Disusun oleh :
Nur Vany Widiyagiri
P27905118023
A. Definisi
B. Etiologi
Jaringan lunak akan mengalami cedera bila terkena suhu diatas 115 0F
(460C). Luasnya kerusakan bergantung pada suhu permukaan dan lama kontak.
Sebagai contoh pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang dewasa, kontak
selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,9 0C dapat
menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis dan dermis sehingga terjadi
cedera derajat tiga (full-thickness injury). Sebagai manifestasi dari cedera luka
bakar panas, kulit akan melakukan pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan
pembentukan oksigen reaktif dan menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler
dan menyebabkan penurunan tekanan onkotik. Hal ini menyebabkan kehilangan
cairan serta viskositas plasma meningkat dengan menghasilkan suatu formasi
mikrotrombus. Cedera luka bakar dapat menyebabkan keadaan hipermetabolik
yang dimanifestasikan dengan adanya demam, peningkatan laju metabolisme,
peningkatan ventilasi, peningkatan curah jantung, peningkatan glukoneogenesis,
serta meningkatkan katabolisme otot viseral dan rangka. Adanya luka pada sistem
pernafasan misalnya pada wajah yang merusak mukosa sehingga terjadi udema
pada laring dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan menyebabkan
ketidakefektifan pola nafas. Terjebak kebakaran dalam ruangan tertutup juga dapat
menyebabkan cedera inhalasi sehingga terjadi cedera alveolar yang ditandai dengan
adanya sputum berkarbon yang memunculkan diagnosa ketidakefektifan bersihan
jalan nafas yang diakibatkan karena keracunan gas (PCO2 yang meningkat
sedangkan PO2 turun). Keracunan gas tersebut dan sebagai akibat dari peningkatan
permeabilitas kapiler akan menyebabkan adanya penurunan cairan intravaskuler
sehingga terjadi hipovolemia dan hipoksia jaringan dan memunculkan diagnosa
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (Muttaqin & Kumala, 2012: 200, Nurarif
dan Hardhi, 2015: 212 ).
Masalah yang dapat timbul pada luka bakar yang luas yaitu gangguan pada
sistem hormonal dan gangguan keseimbangan cairan elektrolit. Hal tersebut terjadi
akibat kehilangan cairan serta dapat menyebabkan penurunan jumlah limfosit
sehingga luka beresiko mengalami sepsis. Mediator inflamasi seperti (sitokin, TNF-
α dan sel fagosit nekrotik) dan gangguan metabolisme (protein, karbohidrat dan
lemak) dapat muncul sebagai akibat dari luka bakar yang luasnya >20% .
Meningkatnya stress oksidatif juga dapat menyebabkan peningkatan produksi
radikal bebas sehingga akan mengganggu fungsi imun (Adhy dkk, 2014: 386,
Artawan, 2013).
Pathway
Masalah
Biologis Keperawatan:
LUKA BAKAR Psikologis Gangguan Citra
Tubuh
Defisiensi
pengetahuan
Anxietas
Pada Wajah Di ruang tertutup Kerusakan kulit /luka
Cairan intravaskuler
menurun
Gangguan
Gangguan perfusi organ penting sirkulasi seluler
Gangguan
Otak Hepar perfusi
Kardiovaskuler GI Neurologi Imun
Hipoxia
sel ginjal Traktus
Pelepasan
Hipoxia Kebocoran Daya Laju
katekolamin Gangguan
kapiler Ginjal tahan metabolisme
Dilatasi Neurologi
tubuh meningkat
lambung
menurun
Sel otak
Penurunan Fungsi Hipoxia
mati Hambahan
curah jantung ginjal hepatik Glukoneogenesis
pertumbuhan
menurun glukogenolisis
Gagal
fungsi Gagal Gagal ginjal Gagal
sentral jantung hepar
MK:
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
MULTI SISTEM ORGAN FAILURE
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi luka bakar antara lain adalah nyeri lokal, eritema, kemerahan,
pucat, menggigil, sakit kepala, mual dan muntah, lepuh berisi air dan berselaput
tipis, area yang rusak berlilin dan putih, perubahan suara, batuk, mengi, sputum
gelap pada luka bakar mukosa (Wolters dkk, 2013).
Manifestasi tentang luka bakar dapat ketahui dengan derajat luka yang dibagi
menjadi 4 derajat yaitu:
1. Grade I dengan kerusakan jaringan hanya terjadi pada epidermis, nyeri,
warna kulit kemerahan, kering, pada tes jarum terdapat hiperalgesia, lama
sembuh ±7 hari kulit menjadi normal.
2. Grade II: terdapat grade II a dimana jaringan yang rusak adalah sebagian
dermis, folikel rambut, dan kelenjar keringat utuh, rasa nyeri, warna
kemerahan pada lesi, adanya cairan pad bula, waktu sembuh 7-14 hari. Dan
pada grade II b dimana jaringan yang rusak sampai dermis, hanya kelenjar
keringat yang utuh, eritema, terkadang ada sikatrik, waktu sembuh 14-21
hari.
3. Grade III yaitu jaringan yang rusak meliputi seluruh epidermis dan dermis,
kulit kering, kaku, terlihat gosong, terasa nyeri karena ujung saraf rusak,
waktu sembuh lebih dari 21 hari.
4. Grade IV dimana luka bakar mengenai seluruh lapisan kulit, otot bahkan
tulang, penderita tidak akan merasakan nyeri karena kerusakan saraf, warna
kulit menjadi abu-abu, kehitaman, kering dan mengelupas (Muttaqin dan
Kumala, 2011)
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus luka bakar yaitu infeksi luka
yang gejalanya sama dengan proses penyembuhan luka yaitu adanya eritema,
edema, dan nyeri tekan. Demam, malaise, dan gejala yang lebih buruk dapat
menyebabkan sepsis dan kerusakan yang lebih dalam. Luka bakar juga dapat
menyebabkan timbulnya syok, cedera inhalasi apabila pasien menghirup udara di
dalam ruangan tertutup (Lalani, 2013, Pamela, 2011: 189).
Luka bakar terutama dengan luas >20% dapat menyebabkan gangguan
metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Selain itu, semakin berat kerusakan
jaringan maka proses inflamasi juga semakin lama terjadi dan tidak terkendali. Hal
tersebut akan menyebabkan terjadinya inflamasi sistemik dan penekanan sistem
imun yang berbahaya karena dapat menjadi SIRS dan MODS (Adhy dkk, 2014:
386).
F. Penatalaksanaan
A. Data Umum
Berisi mengenai identitas pasien yang meliputi nama, umur, No.RM,
jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, jam datang, jam diperiksa, tipe kedatangan dan informasi
data.
B. Keadaan umum pada pasien luka bakar dengan gawat darurat yang
berisi tentang observasi umum mengenai penghentian proses luka
bakar dan pemeriksaan status ABC (Airway, Breathing dan
Circulation) (Pamela, 2011).
C. Pengkajian primer
1. Airway: mengkaji ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas,
sumbatan total atau sebagian, distress pernafasan, ada tidaknya
aliran udara dan adanya gangguan pada jalan nafas misalnya
edema tipe torniket pada daerah leher yang dapat menyumbat
pernafasan (Karika, 2011).
Masalah airway yang timbul pada pasien luka bakar yaitu pasien
sulit bernafas, terdapat edema di jalan nafas, batuk, suara serak,
stridor, takipne, dispnea, agitasi adanya sputum mengandung
karbon (Pamela, 2011).
2. Breathing: mengkaji adanya henti nafas dan adekuatnya
pernafasan, frekuensi nafas dan pergerakan dinding dada(naik
turunnya dinding dada), suara pernafasan melalui hidung atau
mulut, merasakan udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
(Kartika, 2011:44).
Masalah breathing yang timbul pada pasien luka bakar yaitu
terganggunya ekspansi dada akibat adanya krustal tebal pada
luka bakar derajat 3 yang mengelilingi dada, adanya penggunaan
otot bantu pernafasan, pasien sulit bernafas, RR > 24x/menit,
irama nafas tidak teratur, nafas cepat dan pendek, suara nafas
wheezing (Pamela, 2011).
3. Circulation: mengkaji ada tidaknya denyut nadi, kemungkinan
syok, dan adanya perdarahan eksternal, denyut nadi, kekuatan
dan keteraturan, warna kulit dan kelembaban, tanda-tanda
perdarahan eksternal, tanda- tanda jejas atau trauma.
Masalah circulation yang timbul pada pasien luka bakar yaitu
peningkatan curah jantung dalam beberapa menit pertama
cedera, nadi tidak dapat diraba, tingkat kesadaran menurun
(Pamela, 2011).
4. Disability: mengkaji kondisi neuromuskular pasien, keadaan
status kesadaran(GCS), keadaan ekstrimitas, kemampuan
motorik dan sensorik.
Pada pasien luka bakar yang diakibatkan oleh luka bakar listrik
dapat terjadi penurunan kesadaran, paralisis motorik,
disorientasi dan defisit sensorik (Lalani, 2013).
5. Exposure and environment control: pemaparan dan kontrol
lingkungan tentang kondisi pasien secara umum (Kartika,
2011:73).
D. Pengkajian sekunder
1. Riwayat keperawatan :
Riwayat penyakit sekarang meliputi keluhan utama pasien,
riwayat penyakit saat ini, riwayat pengobatan, pengobatan yang
sedang dijalani, riwayat keluarga dan sosial, serta review sistem
(Kartika, 2011:44).
Pengkajian subjektif nyeri meliputi: P (penyebab, yang
menimbulkan nyeri, adakah hal yang menyebabkan kondisi
memburuk/membaik), Q (kualitas, keluhan klien), R (arah perjalanan
nyeri, daerah nyeri), S (skala nyeri 1-10), T (lamanya nyeri
dirasakan, terus menerus/ hilang timbul) (Kartika , 2011:44).
Pengkajian Objektif tanda-tanda vital meliputi tekanan darah
meliputi systole > 100-140 mmHg, diastole > 60-90 mmHg, nadi 60-
100 kali/ menit atau lebih, suhu: 36-37,5 C atau meningkat dan
pernafasan lebih dari 16- 24 kali/menit (Kartika, 2011: 44).
2. Pemeriksaan fisik per sistem yang biasa timbul pada luka bakar
yaitu:
a. Sistem neurologi
Menurut metode Glascow Coma Scale (GCS) dengan
penilaian Eye (4 untuk buka mata spontan, nilai 3 dengan suara,
nilai 2 dengan nyeri dan 1 tanpa respon), penilaian Verbal (5
apabila orientasi bagus, 4 jika pasien bingung, 3 apabila kalimat
tidak jelas, 2 jika suara tidak jelas/bergumam dan 1 jika tidak ada
respon) serta motorik (6 bila pasien dapat mengikuti perintah
dengan baik, 5 bila pasien mampu melokalisasi nyeri, 4 bila
pasien menghindari nyeri, 3 bila fleksi abnormal, 2 bila ekstensi
abnormal dan 1 bila tanpa respon) (Kartika, 2011: 58).
Pada kasus luka bakar dapat ditemukan penurunan
kesadaran yaitu nyeri pada respon membuka mata, gangguan
verbal, dan gangguan motorik karena adanya cedera (Lalani,
2013).
b. Sistem respirasi
Periksa bagian wajah, dada, dan leher pasien atas adanya t
anda-tanda distress pernafasan seperti penggunaan otot aksesori,
keteraturan retraksi dada, keteraturan pola nafas, dan suara nafas
abnormal (Kartika, 2011: 61).
Pada kasus luka bakar dapat ditemukan adanya batuk,
suara serak, stridor, takipne, dispnea, agitasi adanya sputum
mengandung karbon, penggunaan otot bantu pernafasan, pasien
sulit bernafas, RR lebih atau kurang dari 24x/menit, irama nafas
tidak teratur, nafas cepat dan pendek, suara nafas
wheezing(Pamela, 2011).
c. Sistem kardiovaskuler
Kaji atas adanya keluhan nyeri pada dada, normalitas
tanda-tanda vital, dan denyut jantung yang cepat, pelan atau
tidak teratur (Kartika, 2011).
Dalam pengkajian sistem kardiovaskuler pada kasus luka
bakar akan terjadi peningkatan curah jantung dalam beberapa
menit cedera, dan nadi sulit diraba (Pamela, 2011).
d. Sistem pencernaan
Periksa adanya distensi abdomen, jejas, dan adanya luka.
Auskultasi keempat kuadran dan pastikan status peristaltik usus.
Palpasi adanya nyeri, hepatomegali, dan limpa. Perkusi untuk
mngetahui ukuran organ dan memeriksa daerah cairan atau
rongga intra abdominal (Kartika, 2011).
Pada luka bakar akan ditemukan adanya penurunan
metabolik sebagai akibat dari respon sistemik pada 24 jam
pertama cedera (Gurnida, 2011).
e. Sistem muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal di unit gawat darurat
berhubungan dengan trauma dan infeksi. Kaji luka atas adanya
edema, eritema, jejas, dan nyeri. Periksa pergerakan dan status
neurovaskular pasien untuk mendeteksi masalah. Lepaskan
semua perhiasan dan pakaian ketat dari daerah luka (Kartika,
2011: 62).
Pada pasien luka bakar dapat ditemukan edema jaringan
dan nekrosis (Lalani, 2013: 357).
f. Sistem perkemihan
Catat frekuensi urin, adanya inkontinensia, terasa panas,
atau bau aneh dan status nyeri pada sistem urinaria.
Pada pasien luka bakar akan ditemukan urine berwarna
kemerahan yang menunjukkan adanya hemokromogen dan
mioglobin akibat kerusakan otot karena luka bakar yang dalam
(Muttaqin dan Kumala, 2012: 207).
g. Sistem integumen
Meliputi pemeriksaan warna, tekstur, turgor, suhu,
kepucatan, sianosis dan kekuningan (Kartika, 2011: 62).
Pada sistem integumen pasien luka bakar mengalami
gangguan integritas kulit seperti kulit berwarna abu-abu dan
pucat, dan adanya krustal (Pamela, 2011, Nurarif dan Hardhy,
2015).
h. Sistem endokrin
Perhatikan adanya gangguan endokrin jika pasien merasa
sering lelah, lemah, terjadi penurunan BB, poliuri, polidipsi dan
polifagi (Kartika, 2011:64).
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan pada luka bakar meliputi laboratorium
meliputi kadar elektrolit serum yang mungkin normal pada
awalnya tetapi akan berubah selama program tindakan awal,
BUN (nitrogen urea darah) dan kreatinin mungkin meningkat
palsu berkaitan dengan kekurangan cairan, glukosa darah yang
mungkin meningkat sebagai akibat respon stres, gas darah arteri
awalnya Po2 mungkin normal pada cedera inhalasi tetapi penting
untuk mendokumentasikan pH pada pasien yang menderita luka
bakar listrik karena umumnya akan mengalami asidosis
metabolik ringan yang akan membaik dengan resusitasi secara
adekuat, hitung darah lengkap dimana pada awalnya hemoglobin
dan hematokrit mungkin meningkat sebagai akibat pergeseran
cairan intraseluler, albumin serum kadarnya mungkin rendah
karena protein plasma terutama albumin hilang ke dalam jaringan
yang cedera sekunder akibat peningkatan permeabilitas kapiler,
skrining obat dan alkohol serum serta skrining obat dalam urine
secara khusus apabila pasien tidak sadar atau tingkat
kewaspadaannya menurun, karboksihemoglobin serum pada
pasien dengan dugaan cedera inhalasi dengan peningkatan kadar
>10%, mioglobulin urine harus dilakukan untuk pasien luka
bakar listrik karena mioglobulin dilepaskan ketika jaringan otot
mengalami kerusakan dimana mioglobulin dapat menyebabkan
kerusakan pada tubulus ginjal bila ginjal tidak dibilas dengan
baik dan urine akan berubah menjadi merah terang atau berwarna
teh, radiografi dada untuk mengetahui perubahan radiograf dada
yang biasanya terlihat sekitar 48 jam setelah cedera inhalasi,
elektrokardiogram terutama di indikasikan pada luka bakar listrik
karena disertai komplikasi disritmia jantung dan juga CT scan
untuk menyingkirkan hemoragi intrakranial pada pasien dengan
penyimpangan neurologik yang menderita cedera listrik (Pamela,
2011: 200).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Intervensi
Keperawatan NOC & KH NIC
Ketidakefektifa
n pola nafas
berhubungan
dengan adanya
edema dan efek NOC:
a. Kaji karakteristik pola
inhalasi.
a. Respiratory status: nafas (frekuensi,
ventilation. kedalaman, irama).
c. Komunikasi jelas.
d. Menunjukkan
perhatian, konsentrasi
dan orientasi.
a. Pertahankan catatan
intake dan output yang
akurat.
b. Tanda-tanda vital
dalam batas normal