Anda di halaman 1dari 12

RESUME

Penelitian Pendidikan 1
Metode Penelitian Korelasional

oleh
Kelompok 4
Seksi 16 BB 03

1. Afdhal Rahendra
2. Irgi Vaulina Risvi
3. Lisa Rahma Ilahi
4. Melchano Topandra
5. Mery Azhari

Dosen Mata Kuliah:


Masniladevi S.Pd, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

2018
Metode Korelasional

A. Pengertian Korelasional

Penelitian korelasional adalah penelitian yang menggambarkan suatu pendekatan


untuk peneliti yang berfokus pada penaksiran pada kovariasi di antara variabel yang muncul
secara alami.

Menurut Gay (1981 : 183 ) penelitian korelasional adalah suatu penelitan yang
kadang-kadang diperlakukan sebagai penelitian deskriptif,terutama disebabkan penelitian
korelasional mendeskripsikan sebuah kondisi yang telah ada.

Menurut Faenkel dan Wallen, (2008:328) penelitian korelasi atau korelasional adalah
suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau
lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat
manipulasi variabel.

Menurut Cornell dalam Hadjar ( 1999:277 ) penelitian korelasional merupakan


penelitian yang paling banyak digunakan dan telah memberikan sumbangan yang sangat
berarti bagi perkembangan pengetahuan di bidang pendidikan Creswell (2008:3) berpendapat
penelitian korelasi adalah penelitian yang memberikan kesempatan untuk memprediksi skor
tertentu karena adanya skor yang lain dan menerangkan antar variabel.

Sementara itu Ricards ( 1985 : 5 ) memberikan definisi korelasi sebagai suatu ukuran
kekuatan hubungan antara dua kumpulan data. Metode ini menggambarkan secara kuantitatif
asosiasi ataupun relasi satu variable dengan variable lainnya. Misalnya kita ingin mengetahui
antara nilai tes matematika sekelompok siswa dengan tinggi nilai ujian.

Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian korelasional adalah hubungan antar


variabel.Artinya, penelitian ini mencoba untuk mengetahui sejauh mana tingkat hubungan
variabel dan kualitas hubungan variabel.

B. Tujuan Penelitian Korelasioanal

Menurut Gay ( 1981 : 183 ) Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menentukan
hubungan antara variabel atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat
prediksi.
Menurut Suryabrata (1994:24) adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi
pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan
pada koefisien korelasi.

Menurut Zechmester, ( 2000 : 8 ) Tujuan penelitian korelasional adalah untuk


mengidentifikasi hubungan prediktif dengan menggunakan teknik korelasi atau teknik
statistik. Sedangkan menurut Gay dalam Emzir (2009:38) Tujuan penelitian korelasional
adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan
tersebut untuk membuat prediksi. Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel
yang dipercaya berhubungan dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar variabel yang
ternyata tidak mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari perhatian selanjutnya.

Penelitian korelasional memiliki tujuan untuk menentukan ada apa tidaknya hubungan
antara dua variabel atau lebih, kearah manakah hubungan tersebut positif atau negatif, dan
seberapa jauh hubungan yang ada antara dua variabel atau lebih yang dapat diukur. Misalkan
saja sperti hubungan antara kecerdasan dengan kreativitas, tinggi badan dengan umur,
semangat dengan pencapaian, nilai bahasa Inggris dengan nilai statistika, dan sebagainya.
Tujuan dari penyelidikan korelasional adalah untuk mengungkapkan atau menetapkan suatu
hubungan atau menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat prediksi atau prakiraan.

Dalam bidang pendidikan, studi korelasi umumnya digunakan guna melakukan


penelitian terhadap sejumlah variabel yang diperkirakan memiliki peranan yang signifikan
dalam mencapai proses pembelajaran. Sebagai contoh, misalnya mengenai pencapaian hasil
belajar dengan motivasi internal, intensitas kehadiran mengikuti kuliah, belajar strategi, dan
lain sebagainya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi
sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau
lebih faktor lain berdasarkan pada keofisien-koefisien.

C. Ciri-ciri Penelitian Korelasional

Menurut Danim ( 2002 : 10 ) ciri-ciri penelitian korelasional yaitu :

1. Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti rumit
dan/atau tak dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat
dimanipulasi.
2. Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling
hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya.
3. Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan
bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut.
4. Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas
dan satu atau lebih variabel terikat (dependent variabel).
D. Macam Studi Korelasional
1. Studi Hubungan
Studi hubungan dilakukan dalam suatu usaha memperoleh Pemahaman faktor-
faktor atau variabel yang berhubungan dengan variabel yang kompleks, seperti
hasil belajar akademik, motivasi, dan konsep diri. Variabel yang diketahui tidak
berhubungan dapat dieliminasi dari perhatian/pertimbangan selanjutnya.
Identifikasi variabel yang berhubungan membantu beberapa tujuan utama.
Pertama, studi demikian memberikan arah untuk melanjutkan studi kausal-
komparatif atau eksperimental. Studi korelasional merupakan cara yang efektif
mengurangi studi eksperimental yang tidak menguntungkan dan menyarankan
sesuatu yang secara potensial produktif. Dalam studi kausal-komparatif dan
eksperimental, peneliti juga berkonsentrasi terhadap pengontrolan variabel selain
variabel bebas, yang mungkin berhubungan dengan performansi pada variabel
terikat. Dengan kata lain. peneliti mencoba mengidentifikasi variabel yang
berhubungan dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya yang tidak
akan bercampur dengan variabel bebas.

Studi hubungan membantu peneliti mengidentifikasi variabel-variabel


seperti untuk mengontrolnya, dan selanjutnya menyelidiki pengaruh variabel yang
sesungguhnya.

2. Studi Prediksi

Jika dua variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu
variabel dapat digunakan untuk memprediksikan skor pada variabel yang lain.
Peringkat SMA sebagai contoh, dapat digunakan untuk memprediksikan peringkat
di perguruan tinggi. Variabel yang menjadi dasar pembuatan prediksi diacu
sebagai prediktor dan variabel yang diprediksikan diacu sebagai kreteria. Studi
prediksi sering digunakan untuk memudahkan pengambilan kesimpulan mengenai
individu atau membantu pemilihan individu.

Studi prediksi juga dilakukan untuk menguji hipotesis teoretis mengenai


variabel yang dipercaya menjadi prediktor suatu kreteria, dan untuk menentukan
validitas prediktif instrumen pengukuran individual. Sebagai contoh hasil studi
prediksi digunakan untuk memprediksikan level kesuksesan yang mungkin
dicapai individu dalam mata pelajaran tertentu, seperti aljabar pada tahun pertama
untuk memprediksikan individu mana yang memungkinkan berhasil di perguruan
tinggi atau dalam program pelatihan kerja, dan untuk memprediksikan dalam
bidang studi mana seseorang individu paling sukses.

Dengan demikian, hasil studi prediksi digunakan oleh sejumlah kelompok


disamping para peneliti, seperti konsultan dan personil perizinan. Jika beberapa
variabel prediktor masing-masing mempunyai hubungan dengan suatu variabel
krateria, maka prediksi yang didasarkan pada kombinasi variabel tersebut akan
lebih akurat. Sebagai contoh, prediksi keberhasilan di perguruan tinggi biasa
didasarkan ada kombinasi beberapa faktor, seperti peringkat di SMA, rengkit
dalam kelas, dan skor pada ujian masuk perguruan tinggi.

3. Korelasi dan Kausalitas

Penelitian korelasi mengacu pada studi yang bertujuan untuk untuk


mengungkapkan hubungan antarvaribel melalui penggunaan statistik korelasional
(r). Kuadrat dari koefesiensi Korelasi menghasilkan varians yang dijelaskan (r-
square). Suatu hubungan korelasional antara dua variabel kadang-kadang
merupakan hasil dari sumber lain, jadi kita harus hati-hati dan ingat bahwa
korelasi tidak harus menjelaskan sebab dan akibat. Jika suatu hubungan yang kuat
ditemukan antara dua variabel, kausalitas dapat diuji melalui penggunaan
pendekatan eksperimental (LaMar, 2004: l).

Berbagai rancangan penelitian korelasional didasarkan pada asumsi bahwa


realitas lebih baik dideskripsikan sebagai suatu jaringan timbal balik dan
penginteraksian daripada hubungan kausal. Sesuatu memengaruhi dan dipengaruhi
oleh sesuatu yang lain. Jaringan hubungan ini tidak linear, seperti dalam penelitian
eksperimental (Davis, 1997: l).
Dengan demikian, dinamika suatu sistem bagaimana setiap bagian dari
keseluruhan sistem memengaruhi setiap bagian yang lain lebih penting dari
kausalitas. Sebagai suatu kaidah, rancangan korelasional tidak mengindikasikan
kausalitas. Walaupun, beberapa rancangan korelasional seperti analisis jalur (path
analysis) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel designs)
membolehkan pernyataan-pernyataan kausal. Penelitian korelasional adalah
kuantitatif (bid).

E. Manfaat Penggunaan Metode Koralasional

Metode korelasional memungkinkan para Peneliti analisis hubungan antara


sejumlah besar variabel dalam suatu studi tunggal. Koefisien korelasi memberikan
ukuran tingkat dan arah hubungan. Penggunaan metode korelasional ditujukan:

1. Untuk mengungkapkan hubungan antarvariabel


2. Untuk memprediksikan skor subjek pada suatu variabel melalui skor pada variabel
lain.
F. Proses Dasar Penelitian Korelasional
Menurut Gay (1981) sementara studi hubungan dan studi prediksi mempunyai
karakteristik unik yang membedakan keduanya, proses dasar keduanya sama. Lebih
lanjut ia menjelaskan prosedur dasar penelitian korelasional sebagai berikut.
1. Pemilihan Masalah
Studi korelasional dapat dirancang untuk menentukan variable mana dari suatu
daftar yang mungkin berhubungan maupun untuk menguji hipotesis mengenai
hubungan yang diharapkan. Variable yang dilibatkan harus diselksi berdasarkan
penalaran deduktif dan penalaran induktif. Dengan kata lain, hubungan yang akan
diselidiki harus didukung oleh teori atau diturunkan dari pengalaman.
2. Sampel dan Pemilihan Instrumen

Sampel untuk studi korelasional dipilih dengan menggunakan metode


sampling yang dapat diterima, dan 30 subjek dipandang sebagai ukuran sampel
minimal yang dapat diterima. Sebagaimana suatu studi, adalah penting untuk
memilih dan mengembangkan pengukuran yang valid dan reliable terhadap
variable yang akan diteliti. Jika variable yang tidak memadai dukumpulkan,
koefisien korelasi yang dihasilkan akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang
tidak akurat. Selanjutnya, jika pengukuran yang digunakan tidak secara nyata
mengukur variable yang diinginkan, koefisien yang dihasilkan tidak akan
mengindikasi hubungan yang diinginkan. Sebagai contoh, anda ingin menentukan
hubungan antara hasil belajar matematika dengan hasil belajar fisika. Jika anda
memilih dan menggunakan tes keterampilan berhitung yang valid dan reliable
serta tes hasil belajar fisika yang valid dan juga reliable, koefisien korelasi yang
dihasilkan tidak akan menjadi estimasi akurat dari hubungan yang diinginkan.
Keterampilan berhitung hanya merupakan satu jenis hasil belajar matematika ,
koefisien korelasi yang dihasilkan akan mengindikasikan hubungan antara hasil
belajar fisika dan satu jenis dari hasil belajar matematika, yaitu keterampilan
berhitung. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam memilih dan
menggunakan instrument yang valid dan reliable untuk tujuan penelitian kita.

3. Desain dan Prosedur

Desain korelasional dasar tidaklah rumit; dua atau lebih skor yang
dioperoleh dari setiap jumlah sampel yang dipilih, satu skor untuk setiap variabel
yang diteliti, dan skor berpasangan keudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang
dihasilkan mengindikasikan tingkatan/derajat hubungan antara kedua variable
tersebut. Studi yang berbeda menyelidi sejumlah variable, dan beberapa
penggunaan prosedur statistic yang kompleks, namun desain dasar tetap sama
dalam studi korelasional.

4. Analisis Data dan Interpretasi

Bila dua variable dikorelasikan maka hasilnya adlah koefisien korelasi.


Suatu koefisien korelasi angka decimal, antara 0,00 dan +1,00, atau -0,00, dan -
1,00, yang mengindikasikan derajat hubungan dua variable. Jika koefisien
mendekati +1,00; kedua variabl tersebut mempunyai hubungan positif. Hal ini
berarti bahwa seseorang dengan skor yang tinggi pada suatu vaiabel akan
memiliki skor yang tinggi pula pada variable yang lain, dan sseorang dengan skor
yang rendah pada suatu variable akan memiliki skor yang rendah pula pada
variable yang lain; suatu peningkatan pada suatu variable
berhubungan/doasosiasikan dngan peningkatan pada variable lai. Jika koefisien
korelasi tersebut mendekati 0,00, kedua variable tidak berhubungan. Hal ini
berarti bahwa seseorang pada suatu variable tidakn mengindikasikan skor orang
tersebut pada variable lain. Jika koefisien tersebut mendekati -1,00, kedua variable
memiliki hubungan yang sebaliknya (negatif). Hal ini berarti bahwa seseorang
dengan skor tinggi pada suatu variable akan memiliki skor yang rendah pada
variable lain, dan sebaliknya (Gay, 1981: 185).

Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana ia akan


digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar ia diperlukan agar bermanfaat
tergantung pada tujuan perhitungannya. Dalam studi yang dirancang untuk
menyelidiki atau hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi
diinterpretasikan dalam istilah signifikansi statistiknya. Dalam studi prediksi,
signifikansi statistic merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan
prediksi yang akurat. Signifikansi statistic mengacu pada apakah koefisien yang
diperoleh berbda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan suatu hubungan
yang benar, bukan suatu kemungkinan hubungan; keputusan berdasarkan
signifikansi statistic di buat pada suatu level kemungkinan (probability) yang
diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan ukuran sampel yang diberikan, anda
tidak dapat menntukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang
benar antar dua variable, tetapi anda dapat mengatakan secara probabilitas ada
atau tidak ada hubungan. Untuk menntukan signifikansi statistic, anda hanya
mengonsultasikannya pada table yang dapat mengatakan pada anda sberapa besar
koefisien anda diperlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitas yang
diberikan, dan ukuran sampel anda yang diberikan. Untuk level probabilitas yang
sama, atau level signifikansi yang sama, koefisien yang besar diperlukan bila
sampel yang lebih kecil dilibatkan. Kita secara umum memiliki lebih banyak bukti
dalam koefisien yang didasarkan pada 100 subjek daripada 10 subjek. Dengan
dmikian, sebagai contoh, pada level bukti 95%, dengan 10 kasus, anda akan
memerlukan sekurangnya koefisien 0,6319 agar dapat menyimpulkan eksistensi
suatu hubungan; di pihak lain, dengan 102 kasus anda hanya memerlukan
koefisien 0,1946. Konsep ini berarti bahwa anda memerhatikan kasus tersebut
ketika anda akan mengumpulkan data pada setiap anggota populasi, bukan hanya
sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang dilibatkan, dan tanpa
memerhatikan seberapa kecil koefisien korelasi yang ada, itu akan mewakili
derajat korelasi yang benar antar variable untuk populasi tersebut.

Ketika penginterpretasian suatu koefisin korelasi, anda harus selalu ingat


bahwa anda hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-
akibat. Koefisien korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan
sebab-akibat, yaitu eksprimen. Bila seseorang menemukan hubungan yang dekat
antara dua variable, hal itu seringkali menggoda untuk menyimpulkan bahwa satu
menyebabkan lain. Dalam kenyataan, itu mungkin tidak saling memengaruhi;
mungkin terdapat variable ketiga yang memengaruhi kedua variable.

G. Rancangan Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan. Shaughnessy dan


Zechmeinter (dalam Emzir, 2009:48-51), yaitu:

1. Korelasi Bivariat

Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang


bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua
variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah. Tingkat hubungan
(bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam angka antar -1 dan +1,
yang dinamakan koefisien korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada
hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak ke arah -1 atau +1, merupakan korelasi
sempurna pada kedua ekstrem (Emzir, 2009:48).

Arah hubungan diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif
berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada
variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi
skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya
(Emzir, 2009:48).

2. Regresi dan Prediksi

Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada salah
satu variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada
seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien
korelasi baik -1 maupun +1, prediksi kita dapat lebih baik.

3. Regresi Jamak (Multiple Regresion)

Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan


penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih
banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita
prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variable). Apa yang kita gunakan untuk
membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut variabel prediktor
(predictor variables).

4. Analisis Faktor

Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar
variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan
suatu faktor penting yang umum.

Sebagai contoh, peneliti dapat mengukur sejumlah besar aspek kesehatan fisik,
mental, emosi, dan spiritual. Setiap pertanyaan akan memberikan kepada peneliti
suatu skor. Korelasi yang tinggi baik positif itu maupun negatif antara beberapa skor
ini akan mengindikasikan faktor penting yang bersifat umum. Banyak pertanyaan
berbeda yang dapat diberikan, yang kemungkinan dapat mengukur faktor kesehatan
emosional. Dalam kasus ini akan terdapat korelasi yang tinggi antara pertanyaan
tentang marah, depresi, cemas, dan seterusnya. Atau di lain pihak, bila masing-masing
pertanyaan merupakan faktor terpisah, akan terdapat korelasi yang kecil antara
pertanyaan yang berhubungan dengan marah, depresi, cemas, dan seterusnya.

5. Rancangan korelasional yang digunakan untuk menarik kesimpulan kausal

Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-


pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan
tersebut adalah rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel
lintas-akhir (cross-lagged panel design).

Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang
menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sedangkan desain panel lintas
akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus.

6. Analisis sistem (System Analysis)

Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit


untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan
balik serta unsur dan aliran hubungan.
H. Kelebihan dan kelemahan penelitian korelasional

Penelitian korelasional mengandung kelebihan-kelebihan antara lain:


kemampuan untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-
sama (simultan) dan peneliti korelasional juga dapat memberikan informasi tentang
derajat (kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti ( Abidin,2010).
Selanjutnya, Sukardi menambahkan kelebihan ini adalah penelitian ini berguna untuk
mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi dan sosial.
Dengan penelitian ini juga memeungkinkan untuk menyelidiki beberapa variabel untuk
diselidiki secara intensif dan peneltian ini dapat melakukan analisis prediksi tanpa
memerlukan sampel yang besar.

Sedangkan kelemahan penelitian korelasional, antara lain: hasilnya Cuma


mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan
yang bersifat kausal. Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian
korelasional itu kurang tertib-ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap
variabel-varibel bebas. Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur. Sering
meransang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memesukkan
berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau
bermakna. (Abidin, 2010).

I. Kesalahan dalam penelitian korelasi

Kesalahan-kesalahan yang kadang-kadang dilakukan oleh peneliti dalam


penelitian korelasional adalah sebagai berikut:

1. Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat.


2. Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach).
3. Peneliti memelih statistik yang tidak tepat.
4. Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat.
5. Peneliti tidak melakukan studi validitas silang.
6. Peneliti menggunakan analisis jaluratau LISREL tanpa peninjauan asumsi-
asumsi (teori).
7. Peneliti gagal menentukan suatu variasi kausal penting dalam perencanaan
suatu analisis jalur.
8. Peneliti salah tafsir terhadap signifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi
Daftar Rujukan

Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Sumadi. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Trianto. 2011. Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan tenaga
Kependidikan. Jakarta: Kencana.

http://ayo-nambah-ilmu.blogspot.com/2016/06/metode-penelitian-korelasional-tujuan.html

Anda mungkin juga menyukai