Anda di halaman 1dari 72

MAKALAH PENELITIAN ISPO

PEMANFAATAN KANDUNGAN ALKALOID SIRIH CINA


DAN KANDUNGAN SILIKA DAUN BAMBU SEBAGAI
INSEKTISIDA ALAMI UNTUK MEMBASMI WERENG COKELAT
PENYEBAB PENYAKIT VIRUS KERDIL
PADA TANAMAN PADI

Nama Tim Peneliti


KHEYSIA PERMATA AULIA
KHOFIFATUS SHOFARO

Bidang Olimpiade Penelitian


Kimia

SMA Negeri 2 Lamongan


Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur
Tahun 2024
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Makalah : Pemanfaatan Kandungan Alkaloid Sirih Cina dan


Kandungan Silika Daun Bambu sebagai
Insektisida Alami untuk Membasmi Wereng
Cokelat Penyebab Penyakit Virus Kerdil pada
Tanaman Padi
2. Kelompok Bidang
Penelitian : Kimia
3. Ketua Tim Penelitian
Nama Lengkap : Kheysia Permata Aulia
NIS : 17955
Kelas : X
E-mail : kheysiapermata@gmail.com
Asal Sekolah : SMA Negeri 2 Lamongan
Alamat Sekolah : Jl.Veteran no.1 Lamongan, Provinsi Jawa Timur
Telp./Fa : Telp. (0322) 321187 Fax. (0322) 311087
Menyatakan bahwa substansi ini, yang berjudul “Pemanfaatan Kandungan
Alkaloid Sirih Cina dan Kandungan Silika Daun Bambu sebagai Insektisida Alami
untuk Membasmi Wereng Cokelat Penyebab Penyakit Virus Kerdil pada Tanaman
Padi” belum pernah disertakan dalam lomba apapun, dan dikerjakan dengan
melibatkan anggota sebanyak satu orang, pembimbing satu orang, dengan rincian
berikut:
Anggota Peneliti
Anggota 1 :
Nama Lengkap : Khofifatus Shofaro
NIS : 17957
Kelas : X
Pembimbing
Nama Lengkap : Sriningsih, S.Pd.
NIP : 199220106 202012 2 012
Bidang Studi yang Diampu : Ekonomi

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Kheysia Permata Aulia
Tempat/Tanggal Lahir : Lamongan, 03 April 2008
NIS : 17955
Asal Sekolah : SMA Negeri 2 Lamongan

Dengan ini menyatakan sejujurnya bahwa proposal penelitian saya dengan


judul

Pemanfaatan Kandungan Alkaloid Sirih Cina dan Kandungan Silika Daun Bambu
sebagai Insektisida Alami untuk Membasmi Wereng Cokelat Penyebab Penyakit
Virus Kerdil pada Tanaman Padi.

bersifat orisinal/bukan hasil tindak plagiarisme/belum pernah


diolimpiadekan dan/atau pernah diolimpiadekan tetapi belum mendapat
juara/penghargaan di tingkat Nasional/Internasional

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,


saya bersedia menerima konsekuensi sesuai aturan ISPO.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-


benarnya.

iii
ABSTRAK

Dari data dinas pangan, Holtikultura, dan perkebunan (TPHP) Kabupaten


Lamongan merupakan penyumbang padi terbesar di Jawa Timur tahun 2020. Tetapi pada
tahun 2022 hasil panen padi di Kabupaten Lamongan mengalami penurunan secara
drastis dan signifikan. Kegagalan panen yang terjadi disebabkan oleh wereng cokelat.
Ciri-ciri tanaman padi yang diserang hama wereng batang cokelat adalah warnanya
berubah menjadi kekuningan, pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Pada
serangan yang parah keseluruhan tanaman padi menjadi kering dan mati, perkembangan
akar merana dan bagian bawah menjadi terlapisi oleh jamur. Untuk membasmi wereng
cokelat petani menggunakan pestisida kimia dengan dosis tinggi petani berhasil
mendapatkan hasil panen yang meningkat, namun berdampak negatif bagi lahan
pertanian, yaitu banyak tanah pada lahan sawah menjadi tidak subur, sehingga untuk
penanaman berikutnya akan mengalami penurunan hingga bisa mengalami gagal panen.
Solusi dari permasalahan ini adalah dengan membuat insektisida alami dari kandungan
alkaloid sirih cina dan kandungan silika pada daun bambu sebagai insektisida alami yang
ramah lingkungan dan bahan yang mudah didapat. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui mekanisme pembuatan insektisida alami, mengetahui hasil perbandingan
alkaloid sirih cina dan silika daun bambu, serta untuk mengetahui keefektifan kandungan
alkaloid sirih cina dan silika daun bambu sebagai insektisida alami. Metode yang
digunakan yaitu literatur, laboratorium, eksperimen, dan dokumentasi. Pembuatan
insektisida alami ini melalui tiga tahapan yaitu pengambilan ekstrak alkaloid sirih cina,
pengambilan ekstrak silika daun bambu, dan proses pencampuran kedua kandungan
tersebut hingga mendapatkan dosis yang sesuai. Dari percobaan pembuatan insektisida
alami dari kandungan alkaloid sirih cina dan kandungan silika daun bambu untuk
membasmi wereng cokelat didapatkan dosis yang tepat yaitu……

Kata Kunci: Alkaloid, padi, silika, wereng cokelat

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN NAMA PROYEK.............................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... ii
PERNYATAAN PENELITI.................................................................... iii
ABSTRAK.............................................................................................. iv
DAFTAR ISI........................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR............................................................................... ix
DAFTAR TABEL.................................................................................... x
DAFTAR BAGAN.................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xii
BAB 1. PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................. 4
1.4 Hipotesis.............................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian............................................................... 5
BAB 2. STUDI LITERATUR................................................................. 6
2.1 Padi..................................................................................... 6
2.1.1 Ciri Umum Padi....................................................... 6
2.1.2 Ciri Khusus Padi...................................................... 6
2.1.3 Habitat Padi.............................................................. 7
2.1.4 Perkembangbiakan Padi........................................... 7
2.2 Sirih Cina........................................................................... 9
2.2.1 Kandungan Sirih Cina.............................................. 9
2.2.2 Habitat Sirih Cina..................................................... 11
2.3 Bambu................................................................................ 11
2.3.1 Kandungan Abu Daun Bambu................................. 11
2.4 Pestisida.............................................................................. 13
2.4.1 Jenis-jenis Pestisida.................................................. 14
2.4.2 Dampak Negatif Pestisida........................................ 14

v
2.5 Wereng Cokelat ................................................................
2.5.1 Daur Hidup Wereng Cokelat....................................
2.5.2 Cara Pengendalian Wereng Cokelat`........................
2.6 Virus Kerdil........................................................................
2.6.1 Gejala Vrus Kerdil....................................................
2.7 Pemanfaatan Kandungan Alkaloid Sirih Cina dan
Kandungan Silika Daun Bambu sebagai Insektisida
Alami untuk Membasmi Wereng Cokelat Penyebab
Penyakit Virus Kerdil pada Tanaman.................................
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN................................................
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.............................................
3.1.1 Waktu Penelitian .....................................................
3.1.2 Tempat Penelitian.....................................................
3.2 Sumber Data, Alat, dan Bahan...........................................
3.2.1 Sumber Data.............................................................
3.2.2 Alat Penelitian..........................................................
3.2.3 Bahan Penelitian......................................................
3.3 Prosedur Penelitian.............................................................
3.3.1 Proses Pembuatan Ekstrak Alkaloid Sirih Cina.......
3.3.2 Proses Pembuatan Ekstrak Silika Daun Bambu.......
3.3.3 Proses Pencampuran Zat Alkaloid Sirih Cina dengan
Silika Daun Bambu menjadi Larutan Insektisida. .
3.3.4 Uji Pencampuran Zat Alkaloid Sirih Cina dan Zat
Daun Bambu Terhadap Wereng Cokelat.................
3.3.5 ......................................Uji Efektivitas Perbandingan Pemanfaatan Kandungan
Alkaloid Sirih Cina dan Kandungan Silika Daun
Bambu sebagai Insektisida Alami dengan
Insektisida Anorganik..............................................
3.4 Metode Penelitian...............................................................
3.5 Tahapan Penelitian.............................................................
3.6 Variabel Penelitian.............................................................
3.7 Metode Pengolahan Data...................................................

vi
3.8 Metode Analisis Data.........................................................
BAB 4. HASIL DAN DISKUSI.............................................................
4.1 Hasil Penelitian..................................................................
4.1.1 Mekanisme Pembuatan Pemanfaatan Kandungan Alkaloid
Sirih Cina (Peperomia pellucida) dan Kandungan
Silika Daun Bambu (Bambusoideae) sebagai
Insektisida Alami untuk Membasmi Wereng
Cokelat Penyebab Penyakit Virus Kerdil pada
Tanaman Padi.........................................................
4.1.1.1 Proses Pembuatan Ekstrak Alkaloid Sirih Cina
(Peperomia pellucida)...............................
4.1.1.2 Proses Pembuatan Ekstrak Silika Daun Bambu
(Bambusoideae).........................................
4.1.1.3 Proses Percampuran Zat Alkaloid Sirih Cina
(Peperomia pellucida) dan Zat Silika
Daun Bambu (Bambusoideae)...................

4.1.2 Uji Hasil Perbandingan Percampuran Kandungan


Alkaloid pada Sirih Cina (Peperomia pellucida)
dan Silika Daun Bambu (Bambusoideae) dalam
Pembuatan Insektisida Alami untuk Membasmi
Wereng Cokelat Penyebab Penyakit Virus Kerdil
pada Tanaman Padi.................................................
4.1.3 Uji Keefektifan Pemanfaatan Kandungan
Alkaloid Sirih Cina (Peperomia pellucida) dan
Kandungan Silika Daun Bambu (Bambusoideae)
sebagai Insektisida Alami untuk Membasmi
Wereng Cokelat Penyebab Penyakit Virus Kerdil
pada Tanaman Padi.................................................
4.2 Diskusi
4.2.1 Mekanisme Pembuatan Pemanfaatan Kandungan
Alkaloid Sirih Cina (Peperomia pellucida) dan
Kandungan Silika Daun Bambu (Bambusoideae)

vii
sebagai Insektisida Alami untuk Membasmi
Wereng Cokelat Penyebab Penyakit Virus Kerdil
pada Tanaman Padi ................................................
4.2.2 Uji Hasil Perbandingan Pemanfaatan Kandungan
Alkaloid Sirih Cina (Peperomia pellucida) dan
Kandungan Silika Daun Bambu (Bambusoideae)
sebagai Insektisida Alami untuk Membasmi
Wereng Cokelat Penyebab Penyakit Virus Kerdil
pada Tanaman Padi.................................................
4.2.3 ...............................Uji Keefektifan Pemanfaatan Kandungan Alkaloid Sirih Cin
(Peperomia pellucida) dan Kandungan Silika
Daun Bambu (Bambusoideae) sebagai Insektisida
Alami untuk Membasmi Wereng Cokelat
Penyebab Penyakit Virus Kerdil pada Tanaman
Padi.........................................................................
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 37
5.1 Kesimpulan........................................................................ 37
5.2 Saran................................................................................... 37
SUMBER................................................................................................ 38
LAMPIRAN............................................................................................ 40

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar :
Halaman
1. Siklus hidup padi (sumber: nanang ajim,2015).................................
2. Rumus molekul alkaloid (sumber: wiki.edunitas.com)..................... 9
3. Rumus molekul saponin (sumber: wikipedia.com)........................... 10
4. Rumus molekul tanin (sumber: wikipedia.com)................................ 10
5. Rumus molekul flavonoid (sumber: munimadsikba.blogspot.com).. 11
6. Rumus molekul silika (sumber: wikipedia.com)............................... 12
7. Rumus molekul selulosa (sumber: wikipedia.com)........................... 12
8. Rumus molekuk lignin (sumber: wikipedia.com)............................. 13
9. Siklus hidup wereng cokelat (sumber: madied after liog,1972)........ 16

ix
DAFTAR TABEL

Tabel :
Halaman
1. Perbandingan pencampuran zat estrak alkaloid sirih cina dan zat
ekstrak silika daun bambu................................................................
2. Uji pencampuran zat alkaloid sirih cina dengan silika daun
bambu terhadap wereng cokelat......................................................
3. Pengamatan insektisida alami terhadap daya tahan wereng cokelat
4. Uji efektivitas perbandingan pemanfaatan kandungan alkaloid
sirih cina dan kandungan silika daun bambu sebagai insektisida
alami dengan insektisida anorganik terhadap wereng cokelat.........
5. Data perbandingan pencampuran zat estrak alkaloid sirih cina
dan zat ekstrak silika daun bambu...................................................
6. Data uji pencampuran zat alkaloid sirih cina dengan silika daun
bambu terhadap wereng cokelat......................................................
7. Data pengamatan insektisida alami terhadap daya tahan wereng
cokelat..............................................................................................
8. Data uji efektivitas perbandingan pemanfaatan kandungan
alkaloid sirih cina dan kandungan silika daun bambu sebagai
insektisida alami dengan insektisida anorganik terhadap wereng
cokelat..............................................................................................

x
DAFTAR BAGAN

Bagan :
Halaman
1. Proses pembuatan ekstrak alkaloid sirih cina
(Peperomia
pellucida)..........................................................................................
2. Proses pembuatan ekstrak silika daun bambu (Bambusoideae)........
3. Proses Percampuran Zat Alkaloid Sirih Cina (Peperomia
pellucida)
dan Zat Silika Daun Bambu (Bambusoideae)...................................

xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran :
Halaman

1. Surat Pengantar dari Kepala Sekolah SMAN 2 Lamongan Kepada


pihak Laboratorium Universitas Islam Lamongan............................
2. Foto/Dokumentasi............................................................................. 43
3. Logbook.............................................................................................
4. Biodata Ketua Peneliti.......................................................................
5. Biodata Anggota Peneliti...................................................................
6. Biodata Guru Pembimbing................................................................

xiii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam
kebutuhan manusia sehari-hari, karena sebagian besar manusia menggunakan
padi sebagai bahan makanan pokok. Berdasarkan data dari kementrian
pertanian, Indonesia merupakan negara penghasil padi terbesar ketiga
didunia. Dari data dinas pangan, Holtikultura, dan perkebunan (TPHP)
Kabupaten Lamongan merupakan penyumbang padi terbesar di Jawa Timur
tahun 2020. Tetapi pada tahun 2022 hasil panen padi di kabupaten Lamongan
mengalami penurunan secara drastis dan signifikan.
Salah satu wilayah penghasil padi terbesar adalah Masyarakat
wilayah Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Mayoritas
penduduk disana berprofesi sebagai petani padi. Produksi beras banyak
dijumpai di sekitar wilayah kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan. Melihat
banyaknya konsumsi masyarakat terhadap beras maka kebutuhan untuk
penanaman padi cukup tinggi pula, dalam penanamannya tentu akan
menghadapi masalah-masalah seperti serangan dari hama terutama hama
wereng cokelat penyebab virus kerdil pada tanaman padi.
Salah satu kendala yang sangat merugikan adalah adanya serangan
hama yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas produksi
bahkan mengalami gagal panen. Wereng cokelat salah satu hama pada
tanaman padi. Selain mempunyai kemampuan merusak tanaman, wereng
cokelat juga mampu menyebarkan virus kerdil. Wereng cokelat jenis ini
biasanya menetas pada pelepah daun padi dan akan menetas tujuh sampai
sepuluh hari kemudian, menghisap cairan tumbuhan menjadi terganggu
bahkan mati sehingga menyebabkan gagal panen secara besar-besaran.
Ciri-ciri tanaman padi yang diserang hama wereng batang cokelat
adalah warnanya berubah menjadi kekuningan, pertumbuhan terhambat dan
tanaman menjadi kerdil. Pada serangan yang parah keseluruhan tanaman padi
menjadi kering dan mati, perkembangan akar merana dan bagian bawah
menjadi terlapisi oleh jamur.

1
Hama batang wereng cokelat hidup pada pangkal bawah padi
Binatang ini mempunyai siklus hidup antara 3-4 minggu yang dimulai dari
telur (selama 7-10 hari), Nimfa (8-17 hari) dan Imago (18-28 hari). Saat
menjadi nimfa dan imago inilah wereng batang cokelat menghisap cairan
pada batang padi.
Petani tidak kehabisan akal, mereka berinisiatif untuk membasmi
hama wereng cokelat tersebut dengan menggunakan pestisida kimia. Ketika
para petani menggunakan pestisida kimia dengan dosis normal ternyata hama
wereng cokelat tersebut masih tetap hidup sehingga gagal panen masih
terjadi. Akibatnya para petani berinisiatif untuk menaikkan dosis pestisida
kimia tanpa memperhatikan efek samping yang ditimbulkan. Dengan
penggunaan pestisida, hasil panen akan meningkat, akan tetapi penggunaan
pestisida secara terus-menerus dapat memberikan dampak negatif, seperti
kerusakan pada tanah, air dan udara pada sekitar lahan.
Setelah petani menggunakan pestisida kimia dengan dosis tinggi
petani berhasil mendapatkan hasil panen yang meningkat, namun berdampak
negatif bagi lahan pertanian, yaitu banyak tanah pada lahan sawah menjadi
tidak subur, sehingga untuk penanaman berikutnya akan mengalami
penurunan hingga bisa mengalami gagal panen.
Oleh karena itu, kami berinisiatif ingin membuat insektisida alami dari
bahan alami yang mudah didapatkan yaitu tanaman sirih cina tanaman liar
yang memiliki kandungan senyawa yaitu alkaloid dan saponin. Senyawa
lainnya adalah flavonoid seperti acacetin, apigenin, isovitexin dan
pellucidatin, pitosterol, yaitu, campesterol, stigmasterol, dan arylproppanoids.
Kandungan alkaloid yang ada pada sirih cina dapat kami manfaatkan sebagai
campuran pestisida alami.
Selain itu kami juga memanfaatkan silika yang terkandung dalam
daun bambu yang menumpuk karena hampir tidak ada masyarakat yang
memanfaatkannya, kebanyakan masyarakat hanya memanfaatkan batang
bambu saja, sehingga dapat menyebabkan penumpukan sampah daun bambu.
Walaupun sampah organik tetapi jika dalam jumlah yang banyak akan
mengganggu lingkungan. Dengan itu kami mencampurkan dua kandungan

2
tadi yaitu alkaloid sirih cina dan silika pada daun bambu yang dijadikan
sebagai insektisida alami. Dari pembuatan insektisida alami tadi dapat
membantu para petani agar lahan pertanian tetap subur, panen meningkat, dan
pertumbuhan hama wereng cokelat menurun.
Berdasarkan ulasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Pemanfaatan Kandungan Alkaloid Sirih Cina
dan Kandungan Silika Daun Bambu sebagai Insektisida Alami untuk
Membasmi Wereng Cokelat Penyebab Penyakit Virus Kerdil pada
Tanaman Padi”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang ada. Maka perumusan
masalah yang diteliti dalam karya ilmiah ini dirumuskan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana mekanisme pembuatan pemanfaatan kandungan alkaloid
sirih cina dan kandungan silika daun bambu sebagai insektisida alami
untuk membasmi wereng cokelat penyebab penyakit virus kerdil pada
tanaman padi?
1.2.2 Bagaimana uji hasil perbandingan pemanfaatan kandungan alkaloid
sirih cina dan kandungan silika daun bambu sebagai insektisida alami
untuk membasmi wereng cokelat penyebab penyakit virus kerdil pada
tanaman padi?
1.2.3 Bagaimana uji keefektifan pemanfaatan kandungan alkaloid sirih cina
dan kandungan silika daun bambu sebagai insektisida alami untuk
membasmi wereng cokelat penyebab penyakit virus kerdil pada
tanaman padi?

1.3 Tujuan Penelitian


Dari rumusan masalah diatas, maka dapat diketahui tujuan dari
penelitian ini yaitu:
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.1.1 Untuk mengetahui mekanisme pembuatan pemanfaatan
kandungan alkaloid sirih cina dan kandungan silika daun

3
bambu sebagai insektisida alami untuk membasmi wereng
cokelat penyebab penyakit virus kerdil pada tanaman padi
1.3.1.2 Untuk mengetahui uji hasil perbandingan pemanfaatan
kandungan alkaloid sirih cina dan kandungan silika daun
bambu sebagai insektisida alami untuk membasmi wereng
cokelat penyebab penyakit virus kerdil pada tanaman padi
1.3.1.3 Untuk mengetahui uji keefektifan pemanfaatan kandungan
alkaloid sirih cina dan kandungan silika daun bambu
sebagai insektisida alami untuk membasmi wereng cokelat
penyebab penyakit virus kerdil pada tanaman padi
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengikuti Indonesian Science Project Olympiade
(ISPO) Tahun 2024 yang diseelenggarakan oleh Eduversal
Foundation
1.3.2.2 Agar dapat diketahui oleh khalayak yang ingin mengetahui
tentang pemanfaatan kandungan alkaloid sirih cina dan
kandungan silika daun bambu sebagai insektisida alami
untuk membasmi wereng cokelat penyebab penyakit virus
kerdil pada tanaman padi

1.4 Hipotesis
Dalam penelitian ini kami mengemukakan hipotesis bahwa
pemanfaatan kandungan alkaloid sirih cina dan kandungan silika daun
bambu dapat digunakan sebagai insektisida untuk membasmi wereng
cokelat penyebar virus kerdil pada tanaman padi.
Hipotesis di atas dikemukakan berdasarkan asumsi:
1.4.1 Adanya mekanisme pembuatan pemanfaatan kandungan alkaloid
sirih cina dan kandungan silika daun bambu sebagai insektisida
alami untuk membasmi wereng cokelat penyebab penyakit virus
kerdil pada tanaman padi
1.4.2 Adanya uji hasil perbandingan pemanfaatan kandungan alkaloid
sirih cina dan kandungan silika daun bambu sebagai insektisida

4
alami untuk membasmi wereng cokelat penyebab penyakit virus
kerdil pada tanaman padi
1.4.3 Adanya uji keefektifan pemanfaatan kandungan alkaloid sirih cina
dan kandungan silika daun bambu sebagai insektisida alami untuk
membasmi wereng cokelat penyebab penyakit virus kerdil pada
tanaman padi

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun beberapa manfaat dalam penelitian ini:
1.5.1 Bagi Peneliti
Dapat mengetahui adanya insektisida alami dari zat alkaloid
pada sirih cina dan zat silika daun bambu sebagai insektisida alami
untuk membasmi wereng cokelat penyebab penyakit virus kerdil
pada tanaman padi
1.5.2 Bagi Petani
Sebagai alternatif baru guna meningkatkan hasil pertanian dan
mengusir hama dengan cara pemanfaatan bahan yang mudah dicari
sekaligus mengurangi limbah di lingkungan masyarakat pedesaan
1.5.3 Bagi Masyarakat
Sebagai pengetahuan masyarakat tentang manfaat sirih cina
dan daun bambu sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal
dalam proses pembuatan insektisida alami untuk membasmi wereng
cokelat penyebab penyakit virus kerdil pada tanaman padi

5
BAB 2. STUDI LITERATUR

2.1 Padi
Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam
peradaban. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke
Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar
1500 SM. Tanaman padi merupakan tanaman semusim mempunyai
kemampuan beradaptasi pada berbagai kondisi lingkungan. Tanaman ini
termasuk golongan jenis Graminae atau rumput-rumputan.
2.1.1 Ciri Umum Padi
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau poaceae. Terna
semusim, berakar serabut, batang sangat pendek, struktur berupa
batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang
daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna
hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh
rambut yang pendek dan jarang, bagian bungan tersusun majemuk,
tipe malai cabang, satuan bunga disebut floret yang terletak pada
satu spikelet yang duduk pada panikula, tipe buah bulir atau
kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah mana bijinya,
bentuknya hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15
mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa seharihari
disebut sekam, struktur dominan padi yang biasa dikonsumsi yaitu
jenis enduspremium.
2.1.2 Ciri Khusus Padi
• Padi memiliki ciri khusus dimana jika masih kecambah padi
memiliki jenis akar tunggang, bila memasuki fase 6-8 hari hingga
dewasa padi membentuk akar serabut.
• Berukuran sedang, tingginya berkisar 105-120 cm.
• Padi mempunyai enam kepala sari (anther) dan kepala putik
(stigma) bercabang dua yang berbentuk sikat botol sebagai organ
bereproduksi.
• Padi memiliki batang yang beruas-ruas dan tidak berkambium.

6
• Memiliki sisik dan daun telinga pada daunnya.
• Daun tanaman padi memiliki ciri daun berbentuk pelepah tidak
sempurna dan lanset warna daunnya hijau serta memiliki tulang
daun sejajar.
• Mempunyai tipe buah kariopsis atau bulir
• Mempunyai klorofil dan zat melanin yang menyebabkan warna
kuning.
• Kaya akan kandungan karbohidrat pada bijinya.
• Ruas-ruas batang di pisahkan oleh buku
• Hidup di tempat yang subur kaya akan air.
• Memiliki lidah daun Pada perbatasan antara helai duan dan upih
2.1.3 Habitat Padi
Padi adalah jenis tanaman padi-padian yang dapat tumbuh di
lahan yang longgar yang mana memiliki kondisi nutrisi dan unsur
hara yang sesuai. Padi juga dapat tumbuh ditempat kering yang kaya
akan air Seperti di sawah, tempat tempat yang kaya akan unsur hara
dan bahkan ada beberapa padi yang dapat tumbuh dan hidup di area
hidrolisis kelebihan air seperti rawa dan pinggiran danau.
2.1.4 Perkembangbiakan Padi
Urutan siklus hidup padi dimulai dari vegetatif awal yaitu
masa pertumbuhan hingga masa pembentukan bakal malai. Benih
biasanya dikecambahkan melalui perendaman selama 24 jam.
Setelah perkecambahan bakal akar dan tunas yang menonjol keluar
menembus kulit gabah. Pada hari ke 2 atau ke 3 setelah benih disebar
di persemaian, daun pertama menembus keluar. Akhir tahap ini
mempelihatkan daun pertama yang muncul masih melengkung dan
bakal akar memanjang.
Tahap pertunasan mulai begitu benih berkecambah sampai
dengan sebelum anakan pertama muncul. Selama tahap ini, tunas
terus tumbuh, dua daun lagi terbentuk. Daun terus berkembang
selama tahap awal pertumbuhan. Bibit umur 18 hari, bibit

7
mempunyai 5 daun dan sistem perakaran yang berkembang dengan
cepat.
Pembentukan anakan tahap ini berlangsung sejak muncul
anakan pertama sampai pembentukan anakan maksimum tercapai.
Tanaman memanjang dan aktif membentuk anakan. Pada tahap ini,
anakan terus bertambah sampai pada titik dimana sukar dipisahkan
dari batang pemanjangan batang.
Pemanjangan batang tahapan ini terjadi sebelum pembentukan
malai atau terjadi pada tahap akhir pembentukan anakan. Anakan
terus meningkat dalam jumlah dan tingginya. Hal ini diikuti oleh
memanjangnya batang atau ruas batang, dan akhirnya sampai ke
tahap pembentukan malai.
Masa reproduktif yaitu masa bakal malai sampai
pembungaan. Pertama kali muncul pada ruas buku utama kemudian
pada anakan dengan pola tidak teratur. Saat malai terus berkembang
bulir terlihat dan dapat dibedakan malai muda meningkat dalam
ukuran dan berkembang ke atas di dalam pelepah daun bendera
menyebabkan pelepah daun menggembung. Penggembungan daun
bendera ini disebut bunting. Bunting terlihat pertama kali pada ruas
batang utama.
Keluarnya bunga atau malai dikenal sebagai tahap keluar
malai. Heading ditandai dengan kemunculan ujung malai dari
pelepah daun bendera. Malai terus berkembang sampai keluar
seutuhnya dari pelepah daun. Tahap pembungaan dimulai ketika
serbuk sari menonjol keluar dari bulir dan terjadi proses pembuahan.
Kelopak bunga kemudian menutup serbuk sari jatuh ke putik,
sehingga terjadi pembuahan.

8
Gambar 1: Siklus hidup padi
2.2 Sirih Cina
Kandungan senyawa yang ada dalam sirih cina adalah alkaloid. Sirih
cina juga mengandung beberapa minyak esensial, terutama dillapiole, β-
caryophyllene dan carotol yang memiliki aktivitas larvisida tinggi Senyawa
lainnya adalah flavonoid seperti acacetin, apigenin, isovitexin dan
pellucidatin, pitosterol, yaitu, campesterol, stigmasterol, dan arylproppanoids.
Glikosida jantung, tanin dan antrakuinon juga telah diisolasi dari tanaman.
2.2.1 Kandungan Sirih Cina
2.2.1.1 Alkaloid
Alkaloid merupakan kelompok senyawa metabolit
sekunder yang mempunyai sifat alkali. Sifat ini yang
menyebabkan penamaan golongan senyawa alkaloid. Sifat
alkali ini dimungkinkan karena secara kimia alkaloid
merupakan senyawa organic yang mengandung nitrogen baik
satu ataupun lebih dalam benuk amina primer, sekunder
ataupun tersier.

Gambar 2: Rumus molekul alkaloid


2.2.1.2 Saponin

9
Saponin adalah glikosida triterpene dan serol yang
telah terdeteksi dalam lebih dari 90 genus pda tumbuhan.
Glikosida adalah suatu kompleks antara gula pereduksi
(glikon) dan bukan gula (aglikon). Adanya saponin dalam
tumbuhan ditunjukkan dengan pembentukan busa yang
sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau memekatkan ekstrak.

Gambar 3: Rumus molekul saponin


2.2.1.3 Tanin
Tanin merupakan senyawa umum yang terdapat dalam
tumbuhan berpembuluh, memiliki gugus fenol, memiliki rasa
sepat dan mampu menyamak kulit karena kemampuannya
menyambung silang protein. Tanin secara kimia
dikelompokakkan menjadi 2 golongan yaitu golongan tanin
terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi
atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk
dengan cara kondensasi katekin tunggal yang membentuk
senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi.
Tanin terhidrolisis mengandung ikatan ester yang dapat
terhidrolisis jika dididihkan dalam asam klorida encer.

Gambar 4: Rumus molekul tanin

10
2.2.1.4 Flavonoid
Flavonoid merupakan golongan metabolit sekunder
yang disintesis dari asam piruvat melalui metabolisme asam
amino. Flavonoid adalah senyawa fenol, sehingga warnanya
berubah bila ditambahkan basa atau amoniak. Terdapat
sekitar 10 jenis flavonoid yaitu antosianin, proantosianidin,
flavonol, flavon, glikoflavon, biflavonil, khalkon, auron,
flavanone, dan isoflavone.
Flavonoid merupakan senyawa yang mempunyai
bermacam-macam efek, yaitu efek antitumor, antikanker,
immunostimulan, antioksidan, analgesik, antiradang,
antivirus, antibakteri, antifungal, antidiare, dan
antigiperglikemik.

Gambar 5: Rumus molekul flavonoid


2.2.2 Habitat Sirih Cina
Tumbuhan Sirih cina berasal dari Amerika, kemudian
tersebar meluas di kawasan Asia, sampai di Indonesia dan tumbuh liar
di Indonesia. Biasanya tumbuhan ini tumbuh dengan bergerombol.
Umumnya ditemui di pekarangan, pinggir parit, tempat yang lembab
dan gelap. Sirih cina dapat tumbuh di dataran rendah dan dataran
tinggi.
Sirih cina berbunga sepanjang tahun, tanaman ini ditemukan di
berbagai habitat yang teduh dan lembab di seluruh Asia dan Amerika.
Tumbuh berkelompok, tumbuh subur di tanah gembur dan lembab
serta iklim tropis hingga subtropis. Karena termasuk tanaman liar sirih
cina menanamnya tidak perlu di dalam pot, dan tidak ada perawatan
yang khusus.

11
2.3 Bambu
2.3.1 Kandungan Abu Daun Bambu
2.3.1.1 Silika
Senyawa kimia silikon dioksida (silika) memiliki
rumus kimia SiO2. Atom silikon dapat membentuk empat
ikatan secara serentak yang tersusun secara tetrahedral.
Dalam silika, setiap atom Si terikat pada empat atom O dan
setiap atom O terikat pada dua sisi atom. Penyusunan
struktur tersebut meluas menjadi jaringan yang sangat besar.
Kandungan abu daun bambu dari daun bambu
sebesar 20% dengan kandungan silika sebesar 75,90-
82,86%, dimana kandungan silika abu daun bambu ini
merupakan kandungan abu daun yang terbesar kedua.

Gambar 6: Rumus molekul silika


2.3.1.2 Selulosa
Selulosa adalah senyawa karbohidrat kompleks yang
tersusun atas banyak rantai glukosa (polisakarida). Selulosa
merupakan salah satu senyawa yang keberadaanya paling
melimpah. Selulosa menempati hampir seluruh dari
komponen penyusun struktur kayu. Pada daun bambu
terdapat 42,4-53,6 % selulosa. Selulosa merupakan bahan
dasar dari banyak produk seperti kertas, film, serat, dan
sebagainya. Dengan berbagai reaksi, selulosa juga bisa
diturunkan menjadi banyak produk salah satunya
karboksimetil sekukosa.

12
Gambar 7: Rumus molekul selulosa
2.3.1.3 Lignin
Lignin adalah polimer amorf yang mengandung
tiga monomer sinamil alkohol yang berbeda: koniferil,
sinapil, dan p -kumaril alkohol, yang masing-masing
mengarah ke jenis unit lignin yang sesuai masing-masing
bernama guaiacyl, syringyl, dan p-hydroxyphenyl,
dihubungkan oleh C– Obligasi C dan obligasi eter. Sebagai
polimer alami paling melimpah kedua, lignin menyumbang
sekitar 30% karbon organik di biosfer, dan terdiri dari
monomer aromatik. Dalam proses pertumbuhan tanaman,
lignin dipolimerisasi secara in vivo melalui polimerisasi
dehidrogenasi yang dimediasi enzim (lignifikasi),
menghasilkan bahan amorf berikatan silang dengan ikatan
C–C dan eter. Selain itu, lignin berperan penting dalam
memperkuat koneksi sel-ke-sel, meningkatkan kekuatan
dinding sel dan melawan patogen selama pertumbuhan
selanjutnya. Pada tumbuhan bambu molekul lignin yang
tekandung sekitar 19,8-26,6%.

Gambar 8: Rumus molekul lignin

13
2.4 Pestisida
Pestisida atau pembasmi hama (dari bahasa Inggris pesticide) adalah
bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, atau membasmi
organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi
akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam seperti
serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap
mengganggu.

2.4.1 Jenis-jenis Pestisida


2.4.1.1 Insektisida
Insektisida merupakan pestisida untuk memberantas
serangga, seperti nyamuk, kecoak, kutu busuk, rayap,
semut, belalang, wereng cokelat , ulat, dan sebagainya.
Contoh insektisida antara lain diazinon, tiodan, basmion,
basudin, propoksur, diklorovinil dimetil fosfat, timbel
arsenat, dan magnesium fluorosilikat.
2.4.1.2 Herbisida
Herbisida merupakan pestisida untuk mencegah dan
mematikan gulma atau tumbuhan pengganggu, seperti
eceng gondok, rumput teki, dan alang-alang. Alang-alang
dapat dikatakan sebagai hama tanaman karena alang-alang
menyerap semua zat makanan yang ada dalam tanah.
Contoh herbisida antara lain gramoxone, totacol, pentakloro
fenol, dan amonium sulfonat.
2.4.1.3 Nematisida
Nematisida adalah pestisida untuk memberantas
hama cacing. Hama ini sering merusak akar atau umbi
tanaman. Contoh nematisida adalah oksamil dan natrium
metam.
2.4.1.4 Fungisida

14
Fungisida adalah pestisida untuk memberantas jamur
(fungi). Contoh fungisida adalah timbel (I) oksida,
carbendazim, tembaga oksiklorida, dan natrium dikromat.
2.4.1.5 Rodentisida
Rodentisida adalah pestisida untuk memberantas
binatang pengerat, misalnya tikus. Contoh rodentisida
adalah warangan (senyawa arsen) dan thalium sulfat.
2.4.2 Dampak Negatif Pestisida
• Kematian musuh alami organisme pengganggu
• Dapat menyebabkan timbulnya resistensi
• Keracunan pestisida pada ternak, hewan peliharaan ikan, satwa
liar
• Residu
• Pencemaran Lingkungan
• Menghambat Perdagangan

2.5 Wereng Cokelat


Wereng cokelat atau wereng batang cokelat (WBC) merupakan
salah satu hama utama tanaman padi yang secara langsung merusak
tanaman dengan menghisap cairan tanaman yang menyebabkan tanaman
kering dan mati dan secara tidak langsung menjadi vector penyebaran
penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa. Hama wereng cokelat hidup
pada pangkal batang padi.
2.5.1 Daur Hidup Wereng Cokelat
Fase kehidupan wereng cokelat . Kehidupan wereng cokelat
sebagai hama mulai dari telur – nimfa – imago (wereng dewasa),
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Fase Telur
Wereng cokelat memiliki telur berwarna putih,
berbentuk buah pisang, biasanya diletakkan berkelompok di
dalam jaringan pelepah daun tanaman padi . Telur menetas

15
setelah 7 -10 hari. WBC yang baru menetas melewati 5 tahap
pertumbuhan nimfa sebelum menjadi imago.
2) Fase Nimfa
Periode nimfa wereng cokelat berkisar antara 7 sampai
15 hari nimfa mirip dengan imago, tetapi berukuran lebih kecil,
beda warna, dan tidak mempunyai sayap fungsional. Bakal
sayap muncul selama pengembangan, dapat dilihat pada instar
kelima. Nimfa dapat dibedakan oleh penampilan mesonotum
dan metanotum thorax, serta warna dan ukuran tubuh.
3) Fase Dewasa
Imago betina bertelur dengan menempatkannya secara
berkelompok di dalam jaringan tanaman, terutama dalam
selubung daun dan helai daun. Imago terdiri dari dua bentuk,
yaitu bersayap panjang (makroptera) dan bersayap pendek
(brakiptera). Pemunculan kedua bentuk tersebut antar lain
dipengaruhi oleh kepadatan populasi. Bentuk makroptera dapat
terbang sehingga merupakan bagian populasi yang berfungsi
untuk menemukan tempat hidup baru. Di daerah tropis, satu
generasi wereng cokelat berlangsung sekitar satu bulan.

Gambar 9: Siklus hidup wereng cokelat


2.5.2 Cara Pengendalian Wereng Cokelat
• Menanam padi serempak pada lahan luas minimal 20 hektar

16
• Melakukan penanaman padi secara serentak dan mengubah pola
tanam padi.
• Memutus sumber penyakit atau tanaman yang terkena virus
dihilangkan atau dimusnahkan melalui sanitasi lahan atau eradikasi.
• Mengatur jarak tanam, misalnya dengan mengunakan sistem jajar
legowo dapat mengurangi tingkat kelembapan sekitar padi
sehingga dapat menghambat peningkata wereng cokelat
• Memilih varietas tanaman padi yang berkualitas bagus, sehingga
tidak mudah terserang wereng cokelat dan virus kerdil
• Pengendalian menggunakan agensi hayati atau pestisida alami
• Melakukan pemupukan berimbang sesuai dosis yang
direkomendasikan dinas pertanian terkait.
2.6 Virus Kerdil
Serangan hama wereng cokelat terjadi di Indonesia menjadi masalah
pada beberapa tahun terakhir. Serangan hama wereng cokelat tersebut juga
diikuti oleh serangan virus tanaman padi yang ditularkannya, sehingga
kerusakan yang ditimbulkan menjadi berlipat-lipat. Diantara virus pada
padi, virus kerdil hampa Rice Ragged Stunt Virus (RRSV) dan virus kerdil
rumput Rice Grassy Stunt Virus (RGSV) merupakan virus penting yang
menyebabkan penyakit padi.
2.6.1 Gejala Virus Kerdil
Tanaman padi yang terinfeksi virus kerdil rumput dan kerdil
hampa menunjukkan beberapa gejala yang khas. Gejala kerdil
rumput ditandai dengan
• Pertumbuhan tanaman yang terhambat atau kerdil, namun
mempunyai anakan yang banyak (rumpun yang sangat rimbun)
• Daunnya pendek dan sempit, batang tumbuh tegak dan kaku,
berwarna hijau pucat atau kuning pucat.
• Daunnya sering ditemui bintik-bintik atau bercak cokelat tua
Pertumbuhan padi yang terhambat juga terjadi apabila padi
terinfeksi virus kerdil hampa.

17
• Daun tanaman menjadi berwarna hijau gelap, daun tidak rata,
berlekuk-lekuk atau sobek-sobek.
• Ujung daun terpilin dan terjadi pembengkakan pada tulang daun.

2.7 Pemanfaatan Kandungan Alkaloid Sirih Cina dan Kandungan Silika


Daun Bambu sebagai Insektisida Alami untuk Membasmi Wereng
Cokelat Penyebab Penyakit Virus Kerdil pada Tanaman Padi
Kerusakan padi karena keberadaan wereng cokelat sehingga
mengakibatkan virus kerdil, yang merupakan penyakit berbahaya bagi padi
sehingga menyebabkan pertumbuhan padi terhambat dan kerususakan padi
sehingga petani bisa gagal panen.
Untuk mengatasi hal tersebut, petani berinisiatif untuk membasmi
hama wereng cokelat dengan menggunakan insektisida kimia. Namun,
penggunaan insektisida berbahan kimia memberikan dampak yang buruk
baik bagi tanaman, kesuburan tanah, dan hasil panen,
Solusi dari masalah penggunaan insektisida kimia ini, kami
mengangkat untuk menggunakan pestisida alami yang ramah lingkungan.
dimana kita bisa memanfaatkan tumbuhan sirih cina yang mengandung
alkaloid dan daun bambu yang mengandung silika sehingga penggunaannya
itu aman karena berbahan dasar alami. Pada pembuatan insektisida alami
sendiri cukuplah murah dan tidak membeli karena sirih cina merupakan
tanaman liar dan daun bambu merupakan sampah organik yang jarang dan
hampir tidak dimanfaatkan. Sedangkan insektisida kimia membutuhkan
modal yang besar.
Dengan adanya insektisida alami sirih cina dan daun bambu
diharapkan dapat mengurangi penggunaan insektisida kimia yang dari segi
material dan manfaat sangat kurang sekali. Selain itu insektisida alami ini
juga dapat meningkatkan panen padi karena kandungan silika pada daun
bambu dapat menyuburkan tanah pada saat cairan insektisida terkena tanah
yang dibantu oleh air hujan.

18
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


3.1.1 Waktu Penelitian
• Tanggal 13 – 14 Oktober 2023
Studi literatur terkait permasalahan penelitian
• Tanggal 25 Oktober 2023
Pengajuan judul kepada guru pembimbing
• Tanggal 30 Oktober – 17 November 2023
Penyusunan makalah proposal penelitian yakini BAB 1 -3
• Tanggal 20 November 2023
Pengumpulan proposal penelitian
• Tanggal 22 Desember 2023 – 8 Januari 2024 Pengambilan data
• Tanggal 4 – 25 Januari 2023 Penyusunan Laporan Penelitian
3.1.2 Tempat Penelitian
1. Rumah peneliti RT/RW 002/004 Dusun Juwet Desa
Deket agung, Kecamatan Sugio, Kabupaten Lamongan
2. Rumah peneliti RT/RW 001/001, Dusun Gedong, Desa
GedongBoyoUntung, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan
3. SMA Negeri 2 Lamongan Jl. Veteran No. 1 Lamongan

19
4. Laboratorium kimia SMA Negeri 2 Lamongan
5. Laboratorium Universitas Islam Lamongan

3.2 Sumber Data, Alat, dan Bahan


3.2.1 Sumber Data
Penelitian ini menggunakan sumber data yang diperoleh dari
hasil pengukuran di laboratorium. Jenis data dari penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kuantitatif, yang berupa :
a. Data primer yang didapatkan langsung di laboratorium kimia
selama penelitian berlangsung.
b. Data sekunder yang diperoleh dari sumber hasil penelitian
terdahulu, hasil studi literatur, laporan, dan jurnal sebelumnya
yang berhubungan dengan penelitian mengenai pemanfaatan
kandungan alkaloid sirih cina dan kandungan silika daun bambu
sebagai insektisida alami untuk menekan pertumbuhan wereng
cokelat penyebar virus kerdil pada tanaman padi.
sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah tumbuhan
sirih cina dan daun bambu.
3.2.2 Alat Penelitian
• Baskom • Ayakan 100 mesh
• Pisau • Wajan dari tanah liat
• Loyang • Magnetic strirrer
• Handscoon • Termometer
• Mortal • Oven
• Neraca analog • Corong kaca
• Pipet • Kertas saring whatman 41
• Gelas ukur • Erlenmeyer
• Gelas beker • pH meter
• Toples meserasi • Cawan petri
• Panci • Toples plastik
• Kompor • Semprotan
3.2.3 Bahan Penelitian

20
• Sirih cina • NaOH 4M
• Daun bambu • Aquades
• Air • HCl 1M
• Alkohol 96%

3.3 Prosedur Penelitian


3.3.1 Proses Pembuatan Ekstrak Slika Sirih Cina
1. Proses Pengambilan Sampel Sirih Cina
Sirih cina yang akan digunakan sebagai sampel diambil
dan dikumpulkan. Sirih cina ini diambil pekarangan penduduk
Dusun Juwet, Desa Deket Agung, Kecamatan Sugio, Kabupaten
Lamongan. Pada dasarnya sirih cina dibiarkan saja dan tidak
bernilai jual karna dinggap sebagai tanaman liar yang masyarakat
sekitar jarang mengetahui manfaatnya.
2. Proses Pengambilan Sampel Sirih Cina
Setelah pengambilan sampel sirih cina, kami mulai
memisahkan daun, batang, bunga dan akar menggunakan
handscoon.
3. Proses Pengeringan Sampel Sirih Cina
Setelah sirih cina dicuci bersih, maka proses selanjutnya
adalah pengeringan dibawah sinar matahari selama 3 hari.
4. Proses Penumbukan Sampel Sirih Cina
Setelah didapatkan sirih cina yang kering, maka
dilakukan proses penumbukan sirih cina menggunakan mortal
hingga halus.
5. Proses Ekstraksi Alkaloid Sampel Sirih Cina
Penelitian ini menggunakan metode dekstiktif dan
eksperimen yaitu dimulai dari studi literatur, dan pembuatan
ekstrak sirih cina dengan langkah pengeringan simplisia, lalu
penghalusan dan perendaman (maserasi) dengan alkohol sebesar
96% selanjutnya disaring dan dikukus.
3.3.2 Proses Pembuatan Ekstrak Silika Daun Bambu

21
1. Pengambilan Sampel Daun Bambu
Daun bambu yang akan digunakan sebagai sampel diambil
dan dikumpulkan. Daun bambu ini diambil dari runtuhan pohon
bambu di sekitar Dusun Juwet Desa Deket Agung, Kecamatan
Sugio, Kabupaten Lamongan yang pada dasarnya daun bambu
dibuang sia-sia dan tidak bernilai jual. Daun bambu kemudian
diambil menggunakan tangan langsung dan dikumpulkan kedalam
wadah baskom.
2. Proses Pencucian Sampel Daun Bambu
Daun bambu yang akan digunakan harus dicuci terlebih
dahulu dengan air yang mengalir bertujuan untuk menghilangkan
kotoran yang ada dan menjadikan daun bambu tersebut bersih
sehingga dapat meningkatkan kemurnian silika yang dihasilkan.
3. Proses Pengeringan Sampel Daun Bambu
Daun bambu yang telah bersih kemudian melalui tahap
pengeringan di bawah sinar matahari selama 1 hari. Pada
pengeringan dengan sinar matahari, penyebaran panas ke dalam
bahan berlangsung secara bertahap dan menyeluruh sehingga
penguapan air ke udara lebih merata.
4. Proses Pembakaran Daun Bambu
Tahap berikutnya adalah proses pembakaranan daun bambu.
Proses pembakaran juga dapat membatu pada saat tahap
penghalusan daun bambu sehingga dapat mudah hancur, proses
ini diawali dengan meletakan daun bambu di dalam suatu wadah
(baskom besi bekas) kemudian mulai menyalakan api
menggunakan korek api, dan tunggu hingga beberapa menit
sehingga didapatkan abu daun bambu yang berwarna hitam.
5. Proses Sangrai Sampel Daun Bambu
Setelah daun bambu dibakar dan dihasilkan abu daun
bewarna hitam, maka proses selanjutnya yaitu menyangrai abu
daun bambu menggunakan wajan dari tanah liat hingga menjadi

22
abu daun bambu yang berwarna abu-abu sebagai tujuannya dan
agar mendapatkan silika berwarna putih bersih.
6. Proses Ekstraksi Kandungan Silika Sampel Daun Bambu
7. Tahap selanjutnya ialah proses pembuatan silika dengan
metode sol-gel yang diadaptasi dari penelitian Satya Candra
Wibawa Sakti, dkk. Sebanyak 80 gram abu daun bambu
dilarutkan dalam 640 mL NaOH 4 M dalam gelas beker.
Campuran diaduk sambil dipanaskan pada suhu 90 °C selama 90
menit. Residu dibakar pada suhu 200 °C selama 90 menit.
Padatan yang didapatkan kemudian dilarutkan dalam 800 ml
aquades sehingga menjadi larutan natrium silikat. Larutan
natrium silikat tersebut berfungsi sebagai prekursor untuk
pembuatan silika. Larutan natrium silikat kemudian ditambahkan
HCl 1 M tetes demi tetes sambil diaduk menggunakan magnetic
stirer hingga memiliki pH 7. Menurut Ilham Pratomo dkk,
penambahan HCl 1 M pada larutan natrium silikat dengan teknik
pengadukan dapat meningkatkan kadar silika yang dihasilkan.
Larutan tersebut kemudian didiamkan selama 72 Jam sampai
terbentuk gel. Gel yang terbentuk kemudian dicuci dengan
aquades dan residu dikeringkan dalam oven pada suhu 80 °C
selama 3 jam. Silika yang terbentuk kemudian digerus dan diayak
dengan ayakan 100 mesh. Silika dikalsinasi pada suhu 400 °C
selama 4 jam.
3.3.3 Proses Pencampuran Zat Alkaloid Sirih Cina dengan Zat Silika
Daun Bambu menjadi Larutan Insektisida
Setelah didapatkan zat ekstrak alkaloid sirih cina dan zat
ekstrak silika bambu maka tahap selanjutnya dilakukan proses
pencampuran hingga membentuk larutan insektisida alami seperti
perbandingan berikut:
Tabel 1: Perbandingan pencampuran zat estrak alkaloid sirih cina dan
zat ekstrak silika daun bambu
Perlakuan Larutan A Larutan B Larutan C

23
Zat alkaloid sirih cina 30 50 70
Zat silika daun bambu 70 50 30

3.3.4 Uji Pencampuran Zat Alkaloid Sirih Cina dan Zat Silika Daun
Bambu Terhadap Wereng Cokelat
Tabel 2: Uji pencampuran zat alkaloid sirih cina dengan silika daun
bambu terhadap wereng cokelat

Waktu yang Dibutuhkan Agar


No. Campuran
Wereng Cokelat Mati (menit)

1. Larutan A
2. Larutan B
3. Larutan C

3.3.5 Uji Efektivitas Perbandingan Pemanfaatan Kandungan Alkaloid Sirih


Cina dan Kandungan Silika Daun Bambu sebagai Insektisida Alami
dengan Insektisida Anorganik
Pembandingan insektisida alami dengan insektisida anorganik
terhadap ketahanan wereng cokelat. Setelah insektisida alami dibuat
dari ekstrak kandungan alkaloid sirih cina dan ekstrak silika daun
bambu, maka tahap selanjutnya akan dilakukan percobaan
penyemprotan perbandingan dosis dari insektisida alami dibanding
dengan insektisida anorganik di mana didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 3: Pengamatan insektisida alami terhadap daya tahan wereng
cokelat.

Keterangan
Waktu Daya Tahan
No. Insektisida Insektisida
Wereng Cokelat
Alami Anorganik

1. 10 detik

2. 20 detik

24
3. 30 detik

4. 40 detik
Tabel 4: Uji efektivitas perbandingan pemanfaatan kandungan alkaloid
sirih cina dan kandungan silika daun bambu sebagai insektisida alami
dengan insektisida anorganik terhadap wereng cokelat
Jenis Waktu yang Dibutuhkan Wereng
Insektisida Cokelat Mati (detik)
Alami
Anorganik

3.4 Metode Pemerolehan Data


3.4.1 Metode Literaratur
Kami mengambil sumber dari internet, e-book, jurnal-jurnal
penelitian, dan buku-buku yang relevan.
3.4.2 Metode Laboratorium
Kami melakukan pengamatan dan penelitian terhadap
kandungan alkaloid sirih cina dan kandungan silika daun bambu
sebagai insektisida slami di laboraturium kimia SMAN 2 Lamongan.
3.4.3 Metode Eksperimen
Kami melakukan eksperimen mengenai menguji efek
insektisida alami dari kandungan alkaloid sirih cina dan kandungan
silika daun bambu untuk wereng cokelat penyebab penyakit virus
kerdil pada tanaman padi.
3.4.4 Metode Dokumentasi
Kami melakukan pengambilan hasil data atau bukti berupa
gambar.

3.5 Tahapan Penelitian


Proses penelitian yang dilakukan ini melalui tahapan-tahapan
kegiatan sebagai berikut:

25
Pertama : Pengumpulan data untuk eksperimen Penulis menentukan
permasalahan yang ditentukan.
Kedua : Orientasi terfokus sesuai dengan permasalahan yang
akan
diteliti. Menentukan dan melakukan pengumpulan data sesuai
dengan permasalahan yang ada.
Ketiga : Mengevaluasi kembali hasil-hasil penelitian untuk
mendapatkan hasil.

3.6 Variabel Penelitian


3.6.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbandingan
konsentrasi sirih cina dan daun bambu .
3.6.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah daya hambat yang
dihasilkan dari ekstrak alkaloid sirih cina dan ekstrak silika daun
bambu yang telah dijadikan insektisida untuk membasmi wereng
cokelat penyebab penyakit virus kerdil pada tanaman padi.
3.6.3 Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah sirih cina, daun
bambu dan wereng cokelat.

3.7 Metode Pengolahan Data


Penelitian Terdiri dari 3 Perlakuan dengan 3 kali perulangan, Adapun
Perlakuan pada penelitian ini adalah:
KONTROL : Dilakukan pengujian tanpa menyemprotkan insektisida
alami maupun anorganik pada wereng cokelat.
T1 : Dilakukan pengujian dengan menyemprotkan insektisida
alami pada wereng cokelat.
T2 : Dilakukan pengujian dengan menyemprotkan insektisida
anorganik pada wereng cokelat.

26
3.8 Metode Analisis Data
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan tiga larutan insektisida alami
dengan komposisi larutan yang berdeda-beda dari kandungan alkaloid sirih
cina dan kandungan silika daun bambu untuk membasmi wereng cokelat
penyebab penyakit virus kerdil pada tanaman padi.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan metode
kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif yaitu penelitian dengan
menggunakan pengamatan yang mendalam bersifat deskriptif dan
menggunakan analisis. Sedangkan metode kuantitatif dengan menganalisis
data secara statistik berdasarkan hasil yang didapatkan dari perbandingan
insektisida yang dibuat secara alami dari kandungan alkaloid sirih cina dan
kandungan silika daun bambu dengan insektisida anorganik.
Pengamatan pada penelitian ini berupa daya ketahanan hidup wereng
cokelat terhadap insektisida alami. Pada saat pengamatan daya ketahanan
hidup didapatkan sebuah analisis data bahwasanya wereng cokelat akan
mati ketika telah disemprot 3 kali semprot dengan daya tahan hidup selama
30 detik.

27
BAB 4. HASIL DAN DISKUSI

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Mekanisme Pembuatan Pemanfaatan Kandungan Alkaloid Sirih Cina
(Peperomia pellucida) dan Kandungan Silika Daun Bambu
(Bambusoideae) sebagai Insektisida Alami untuk Membasmi Wereng
Cokelat Penyebab Penyakit Virus Kerdil pada Tanaman Padi
4.1.1.2 Proses Pembuatan Ekstrak Alkaloid Sirih Cina (Peperomia
pellucida)
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ambil sirih cina (Peperomia pellucida)
3. Pisahkan bagian-bagian sirih cina (Peperomia pellucida)
mengggunakan pisau
4. Cucilah sirih cina (Peperomia pellucida) menggunakan
air mengalir lalu letakan di atas loyang dan keringkan di
bawah sinar matahari selama 3 hari hingga kandungan
air hilang sepenuhnya

28
5. Haluskan sirih cina (Peperomia pellucida) yang telah
kering menggunakan mortal hingga menjadi bubuk
6. Melakukan proses ekstraksi alkaloid pada serbuk sirih
cina
7. Ambil 100 gram bubuk sirih cina
8. Tambahkan 1000 ml alkohol 96% dan aduk hingga
merata
9. Diamkan selama 4 hari (menggunakan metode maserasi)
dan diamkan dalam wadah tertutup dengan suhu ruang
10. Setelah melakukan maserasi saring larutan tersebut dan
ambil hasil saringannya
11. Masukan larutan hasil saringan ke dalam alat kukusan
selama kurang lebih 1 jam hingga terbentuk ekstrak
kental dan kadar air mulai berkurang
12. Ekstrak alkaloid sirih cina siap digunakan pada tahap
selanjutnya
Bagan 1: Proses pembuatan ekstrak alkaloid sirih cina
(Peperomia pellucida)

Jemur di bawah
Siapkan Ambil sirih cina
sinar matahari
alat dan bahan lalu cuci bersih
selama 2 hari

Haluskan sirih Campur bubuk Diamkan selama


cina dengan sirih cina dengan
mortal alkohol 96% 4 hari

Setelah 4 hari, Masukan hasil


Terbentuk
saring larutan saringan ke
alkaloid sirih cina
tersebut dalam kukusan

4.1.1.2 Proses Pembuatan Ekstrak Silika Daun Bambu


(Bambusoideae)
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Ambil beberapa sampel daun bambu (Bambusoideae)

29
3. Cuci sampai bersih sampel daun bambu (Bambusoideae)
menggunakan air mengalir
4. Keringkan daun bambu di bawah terik sinar matahari
selama 2 hari hingga kandungan air benar-benar hilang
5. Masukkan daun bambu (Bambusoideae) yang sudah
kering ke dalam suatu wadah (baskom besi bekas)
kemudian mulai menyalakan api menggunakan korek
api, dan tunggu hingga beberapa menit sehingga
didapatkan abu daun bambu yang berwarna hitam.
6. Setelah daun bambu dibakar dan dihasilkan abu daun
bewarna hitam, maka proses selanjutnya yaitu
menyangrai abu daun bambu hingga menjadi berwarna
abu-abu
7. Tahap selanjutnya akan dilakukan proses ekstraksi
pengambilan kandungan silika pada abu daun bambu
(Bambusoideae)
8. Buatlah cairan NaOH 4M dan HCl 1M masing-masing
sebanyak 640 ml
9. Ambil 80 gram abu daun bambu
10. Larutkan abu daun bambu (Bambusoideae) dengan 640
ml NaOH 4M dalam gelas beker
11. Campuran diaduk sambil dipanaskan pada suhu 90 °C
selama 90 menit dengan magnetic strirrer. Lalu di oevn
pada suhu 200 °C selama 90 menit
12. Padatan yang didapatkan kemudian dilarutkan dalam 800
ml aquades sehingga menjadi larutan natrium silika
13. Larutan natrium silika kemudian ditambahkan HCl 1M
tetes demi tetes sambil diaduk menggunakan magnetic
stirer hingga memiliki pH 7
14. Larutan tersebut kemudian didiamkan selama 72 Jam
sampai terbentuk gel

30
15. Gel yang terbentuk kemudian dicuci dengan aquades dan
residu dikeringkan dalam oven pada suhu 80 °C selama 3
jam
16. Silika yang terbentuk kemudian digerus dan diayak
dengan ayakan 100 mesh. Silika dikalsinasi pada suhu
400 °C selama 4 jam
17. Zat silika berhasil diambil dan siap digunakan ke tahap
selanjutnya

Bagan 2: Proses pembuatan ekstrak silika daun bambu


(Bambusoideae)
Bakar daun
Campur abu daun bambu
Siapkan bambu, lalu
dengan NaOH 4M
alat dan sangrai hingga
menggunakan
bahan berwarna
magnetic strirrer
abu-abu

Padatan Tambahkan Diamkan larutan


kemudian HCl 1M pada selama 72 jam
dilarutkan dalam larutan hingga sampai berbentuk
800 ml aquades memiliki pH 7 gel

Dikeringkan Silika digerus


Gel yang dengan oven dan diayak dan
terbentuk dicuci pada suhu dikalsinasi pada
dengan aquades 80°C selama suhu 400 °C
3 jam selama 4 jam

Terbentuk silika
dari daun bambu

4.1.1.3 Proses Pencampuran Zat Alkaloid Sirih Cina (Peperomia

31
pellucida) dan Zat Silika Daun Bambu (Bambusoideae)
menjadi Larutan Insektisida alami
4.1.1.3.1 Percampuran larutan A
1. Masukan 15 gram zat alkaloid ke dalam
gelas kimia

2. Tambahkan 35 gram zat silika ke dalam gelas


kimia
3. Masukan larutan A yang telah dicampur
pada gelas kimia kedalam semprotan dan
guncangkan wadah semprotan hingga zat-
zat di dalam nya benar-benar tercampur
merata
4. Larutan insektisida A siap di ujikan pada
wereng cokelat

4.1.1.3.2 Percampuran Larutan B


1. Masukan 25 gram zat alkaloid ke dalam gelas
kimia
2. Tambahkan 25 gram zat silika ke dalam gelas
kimia
3. Masukan larutan B yang telah dicampur pada
gelas kimia kedalam semprotan dan
guncangkan wadah semprotan hingga zat- zat
di dalam nya benar-benar tercampur merata
4. Larutan insektisida B siap di ujikan pada
wereng cokelat
4.1.1.3.3 Percampuran Larutan C
1. Masukan 35 gram zat alkaloid ke dalam gelas
kimia
2. Tambahkan 15 gram zat silika ke dalam gelas
kimia

32
3. Masukan larutan C yang telah dicampur pada
gelas kimia kedalam semprotan dan
guncangkan wadah semprotan hingga zat- zat
di dalam nya benar-benar tercampur merata
4. Larutan insektisida B siap di ujikan pada
wereng cokelat

Bagan 3: Proses pencampuran zat alkaloid sirih cina


(Peperomia pellucida) dan zat silika daun bambu
(Bambusoideae) menjadi larutan insektisida alami

Proses
Proses
pengambilan
Menyiapkan pengambilan
ekstrak
alat dan bahan ekstrak silika
alkaloid
daun bambu
sirih cina

Pengujian
dosis Membuat
percampuran insektisida
alkaloid dan alami
silika

4.1.2 Uji Hasil Perbandingan Pemanfaatan Kandungan Alkaloid


Sirih Cina (Peperomia pellucida) dan Kandungan Silika
Daun Bambu (Bambusoideae) sebagai Insektisida Alami
untuk Membasmi Wereng Cokelat Penyebab Penyakit Virus
Kerdil pada Tanaman Padi

33
Tabel 1: Data perbandingan pencampuran zat alkaloid sirih
cina (Peperomia pellucida) dan zat silika daun bambu
(Bambusoideae)
Perlakuan Larutan A Larutan B Larutan C
Zat alkaloid
sirih cina
30 50 70
(Peperomia
pellucida)
Zat silika
daun bambu
70 50 30
(Bambusoideae
)

Gambar

Tabel 2: Data uji pencampuran zat alkaloid sirih cina


(Peperomia pellucida) dan zat silika daun bambu
(Bambusoideae) terhadap wereng cokelat

Waktu yang
Dibutuhkan Agar
No. Campuran Gambar
Wereng Cokelat
Mati (detik)

1. Larutan A

34
2. Larutan B

3. Larutan C

4.1.3 Uji Keefektifan Pemanfaatan Kandungan Alkaloid Sirih Cina


(Peperomia pellucida) dan Kandungan Silika Daun Bambu
(Bambusoideae) sebagai Insektisida Alami untuk Membasmi
Wereng Cokelat Penyebab Penyakit Virus Kerdil pada
Tanaman Padi
Tabel 3: Data pengamatan insektisida alami dari kandungan
alkaloid sirih cina (Peperomia pellucida) dan kandungan
silika daun bambu (Bambusoideae) dibandingkan dengan
insektisida anorganik terhadap daya tahan wereng cokelat

Waktu Daya Keterangan


No. Tahan Wereng Insektisida Insektisida
Cokelat Alami Anorganik

1. 10 detik

2. 20 detik

3. 30 detik

4. 40 detik
Tabel 4: Data uji efektivitas pemanfaatan kandungan alkaloid
sirih cina (Peperomia pellucida) dan kandungan silika daun

35
bambu (Bambusoideae) sebagai insektisida alami dengan
insektisida anorganik terhadap wereng cokelat
Waktu yang
Jenis
Dibutuhkan
Insektisid Gambar
Wereng Cokelat
a
Mati (detik)

Alami

Anorganik

4.2 Diskusi
4.2.1 Mekanisme pembuatan insektisida alami untuk membasmi wereng
cokelat dari kandungan sirih cina dan daun bambu, yaitu :
 Berdasarkan data 4.1.1.1 pada bagan 1 diketahui proses
pembuatan ekstrak alkaloid sirih cina dilakukan dengan beberapa
tahapan, diantaranya: Siapkan alat dan bahan, ambil sirih cina lalu
cuci bersih, jemur di bawah sinar matahari selama 3 hari,
haluskan sirih cina, campur bubuk sirih cina dengan alkohol,
diamkan selama 4 hari, lalu saring larutan tersebut, masukkan
hasil saringan dalam kukusan, terbentuk alkaloid sirih cina.
 Berdasarkan data 4.1.1.2 pada bagan 2 diketahui proses
pembuatan ekstrak silika daun bambu dilakukan dengan beberapa
tahapan, diantaranya: Siapkan alat dan bahan, bakar daun bambu,
lalu sangrai hingga menjadi berwarna abu-abu, campur abu daun
bambu dengan NaOH 4M menggunakan magnetic strirrer,

36
padatan kemudian dilarutkan dalam 800 ml aquades, tambahkan
HCl 1M pada larutan hingga memiliki pH 7, diamkan larutan
selama 72 jam sampai berbentuk gel, gel yang terbentuk dicuci
dengan aquades, dikeringkan dengan oven pada suhu 80°C
selama 3 jam, digerus dan diayak dan dikalsinasi pada suhu
400°C selama 4 jam, terbentuk silika dari daun bambu.
 Berdasarkan data 4.1.1.3 pada bagan 3 diketahui proses
percampuran zat alkaloid sirih cina dan zat silika daun bambu
dilakukan dengan beberapa tahapan, diantaranya: Siapkan alat
dan bahan, proses pengambilan alkaloid sirih cina, proses
pengambilan ekstrak silika daun bambu, pengujian dosis
percampuran alkaloid dan silika, membuat insektisida alami.
4.2.2 Uji hasil perbandingan pemanfaatan kandungan alkaloid sirih cina dan
silika daun bambu dalam pembuatan insektisida alami, yaitu :
 Berdasarkan data 4.1.2 pada tabel 1 diketahui perbandingan
percampuran zat alkaloid sirih cina dan zat silika daun bambu
larutan A, larutan B, dan larutan C. Pada larutan A dengan
perbandingan zat alkaloid dan silika sebanyak 30:70, dengan
komposisi memasukkan 15 gram alkaloid dan 35 gram silika
kedalam gelas kimia hingga diperoleh larutan A, pada larutan B
dengan perbandingan zat alkaloid dan silika sebanyak 50:50,
dengan komposisi memasukkan 25 gram alkaloid dan 25 gram
silika kedalam gelas kimia hingga diperoleh larutan B, dan pada
larutan C dengan perbandingan zat alkaloid dan silika sebanyak
70:30, dengan komposisi memasukkan 35 gram alkaloid dan 15
gram silika kedalam gelas kimia hingga diperoleh larutan C.
 Berdasarkan data 4.1.2 pada tabel 2 diketahui waktu yang
dibutuhkan agar wereng cokelat mati pada larutan A adalah ..
detik, larutan B adalah .. detik, dan larutan C adalah .. detik.
4.2.3 Uji keefektifan pemanfaatan kandungan alkaloid sirih cina dan silika
daun bambu sebagai insektisida alami untuk membasmi wereng
cokelat, yaitu :

37
 Berdasarkan data 4.1.3 pada tabel 3 diketahui pengamatan
insektisida alami dibanding insektisida anorganik terhadap daya
tahan wereng cokelat. Pada waktu 10 detik wereng cokelat
dengan insektisida alami mengalami... sedangkan dengan
insektisida anorganik mengalami... Pada waktu 20 detik wereng
cokelat dengan insektisida alami mengalami... sedangkan dengan
insektisida anorganik mengalami... Pada waktu 30 detik wereng
cokelat dengan insektisida alami mengalami... sedangkan dengan
insektisida anorganik mengalami... Pada waktu 40 detik wereng
cokelat dengan insektisida alami mengalami... sedangkan dengan
insektisida anorganik mengalami...
 Berdasarkan data 4.1.3 pada tabel 4 diketahui uji efektivitas
pemanfaatan kandungan alkaloid sirih cina dan kandungan silika
daun bambu sebagai insektisida alami terhadap insektisida
anorganik. Waktu yang dibutuhkan wereng cokelat mati dengan
insektisida alami adalah .. detik. Sedangkan waktu yang
dibutuhkan wereng cokelat dengan insektisida anorganik adalah ..
detik.

38
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
5.1.1 Dalam pembuatan insektisida alami dengan menggunakan
kandungan alkaloid sirih cina dan kandungan silika daun bambu
menggunakan proses yang cukup rumit, tetapi mendapatkan hasil
yang maksimal yaitu insektisida yang ramah lingkungan sehingga
dapat diterapkan pada lahan pertanian dan tidak menimbulkan
kerusakan tanah.
5.1.2 Perbandingan insektisida alami dari kandungan alkaloid sirih cina
dan kandungan silika daun bambu didapatkan hasil larutan yang
lebih efektif membuat wereng cokelat mati yaitu pada larutan ..
dengan perbandingan sebanyak kandungan alkaloid .. dan
kandungan silika .. selama .. dibandingkan dengan larutan ..
selama.. dan larutan .. selama ..

39
5.1.3 Keefektifan insektisida alami dari kandungan alkaloid sirih cina
dan kandungan silika daun bambu dengan insektisida anorganik
didapatkan perbandingan, bahwa insektisida alami hampir lebih
unggul dalam segi keefektifan, dengan waktu yang dibutuhkan
wereng cokelat mati selama .. dibanding dengan insektisida
organik selama.. dan dalam segi jangka dampak yang timbul bagi
lingkungan, insektisida alami lebih aman dan unggul karena dari
kandungan sumber daya alam yang alami, ramah lingkungan, dan
tidak merusak kesuburan tanah.

5.2 Saran
5.2.1 Perlu diadakan penelitian dengan metode-metode baru yang lebih
efisien serta lebih berkualitas baik dalam segi proses pembuatan
hingga proses penerapan.
5.2.2 Hasil penelitian ini diharapkan digunakan oleh masyarakata luas,
terutama petani guna mengurangi dampak penggunaan insektisida
anorganik yang dapat merusak lingkungan dengan insektisida
alami.

40
SUMBER

Baehaki dan Widiarta. 2008. Hama Wereng dan Cara Pengendaliannya pada
Tanaman Padi. Balai Besar penelitian Tanaman Padi. Hal. 349 – 350.
Baehaki SE. 2010. Perubahan biotipe wereng cokelat pada beberapa sentra
produksi padi di Indonesia. In: Sutrisno et al. (Eds.), Prosiding Seminar
Nasional V, Pemberdayaan Keanekaragaman Serangga untuk
Pengingkatan Kesejahteraan Masyarakat. Perhimpunan Entomologi
Indonesia, Bogor, 20 Mei 2010
Basri. 2012. Mengenal Wereng Cokelat. BPTPNAD. 6 (2). Hal 1 – 2.
Buhaira. 2010. Pertumbuhan dan Hasil Padi yang Dibudidayakan secara SRI
Organik pada Beberapa Cara dan Waktu Penyiangan.
Cabautan PQ, Cabunagan RC, Choi IR. 2009. Rice viruses transmitted by the
brown planthopper Nilaparvata lugens Stal. Di dalam Heong KL, Hardy
B, editor. Planthoppers: New Threats to the Sustainability of Intensive
Rice Production Systems in Asia. Los Banos (PH): International Rice
Research Institute.

41
Ding, T.P, J.X. Zhou, D.F. Wan, Z.Y. Chen, C.Y. Wang, F. Zhang, “Silicon isotope
fractionation in bamboo and its significance to the biogeochemical cycle
of silicon”, Geochimica et Cosmochimica Acta, No. 72, Januari, 2008.
Dra. Nurhayati Bialangi, M.Si., Dr. Yuszda K Salimi, M.Si., Boima Situmeang,
M.Si. 2020. MANFAAT EKSTRAK TANAMAN SURUHAN SEBAGAI
ANTIOKSIDAN DAN ANTIMALARIA
Fitriningtyas W. 2012. Perkembangan Populasi dan Pembentukan Makroptera
Tiga Biotipe Wereng Batang Cokelat Nilaparvata lugens Stål pada
Sembilan Varietas Padi. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
ICRR. 2017. Ciri penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput.
Husnain. Mengenal silika sebagai unsur hara. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.32(2010),pp.19-20.
Pratomo, Ilham, Sri Wardhani, Danar Purwonegoro, “Pengaruh Teknik Ekstraksi
dan Konsentrasi HCl dalam Ekstraksi Silika dari Sekam Padi untuk
Sintesis Silika Xerogel”, Kimia Student Journal, Vol. 2, No. 1, Oktober,
2013.
Siti Irma Rahmawati, Ph.D., Endrianur Rahman Zain, M.Si., Dr. Mardiah., Dr
Reki Wicaksono Ashadi. 2017. Tanaman Suruhan Tanaman penggangu
dengan sejuta manfaat.

42
LAMPIRAN 1

SURAT PENGANTAR DARI KEPALA SEKOLAH SMAN 2 LAMONGAN


KE LABORATORIUM ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

43
SURAT BALASAN DARI LABORATORIUM ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

44
LAMPIRAN 2

FOTO/DOKUMENTASI

45
Gambar 1: Penulis mengambil data dari literatur
dan internet yang relevan

Gambar 2: Observasi terhadap keberadaan tumbuhan sirih cina

Gambar 3: Observasi keberadaan tanaman bambu

FOTO/DOKUMENTASI PROSES PEMBUATAN


EKSTRAK ALKALOID SIRIH CINA

46
Gambar 1: Pengambilan sampel sirih cina

Gambar 2: Pemisahan bagian-bagian sirih cina

Gambar 5: Pencucian sirih cina

Gambar 6: Pengeringan sirih cina selama 3 hari hingga kadar air hilang

47
Gambar 7: Proses penghalusan sirih cina

Gambar 8: Proses penimbangan bubuk sirih cina sebanyak 100 gram

Gambar 9: Proses memasukan bubuk sirih cina ke dalam


wadah meserasi

Gambar 10: Proses penambahan alkohol 96% 1000 ml lalu diaduk


hingga tercampur

48
Gambar 11: Diamkan campuran tersebut selama 5 hari

Gambar 12: Setelah didiamkan 5 hari, saring larutan tersebut

Gambar 13: Kukus hasil meserasi selama 1 jam

FOTO/DOKUMENTASI PROSES PEMBUATAN


EKSTRAK SILIKA DAUN BAMBU

49
Gambar 1: Pencucian daun bambu hingga bersih

Gambar 2: Pengeringan daun bambu selama 1 hari

Gambar 5: Pembakaran daun bambu

Gambar 6: Menyangrai abu daun bambu

50
Gambar 7: Menimbang 80 gram abu daun bambu

Gambar 8: Campurkan abu daun bambu dengan 640 ml NaOH 4M

Gambar 9: Diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan suhu 90 °C

Gambar 10: Oven selama 90 menit

51
Gambar 11: Campur dengan 800 ml Aquades

Gambar 12: Tambahkan HCl 1M hingga memiliki pH 7

Gambar 13: Saring larutan menggunakan kertas saring

Gambar 14: Diamkan selama 72 jaM

52
FOTO/DOKUMENTASI PROSES PERCAMPURAN EKSTRAK
ALKALOID SIRIH CINA DAN EKSTRAK SILIKA DAUN BAMBU
SERTA PENYEMPROTAN TERHADAP WERENG

53
LAMPIRAN 3

LOGBOOK

54
LAMPIRAN 4

BIODATA KETUA PENELITI


Kode Registrasi Project : ISPO-2024-CHE-11202642

Nama Lengkap : Kheysia Permata Aulia


(sesuai KTP/Kartu Pelajar)

NISN : 0087355572
Posisi dalam Penelitian : Ketua

Jenis Kelamin : Perempuan


Tempat Lahir : Lamongan
Tanggal Lahir : 03 April 2008
No Induk Siswa : 17955
Kelas : X

Peminatan/Jurusan : IPA
: Dusun : Juwet
Kelurahan/Desa:
Alamat Rumah Deket Agung
Kecamatan: Sugio
Kabupaten/Kota: Lamongan
Provinsi: Jawa Timur
Nomor Telpon Rumah : -

Nomor Ponsel : +6285853625646


E-mail Siswa : kheysiapermata@gmail.com
Nama Ibu Kandung : Lis Wahyuni

Olimpiade Penelitian yang : -


Pernah Diikuti 2 Tahun Terakhir
Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Lamongan
Satuts Sekolah : Negeri

55
Alamat Sekolah : Jalan: Veteran
Kelurahan/Desa: Banjarmendalan
Kecamatan: Lamongan
Kabupaten/Kota: Lamongan
Provinsi: Jawa Timur
Nomor Telpon Sekolah : (0332) 321187
E-mail Sekolah : sma2lamongan@yahoo.co.id

LAMPIRAN 5

BIODATA ANGGOTA PENELITI

56
Kode Registrasi Prjoect : ISPO-2024-CHE-11202642

Nama Lengkap Khofifatus Shofaro


(sesuai KTP/Kartu Pelajar)
NISN : 0089596680
Posisi dalam Penelitian : Anggota

Jenis Kelamin : Perempuan


Tempat Lahir : Lamongan
Tanggal Lahir : 25 Februari 2008
No Induk Siswa : 17957
Kelas : X

Peminatan/Jurusan : IPA
: Dusun : Gedong
Desa: GedongBoyoUntung
Alamat Rumah Kecamatan: Turi
Kabupaten/Kota: Lamongan
Provinsi: Jawa Timur
Nomor Telpon Rumah : -

Nomor Ponsel : +6285708393010


E-mail Siswa : shofarohkhofifatus@gmail.com
Nama Ibu Kandung : Zuriyah
Olimpiade Penelitian yang : -
Pernah Diikuti 2 Tahun Terakhir
Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Lamongan
Status Sekolah : Negeri
Alamat Sekolah : Jalan: Veteran
Kelurahan/Desa: Banjarmendalan
Kecamatan: Lamongan
Kabupaten/Kota: Lamongan

57
Provinsi: Jawa Timur
Nomor Telpon Sekolah : (0322) 321187
E-mail Sekolah : sma2lamongan@yahoo.co.id

LAMPIRAN 6

BIODATA GURU PEMBIMBING


Nama Lengkap dan Gelar Guru : Sriningsih, S.Pd
Pembimbing

58
Jenis Kelamin : Perempuan

Mata Pelajaran : Ekonomi

NIP/Nomor Register Guru : 199220106 202012 2 012

Nomor Ponsel Guru Pembimbing : +6285730011448

E-mail Guru : sriningsihsmadala@gmail.com

59

Anda mungkin juga menyukai