.

Misalnya: kemampuan ekonomi (kaya, menengah, miskin) : Kerajinan (rajin,

sedang, malas) dan sebagainya.

Rumusnya :
Keterangan :

 or = Ordinat yang lebih rendah pada kurve normal

 ot = Ordinat yang lebih tinggi pada kurve normal

 M = Mean (pada masing-masing kelompok)

 SDtot = Standar seviasi total

4. Teknik Korelasi Tata Jenjang (Rank Order)

Teknik korelasi tata jenjang dalam dunia statistik dikenal sebagai teknik

analisis koelasional yag paling sederhana jika dibandingkan dengan teknik analisis

korelasinal lainnya.

1. Rumus Korelasi

Rumus korelasi ini dikembangkan oleh Charles Spearman.

6 ∑𝐷2 6 ∑𝐷2
ρ=1− 2 atau ρ=1−
(𝑁3− 𝑁)
𝑁 (𝑁 − 1)
Keterangan: ρ = angka indeks korelasi tata jenjang

1 dan 6 = bilangan konstan

D = perbedaan antara pasangan jenjang, D = R1

– R2N = Jumlah individu dalam sampel

Langkah penggunaan rumus ini sama dengan yang ditempuh oleh rumus-

rumus korelasi poduct moment. Namun penggunaannya, rumus ini

dibedakan antara penggunaan untuk data ordinal dan untuk data interval

yang telah berubah menjadi data ordinal, akan tetapi bentuk rumusnya tetap

seperti itu, perbedaannya adalah pada tabel kerja yang digunakan.

L. Kelebihan Dan Kelemahan Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional mengandung kelebihan-kelebihan antara lain:

kemampuanya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara

bersama-sama (simultan); dan penelitian korelasional juga dapat memberikan

informasi tentang derajat kekuatan hubungan antara variabel-variabel yang

diteliti (Abidin, 2010). Selanjutnya, Sukardi menambahkan kelebihan

penelitian ini adalah penelitian ini berguna untuk mengatasi masalah yang

berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, sosial. Dengan penelitian ini

juga memungkinkan untuk menyelidiki beberapa variabel untuk diselidiki

secara intensif dan penelitian ini dapat melakukan analisis prediksi tanpa

memerlukan sampel yang besar.

Sedangkan, kelemahan penelitian korelasional, antara lain: hasilnya

cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan


saling hubungan yang bersifat kausal; jika dibandingkan dengan penelitian

eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib-ketat, karena kurang

melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas; pola saling hubungan itu

sering tak menentu dan kabur; sering merangsang penggunanya sebagai

semacam short-gun approach, yaitu memasukan berbagai data tanpa pilih-

pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.

(Abidin,2010).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pemaparan pada bab pembahasan, penulis dapat

menyimpulkan bahwa: 1. Pengertian penelitian korelasional adalah suatu

penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan,

apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. 2.

Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menentukan hubungan antara

variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat

prediksi. 3. Ciri-ciri penelitian korelasional 4. Langkah-langkah pokok

penelitian korelasional 5. Macam penelitian korelasional meliputi: (a)

penelitian hubungan, (b) penelitian prediktif, (c) korelasi multivariat. 6.

Desain dasar penelitian korelasional meliputi: (a) penentuan masalah, (b)

penentuan subyek, (c) pengumpulan data, (d) analisis data. 7. Rancangan

penelitian korelasional meliputi: (a) korelasi bivariat, (b) regresi dan prediksi,

(c) regresi jamak, (multiple regresion), (d) analisis faktor, (e) rancangan

korelasional yang digunakan untuk menarik kesimpulan kausal, (f) analisis

sistem (system analysis). 8. Kesalahan dalam penelitian korelasional meliputi:

(a) peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat, (b)

peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach), (c)

peneliti memilih statistik yang salah.

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami buat, semoga apa yang telah

disajikan akan memberikan ilmu dan informasi. Selanjutnya demi


kesempurnaan makalah ini kami memohon saran dan kritik guna

memperbaiki dikemudian hari.


DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra

edisiketiga. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Sukardi.2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.

Jakarta: Bumi Aksara.

Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. 2009. Metodologi Penelitian

PendidikanBahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudijono, A. (2004). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sutrisno Hadi. (1987). Statistik. Jilid II. Yogyakarta: Fakultas Psikologi

UGM

Anda mungkin juga menyukai