Anda di halaman 1dari 12

Standar Kompetensi

8;

Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi

Kompetensi Dasar
8.1; Menulis puisi lama dengan memperhatikan bait, irama dan rima
8.2; Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama dan rima

Indikator
;
Mampu membedakan ciri atau karakteristik puisi lama dan puisi baru
;
Mampu menyebutkan dan menjelaskan jenis puisi lama dan puisi baru
;
Mampu menulis puisi lama dan puisi baru
JENIS JENIS PUISI
A; Puisi Lama
1; Pengertian puisi lama

Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
; Jumlah kata dalam 1 baris
; Jumlah baris dalam 1 bait
; Persajakan (rima)
; Banyak suku kata tiap baris
; Irama
2; Ciri puisi lama:

; Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya (anonim).


; Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
; Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata
maupun rima.
; Isinya bersifat istana sentris.
; Bahasanya statis, dan sedikit mengalami perubahan.
;

Sifat dan bahasanya kedaerahan.

3; Jenis-jenis puisi lama


1; Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.

Contoh:
Assalammualaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
2; Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris

terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai
isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi,
agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh:

Angin bertiup kembangkan layar


Menuju haluan ke Kota Medan
Hendaklah hidup kita berikhtiar
Kemudian serahkan kepada Tuhan

Kalau ada jarum yang patah


Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kata-kataku yang salah
Jangan dimasukkan ke dalam hati
3; Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek. Karmina terdiri dari dua

baris dan bersajak aa.


Contoh:
Dahulu parang sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
4; Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-

a-a, berisi nasihat atau cerita.


Contoh:
Syair Perahu
Inilah gerangan suatu madah (a)
Mengarangkan syair terlalu indah (a)
Membetuli jalan tempat berpindah (a)
Disanalah Itikatdiperbetuli sudah (a)
Wahai muda kenali dirimu (a)
Ialah perahu tamsil tubuhmu (a)
Tiadalah berapa lama hidupmu (a)
Ke akhirat jua kekal diammu (a)
Hai muda arif budiman (a)
Hasilkan kemudi dengan pedoman (a)
Alat perahumu jua kerjakan (a)
Itulah jalan membetuli lisan (a)
5; Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a, baris pertama

berupa sebab dan baris kedua berupa akibat berisi nasihat.


Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barangsiapa tinggalkan sembahyang (b)
Bagai rumah tiada bertiang (b)
Jika hendak mengenal orang yang mulia (c)
Lihatlah pada kelakuan dia (c)
Jika hendak mengenal orang yang berilmu (d)
Bertanya dan belajar tiada jemu (d)

6; Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.

Contoh:

Sebab apa pandan binasa


Kalau tidak karena padi
Padi tidak terterangi
Sebab apa badan binasa
Kalau tidak karena hati
Hati tidak terperangi
7; Seloka adalah pantun berkait.

Contoh:
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
8; Bidal adalah bahasa berkias untuk mengungkapkan perasaan yang sehalus-halusnya

hingga orang lain yang mendengarkan harus mendalami dan meresapi arti serta
maksud dalam hatinya sendiri. Biasanya bidal ini berisi nasihat, sindiran, peringatan,
dan sebagainya. Menurut penggunaannya, bidal bisa diklasifikasikan menjadi:
ungkapan, pepatah, peribahasa, pameo, tamsil, amsal, ibarat, dan perumpamaan.
Contoh:
a; Ungkapan

Contoh :
; ringan tangan artinya suka menolong
; panjang tangan artinya suka mencuri
; tangan kanan artinya orang kepercayaan
b; Pepatah

Contoh :
; Tak ada gading yang tak retak artinya segala sesuatu itu tak ada yang

sempurna
; Jauh panggang dari api artinya jawaban yang jauh dari yang dimaksud
; Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah
c; Peribahasa

Contoh :
; Bagai pungguk merindukan bulan

Artinya mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin


; Menang jadi arang, kalah jadi abu

Artinya menang atau kalah sama-sama rugi atau hancur


; Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya

Artinya sikap dan perilaku orang tua biasanya akan menurun ke anaknya
d; Pameo

Contoh :
; Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh
; Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat
; Merdeka atau mati
e; Tamsil

Contoh :
Tua-tua keladi makin tua makin jadi
Lain tulang lain kaki, lain orang lain hati
Ada ubi ada talas, ada budi ada balas
f;

Amsal
Contoh :
Bagaikan air di daun talas artinya orang yang tidak mempunyai pendirian tetap

Seperti kejatuhan bulan artinya mendapat keuntungan yang besar


Seperti pinang dibelah dua artinya dua orang yang sama wajahnya

B; Puisi Baru
1; Pengertian puisi baru

Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku
kata, maupun rima.
2; Ciri-ciri Puisi Baru:

; Bentuknya rapi, simetris;


; Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris,

suku kata, maupun rima.


; Puisi baru ada pengarangnya.
; Puisi baru berkisar untuk umum
; Bahasanya dinamis.
; Yang banyak mempengaruhi bahasanya adalah Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda.
; Mengutamakan isi.
3; Jenis-jenis Puisi Baru Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
1; Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. puisi yang bercerita tentang orang-orang
perkasa, tokoh pujaan, atau orang-orang yang menjadi pusat perhatian.
Misalnya: Balada Orang-orang Tercinta dan Blues Untuk Bonnie (W.S. Rendra), Puisi
karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul Balada Matinya Seorang Pemberontak.
Contoh :
Ballada Sumilah
Tubuhnya lilin tersimpan di keranda
tapi halusnya putih pergi kembara.
Datang yang berkabar bau kemboja
dari sepotong bumi keramat di bukit
makan dari bau kemenyan.
Sumilah !
Rintihnya tersebar selebar tujuh desa
dan di ujung setiap rintih diserunya
- Samijo! Samijo!
Bulan akan berkerut wajahnya
dan angin takut nyuruki atap jerami
seluruh kandungan malam pada tahu
roh Sumilah meratap dikungkung rindunya
pada Roh Samijo kekasih dengan belati pada mata
Dan sepanjang malam terurai riwayat duka
Begini mulanya :
Bila pucuk bambu ngusapi wajah bulan
ternak rebah dan bunda-bunda nepuki paha anaknya
dengan kembang-kembang api jatuh peluru meriam pertama
malam muntahkan serdadu Belanda dari Utara

2; Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah
lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air,
atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi

berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap
sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
Contoh:
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
3; Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi
(metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat
menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Contoh:
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantun keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
4; Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa
Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah
kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
Contoh:
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
5; Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa
Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan, persoalan kasih sayang, rindu
dendam, serta kasih mesra. Jenis puisi ini menggunakan bahasa romantik berisi kisah
percintaan yang berhubungan dengan ksatria, dengan diselingi perkelahian dan
petualangan yang menambah percintaan mereka lebih mempesonakan.
Misalnya: Romance Perjalanan (Kirdjomulyo)
Contoh :
Romansa Kecapi Sunda
Kenapa tuan berduka
Menyandang bulan pudar
Di bahu kanan

Menyandang bintang muram


Di bahu kiri
Melihat hijau malam
Dalam redup dan kebasahan
Memandangi hati
Serupa memandangi tanah pasir
Dan menyanyikan nada-nada kurus
Tanah liat tanah kapur
Tulang memutih kan menghancur
Tanah pasir tanah gugur
Hati pedih kan menghambur
Jalanan waktu penuh dera
Jalanan waktu serupa jalanan alam
Melingkar, membelit serupa hati
Lincah seperti musim
Sebulan membunga, sebulan menghijau
Lain saat menguning
Serupa berkejar main-main
Sekali berdekap
Sekaliberlawan
Dalam satu getar kegirangan
Berderak sekuat kegirangan anak
Tidurlah di hati alam
Tidurlah di hati umur
Di saat-saat habis berlawan
Di saat-saat habis bergirang
Sepenuhnya bermukim di hijau musim
6; Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang
mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena
kematian/kepergian seseorang.
Contoh:
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(Chairil Anwar)
7; Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang
berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu
golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)
Contoh:
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku

membentur jidat penyair-penyair salon,


yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(WS Rendra)
4; Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:

1; Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
Contoh:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
2; Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Contoh:
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bahgia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
(Sanusi Pane)
3; Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
4; Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)

5; Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
Contoh:
Merindu Bagia
Jika harilah tengah malam
Angin berhenti dari bernapas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
6; Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Contoh:
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Mohammad Yamin)
7; Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain
atau puisi delapan seuntai).
Contoh:
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
8; Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua
bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris.
Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti
suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari
negeri Belanda diperkenalkan olehMuhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena
itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai Pelopor/Bapak Soneta Indonesia.
Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris,
tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi
pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
Contoh:
Gembala
Perasaan siapa ta kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )

Tiada berbaju buka kepala ( a )


Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
C; Puisi Kontemporer

Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan
zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi
kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi
kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi iti sendiri. Puisi kontemporer
seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai katakata makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambing intuisi,
gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Tokoh-tokoh puisi kontemporer di Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut:
; Sutardji Calzoum Bachri dengan tiga kumpulan puisinya O, Amuk, dan O Amuk Kapak
; Ibrahim Sattah dengan kumpulan puisinya Hai Ti
; Hamid Jabbar dengan kumpulan puisinya Wajah Kita
Puisi kontemporer dibedakan menjadi 3 yaitu
1; Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum
Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi
kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah:
a; Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang
disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu
b; Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri
c; Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu
terletak pada perintah.
Contoh:
Shang Hai
ping di atas pong
pong di atas ping
ping ping bilang pong
pong pong bilang ping
mau pong? bilang ping
mau mau bilang pong
mau ping? bilang pong
mau mau bilang ping
ya pong ya ping
ya ping ya pong
tak ya pong tak ya ping
ya tak ping ya tak pong
sembilu jarakMu merancap nyaring
(Sutardji Calzoum Bachri dalam O Amuk Kapak, 1981)

2; Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang
dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul
pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung
sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi
Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi
mbeling adalah main-main. Ciri-ciri puisi mbeling adalah:
;

Mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa


bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada
maksud lain yang disembunyikan (tersirat).

Contoh:
Sajak Sikat Gigi
Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
Di dalam tidur ia bermimpi
Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka
Ketika ia bangun pagi hari
Sikat giginya tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya
Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali
Dan ia berpendapat bahwa, kejadian itu terlalu berlebih-lebihan
(Yudhistira Ardi Nugraha dalam Sajak Sikat Gigi, 1974)
1; Menyampaikan

kritik

sosial

terutama

terhadap

sistem

perekonomian

dan

pemerintahan.
2; Menyampaikan ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguh-sungguh terhadap
puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismail menyebut puisi mbeling dengan puisi yang
mengkritik puisi.
3; Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata
wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya
menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat
lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai
ungkapan ekspresi penyairnya.
Contoh:
Doktorandus Tikus I
selusin toga
me
nga
nga
seratus tikus berkampus
diatasnya
dosen dijerat
profesor diracun
kucing
kawin
dan bunting
dengan predikat
sangat memuaskan
(F.Rahardi dalam Soempah WTS, 1983)
Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan
beberapa unsur sebagai berikut:

; Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu

untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.


; Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun
sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
; Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris
berikutnya.
; Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian
puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif)

Anda mungkin juga menyukai