Anda di halaman 1dari 11

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS MELALUI PENDEKATAN

KRITIK SENI

Aktivitas manusia dalam kehidupan seni, yakni aktivitas kreasi, aktivitas penghayatan, dan
aktivitas kritik seni. Aktivitas karya seni yaitu mengacu adanya seniman yang menghadirkan
karya. Artinya, dalam proses seniman bersinggungan dengan kenyataan objektif di luar
dirinya atau kenyataan dalam dirinya sendiri. Persinggungan tersebut menimbulkan respon
atau tanggapan. Tanggapan yang dimilikinya dipresentasikan ke luar dirinya, maka lahirlah
karya seni. Aktivitas penghayatan, yaitu aktivitas seseorang dalam memahami karya seni
untuk mendapatkan suatu pengalaman batin. Artinya, penghayat merasa puas setelah
menghayati karya seni dan memperoleh kepuasan estetik. Kepuasan estetik merupakan hasil
interaksi antara karya seni dengan penghayat. Sedangkan aktivitas kritik seni, yakni sebagai
usaha pemahaman dan penikmatan karya seni. Dalam hal ini kritik sebagai kajian rinci dan
apresiatif dengan analisis yang logis dan argumentatif untuk menafsirkan karya seni.
Ketiga aktivitas tersebut, dapat dijelaskan bahwa kreasi seni berkaitan dengan mencipta,
menghayati, dan kritik. Mencipta, yaitu proses mewujudkan suatu karya seni sesuai dengan
ide seniman. Menghayati, yakni proses menikmati suatu karya yang diciptakan seniman.
Kritik, yakni proses evaluasi untuk menentukan baik-buruknya suatu ciptaan atau memberi
penjelasan terhadap suatu karya berdasarkan norma-norma tertentu. Oleh karena itu, ketiga
aktivitas itu, yakni antara seniman, penghayatan, dan kritik seni (penilaian) merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan.
Proses apresiasi memang menjadi satu kebutuhan dan kritik adalah kebutuhan yang lain.
Keduanya dapat berkait ketika kritik berhasil sebagai pemandu pemahaman dan apresiasi.
Kritik selalu diharapkan menjadi pembuka kemungkinan adanya proses pemahaman antara
kerja seniman dan daya apresiasi masyarakat penikmatnya. Tugas kritik karya seni akan lebih
banyak pada prioritas masalah apresiasi, sehingga seluruh proses pendekatan dan isi paparan
kritik dapat menciptakan iklim apres; (b) pendekatan apresiasi;(c) materi kajian; dan (d)
penilaian karya seni lukis

1.Apresiasi Karya Seni Lukis


Istilah apresiasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) yaitu: (1) kesadaran terhadap
nilai-nilai seni dan budaya; dan (2) penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu.
Berdasarkan pengertian tersebut, apresiasi adalah kesadaran terhadap nilai-nilai seni
(budaya), sehingga dapat mengadakan penilaian atau penghargaan terhadapnya. Penghayatan
karya seni berarti penghayatan nilai-nilai seni. Nilai seni yang pokok adalah nilai
intrinsiknya: nilai murni estetikanya. Nilai ekstrinsiknya, yaitu berupa nilai-nilai kehidupan
itu sendiri. Sejalan dengan itu, apresiasi berkaitan dengan nilai intrinsik dan nilai ekstrinsik.
Nilai intrinsik yaitu nilai yang hakiki dalam karya seni secara implisit. Nilai ekstrinsik yaitu
nilai yang tidak hakiki, tidak menentukan suatu karya, melainkan berfungsi mendukung,
memperkuat, dan sifatnya melengkapi kehadiran karya seni.
Apresiasi merupakan suatu aktivitas seseorang penghayat dalam mengadakan penghayatan
terhadap karya seni. Di dalam aktivitas tersebut adalah persoalan estetik. Proses apresiasi
merupakan suatu kreasi artistik, di mana impresi dapat mewujudkan ekspresi. Suatu
perolehan diangkat menjadi curahan perasaan. Seorang penghayat dalam proses apresiasi
tidak akan memperoleh pengalaman yang sama dengan penghayat lain, memang
sebenarnyalah untuk menyatakannya sebagai proses kreasi.
Berdasarkan uraian di atas, apresiasi yang berkaitan dengan seni lukis yaitu mengerti dan
menyadari sepenuhnya tentang sesuatu hasil seni dan menjadikan sensitif terhadap segi-segi
estetiknya, sehingga mampu menikmati dan menilai karya seni dengan semestinya.
Apresiasi karya seni melalui tahap kegiatan, adalah sebagai berikut
A. Proses Pengamatan
Kegiatan seni rupa terdapat tiga kegiatan: mencipta, menghayati, dan mengevaluasi.
Mencipta, suatu proses untuk mewujudkan suatu bentuk sesuai dengan ide pembuatnya.
Menghayati, proses menikmati suatu bentuk yang diciptakan pengerajin/disainer. Sedang
mengevaluasi, proses penilaian untuk menentukan baik buruknya suatu karya atau bisa
dikatakan memberikan penjelasan terhadap suatu karya yang memerlukan norma-norma
tertentu.
Apresiasi seni merupakan dasar pemahaman dasar penulisan kritik, proses yang dilakukan
pengamat dalam menghadapi dan memahami karya seni. Apresiasi tidak sama dengan
penikmatan. Mengapresiasi karya seni adalah proses menafsirkan makna yang terkandung
dalam karya seni. Seorang pengamat memahami karya, sebenarnya harus mengenal struktur
organisasi atau dasar-dasar penyusunan karya yang dihayati, misalnya: garis, shape, warna,
dimensi ruang dan waktu, desain penyusunan, karakter pada tiap unsur pendukungnya, dsb.

B. Hubungan Dengan Pengamatan


Hal-hal yang ada hubungannya dengan masalah pengamatan seni rupa, yaitu unsur seni dan
prinsip seni rupa

1)Unsur-Unsur Seni
Dalam memahami dan membuat karya seni harus mengenal struktur organisasi atau dasar
penyusunan dari karya seni yang sedang dihayati. Struktur adalah hubungan antara unsur-
unsur pembentuk dalam susunan keseluruhan. Dalam hal ini, struktur dasar seni rupa yaitu
hubungan antar unsur tersebut dapat berupa: hubungan antara garis atau goresan, pola ruang,
shape atau bangun, warna, tekstur, gelap terang, dan desain penyusunannya. Untuk
memahami estetika sebenarnya menelaah struktur rupa yang terdiri atas unsur-unsur rupa
yang meliputi:
(a)Garis
Garis dapat berupa garis nyata atau garis imajiner. Garis tersebut memiliki dimensi panjang,
arah, dan sifat-sifat umum (lurus, bengkok, bergelombang, dsb.). Garis memiliki arah
vertikal, horisontal, dan diagonal. Garis nyata bersifat linier atau kaligrafis. Garis imajiner,
yakni batas bidang, bidang, gelap terang, massa, dan warna. Garis digunakan untuk
menciptakan bentuk.

(b)Bidang
Bidang (seni rupa/umum) adalah area permukaan datar/2 dimensi atau keluasan yang
memiliki panjang dan lebar (geometris dan organis). Bidang: garis-garis dan sisi yang
terhubung dengan satu atau lebih titik hilang. Bidang (arsitektur dan desain): bidang-bidang
yang digunakan untuk membentuk komposisi 2D dan 3D dan area permukaan untuk
membuat bentuk volumetrik.
(c) Bentuk
Unsur bentuk ada dua macam yaitu bentuk dua dimensi dan bentuk tiga dimensi. Bentuk dua
dimensi (shape) adalah bidang datar yang dibatasi oleh garis. Sementara bentuk tiga dimensi
(form) adalah ruang yang bervolume dibatasi oleh permukaan.
Bentuk memiliki dua macam sifat, yaitu bentuk yang bersifat geometris dan organis. Bentuk
geometris: bentuk yang memiliki susunan struktur teratur (permukaan/bidang mudah diukur
panjang dan lebarnya, isi atau volumenya). Bentuk organis: bentuk yang memiliki susunan
struktur tidak teratur (permukaan/bidang atau lengkungan yang tidak teratur sehingga lebih
sulit atau bahkan tidak bisa untuk mengukurnya).
(d)Ruang
Ruang adalah bidang atau keluasan. Ruang mungkin 2D atau 3D. Ruang merupakan unsur
dasar seni rupa, sebenarnya seni rupa didefinisikan sebagai organisasi ruang. Di dalam suatu
susunan ada ruang positif yaitu ruang dibatasi oleh suatu batas tepi berupa garis, sedang
ruang negatif adalah ruang yang berada di antara ruang-ruang positif.

(e) Warna
Warna merupakan kesan yang ditimbulkan oleh cahaya. Sistem yang paling sederhana untuk
mengetahui hubungan warna-warna adalah susunan warna dalam bentuk lingkaran warna.

(f) Tekstur
Menduduki tempat yang khusus dalam seni rupa karena tekstur merupakan bahan dasar dari
mana sebuah karya seni rupa dibuat. Tekstur yakni nilai raba dari suatu permukaan. Dapat
dianalisa dalam tiga aspek: (a) kualitas raba dari permukaan; (b) kualitas raba dari manipulasi
benda tiga dimensi; dan (d) kualitas visual dari permukaan benda.

(g)Gelap - Terang (Tone)


Gelap terang adalah perbedaan warna hitam dan putih, serta kisaran warna abu-abu di
antaranya. Gelap terang digunakan untuk memberikan ilusi kenyataan tiga dimensi.

2)Prinsip-Prinsip Seni
Unsur seni rupa yang lain, yaitu dasar-dasar penyusunan, komposisi dari unsur-unsur estetik
merupakan prinsip pengorganisasian unsur dalam desain. Prinsip pengorganisasian terdiri
dari tiga tipe prinsip penyusunan unsur-unsur seni rupa: (a) bersifat mengarahkan, (b) bersifat
memusatkan, dan (c) bersifat menyatukan.

a.i.a)Prinsip mengarahkan
(a.i.a.a)Gradasi
Prinsip rangkaian dari unit yang berdekatan sama dalam segala hal kecuali perbedaan
perubahan tingkatan dari satu unit ke unit selanjutnya.

(a.i.a.b)Irama
Irama adalah kesinambungan atau alur yang dicapai dengan repitisi (pengulangan) dan
pengukuran bagian-bagian yang sama atau mirip. Irama dapat bersifat sederhana,
menggunakan satu jenis ukuran, atau gabungan beberapa jenis ukuran yang hadir secara
simultan, atau merupakan variasi kompleks dengan menggunakan aksen-aksen tertentu.
Perasaan gerakan dari organisasi unsur-unsur seni rupa, gerakannya bisa mengalir, terpotong,
lembut, berulang, dan beruntun.

b) Prinsip Memusatkan
(a) Kontras
Pertentangan yang kelihatan justru bertujuan memperlihatkan ketidaksamaannya.

(b) Penekanan (dan Irama)


Repitisi adalah cara penekanan ulang satuan-satuan visual dalam suatu pola. Repitisi tidak
selalu merupakan duplikasi secara persis, tetapi juga kemiripan. Variasi repitisi dapat
memperkuat daya tarik suatu pola atau agar pola tersebut tidak membosankan. Berikut kreasi
suatu titik pusat atau pusat perhatian.
(a.i.a.c)Konsentrasi
Mengkonsentrasikan pusat pikiran menuju pada satu titik secara bertahap

c)Prinsip Menyatukan
(a)Proporsi
Hasil hubungan perbandingan jarak, ukuran, jumlah, tingkatan, dan bagian. Perbandingan
hubungan: (a) di dalam satu bagian; (b) di antara bagian-bagian; (c) bagian dengan
keseluruhan; dan (d) keseluruhan dengan sekitarnya

(b)Keseimbangan
Keseimbangan mengesankan keseimbangan gaya berat seperti pada timbangan.
Keseimbangan merupakan keseimbangan optis yang dapat dirasakan di antara bagian-bagian
dalam karya seni rupa. Keseimbangan merupakan suatu perasaan akan adanya kesejajaran,
kestabilan, ketenangan dari berat, ukuran, dan kepadatan dari suatu susunan.

(c)Harmoni
Harmoni digunakan mengikat bagian-bagian berbeda dan berlawanan. Harmoni dicapai
melalui repitisi dan irama. Variasi melalui perbedaan dan perubahan. Harmoni mengikat
bagian-bagian dalam kesatuan. Sedangkan variasi menambah daya tarik pada keseluruhan
bentuk atau komposisi. Tanpa variasi, komposisi menjadi statis atau tidak memiliki vitalitas.
Jadi harmoni adalah suatu kepekaan dalam perasaan, kombinasi yang menyenangkan dari
susunan yang berbeda.

(d)Kesatuan
Penyusunan dalam seni rupa yaitu pengembangan keseluruhan secara menyatu berdasarkan
bagian-bagian yang berbeda-beda. Perasaan yang lengkap secara keseluruhan, penyatuan
yang total, kualitas hubungan yang logis, dan selesai. Merupakan akhir dari seluruh prinsip
penyusunan unsur seni rupa. Berikut contoh eksplorasi unsur seni rupa

Menghadapi karya seni, penghayat harus dapat menafsirkan struktur organisasi yang
disajikan seniman melalui lambang-lambang atau simbol. Lambang yang dihadirkan lewat
karya, bukan sekedar menginformasikan struktur organisasi dalam arti baku, tetapi penghayat
harus benar-benar menangkap maksud seniman lewat struktur organisasi yang
dikomposisikan.

2.Pendekatan Apresiasi
Dalam apresiasi karya seni rupa modern-kontemporer dapat digunakan pendekatan dari
feldman yang meliputi 4 tahapan: deskripsi, analisis formal, interpretasi, dan evaluasi. Proses
tersebut dimulai dari yang paling mudah ke yang lebih sulit. Karena kritik (apresiasi) bersifat
emperik, dan bukan deduktif, maka tahapnya dimulai dari yang khusus ke yang umum.

3.Materi Kajian
Materi untuk apresiasi seni lukis, yaitu salah satu dari aliran seni lukis. Dalam kajiannya
menggunakan struktur kritik dari Feldman (terdapat empat tahapan). Adapun data atau objek
apresiasi dapat diperoleh dari: internet, perpustakaan, atau melakukan kunjungan ke pameran
seni rupa.

4.Penilaian Karya Seni Lukis


Karya seni diciptakan seniman bukan untuk memenuhi kepentingan seniman, tetapi
bermanfaat bagi orang lain yang disebut dengan apresiasi. Apresiasi bermaksud menikmati
karya atau mengevaluasi tentang baik-buruknya suatu karya. Sebab evaluasi merupakan
pemandu pemahaman apresiasi, sedang evaluasi diharapkan menjadi jalan pembuka proses
pemahaman antara kerja seniman dan daya apresiasi masyarakat penikmatnya.
Istilah kritik dalam bahasa Indonesia: (1) kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya, dan
(2) kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk
terhadap suatu hasi karya, pendapat, dan sebagainya. Kritik adalah pembahasan atau tulisan
atau ulasan tentang sesuatu ekspresi yang dasarnya mengomunikasikan pengalaman
merasakan sesuatu keindahan yang didapat dari persentuhan dengan sesuatu ekspresi seni
rupa. Bentuk paparan kritik seni rupa, umumnya mengetengahkan cara kritikus untuk
menyodorkan kritik secara: deskriptif, analisis formal, interpretatif (penafsiran), dan evaluasi
(penilaian).

A. Deskripsi
Suatu proses penguraian atau penggambaran. Paparan ini merupakan penjelasan-penjelasan
dasar tentang hal-hal yang tampak secara visual, atau penggambaran proses dari mulai
gagasan dituangkan hingga menghasilkan karya.
Paparan deskripsi tidak mengindahkan tafsiran awal sebelum bukti-bukti, data-data, dan fakta
pemikiran atau kekaryaan berhasil dikumpulkan. Pemaparan deskriptif tidak terbatas pada
hasil akhir, namun bisa pula merunut dari asal-muasal (gagasan, tema, teknis, media, dan
ungkapan). Oleh karena itu, paparannya meliputi uraian mengenai hal-hal yang dipaparkan
secara kasat mata. Paparan deskriptif umumnya ditulis sesuai dengan keadaan karya
sebagaimana adanya.

B.Analisis Formal
Dalam analisis formal diupayakan bagaimana menjelaskan objek kritik dengan sekian data.
Proses ini lanjutan dari yang pertama, mulai menjelaskan bagaimana objek itu diatur menurut
kepentingannya, seperti: bentuk, luas warna, garis luar secara khusus, barik, dan komposisi.
Analisis formal juga termasuk jenis deskripsi, akan tetapi ia tidak hanya bicara soal
penjelasan objek, melainkan juga mengikutsertakan kualitas unsur visual.
Paparan ini menuju ke arah bagaimana proses distorsi mulai dilakukan. Bermula dari
penjelasan ihwal gagasan hingga kepada bagaimana ketika bentuk diungkapkan mengalami
urutan perubahan-perbahan. Analisis formal berangkat dari wujud nyata dalam karya, akan
tetapi terdapat langkah kajian yang lebih bersifat sebab-akibat. Analisis formal
memperlihatkan usaha untuk menjelaskan karya secara objektif dan hubungannya dengan
tafsiran dalam penelaan.
Analisis formal mulai bergeser dari sekadar paparan deskriptif objek ke arah pernyataan
tentang bagaimana menafsirkan bentuk. Gagasan yang menerangkan proses kekaryaan
disusun sebagai data penyelidikan tambahan yang berpengaruh dalam kerangka untuk
menarik tafsiran-tafsiran.

C. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran. Penafsiran adalah suatu upaya untuk menjernihkan persoalan di
dalam proses pengertian, yaitu dengan cara mengungkapkan setiap detail proses interpretasi
dengan bahasa yang tepat. Penjelasan cara kerja seniman dan proses pengubahannya
diuraikan sebagai tafsiran yang merujuk kepada suatu proses penemuan seniman, juga
meliputi hubungan-hubungan yang bisa ditarik dengan unsur-unsur bahasa visual yang
ditampilkan.
Bentuk penilaian pada objek seni rupa merupakan penggabungan atau pertemuan antara
individualitas dengan gagasan, materi, dan pengalaman yang saling berhubungan.
D. Evaluasi
Deskripsi, analisis formal, dan penafsiran/interpretasi atas data-data visual dan pernyataan-
pernyataan telah menjadi bagian kelengkapan penilaian. Proses penilaian harus merupakan
bagian kritik yang jelas. Jika memberikan kepuasan, artinya penilaian kritikus dapat
memenuhi fungsinya sebagai pemahaman. Sebab, kritikus seperti guru yang dapat
menentukan tingkat interpretasi dan dapat memuaskan keinginan masyarakat dalam
menerima penjelasan dan perkembangan. Dalam pembelajaran di kelas (materi apresiasi
seni), mengenai tahapan evaluasi disarankan untuk mengacu pada kesimpulan dari
interpretasi yang telah dibuatnya (apabila menggunakan tahapan evaluasi harus
membandingkan dengan karya lainnya yang sejenis).

Berikut bentuk paparan kritik seni yang mengetengahkan cara kritikus untuk menyodorkan
kritik secara: deskriptif, analisis formal, interpretatif (penafsiran), dan evaluasi/penilaian
(dalam hal ini, diganti menjadi kesimpulan).

A.Wibowo, Istriku dan Kebun Kecilnya, 1 x 2 m, 2004

A.Deskripsi
Lukisan berjudul Istriku dan Kebun Kecilnya, berukuran 1 x 2 m. Lukisan ini terbagi atas
latar depan, latar tengah, dan latar belakang. Latar depan ditunjukkan dengan seorang wanita,
seekor anjing, dan beberapa bentuk pepohonan. Latar tengah, ditunjukkan dengan dua wanita
yang duduk dibangku dan di sebelahnya sebuah keranjang, meja antik yang pada bagian
atasnya terdapat satu buah keranjang kecil, dan satu buah gelas. Pandangan kedua wanita itu
ada yang memandang ke depan, dengan mempermainkan kedua tangannya, dan ada yang
melirik atau memandang ke kanan. Di samping kanan bangku terletak sebuah pot tanaman.
Di belakang bangku juga tergantung satu buah sangkar burung.
Latar belakang ditunjukkan dengan keberadaan tiga wanita. Wanita yang satu posisinya
sedang membungkukkan badan. Wanita yang kedua dengan posisi berdiri sambil berjingkat
dan menjulurkan tangannya ke atas. Wanita ketiga posisinya menunjukkan duduk di tanah
dengan melakukan suatu kegiatan. Bagian latar belakang, terdapat beberapa pepohonan
dalam bentuk pohon yang digayakan. Dengan demikian dalam lukisan ini, terdapat enam
figur wanita. Wanita itu dengan beberapa posisi yang sedang melakukan aktivitas. Lukisan
ini didominasi dengan warna hijau, biru, dan kuning. Bentuk-bentuk yang tampak di
antaranya: pepohonan, sulur-suluran daun, ranting yang berwarna biru, hijau, dan coklat.
Secara keseluruhan lukisan ini, terdapat bidang-bidang warna di antara berbagai bentuk. Hal
itu ditunjukkan dengan permukaan tanah yang dibagi-bagi menjadi bidang-bidang.
Sedangkan garis terdapat beberapa garis, seperti: garis lurus, pendek, panjang, dan lengkung.
Garis-garis tersebut sebagian ada yang saling berpotongan atau tumpang tindih antara garis
yang satu dengan yang lain.

B.Analisis Formal
Keberadaan garis dalam lukisan ini, pada dasarnya berfungsi sebagai identitas bentuk,
sehingga bentuknya dapat dikenali. Garis sebagai identitas bentuk, seperti halnya bentuk-
bentuk yang tampak pada: wanita, seekor anjing, pohon, daun, bangku panjang, meja,
keranjang kecil, gelas, pot bunga, dan sangkar burung. Garis-garis yang ada terlihat cukup
luwes, lemah gemulai mengikuti ”bentuk” yang ritmis. Sebagian terdapat garis yang bebas
atau garis yang saling tumpang tindih. Garis tersebut mendeskripsikan batas-batas atau
kontras dari nada gelap terang, warna atau tekstur yang terjadi sepanjang batas-batas bentuk
tersebut. Dengan demikian, rupa bentuk pada lukisan ini adalah bentuk yang terlihat dalam
kaitannya dengan bentuk-bentuk yang lain atau ruang yang mengelilinginya.
Bangun (shape) pada lukisan ini terjadi karena dibatasi oleh sebuah garis, juga dibatasi oleh
warna yang berbeda atau oleh gelap terang. Hal itu ditunjukkan seperti pada figur istri yang
duduk pada bagian latar depan, latar tengah, dan latar belakang. Bangun (shape) dalam hal ini
mengalami perubahan di dalam penampilannya. Bangun/shape itu dapat dilihat dengan
beberapa figur istri dan seekor anjing yang sengaja dilakukan deformasi. Artinya, bentuk-
bentuk tersebut sebagai penggambaran bentuk yang menekankan pada interpretasi karakter,
yaitu dengan cara mengubah bentuk objek atau dengan hanya sebagian yang dianggapnya
mewakili karakter bentuk. Sedangkan warna-warna, seperti: hijau, kuning, biru, putih, coklat,
hitam, dan oker yang hadir dalam lukisan ini menunjukkan suatu tanda pada bentuk yang
membedakan ciri bentuk atau benda satu dengan yang lainnya. Demikian pula pembagian
bidang lukisan yang terbagi atas latar depan, latar tengah, dan latar belakang membawa
indera penglihatan kita terhadap ruang semu. Artinya, indera penglihatan menangkap bentuk
dan ruang sebagai gambaran sesungguhnya yang tampak pada kanvas.
Berdasarkan unsur-unsur seni di atas, menunjukkan prinsip pengorganisasian dalam lukisan.
Unsur-unsur itu, seperti: wanita, anjing, bangku, meja, sangkar burung, pohon, dan tanaman
ditata secara berdampingan dan menimbulkan prinsip keserasian. Artinya, letak wanita yang
duduk di bagian depan, wanita yang duduk dibangku, dan wanita yang berdiri menunjukkan
hukum realitas, yaitu sesuatu keadaan yang tidak jauh dari kenyataan di mana mata melihat.
Keberadan itu membawa bayangan kita pada komposisi segitiga, apabila ujung-ujungnya kita
hubungkan satu dengan yang lain (wanita duduk pada latar depan dengan dua wanita yang
ada pada latar tengah).
Selanjutnya, ukuran badan wanita yang tidak sama, seperti: besar, sedang, dan kecil juga
menimbulkan susunan yang seimbang (mengingatkan pada hukum timbangan). Artinya,
keseimbangan ini lebih rumit, tetapi lebih menarik perhatian, karena mempunyai kesan
dinamika yang memberi kemungkinan variasi yang lebih banyak. Ia mempunyai keunikan
yang didasarkan atas perhitungan kesan bobot visual dari unsur-unsur yang dihadirkan
ataupun ukuran bentuk yang dominan. Dengan demikian ukuran yang ditunjukkan pada
keberadaan wanita itu, menimbulkan sensasi kontras. Hal itu menunjukkan perhitungan dari
pelukis akan pencapaian suatu bentuk. Meja antik (berbentuk elips dan berkaki besi) yang
permukaan bagian atasnya berwarna biru laut dan biru muda. Keberadaanya sebagai titik
berat untuk menarik perhatian kepada suatu ruang. Hal ini didukung dengan kontras warna
yang ada di sekilingnya, seperti warna kuning (figur dua wanita), dan warna tanah yang
muda, yang tidak terlalu kuat. Warna tersebut terlapisi dengan warna putih. Demikian pula
perhitungan letak meja, membawa pandangan ke tempat objek yang menjadi pusat perhatian.
Proporsi dan skala yang mengacu pada hubungan antara bentuk satu dengan yang lain dalam
keseluruhan lukisan ini, ditunjukkan pada bentuk-bentuk yang terletak pada ketiga latar. Hal
ini tampak pada warna, garis, dan bentuk yang terdapat dalam beberapa area tersebut.
Bertitik tolak dari analisis formal di atas, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan
lukisan ini, yang berkaitan dengan fungsi garis adalah sebagai identitas bentuk, sehingga
bentuknya secara umum dapat dikenali. Keberadaan figur istri, posisinya terletak pada tiga
latar. Tiga latar itu, yaitu latar depan, latar tengah, dan latar belakang. Demikian juga dalam
pengorganisasian unsur-unsur seni yang ada, penempatannya menimbulkan kesan seimbang,
dan harmonis. Pengorganisasiannya menunjukkan keterpaduan secara utuh dan menyatu.

C.Interpretatif
Lukisan yang berjudul Istriku dan Kebun Kecilnya ini, mengungkapkan kehidupan sehari-
hari seorang istri dalam kehidupannya yang tenang dan bahagia dengan didampingi seekor
anjing yang setia. Kecintaan wanita terhadap alam yang terlihat sangat kuat berkat terjalinnya
berbagai unsur dan bentuk-bentuk tanaman yang dilakukan distilisasi. Artinya, cara
penggabarannya untuk mencapai bentuk keindahan dengan cara menggayakan objek yang
dilukis, yaitu dengan cara menggayakan setiap kontur pada objek tanaman atau pepohonan.
Lukisan ini mewakili sebuah potret kehidupan seorang istri dimata seorang suami.
Ungkapan yang disampaikan dalam lukisan ini, di antaranya: kedekatan seorang istri terhadap
anjing binatang peliharaannya, kepeduliannya terhadap kebun kecil yang berada di sekitar
rumah, kegiatan tanam menanam, membersihkan, merawat kebun, dan sekaligus menjaga
rumah. Istrinya benar-benar menikmati akan kehidupan di rumah dengan kebunnya. Hal ini
terlihat pada sang istri yang sedang duduk dibangku dengan meja antiknya yang disertai
dengan kerindangan kebun.
Lukisan ini mengungkapkan suatu pengamatan dari pelukis secara menyeluruh, artinya
menghadirkan keadaan istrinya dengan beberapa aktivitas yang ada dalam kebun kecilnya.
Ungkapan dari pelukis menunjukkan pemahaman pelukis terhadap sesuatu yang dikenal
dengan akrab. Pengamatan tersebut diolah, direnungkan, dan diwujudkan dengan
menggunakan teknik dan media. Istilah teknik adalah cara menggunakan media. Media
adalah bahan (empon-empon dan akrilik) dan alat-alat yang dipilih untuk digunakan dalam
mewujudkan bentuk ungkapan yang ingin disampaikan.
Secara keseluruhan lukisan ini menunjukkan nuansa warna sejuk, yaitu warna di antaranya
warna hijau kekuningan dan warna tanah atau kecoklatan. Penempatan objek istri yang
tersebar ke segala bidang, tetap seimbang dan harmonis. Tarikan garis yang kuat
menampilkan karakter atau kemampuan pelukis dalam mengungkapkannya.
Komposisi istri dengan beberapa tempat menunjukkan bloking-nya. Artinya, keberadaannya
sebagai tokoh sentral yang sedang bergerak atau beraktivitas. Hal ini memberi gambaran
kepada kita, bahwa pelukis memiliki kesadaran atas ruang yang sangat baik. Kemampuan
atas ruang itu, jelas merupakan hasil latihan yang panjang. Hal ini, membuktikan pengalaman
dan pengetahuan pelukis terhadap seni pertunjukan. Dalam hal ini seni pertunjukkan: seni
ludruk, tari Bali, dan teater.
Bahan yang digunakan melukis, yakni empon-empon dan akrilik. Hasil lukisan yang
dibuatnya menghadirkan perpaduan antara bahan alam dan bahan buatan pabrik yang
menyatu dan saling mendukung. Di samping itu, lukisan ini juga ditunjang oleh bentuk
perupaan yang merupakan komposisi atau kesatuan dari unsur-unsur rupa. Berdasarkan hal
itu, lukisan ini menjadikan karya yang artistik, estetis, dan unik. Artistik, artinya mempunyai
nilai seni. Estetis, berarti mempunyai penilaian terhadap keindahan. Sedangkan unik berarti
karya ini mempunyai nilai tersendiri dalam bentuk atau jenisnya.
Bertitik tolak dari paparan di atas, dapat diringkas menjadi beberapa kata-kata penting, yakni:
istri, kebun, anjing, meja antik, kolam ikan, jembatan, dan sangkar burung. Makna dari kata-
kata tersebut dapat dilihat pada tabel, berikut ini:

NO.
KATA PENTING
MAKNA
1.
Istri
1.Wanita yang telah menikah atau yang bersuami
2.Memiliki peranan dalam hidup pelukis
3.Menunjukkan sosok yang paling dekat, sebagai teman diskusi, dan sebagainya
4.Motivator untuk mencapai cita-cita dan harapan
5.Memiliki aktivitas dalam hidup
6.Mempunyai perhatian besar dengan lingkungan sekitar
2.
Kebun
1.Sebidang tanah yang ditanami dengan aneka macam tanaman, pohon, dan dapat diambil
hasilnya
2.Wadah aktivitas dan kreatifitas juga berfungsi sebagai laboratorium
3. Wadah rekreatif
4. Berfungsi sebagai hiasan lingkungan
3.
Anjing
1.Binatang menyusui yang dipelihara untuk menjaga rumah
2. Binatang yang setia kepada majikan
3. Binatang yang memiliki penciuman tajam
4. Binatang yang memiliki pendengaran kuat
5. Mengenali sosok lain dengan baik
6.Wujud kesetiaan dengan orang lain yang peduli dengannya
4.
Meja Antik
1. Barang kuno tetapi tetap bernilai hasil karya seni
2. Meja yang memiliki alas marmer dan berkaki hiasan
3. Benda budaya
5.
Kolam Ikan
Ceruk di tanah yang agak luas dan dalam berisi air dan terdapat beberapa ikan
6.
Jembatan
Jalan yang direntangkan, fungsinya sebagai perantara atau penghubung.
7.
Sangkar Burung
1.Kurungan untuk binatang bersayap yang memiliki bulu dan dapat terbang
2.Dengan sangkar dapat dinikmati secara dekat
3.Bermakna apabila ada isinya

an yang muncul dalam kehidupan. Sebagai motivator dan daya ganggu pencapaian kreativitas
dalam seni. Istri yang dimaksud di sini adalah seorang wanita yang mempunyai kepedulian,
keberanian, dan aktivitas pada sebidang tanah yang berada di halaman rumah. Sebidang tanah
itu ditanami dengan aneka macam tanaman dan pohon musim yang pada suatu saat akan
dapat diambil hasilnya. Lukisan tersebut terbagi menjadi tiga latar. Latar depan
menggambarkan seorang istri yang sedang duduk santai, dengan ditemani seekor anjing
(berwarna hitam). Selama ditemani seekor anjing (di sekitarnya juga tampak beberapa
tanaman dan pepohonan), ia seolah-olah berdialog dengannya. Anjing itu diam,
mendengarkan apa yang dikatakan oleh wanita itu. Pada latar tengah terdapat adegan yang
menggambarkan istri (digambarkan dua orang wanita) yang sedang duduk dibangku yang
dilengkapi dengan meja antik. Pada meja antik itu terdapat sebuah gelas dan keranjang kecil.
Keberadaan meja antik itu menunjukkan selera pemiliknya terhadap akan barang kuno, tetapi
tetap memiliki nilai hasil seni. Benda itu sebagai bukti pelestarian suatu benda budaya yang
harus dijaga keberadaannya. Di bawah meja antik terdapat kolam ikan. Kolam ikan berarti
ceruk di tanah yang agak luas dan dalam berisi air dan terdapat beberapa ikan. Hal itu
merupakan perwujudan imej, ketika ia berproses dalam melukis. Wujud jembatan yang
ditampakkan (tempat meja antik) merupakan gambaran jalan yang direntangkan di atas
kolam, fungsinya sebagai perantara atau penghubung sesuatu. Kehadirannya dapat diartikan
sebagai perantara untuk memahami latar tengah dan latar depan. Sangkar burung memberi
makna akan ”sesuatu” yang terkurung di dalamnya. Dengan harapan agar ”sesuatu” itu, selalu
berada di tempatnya. Sangkar burung akan bermakna, apabila di dalamnya terdapat isinya,
sebab isinya dapat dinikmati dengan ”sepuas-puasnya”.
Bertitik tolak dari analisis di atas, kata-kata penting itu, kemudian dikembangkan menjadi
suatu konsep (abstraksi atau pengertian tentang satu objek atau fenomena tertentu). Konsep
yang dimaksud adalah konsep istri dan konsep kebun. Konsep-konsep itu, apabila
dikembangkan lagi akan menjadi proposisi. Proposisi merupakan pernyataan yang
mengandung dua konsep atau lebih yang bersifat kausal (sebab-akibat). Jika demikian, kedua
konsep itu dapat dijelaskan sebagai berikut: Jika seorang istri beraktivitas di kebun kecilnya
dengan kreatif dan sabar, maka akan diperoleh hasil dari kebun kecil yang berguna bagi
orang banyak. Jika seorang istri tidak beraktivitas di kebun kecil, maka kebun kecil itu tidak
akan menunjukkan hasilnya. Dengan demikian, aktivitas seorang istri di kebun kecil, bagi
pelukis merupakan stimulus atau daya pendorong kreatifnya untuk menciptakan lukisan.
Demikian pula seumpama, istrinya tidak beraktivitas di kebun kecil, maka tidak akan lahir
sebuah lukisan yang berjudul Istriku dan Kebun Kecilnya.
Pembahasan lukisan di atas, apabila diproyeksikan kepada bidang ”kehidupan”, akan
memberi pelajaran kepada kita, bahwa aktivitas seseorang akan memberikan bukti fisik ”apa”
yang telah dilakukannya.

Komparasi Karya-Karya Lain Yang Sejenis

Dua Penari Pengantin Cucakrowo

A. Kesimpulan
Hasil analisis faktor genetik subjektif menunjukkan kepribadian pelukis fleksibel, konsisten
berbagai gaya, proses imajinasinya melalui tahapan, dan wanita sebagai objek utama dalam
lukisannya. Analisis faktor genetik objektif terungkap bahan melukis, bahan dari alam, dan
akrilik. Konsepnya, seni bukan untuk hidup melainkan hidup ini untuk berkesenian.
Pengalaman hidupnya penuh warna. Analisis objektif formal, secara keseluruhan tampak
pada garis sebagai identitas bentuk. Keberadaan objek terletak pada tiga latar (depan, tengah,
dan belakang). Pengorganisasian unsur seni seimbang, menyatu, dan harmonis. Interpretasi
lukisan memberi pelajaran berharga bahwa aktivitas seseorang akan memberikan bukti fisik
”apa” yang telah dilakukannya. Sedangkan komparasi dengan lukisan yang lain ( dua penari
dan pengantin cucakrowo) memberikan dukungan kuat baik dari segi teknik, wujud, dan isi.
Bertitik tolak dari hasil sintesis dan hasil komparasi lukisan lainnya, lukisan berjudul Istriku
dan Kebun kecilnya menunjukkan makna inovasi ekspresi artistik yang tinggi. Hal ini
didukung dengan kemampuan pelukis memadukan antara media, teknik, pengorganisasian
struktur rupa, dan isi.
DAFTAR PUSTAKA:

C.Sem Bangun. 2001.Kritik Seni Rupa. Bandung: ITB Bandung


Eksan, M. 2008. Peningkatan Kemampuan Guru Seni Rupa SMA Kota Malang dalam
Mengapresiasi Karya Lukis melalui Pendekatan Kritik Seni Holistik. Penelitian Tindakan
Partisipatori. Malang: SMAN 10 Malang.
_________2006. Karya Lukis Sunaryo dalam pendekatan Kritik Seni. Makalah. Malang:
Semar Art Gallery
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003)
Mamannoor. 2002. Wacana Kritik Seni Rupa di Indonesia. Bandung: Penerbit Nuansa
Anggota IKAPI Yayasan Nuansa Cendekia
Mulyadi,D. 1991. Kritik Seni. Surakarta: Depdikbud Universitas Sebelas Maret
S, Dedy Winoto. Tampa Tahun. Pengetahuan Dasar Desain. Malang: Makalah
Sipahelut, Afisah P. 1991. Dasar-Dasar Desain. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Sony, Dharsono Kartika. 2007. Kritik Seni. Bandung: Rekayasa Sains Bandung
Soedarso, SP. 2006. Trilogi Seni Penciptaan Eksistensi dan Kegunaan Seni. Yogyakarta: ISI
Sumardjo, Jakob. Filsafat Seni. Bandung:ITB
Diposkan oleh seni budaya-m.eksan di 18.33
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

3 komentar:

1.

galang setia9 Maret 2014 03.24

Terimakasiih banyaak infonya bermanfaat banget hehehe

Balas

Anda mungkin juga menyukai