Anda di halaman 1dari 21

ASPEK KESASTRAAN : PUISI

A. PUISI Diponegoro Karya: Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali. Pedang di kanan, keris di kiri Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri Menyediakan api.

Punah di atas menghamba Binasa di atas ditindas

Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai Jika hidup harus merasai

Maju Serbu Serang Terjang

B. Puisi 1. Pengertian Puisi

Puisi adalah ungkapan perasaan atau pikiran penyairnya yang dirangkai menjadi suatu bentuk tulisan yang mengandung makna. 2. Macam-macam Puisi: a. Puisi Lama 1) Mantra Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan. Contoh: Assalammualaikum putri satulung besar Yang beralun berilir simayang Mari kecil, kemari Aku menyanggul rambutmu Aku membawa sadap gading Akan membasuh mukam 2) Gurindam Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India). Ciri-Ciri Gurindam: a) b) c) Sajak akhir berirama a a ; b b; c c dst. Berasal dari Tamil (India) Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui sebab akibat. Contoh : Kurang pikir kurang siasat (a) Tentu dirimu akan tersesat (a)

3) Pantun Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat. Ciri-ciri pantun : a) b) c) d) e) f) Setiap bait terdiri 4 baris Baris 1 dan 2 sebagai sampiran Baris 3 dan 4 merupakan isi Bersajak a b a b Setiap baris terdiri dari 8 12 suku kata Berasal dari Melayu (Indonesia)

Contoh : Ada pepaya ada mentimun (a) Ada mangga ada salak (b) Daripada duduk melamun (a) Mari kita membaca sajak (b) Macam-macam pantun dilihat dari bentuknya : a) Pantun biasa b) Seloka (Pantun berkait) c) Talibun (Berbaris genap) d) Karmina (2 baris) Macam-macam pantun dilihat dari isinya : a) Pantun anak-anak b) Pantun remaja c) Pantun orang tua d) Pantun jenaka e) Pantun teka-teki b. Puisi Baru

Ciri-ciri Puisi Baru: 1) 2) 3) Bentuknya rapi, simetris; Mempunyai persajakan akhir (yang teratur); Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain; 4) 5) 6) Sebagian besar puisi empat seuntai; Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis) Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata. Jenis-jenis puisi baru menurut isinya: 1) Satire Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc) Contoh:

Aku bertanya tetapi pertanyaan-pertanyaanku membentur jidat penyair-penyair salon, yang bersajak tentang anggur dan rembulan, sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya, dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan, termangu-mangu dl kaki dewi kesenian. (WS Rendra)

2) Ode Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada

anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum. Contoh:

Generasi Sekarang Di atas puncak gunung fantasi Berdiri aku, dan dari sana Mandang ke bawah, ke tempat berjuang Generasi sekarang di panjang masa Menciptakan kemegahan baru Pantun keindahan Indonesia Yang jadi kenang-kenangan Pada zaman dalam dunia (Asmara Hadi)

3) Epigram Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan. Contoh:

Hari ini tak ada tempat berdiri Sikap lamban berarti mati Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas. (Iqbal)

4) Elegi Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau

keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang. Contoh:

Senja di Pelabuhan Kecil Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap (Chairil Anwar)

5) Himne Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk

menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater(Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang

bernapaskan ketuhanan.

6) Balada

Puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul Bal ada Matinya Seorang Pemberontak.

Jenis puisi baru berdasarkan bentuknya: 1) Distikon Distikon adalah sanjak 2 seuntai, biasanya bersajak sama.

Contoh : Berkali kita gagal Ulangi lagi dan cari akal Berkali-kali kita jatuh Kembali berdiri jangan mengeluh 2) Terzina Terzina adalah sajak 3 seuntai. Contoh : Dalam ribaan bahagia datang Tersenyum bagai kencana Mengharum bagai cendana Dalam bahgia cinta tiba melayang Bersinar bagai matahari Mewarna bagaikan sari 3) Quatrain Quatrain adalah sajak 4 seuntai. Contoh : Mendatang-datang jua

Kenangan masa lampau Menghilang muncul jua Yang dulu sinau silau Membayang rupa jua Adi kanda lama lalu Membuat hati jua Layu lipu rindu-sendu 4) Sextet Sextet adalah sajak 6 seuntai. Contoh : Merindu Bagia Jika harilah tengah malam Angin berhenti dari bernafas Sukma jiwaku rasa tenggelam Dalam laut tidak terwatas Menangis hati diiris sedih 5) Septima Septima adalah sajak 7 seuntai. Contoh : Indonesia Tumpah Darahku Duduk di pantai tanah yang permai Tempat gelombang pecah berderai Berbuih putih di pasir terderai Tampaklah pulau di lautan hijau Gunung gemunung bagus rupanya Ditimpah air mulia tampaknya Tumpah darahku Indonesia namanya 6) Stanza ( Oktaf) Octav adalah sanjak 8 seuntai Contoh : Awan datang melayang perlahan

Serasa bermimpi, serasa berangan Bertambah lama, lupa di diri Bertambah halus akhirnya seri Dan bentuk menjadi hilang Dalam langit biru gemilang Demikian jiwaku lenyap sekarang Dalam kehidupan teguh tenang 7) Soneta Soneta adalah bentuk kesusasteraan Italia yang lahir sejak kira-kira pertengahan abad ke-13 di kota Florance. Ciriciri soneta : a) b) Terdiri atas 14 baris Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina c) Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang disebut octav. d) Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut sextet. e) f) Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam Sextet berisi curahan atau jawaban atau

kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam ocvtav , jadi sifatnya subyektif. g) Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 14 suku kata h) Rima akhirnya adalah a b b a, a b b a, c d c, d c d Contoh : Gembala Perasaan siapa ta kan nyala Melihat anak berelagu dendang Seorang saja di tengah padang

Tiada berbaju buka kepala Beginilah nasib anak gembala Berteduh di bawah kayu nan rindang Semenjak pagi meninggalkan kandang Pulang ke rumah di senja kala Jauh sedikit sesayup sampai Terdengar olehku bunyi serunai Melagukan alam nan molek permai Wahai gembala di segara hijau Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau Maulah aku menurutkan dikau

C. Analisis Puisi Diponegoro 1. Pembuatan puisi Puisi yang berjudul Diponegoro ini merupakan puisi karya dari Chairil Anwar. Pria kelahiran Medan 26 Juli 1922 ini adalah seorang penyair legendaris Indonesia yang karya-karyanya hidup dalam batin atau digemari sampai saat ini. Puisi ini muncul sekitar bulan Februari tahun 1943. Dalam puisi ini Chairil Anwar sebagai pengarang ingin menumbuhkan jiwa kepahlawanan bangsa Indonesia, karena itu beliau memilih Diponegoro sebagai judul dalam puisinya. Semangat pangeran Diponegoro yang pernah menggerakkan rakyat Jawa Tengah dan Yogyakarta pada masa itu ingin dihidupkan kembali oleh Chairil Anwar. Perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan pemerintahan Belanda di Indonesia dilukiskan oleh Chairil Anwar melalui beberapa baris dalam bait puisinya. Bahkan keberanian Diponegoro dalam melawan bangsa Belanda dilukiskan oleh penyair seakan-akan Diponegoro mengayun-ayunkan pedang di tangan kanan dan membawa sebilah keris di tangan kirinya. Walaupun bangsa Belanda menggunakan senjata yang lebih modern, sang Diponegoro yang

bersenjata serba tradisional itu terus maju dengan semangat yang tak bisa mati. Pangeran Diponegoro yang terkenal gigih dan pantang menyerah terlihat jelas manjadi sebuah inspirasi bagi Chairil Anwar dalam menulis puisi. Dari puisi yang berjudul Diponegoro terlihat sekali bahwa Chairil Anwar teramat mengagumi sosok Pangeran Diponegoro. Beliau tentu saja telah mempelajari sejarah hidup Pangeran Diponegoro ini dengan baik. Chairil Anwar mempunyai ciri khas dan lebih bebas dalam mengolah bahasa puisi sehingga ia dikenal sebagai penyair yang menjadi tonggak perkembangan sastra Indonesia. Dengan ciri khas gaya bahasa yang dimilikinya, Chairil Anwar disebut sebagai pelopor angkatan 45. Bahasa yang digunakan Chairil dalam puisi-puisinya merepresentasi sebagian besar kehidupannya. Chairil menggunakan bahasa yang berapi-api dalam merepresentasikan kehidupan yang terjadi pada saat itu, yakni masa perjuangan kemerdekaan termasuk dalam puisi yang berjudul Diponegoro ini. 2. Struktur Fisik Puisi a. Diksi Pada puisi Diponegoro karya Chairil Anwar ini menggunakan pemilihan kata yang sederhana. Meskipun sederhata tetapi kata yang digunakan merupakan kata-kata yang keras dan tergolong kata tegas. Hal itu akan terlihat jika puisi itu dibacakan. Makna kata yang ada didalam puisi tersebut adalah sebagai berikut : Bait 1 (1) Di masa pembangunan ini (2) Tuan hidup kembali

Pada kata pembangunan di baris pertama bukan berarti pembangunan secara fisik seperti membangun gedung atau tempat lain. Tetapi, kata pembangunan dalam puisi ini mempunyai makna untuk membangun semangat meraih kemerdekaan. Karena saat puisi ini muncul yaitu pada tahun 1943 yang berarti Indonesia masih belum merdeka. Semangat serta keberanian Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah saat itu ingin di ungkapkan oleh Chairil Anwar melalui puisi tersebut supaya bisa memberi semangat kepada

masyarakat Indonesia untuk segera berjuang dalam merebut kemerdekaan dari penjajah. Pada kata hidup mempunyai arti masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana mestinya. Bukan berarti Pangeran

Diponegoro setelah beliau meninggal kemudian harus hidup kembali jasadnya, tetapi kata hidup disini bisa diartikan semangat Pangeran Diponegoro dalam

melawan belanda sebelum beliau meninggal diharapkan bisa muncul atau hidup kembali kepada masyarakat Indonesia saat itu. Bait 2 (3) Dan bara kagum menjadi api Kata api pada bait kedua baris ketiga bukan mempunyai arti api pada umumnya yang berupa cahaya dari sesuatu yang terbakar. Tetapi kata api pada puisi ini mempunyai makna kekaguman Chairil Anwar kepada Diponegoro. Hal itu semakin diterlihat ketika pada sebelumnya ada kata bara kagum, bara masih ada kaitannya dengan api, bara merupakan arang yang masih

panas

terbakar

sebelum

menjadi

api.

Begitupun

kekaguman Chairil Anwar kepada Diponegoro yang tidak hanya sekadar menjadi bara saja tetapi sudah menjadi api. Bait 3 (4) Di depan sekali tuan menanti (5) Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali. (6) Pedang di kanan, keris di kiri (7) Berselempang semangat yang tak bisa mati Di depan sekali tuan menanti mempunyai makna masyarakat Indonesia sudah tidak sabar untuk menunggu perjuangan supaya Indonesia berhasil menyingkirkan para penjajah demi meraih kemerdekaan, apalagi kata menanti yang bisa dikatakan memang mempunyai arti menunggu. Kata pedang pada bait ketiga baris keenam bukan mempunyai arti parang panjang atau parang yang tajam, tetapi kata pedang pada puisi ini mempunyai arti bantuan kekuatan dari militer yang sudah terlatih karenan pedang sendiri dibeberapa kebudayaan memiliki prestise lebih atau paling tinggi dibandingkan senjata tajam lainnya, begitu juga militer. Sedangkan kata keris berarti senjata tajam bersarung, berujung tajam, dan bermata dua (bilahnya ada yang lurus, ada yang berkeluk- keluk). Dalam puisi ini kata keris mempunyai makna bantuan kekuatan doa karena keris dipercaya identik dengan kekuatan mistis. Keris dipercaya oleh masyarakat jawa bukan hanya untuk melindungi diri dari lawan secara fisik, tetapi keris dipercaya mempunyai

kekuatan mistis sehingga orang yang mempunyai keris harus di rawat dengan baik seperti di doakan serta dimandikan pada saat tertentu. Kata Berselempang semangat bukan berarti semangat disandangkan ke bahu menyerong dari dada kearah pinggang kanan atau kiri apalagi semangat tidak ada bentuk nyatanya. Makna dari kata Berselempang sendiri merupakan sesuatu yang disandangkan di anggota badan. Kata Berselempang dalam puisi ini mempunyai makna bertabur semangat yang sangat besar didalam tubuh yang tidak akan bisa mati. Bait 4 (8) MAJU Kata MAJU dalam puisi ini ditulis dengan huruf kapital semua. merupakan kata seruan agar segera memanfaatkan semangat kemerdekaan yang sudah mulai terbangun untuk melawan penjajah. Bait 5 (9) Ini barisan tak bergenderang-berpalu (10) Kepercayaan tanda menyerbu. Pada kata Ini barisan tak bergenderangberpalu baris kesembilan tidak mempunyai makna pasukan yang membawa gendang besar atau membawa sejenis alat yang biasanya digunakan untuk memukul paku saat akan berperang, tetapi tidak membawa senjata apa-apa selain mengandalkan semangat meraih

kemerdekaan dan saling mempercayai satu sama lain untuk bersama melawan penjajah. Meskipun tanpa

berbekal senjata yang lengkap mereka masih punya tekad semangat serta saling percaya yang kuat untuk melawan penjajah supaya segera meraih kemerdekaan. Bait 6 (11) Sekali berarti (12) Sudah itu mati. Kata berarti pada baris kesebelas mempunyai makna mengandung maksud, perbuatan baik tetapi dalam puisi ini mempunyai makna pengorbanan. Mereka ingin sebelum meninggal mempunyai jasa dengan ikut serta melawan penjajah. Mereka tidak peduli meskipun setelah itu mereka mati. semangat yang sudah terbangun membuat mereka tidak takut dengan resiko terburuk yang akan mereka hadapi, karena yang paling penting adalah Indonesia segera meraih kemerdekaan biarpun mereka tidak ikut menikmati bagaimana rasanya merdeka tetapi mereka ikut berjuang serta berkorban untuk meraih kemerdekaan tersebut. Bait 7 (13) MAJU Kata MAJU baris ketiga belas hampir sama dengan baik keempat, pada bait ketujuh ini juga merupakan kata seruan untuk semakin menekankan agar masyarakat Indonesia segera maju dan melawan para penjajah untuk segera meraih kemerdekaan. Bait 8 (14) Bagimu negeri

(15) Menyediakan api. Kata api pada baris kelima belas ini berbeda dengan kata api pada baris ketiga bait kedua yang mempunyai makna kekaguman penulis kepada sosok Pangeran Diponegoro. Tetapi, kata api pada baris kelima belas ini mempunyai makna semangat serta berharap dukungan penuh dari semua pihak supaya Indonesia segera merdeka. Mereka tidak ingin meminta apa-apa kepada negeri selain dukungan penuh sebagai penambah semangat. Mereka ingin segera berjuang untuk

secepatnya meraih kemerdekaan dengan semangat mereka yang sudah terbangun. Bait 9 (16) Punah di atas menghamba (17) Binasa di atas ditinda Kata punah pada baris keenam belas mempunyai arti habis semua hingga tidak ada sisanya, benar-benar binasa musnah, tetapi dalam puisi ini mempunyai makna berhenti untuk mengabdi kepada para penjajah. Saatnya bangsa Indonesia untuk merdeka daripada negara ini rusak karena penjajah. Bangsa Indonesia ingin segera merasakan kemerdekaan. Segala bentuk penindasan khususnya yang dilakukan oleh penjajah harus segera di hilangkan dari negeri ini. Bait 10 (18) Sungguhpun dalam ajal baru tercapai (19) Jika hidup harus merasai

Pada bait kesepuluh ini mempunyai makna mereka tidak peduli jika kemerdekaan bangsa Indonesia baru bisa diraih ketika mereka sudah meninggal atau ajal menjemput. Itu terlihat pada kata dalam ajal baru tercapai, maksud dari kata tercapai bukan tercapai pada kematian tetapi kepada kemerdekaan bangsa Indonesia. Meskipun seandainya mereka tidak bisa merasakan bagaimana kemerdekaan itu tetapi yang terpenting mereka sudah ikut berjuang dengan semangatnya melawan para penjajah. Mereka sudah pernah merasakan tidak enaknya saat dijajah jadi mereka berharap jangan sampai anak cucu mereka merasakan apa yang sudah mereka alami selama masa penjajahan. Bait 11 (20) Maju. (21) Serbu. (22) Serang. (23) Terjang. Pada bait kesebelas memang setiap kata bunyi berbeda, kata Maju pada baris keduapuluh sebenarnya mempunyai makna berjalan ke muka atau kedepan. Kata Serbu pada baris keduapuluh satu mempunyai makna mendatangi dengan maksud melawan. Kata Serang pada baris keduapuluh dua juga mempunyai makna

mendatangi untuk melawan. Kata Terjang pada baris keduapuluh tiga juga mempunyai makna yang

sebenarnya hampir sama dengan serang. Pada bait

kesebelas ini mempunyai makna bersama yaitu untuk melawan penjajah. b. Rima i-i-i-i-i-i-u-u-u-i-i-u-i-i-a-a-i-i-u-a-n-g c. Tipografi --------------------------------------

--------------------------

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

----

-------------------------------------------------------------

---------------------------

----

-------------

---------------

---------------------------------------------

------------------------------------------------------------

------------------d. Ritma Ritma (pemenggalan kata) pada puisi diponegoro ini dilakukan pada akhir setiap baris. e. Majas Majas yang terdapat pada puisi Diponegoro adalah majas perbandingan, hiperbola. Hal itu dapat dibuktikan dengan kalimat : Ini barisan tak bergenderang-berpalu. 3. Struktur batin puisi a. Tema Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Tema yang saya tangkap setelah membaca puisi Diponegoro adalah patriotisme atau kebangsaan, karena setelah membaca pembaca. b. Perasaan Chairil Anwar dalam puisinya Diponegoro mengagumi pahlawan itu dan bermaksud untuk memberi nasehat kepada puisi tersebut dapat menumbuhkan semangat

pembaca

agar

kepahlawanan

Diponegoro

menjadi

api

pembangunan serta sebagai pelecut semangat perjuangan melawan penjajah. c. Nada dan Suasana Nada revolusioner dan semangat serta suasana

kemerdekaan hendak diungkapkan Chairil Anwar dan itu berhasil pada semua bait, terlebih pada bait berikut:

Maju Serbu Serang Terjang d. Amanat Dari tema patriotisme yang dikemukakan Chairil Anwar yang dikutip didepan, kiranya dapat ditafsirkan amanat sebagai berikut Di masa pembangunan ini hendaknya kita mencontoh sifat patriotik beliau yang berjuang tanpa pamrih demi bangsa Indonesia. Selalu berjuang demi kepentingan bangsa dengan sekuat tenaga serta ditumbuhi semangat akan kemerdekaan.

Anda mungkin juga menyukai