Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PENYAKIT KRONIS /

TERMINAL DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST


KRANIOFARINGIOMA

Dosen Pengajar :
Ery Wardanengsih, S.Kep., Ns., M. MKep

Disusun Oleh:
KELOMPOK III
Andi Nurkhairunnisa Alwi (190402023)
Firda Sintia (190402029)
Mustika Sari (190402035)
Paramita Jamruddin (190402038)

KELAS KEPERAWATAN 5B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT
yang selalu melimpahkan rahmat-Nya untuk kita semua, serta rasa syukur selalu
kami ucapkan karena nikmat kesehatan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Konsep Keperawatan Anak dengan Penyakit Kronis / Terminal”
dengan tepat waktu. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Dosen
Ibu Ery Wardanengsih, S.Kep., Ns., M.Kep.

Dengan selesainya makalah ini kami berharap semoga dapat membantu


teman-teman dalam memahami materi Peran dan Fungsi Perawat Jiwa serta
menambah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan tentang bagaimana
konsep keperawatan anak yang terkena penyakit kronis / terminal
Namun jika dalam makalah ini banyak terdapat kesalahan kami minta maaf,
karena kami juga masih proses belajar. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Sengkang, 21 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 3
BAB I................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN............................................................................................................ 4
A. Latar Belakang........................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................... 4
C. Tujuan........................................................................................................................... 4
BAB II.............................................................................................................................. 5
KONSEP KEPERAWATAN ANAK.............................................................................. 5
A. Penyakit Terminal..................................................................................................... 5
B. Kebutuhan Anak yang Harus Disiapkan Seorang Perawat........................11
C. Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak......................................................14
D. Rencana Asuhan Keperawatan........................................................................... 15
BAB III.......................................................................................................................... 17
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK..........................................................................17
A. Pengkajian................................................................................................................. 17
B. Analisa Data.............................................................................................................. 21
C. Diagnosa Keperawatan.......................................................................................... 22
D. Intervenesi Keperawatan..................................................................................... 22
E. Implementasi Keperawatan................................................................................. 27
F. Evaluasi...................................................................................................................... 30
BAB IV.......................................................................................................................... 31
PENUTUP..................................................................................................................... 31
A. Kesimpulan............................................................................................................... 31
B. Saran........................................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 32

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sakit dan hospitalisasi menimbulkan krisis pada kehidupan anak. Di
Rumah Sakit, anak harus menghadapi lingkungan yang asing, pemberi asuhan
yang tidak dikenal, dan gangguan terhadap gaya hidup mereka. Seringkali,
mereka harus mengalami prosedur yang menimbulkan nyeri, kehilangan
kemandirian, dan berbagai hal yang tidak diketahui. Interprestasi mereka
terhadap kejadian, respon mereka terhadap pengalaman, dan signifikan yang
mereka tempatkan pada pengalaman ini secara langsung berhubungan dengan
tingkat perkembangan. Karenanya untuk memenuhi kebutuhan anak yang
dihospitalisasi, sangatlah penting bagi perawat pediatrik untuk memiliki
pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan normal, termasuk
beberapa pemahaman tentang proses kognitifi anak dan arti hosptialisasi bagi
anak pada kelompok usia berapa pun (Wong, 2003)

Penyakit terminal meruapakan penyakit progresif yaitu penyakit yang


menuju ke arah kematian. Contohnya seperti penyakit jantung, dan kanker
atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak
ada lagi obat-obatan, tim mesid sudah give up (menyerah) dan seperti yang
dikatakan diatas tadi penyakit terminal ini mengarah pada kematian (Heelya,
2009).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep keperawatan anak kronis / terminal ?
2. Bagaimana Asuhan keperawatan anak kronis / terminal ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep keperawatan anak kronis / terminal.
2. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan anak kronis / terminal

4
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN ANAK

A. Penyakit Terminal
1. Pengertian
Penyakit terminal merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan
dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang
bervariasi (Stuard & Sundeen, 1995).
Penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati,
bersifat progresif, pengobatannya hanya bersifat paliatif (mengurangi
gejala dan keluhan, memperbaiki keualitas hidup) (Tim medis RS Kanker
Darmais, 1996).
Penyakit terminal yaitu suatu kondisi dimana kehidupan mendekati
atau menjelang ajal (Wong, 2003).
2. Etiologi Penyakit Terminal Pada Anak
a) Infeksi saluran nafas bawah, pneumonia dan bronkhitis
b) Malaria
c) Diare
d) Campak
e) Tetanus
f) Infeksi Selaput Otak (Meningitis)
g) Difteri
h) Penyakit Kanker
i) Akibat kecelakaan fatal
3. Kriteria Penyakit Terminal
a) Penyakit tidak dapat disembuhkan
b) Mengarah pada kematian
c) Diagnosa medis sudah jelas
d) Tidak ada obat untuk menyembuhkan
e) Prognosis jelek
f) Bersifat progresif

5
4. Manifestasi Klinik Pada Pasien Terminal
a) Fisik
1) Gerakan penginderaan menghilang secara berangsur-angsur dari
ujung kaki dan ujung jari
2) Aktifitas dari GI berkurang
3) Reflek mulai menghilang
4) Kulit kebiruan dan pucat
5) Denyut nadi tidak teratur dan lemah
6) Nafas berbunyi keras dan cepat ngorok
7) Penglihatan mulai kubur
8) Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri
9) Klien dapat tidak sadarkan diri
b) Psikososial
Sesuai fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E.Kubbler Ross
mempelajari respon-respon atas menerima kematian dan maut secara
mendalam dan hasil penelitannya yaitu :
1) Respon kehilangan
a. Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah, ketakutan,
cara tertentu untuk mengatur tangan
b. Cemas diungkapkan dengan cara menggerakkan otot rahang
dan kemudian mengendor
c. Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka /
menangis
2) Hubungan dengan orang lain
Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidakmampuan
untuk berhubungan secara interpersonal serta akibat penolakan.
a. Respon klien terhadap penyakit terminal
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan
respon Bio-Psiko-Sosial-Spiritual ini akan meliputi respon
kehilangan (Purwaningsih dan kartina, 2009)

6
 Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan
dapat berupa klien merasa takut, cemas dan pandangan
tidak realistic, aktivitas terbatas.
 Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan
kemandirian dapat ditunjukan melalui berbagai perilaku,
bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan.
 Kehilangan situasi
Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati
sehari-hari bersama keluarga kelompoknya
 Kehilangan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat
gangguan fungsi tubuh seperti panas, nyeri, dll
 Kehilangan fungsi fiisik
Contohnya berdampak kehilangan fungsi organ
tubuh seperti klien dengan gagal ginjal harus dibantu
melalui hemodialisa
 Kehilangan fungsi mental
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan
fungsi mental seperti klien mengalami kecemasan dan
depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berfikir efisien
sehingga klien tidak dapat berfikir secara rasional.
 Kehilangan konsep diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya
berubah mencakup bentuk dan fungsi sehingga klien
tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran
serta identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi
idealisme diri dan harga diri rendah

7
b. Rentang Respon
Rentang respon seseorang terhadap penyakit terminal
dapat digambarkan dalam suatu rentang yaitu harapan
ketidakpastian dan keputusasaan.
 Respon adaptif
- Masih punya harapan
- Berkeyakinan bisa sembuh
 Respon mal adaptif
- Keputusasaan
- Pasrah
 Respon ketidakpastian
- Respon antara adapti dan mal adaptif
5. Perilaku Pasien Terhadap Penyakit Terminal
Kubler-Ross (dalam Taylor, 1999) merumuskan lima tahap ketika
seseorang dihadapkan pada kematian. Kelima tahap tersebut antara lain :
a) Denial (penyangkalan)
Respon dimana klien tidak percaya atau menolak terhadao apa saja
dihadapi atau yangs sering terjadi, dan tidak siap terhadap kondisi
yang dihadapi dan dampaknya. Ini memungkinkan bagi pasien
membenah diri. Dengan berjalannya waktu, sehingga tidak referensi
secara radikal.
Penyangkalan merupakan reaksi pertama ketika seseorang
didiagnosis menderita terminal illness. Sebagian besar orang akan
merasa shock, terkejut dan merasa bahwa ini merupakan
kesalahannya. Penyangkalan adalah awal penyesuaian diri terhadap
kehidupan yang diwarnai oleh penyakit dan hal tersebut merupakan
hal yang normal dan berarti
b) Anger (marah)
Fase marah terjadi pada saat fase denial tidak lagi bisa
dipertahankan. Rasa kemarahan ini sering sulit dipahami oleh
keluarga atau orang terdekat oleh karena dapat terpicu oleh hal-hal

8
yang secara normal tidak menimbulkan kemarahan. Rasa marah ini
sering terjadi karena rasa tidak berdaya, bisa terjadi kapan saja dan
kepada siapa saja tetapi umumnya terarah kepada orang-orang yang
secara emosional punya kedekatan hubungan.
Pasien yang menderita terminal illness akan mempertanyakan
keadaan dirinya, mengapa ia yang menderita penyakit dan akan
meninggal. Pasien yang marah akan melampiaskan kebenciannya
pada orang-orang yang sehat seperti teman, anggota keluarga,
maupun staf rumah sakit. Pasien yang tidak dapat mengekspresikan
kemarahannya misalnya melalui teriakan akan menyimpan sakit hati.
Pasien yang sakit hati menunjukkan kebenciannya melalui candaan
tentang kematian, mentertawakan penampilan atau keadaannya, atau
berusaha melakukan hal yang menyenangkan yang belum sempat
dilakukannya sebelum ia meninggal.
Kemarahan merupakan salah satu respon yang paling sulit
dihadapi keluarga dan temannya. Keluarga dapat bekerja sama
dengan terapis untuk mengerti bahwa pasien sebenarnya tidak marah
kepada mereka tapi pada nasibnya
c) Bergaining (menawar)
Klien mencoba untuk melakukan tawar menawar dengan tuhan
agar terhindar dari kehilangan yang akan terjadi, ini bisa dilakukan
dalam diam atau dinyatakan secara terbuka. Secara psikologis tawar
menawar dilakukan untuk memperbaiki kesalahan atau dosa masa
lalu.
Pada tahap ini pasien sudah meninggalkan kemarahannya dalam
berbagai strategi seperti menerapkan tingkah laku baik demi
kesehatan, atau melakukan amal, atau tingkah laku lain yang tidak
biasa dilakukannya merupakan tanda bahwa pasien sedang
melakukan tawar-menawar terhadap penyakitnya.
d) Depression (depresi)
Tahap keempat dalam model Kubler-Ross dilihat sebagai tahap
di mana pasien kehilangan kontrolnya. Pasien akan merasa jenuh,

9
sesak nafas dan lelah. Mereka akan merasa kesulitan untuk makan,
perhatian, dan sulit untuk menyingkirkan rasa sakit atau
ketidaknyamanan. Rasa kesedihan yang mendalam sebagai akibat
kehilangan (past loss & impending loss), ekspresi kesedihan ini
verbal atau nonverbal merupakan persiapan terhadap kehilangan atau
perpisahan abadi dengan apapun dan siapapun.
Tahap depresi ini dikatakan sebagai masa ‘anticipatory grief’, di
mana pasien akan menangisi kematiannya sendiri. Proses kesedihan
ini terjadi dalam dua tahap, yaitu ketika pasien berada dalam masa
kehilangan aktivitas yang dinilainya berharga, teman dan kemudian
mulai mengantisipasi hilangnya aktivitas dan hubungan di masa
depan.
e) Penerimaan (acceptance)
Pada tahap ini pasien sudah terlalu lemah untuk merasa marah
dan memikirkan kematian. Beberapa pasien menggunakan waktunya
untuk membuat perisapan, memutuskan kepunyaannya, dan
mengucapkan selamat tinggal pada teman lama dan anggota keluarga.
Pada tahap menerima ini, klien memahami dan menerima
keadaannya yang bersangkutan mulai kehilangan interest dengan
lingkungannya, dapat
6. Perbedaan Anak dengan Dewasa dalam Mengartikan Kematian
a) Jangan berfikir kognitif dewasa dengan anak tentang arti kematian
b) Anak tidak memiliki kematangan emosional dalam mempersepsikan
tentang arti kematian
c) Mekanisme koping pada anak belum terbentuk
d) Anak susah di ajak berdiskusi mengenai / tentang tuhan, surga, dan
benda-benda yang tidak terlihat
7. Kebutuhan Anak yang Terminal
a) Dalam hal ini sangat perlu di ajak untuk berkomunikasi atau berbicara
dengan yang lain terutama oleh kedua orang tua karena dengan orang
tua mengajak anak berkomunikasi / berbicara anak merasa bahwa ia
tidak sendiri dan ia merasa ditemani

10
b) Memberitahu kepada anak bahwa ia tidak sendiri dalam menghadapi
penyakit tersebut.
c) Berdiskusi dengan siblings (saudara kandung) agar saudara kandung
mau ikut berpartisipasi dalam perawatan atau untuk merawat
d) Sosial support meningkatkan koping
8. Menjelaskan Kematian Pada Anak
a) Kebanyakan seorang psikolog percaya bahwa dengan berkata jujur
merupakan strategi yang terbaik dalam mendiskusikan kematian
dengan anak
b) Respon anak terhadap pertanyaan mengenai kematian merupakan
dasar tingkat kematangan anak dalam mengartikan kematian
c) Pada anak pra sekolah, anak mengartikan kematian sebagai :
kematian adalah sudah tidak ada nafas, dada dan perut datar, tidak
bergerak lagi, dan tidak bisa berjalan seperti layaknya orang yang
dapat berjalan seperti orang sebelum mati / meninggal
d) Kebanyakan anak-anak yang menderita penyakit terminal
membutuhkan keberanian, bahwa ia di cintai dan tidak akan merasa di
tinggalkan
e) Tanpa memandang umur, sebagai orang tua seharusnya sensitif dan
simpati, mendukung apa yang anak rasakan

B. Kebutuhan Anak yang Harus Disiapkan Seorang Perawat


Lingkup praktik merupakan hak dan otonomi dalam melaksanakan
asuhan keperawatan yang berdasarkan atas kemampuan, tingkat pendidikan
yang dimilikinya, lingkup yang dilakukan selama batas keprofesiannya.
Sedangkan praktik keperawatan ini sendiri merupakan tindakan mandiri
perawatan profesional dengan melalui kerja sama secara kolaboratif dengan
klien dan klien dan tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan.

Lingkup praktik keperawatan anak merupakan batas asuhan keperawatan


yang diberikan kepada klien anak dari usia 28 hari sampai 18 tahun atau usia
bayi baru lahir sampai 12 tahun (Gartinah, dkk 1999). Dalam memberikan

11
asuhan keperawatan pada anak harus berdasarkan kebutuhan dasar anak yaitu
kebutuhan untuk tumbuh kembang anak seperti asuh, asih, dan asah (Sularyo,
1993)

1. Kebutuhan asah
Kebutuhan dasar ini merupakan kebutuhan fisik yang harus dipenuhi
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan ini dapat
meliputi kebutuhan akan gizi atau nutrisi, kebutuhan pemberian tindakan
keperawatan dalam meningkatkan dan mencegah terhadap penyakit,
kebutuhan perawatan dan pengobatan apabila sakit, kebutuhan akan
tempat atau perlindungan yang layak, kebutuhan hygiene perseorangan
dan sanitasi lingkungan yang sehat, kebutuhan akan pakaian, kebutuhan
kesehatan jasmani dan rekreasi, dan lain-lain. Kesemuanya merupakan
dasar yang harus dipenuhi pada anak dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak.
2. Kebutuhan asih
Kebutuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang pada anak
atau memperbaiki psikologi anak. Perkembangan anak dalam kehidupan
banyak ditentukan perkembangan psikologis yang termasuk di dalamnya
adanya perasaan kasih sayang atau hubungan anak dengan orang tua atau
orang di sekelilingnya karena akan memperbaiki perkembangan
psikososialnya. Terpenuhinya kebutuhan ini akan mengingatkan ikatan
kasih sayang yang erat (bonding) dan terciptanya basic trust (rasa percaya
yang kuat).
3. Kebutuhan asuh
Kebutuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang pada anak
atau memperbaiki psikologi anak. Perkembangan anak dalam kehidupan
banyak ditentukan perkembangan psikologis yang termasuk di dalamnya
adanya perasaan kasih sayang atau hubungan anak dengan orang tua atau
orang tua di sekelilingnya karena anak memperbaiki perkembangan
psikososialnya. Terpenuhinya kebutuhan ini akan mengingatkan ikatan
kasih sayang yang erat (bonding) dan terciptanya basic trust (rasa percaya
yang kuat).

12
Dalam memberikan layanan keperawatan anak selalu diutamakan,
mengingat kemampuan dalam mengatasi masalah masih dalam proses
kematangan yang berada dengan pelayanan keperawatan pada orang dewasa.
Pemberian prioritas ini karena beberapa perbedaan anak dan dewasa
diantaranya adalah :
Pertama, struktur fisik antara anak dan dewasa berbeda mulai dari ukuran
besarnya hingga aspek kematangan fisik, perbedaan tersebut dilihat dari
ukuran bahwa anak lebih kecil dibanding dengan orang dewasa yang
cenderung lebih besar, demikian juga ketahanan fisik anak lebih rentan
ketahannya, relatif rendah dibandingkan dengan orang dewasa yang
mempunyai ketahanan fisik yang baik
Kedua, proses fisiologis anak dengan orang-orang deasa mempunyai
perbedaan dalam fungsi tubuh. Orang dewasa cenderung fungsi tubuh sudah
mencapai kematangan, sedangkan anak masih dalam proses menuju
kematangan, sehingga dalam memberikan pelayanan keperawatan anak selalu
memperhatikan usia tumbuh kembang.
Ketiga, kemampuan berfikir anak dengan orang dewasa juga berbeda,
dimana orang dewasa cenderung lebih resisitematik (sudah baik) dibanding
dengan anak sebab fungsi otak orang dewasa lebih matang sedangkan pada
anak cenderung masih dalam proses perkembangan.
Keempat, tanggapan terhadap pengalaman masa lalu pada orang deasa
dan anak mempunyai perbedaan, pada anak cenderung kepada dampak
psikologis, apabila pengalaman pada masa lalu yang dialami kurang
mendukung, yang berdampak pada tumbuh kembang anak, sedangkan orang
dewasa cenderung sudah mempunyai mekanisme koping yang baik dan
matang.

13
C. Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak
Dalam melakukan asuhan keperawatan anak, perawat mempunyai peran
dan fungsi sebagai perawat anak di antaranya :

1. Pemberi perawatan
Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan anak
sebagai perawat anak, pemberi pelayanan keperawatan dapat dilakukan
dengan memenuhi kebutuhan dasar anak seperti kebutuhan asah, asih, dan
asuh.
2. Sebagai advocate keluarga
Selain melakukan tugas utama dalam merawat anak, perawat juga
mampu menjadi advocat keluarga sebagai pembela keluarga dalam
beberapa hal seperti dalam menentukan haknya sebagai klien.
3. Pendidikan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak, perawat harus
mampu menjadi peran pendidik, sebab beberapa pesan dan cara
mengubah perilaku pada anak atau keluarga harus selalu dilakukan
dengan pendidikan kesehatan khususnya dalam keperawatan. Melalui
pendidikan ini diupayakan anak tidak lagi mengalami gangguan yang
sama dan dapat mengubah perilaku yang tidak sehat
4. Pencegah penyakit
Upaya pencegahan merupakan bagian dari bentuk pelayanan
keperawatan sehingga setiap dalam melakukan asuhan keperawatan yang
harus selalu diutamakan dalam tindakan pencegahan terhadao timbulnya
masalah baru sebagai dampak dari penyakit atau masalah yang diderita.
5. Konseling
Merupakan upaya perawat dalam melaksanakan peranya dengan
memberikan waktu untuk berkonsultasi terhadap masalah yang dialami
oleh anak maupun keluarga. Berbagai masalah tersebut diharapkan
mampu diatasi dengan cepat dan harapan pula tidak terjadi kesenjangan
antara perawat, keluarga maupun anak itu sendiri. Konseling ini dapat
memberikan kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.

14
6. Kolaborasi
Merupakan tindakan kerja sama dalam menentukan tindakan yang
akan dilakukan perawat dengan tim kesehatan lain. Pelayanan
keperawatan tidak akan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh tim
perawat tetapi harus melibatkan tim kesehatan lain seperti dokter, ahli
gizi, psikolog, dan lain-lain, mengingat anak merupakan individu yang
kompleks yang membutuhkan perhatian dalam perkembangan.
7. Pengambilan keputusan etik
Dalam mengambil keputusan, perawat mempunyai peran yang sangat
penting, sebab perawat selalu berhubungan dengan anak kurang lebih 24
jam selalu di samping anak, maka peran sebagai pengambilan keputusan
etik dapat dilakukan oleh perawat, seperti akan melakukan pelayanan
keperawatan.
8. Peneliti
Peneliti ini sangat penting dimiliki oleh semua perawat anak. Sebagai
peneliti perawat harus melakukan kajian-kajian keperawatan anak, yang
dapat dikembangkan untuk perkembangan teknologi keperawatan. Peran
sebagai penelitian dapat dilakukan dalam meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan anak (Wong, D.L.,1995)

D. Rencana Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan yang diperlukan dan digunakan pada anak yang
mengalami penyakit terminal adalah “PALLIATIVE CARE” tujuan
perawatan paliatif ini adalah guna untuk meningkatkan kualitas hidup anak
dengan kematian minimal mendekati normal, diupayakan dengan perawatan
yang baik hingga pada akhirnya menuju pada kematian

1. Pengertian Palliatife Care


a) Menambah kualitas hidup (anak) pada kondisi terminal
b) Perawatan paliatif berfokus pada gejala rasa sakit (nyeri, dypsnea) dan
kondisi (kesendirian) dimana pada kasus ini mengurangi kepuasaan
atau kesenangan hidup anak

15
c) Mengontrol rasa nyeri dan gejala yang lain, masalah psikologi, sosial,
atau spiritualnya dari anak dalam kondisi terminal
2. Prinsip dari Perawatan Palliative Care
a) Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari pasien dan
keluarga pasien
b) Dukungan untuk caregiver
c) Palliatve care merupakan accses yang competent dan compassionet
d) Mengembangkan proffesional dan sosial support untuk pediatric
palliative care
e) Melanjutkan serta mengembangkan pediatrik palliatve care melalui
penelitian dan pendidikan
3. Pallaitive Care Plane (Rencana Asuhan Keperawatan Palliative)
a) Melibatkan seorang partnership antara anak, keluarga, orang tua,
pegawai, guru, staff sekolah dan petugas kesehatan yang profesional
b) Suport phisik, emosional, pycososial, dan spiritual khususnya
c) Melibatkan anak pada self care
d) Anak memerlukan atau membutuhkan gambaran dan kondisi (kondisi
penyakit terminalnya) secara bertahap, tepat dan sesuai
e) Menyediakan diagnostic atau kebutuhan intervensi terapeutik guna
memperhatikan/memikirkan konteks tujuan dan pengharapan dari
anak dan keluarga.

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.B DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERSARAFAN : POST KRANIOFARINGIOMA DI MELATI II
RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a) Identitas klien
Nama : An. B
Nomor Rekam Medis : 0111609
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL / Umur : Bandung, 25 Mei 2018 (11 tahun)
Alamat : Karangnyar
Pendidikan : SD
Rujukan dari : RS
Diagnosa Medis : Post Kraniofaringioma
b) Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. L
Umur : 50 tahun
Alamat : Karangnyar
Hubungan dengan pasien : Ibu
2. Riwayat Kesehatan
a) Alasan masuk
Ibu pasien mengatakan anaknya sering mengeluh pusing sejak dua
bulan yang lalu, tapi ibu tidak begitu cemas. Setelah satu bulan, anak
semakin sering mengeluh pusing dan penglihatan kabur. Disekolah
anak juga sering pingsan. Setelah kejadian itu, ibu membawa anaknya
kedokter saraf. Oleh dokter saraf dirujuk kerumah sakit kartini, tetapi

17
setelah di CT-Scan anak positif tumor otak, dan dari RS. Kartini
dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi
b) Keluhan utama
Pusing
c) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu pasien mengatakan anaknya sering mengeluh pusing sejak dua
bulan yang lalu, tapi ibu tidak begitu cemas. Setelah satu bulan anak
makin sering mengeluh pusing dan penglihatan kabur dan disekolah
anak juga sering pingsan. Setelah kejadian itu, ibu membawa anaknya
kedokter saraf. Oleh dokter saraf dirujuk kerumah sakit kartini, tetapi
setelah di CT-Scan anak positif tumor otak, dan dari RS. Kartini
dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi. Di RS Dr. Moewardi anak sudah
dilakukan dua kali operasi, operasi yang pertama dilakukan pada
tanggal 26 Februari 2014 yaitu operasi pengangkatan tumor dengan
keadaam luka operasi masih terbuka, dan operasi kedua dilakukan
pada tanggal 03 Maret 2014 yaitu operasi penutupan luka.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular,
sebelumnya klien juga pernah dirawat di RSDM 2x karena kiret pada
tahun 2011 dan 2013.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada penyakit turunan
seperti hipertensi, DM, asam urat dan lain-lain. Klien juga
mengatakan tidak ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit
seperti yang ia derita saat ini.

18
3. Riwayat Psikososial
Hubungan dengan anggota keluarga klien cukup akrab. Hubungan
dengan masyarakat sekitar cukup baik, klien menggunakan bahasa
Indonesia dan bahasa daerah dalam berinteraksi, serta klien mengatakan
selalu cemas dengan penyakit yang dialaminya
4. Riwayat Spiritual
Klien beragama Islam, klien yakin adanya Allah swt, klien yakin
bahwa penyakit yang dideritanya merupakan gangguan kesehatan bukan
berasal dari kekuatan supranatural dan klien juga yakin bahwa penyakit
ini sebagai penggugur dosanya
5. Riwayat Operasi
Klien sudah dilakukan dua kali operasi, operasi yang pertama
dilakukan pada tanggal 26 Februari 2014 yaitu operasi pengangkatan
tumor dengan keadaam luka operasi masih terbuka, dan operasi kedua
dilakukan pada tanggal 03 Maret 2014 yaitu operasi penutupan luka.
6. Kebutuhan hidup sehari-hari
a) Pola nutrisi dan cairan
Ibu klien mengatakan bahwa klien makan 3x sehari dengan poris ½
piring, dan klien sering haus
b) Pola eliminasi
Klien mengatakan tidak ada masalah karena klien BAK 2-5 x sehari
dan BAB 1-2x sehari
c) Istirahat / tidur
Klien mengatakan selama sakit tidak bisa tidur dikarenakan khawatir
dan selalu memikirkan sakitnya

19
7. Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah : 95/60 mmHg Nadi : 70x /menit
Respirasi : 22x /menit Suhu : 37,5oC
Berat Badan : 45kg Tinggi Badan : 135 cm
a) Kepala
Rambut berwarna hitam, kebersiha kepala cukup bersih terdapat luka
post operasi dibagian kepala dengan luka tampak kering, tidak ada
puss
b) Wajah
Wajah klien simetris kiri dan kanan
c) Mata
Konjungtiva berwarna merah, klien mengatakan bahwa
penglihatannya kadang berkunang-kunang sehingga membuat pasien
jalan sambil sempoyongan
d) Hidung
Penciuman klien baik, kebersihan cukup, dan tidak terdapat secret
pada lubang hidung. Sistem pernafasan klien baik atau jalan napas
efektif, sehingga tidak mengalami peningkatan irama napas, dyspnea,
obstruksi jalan napas.
e) Tenggorokan
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada pembengkakan
kelenjar getah
f) Ekstermitas atas
Tangan kanan kemerahan yang terpasang cairan infus
g) Ekstermitas bawah
Tidak ada kelainan dan tidak ada fraktur, tetapi klien tampak
sempoyongan ketika berjalan dan ketika jalan hanya dibantu keluarga

20
B. Analisa Data
No Data Penyebab Masalah
.
1. DS : Ibu klien mengatakan bahwa badan anaknya panas, dan Tangan kanan terpasang infus
infus yang terpasang pada tangan klien terasa gatal ↓
Resiko infeksi
Tangan tampak kemerahan
DO : Terdapat luka post operasi dibagian kepala, luka tampak ↓
kering, tidak ada puss, tangan tampak kemerahan Resiko infeksi

2. DS : Klien mengatakan bahwa pasien masih sedikit pusing Pusing


saat berjalan, pasien mengatakan belum berani bila ↓
Penglihatan berkunang-kunang
berjalan sendirian, pasien juga mengatakan saat berjalan
↓ Resiko jatuh
mata berkunang-kunang Jalan sempoyongan

DO : Pasien tampak jalan sempoyongan, pasien terlihat Resiko jatuh
dibantu keluarga saat jalan kekamar mandi
3. DS : Keluarga klien mengatakan bahwa selama klien sakit, Klien sakit Cemas
klien selalu gelisah, dan insomnia ↓
Insomnia
DO : Klien tampak menderita, cemas, ketakutan, distress, ↓
perasaan tidak adekuat Cemas

21
C. Diagnosa Keperawatan
No. Kode Diagnosa Keperawatan
Diagnosa (SDKI)
1. D.0142 Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
2. D.1043 Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan
3. D.0080 Ansietas berhubungan kekhawatiran mengalami kegagalan ditandai dengan merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang dihadapi

D. Intervenesi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
1. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan selama 1 x 24 jam Pencegahan Infeksi (I.14539)
berhubungan maka :
Observasi
dengan efek Utama : Tingkat infeksi menurun
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
prosedur invasif Kriteria Hasil : dan sistemik
- Demam menurun Terapeutik
- Kemerahan menurun
- Batasi jumlah pengunjung
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak

22
dengan pasien dan lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairain
2. Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan selama 1 x 24 jam Pencegahan Jatuh (I.14540)
berhubungan maka :
Observasi
dengan gangguan Utama : Tingkat jatuh menurun
- Identifikasi faktor risiko jatuh (gangguan
keseimbangan Kriteria Hasil : keseimbangan)
- Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali
- Jatuh saat berdiri menurun
setiap shift atau sesuai dengan kebijakan
- Jatuh saat berjalan menurun
institusi
- Identifikasi faktor risiko lingkungan yang
meningkatkan risiko jatuh (mis. Lantai
licin)
- Monitor kemampuan berpindah dari
tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya
Terapeutik
- Orientasikan ruangan pada pasien dan
keluarga

23
- Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda
selalu dalam kondisi terkunci
- Atur tempat tidur mekanis pada posisi
terendah
- Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh,
dekat dengan pantauan perawat dari
nurse station
- Gunakan alat bantu berjalan (mis. Kursi
roda, walker)
- Dekatkan bel pemanggil dalam
jangkauan pasien
Edukasi
- Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk berpindah
- Anjurkan menggunakan alas kaki yang
tidak licin
- Anjurkan berkosentraso untuk menjaga
keseimbangan tubuh
- Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki
untuk meningkatkan keseimbangan saat
berdiri
- Ajarkan cara menggunakan bel
pemanggil untuk memanggil perawat

3. Ansietas Setelah dilakukan tindakan selama 2 x 24 jam, Reduksi Ansietas (I.09314)

24
berhubungan maka :
kekhawatiran Utama : Observasi
mengalami Tingkat ansietas menurun - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
kegagalan ditandai - Identifikasi kemampuan mengambil
Kriteria Hasil : keputusan
dengan merasa
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang - Monitor tanda-tanda ansietas
khawatir dengan dihadapi menurun Terapeutik
akibat dari kondisi - Perilaku gelisah menurun
- Ciptakan suasana terapeutik untuk
yang dihadapi menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansietas
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
- Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama

25
pasien, jika perlu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika
perlu

26
E. Implementasi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan
Diagnosa

1. Resiko infeksi berhubungan dengan Pencegahan Infeksi


efek prosedur invasif
Observasi
- Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
- Membatasi jumlah pengunjung
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
- Mempertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
- Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
- Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Menganjurkan meningkatkan asupan cairain
2. Resiko jatuh berhubungan dengan Pencegahan Jatuh
gangguan keseimbangan
Observasi
- Mengidentifikasi faktor risiko jatuh (gangguan keseimbangan)
- Mengidentifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai dengan
kebijakan institusi

27
- Mengidentifikasi faktor risiko lingkungan yang meningkatkan risiko jatuh
(mis. Lantai licin)
- Memonitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dan
sebaliknya
Terapeutik
- Meorientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
- Memaastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi terkunci
- Mengatur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
- Menempatkan pasien berisiko tinggi jatuh, dekat dengan pantauan perawat
dari nurse station
- Menggunakan alat bantu berjalan (mis. Kursi roda, walker)
- Mendekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
Edukasi
- Menganjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk
berpindah
- Menganjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
- Menganjurkan berkosentraso untuk menjaga keseimbangan tubuh
- Menganjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
- Mengajarkan cara menggunakan bel pemanggil untuk memanggil perawat

28
3. Ansietas berhubungan kekhawatiran Reduksi Ansietas (I.09314)
mengalami kegagalan ditandai
Observasi
dengan merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang dihadapi - Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah
- Mengidentifikasi kemampuan mengambil keputusan
- Memonitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
- Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
- Menemani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
- Memahami situasi yang membuat ansietas
- Mendengarkan dengan penuh perhatian
- Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Memotivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Edukasi
- Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
- Menginformasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
- Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
- Menganjurkan mengungkapkan perasaan dan persepi
- Melatih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
- Melatih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Berkolaborasi pemberian obat ansietas, jika perlu

29
F. Evaluasi
No. Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan

1. Resiko infeksi berhubungan dengan S : Klien mengatakan tubuhnya sudah tidak terasa demam dan tangan sudah tidak
kemerahan
efek prosedur invasif
O : Suhu tubuh menurun dan tangan klien yang awalnya kemerahan telah hilang

A : Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

2. Resiko jatuh berhubungan dengan S : Klien mengatakan sudah tidak merasa pusing dan jalannya sudah tidak
sempoyongan
gangguan keseimbangan
O : Klien tampak bisa berjalan sendiri ke kamar mandi tanpa bantuan keluarga

A : Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

3. Ansietas berhubungan kekhawatiran S : Klien mengatakan sudah tidak merasa cemas dengan kondisi yang dihadapinya
mengalami kegagalan ditandai dengan O : Kekhawatiran dan cemas klien sudah tidak tertampak pada wajah klien
merasa khawatir dengan akibat dari A : Masalah teratasi
kondisi yang dihadapi P : Pertahankan intervensi

30
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan Asuhan Keperawatan tersebut, penulis menarik kesimpulan
bahwa secara umum asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi
kraniofaringioma adalah resiko infeksi berhubungan dengan , resiko jatuh
berhubungan dengan , dan cemas berhubungan dengan

B. Saran
Secara menyeluruh dari Asuhan Keperawatan yang penulis dari
asuhan keperawatan yang penulis lakukan pada An. B tersebut dan penulis
Asuhan Keperawatan ini tentunya tidak luput dari berbagai kesalahan dan
kekurangnya, baik dari segi penulisannya. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran yang membangun dari pihak-pihak yang berhubungan
untuk kebaikan penulis dan pembaca.

31
DAFTAR PUSTAKA

Dian Al Mira. 2012. Makalah Penyakit Kronis. Retreived from


http://dianalmira.blogspot.ca/2012/12/makalah-penyakit-kronis.html.
Tekek Ngambang. 2013. Askep Klien Penyakit Terminal. Retreived from
http://thinkgoodone.blogspot.ca/2012/09/askep-klien-penyakit-terminal.html.
Winarti, Tri (2013). Asuhan Keperawatan Pada An.S Dengan Post Operasi
Glioblastoma Multiforme Di Ruang Melati 2 RS. Dr. Moewardi Surakatta.
Retreived from http://eprints.ums.ac.id/30929/13/naskah_publikasi_.pdf

32

Anda mungkin juga menyukai