BAB II
PERKEMBANGAN
KESUSASTRAAN INDONESIA
Pada bab ini, kami akan mengajak Anda untuk membahas perkembangan
kesusastraan Indonesia dari tahun ke tahun dan nama-nama pengarang pada
masing-masing angkatan kesusastraan Indonesia.
sebagai pembawa pesan. Dalam dongeng pun tidak jarang bermunculan putri-putri
cantik yang tak tertentang mata, serta pemuda-pemuda yang gagah perkasa yang
selalu siap menolong dan menyelamatkan orang dari segala malapetaka yang
hampir menimpanya. Tidak jarang pula dalam dongeng diceritakan seorang putra
raja dengan senjata yang dapat dipakai sebagai teman yang tangguh sewaktu
menghadapi bencana yang datang mengancamnya.
Diceritakan pula dalam dongeng adanya beberapa macam pertanda
keajaiban alam yang mendahului kelahiran seorang yang akan memegang peranan
penting dalam hidupnya; misalnya turunnya hujan yang rintik-rintik bagai taburan
bunga dari langit atau bergegarnya halilintar di tengah teriknya matahari atau
munculnya pelangi yang beraneka warna menghias langit atau keajaiban alam
lainnya. Dalam cerita binatang pun tokoh Batara Guru mengambil peranan
penting. Segala perselisihan dalam cerita binatang selalu dimintakan nasihat
penyelesaian kepadanya. Pada zaman Hindu itu perbendaharaan nama dewa atau
pemegang kekuatan lain di atas kekuasaan manusia makin bertambah banyak.
Sihir atau hal-hal lain yang serupa banyak menghiasi hasil sastra zaman itu.
Nursisto (2000:114) mengemukakan ciri-ciri kesusastraan lama adalah
sebagai berikut.
1. Sejalan dengan sikap masyarakat yang konservatif dan tradisional, maka
kesusatraan lama itu bersifat statis.
2. Masyarakat lama mengutamakan hidup gotong royong. Oleh karena itu,
kesusastraan lama sebagai pancaran masyarakat merupakan milik bersama.
Hal ini mengakibatkan sebagian besar kesusastraan lama anonim.
3. Tema karangan bersifat khayal atau fantasi, didaktik, religius, dan
istanasentris.
4. Kesusastraan lama menggunakan bahasa Melayu Kuno yang penuh dengan
pepatah, kalimat majemuk yang panjang, dan ungkapan.
5. Dilihat dari bentuknya, puisi lama sangat terikat oleh syarat-syarat mutlak
yang konservatif dan tradisional. Prosanya pun senantiasa menggunakan
pendahuluan yang panjang-panjang.
orang yang menuntut ilmu agama dan bersifat mistik (tasawuf). Hasil
karangan Abdul Rauf adalah Mir’atattulalab.
d. Sjamsuddin Assumatrani
Sjamsuddin Assumatrani adalah seorang pujangga ynag hidup di istana
raja Aceh Mahkota Alam pada tahun 1607–1636M. Ia adalah murid
Hamzah Fansuri. Hasil karangannya antara lain Mir’atul Mu’minin dan
Mir’atul Iman.
e. Nuruddin Ar-Raniri
Nuruddin Ar-Raniri berasal dari India dan tinggal di Indonesia (Aceh)
antara tahun 1637–1644M. Ia adalah pelopor penentang ajaran Hamzah
Fansuri. Ia berpendapat bahwa manusia tidak dapat bersatu dengan Tuhan,
tetapi hanya mendekati karena Tuhan sebagai pencipta, sedangkan
manusia sebagai makhluk yang diciptakan. Dalam tulisannya “Tibjan fi
ma’fifatil-adjan”, dia menantang paham Fansuri. Demikian besar
pengaruhnya kepada Sultan Aceh, sehingga sultan memberi perintah untuk
memusnahkan semua karya mistik Hamzah Fansuri yang dianggap murtad
dan membahayakan iman seseorang. Hasil karangannya antara lain
Bustanussalatina (taman raja-raja) dan Siratul-mustaqiem.
f. Buchori Aldjauhari
Nama pengarang ini sangat terkenal pada abad 15-16M. Hasil karyanya
adalah Tajussalatin atau Mahkota Segala Raja yang terkenal dalam
kesusastraan Melayu.
g. Raja Ali Hadji
Dia adalah saudara sepupu raja muda Riau, yakni Raja Achmad (1844 –
1857). Tempat tinggalnya di Pulau Penyengat. Ia pandai berbahasa Arab
serta menjunjung tinggi kebudayaan Islam. Hasil karangannya antara lain
Gurindam XII, Tuhfat An Nafis, dan Silsilah Raja-raja Melayu dan Bugis.
h. Siti Salecha
Dia adalah saudara sepupu Raja Ali Hadji. Ada pendapat yang mengatakan
bahwa pengarang wanita inilah yang menggubah Syair Abdul Muluk,
tetapi pendapat lain mengatakan bahwa syair itu gubahan Ali Hadji.
pembantu ahli bahasa pada Balai Pustaka. Perhatiannya lebih tertuju pada
cerita anak-anak. Hasil Karangannya antara lain berikut ini.
1) Novel
a) Meneboes Dosa (Balai Pustaka, 1932)
b) Roesmala Dewi (bersama dengan Hardjosumarto, BP, 1932)
c) Nyingkirkeun Roeroebed (diterjemahkan oleh Marga Soelaksana,
Balai Pustaka, 1932)
d) Si Tjebol Rindoekan Bulan (Balai Pustaka, 1934)
e) Sebabnya Rafiah Tersesat (Balai Pustaka, 1935)
f) Perboeatan Doekoen/Si Doel Anak Sekolahan II (BP, 1935)
g) Sampaikan Salamkoe kepadanja (Balai Pustaka, 1935)
2) Cerita Anak
a) Sepuluh Tjerita Kanak-kanak (Balai Pustaka, 1959)
b) Pak Djanggoet dan Boedjang Bingoeng (Balai Pustaka, 1935)
c) Srigoenting (Balai Pustaka, 1953)
d) Si Doel Anak Betawi
e) Koentoem Melati
f) Putri Rimba Larangan (Balai Pustaka, 1957)
3) Terjemahan
a) Kembar Enam (diterjemahkan dari John Kieviet bersama Sutan
Pamuntjak, Balai Pustaka, 1929)
b) Setangkai Daun Surga (diterjemahkan dari karya Car Bruijn, BP)
4) Saduran
a) Sjair Silindoeng Delima (Balai Pustaka, 1931)
b) Sjair si Banso (Gadis Durhaka)
c) Sjair Anis Aldjalis (saduran Seribu Satu Malam, BP, 1933)
d) Sjair Siti Noeriah Memboenoeh Diri (Balai Pustaka, 1934)
e) Goel Bakawali (Balai Pustaka, 1936)
f) Hang Toeah (Balai Pustaka, 1946)
g) Poetri Rimba Larangan (Balai Pustaka, 1957)
h) Hikajat Lima Tumenggung (Balai Pustaka, 1958)
g. Sariamin
Nama samaran Sariamin adalah Selasih atau Seleguri. Ia dilahirkan pada
bulan Juli 1909 di Talu, Lubuksikaping, suatu tempat perbatasan antara
Minangkabau dan Tapanuli. Setelah menamatkan sekolah kelas II di Talu
dan Mesjeisnormaalschool di Padang Panjang, ia bekerja sebagai guru.
Dalam karangan-karangannya, baik prosa maupun puisi, ia gemar sekali
melukiskan kesedihan batin dan hasrat jiwa yang tak sampai. Kesedihan
itu bukanlah akibat adat atau kawin paksa, melainkan oleh paksaan nasib.
Hasil karangannya antara lain berikut ini.
1) Kalau Tak Untung (roman, 1938)
2) Pengaruh Keadaan (roman, 1937)
h. Hamidah
Hamidah adalah nama samaran dari Fathimah Hasan Delais yang hidup
tahun 1914-1953. Hamidah terkenal dengan karangannya yang berjudul
Kehilangan Mestika (roman, 1935).
i. Abdoel Moeis
Ia dilahirkan pada tanggal 3 Juli 1886 di Bukittinggi.
Setelah menamatkan sekolah di tempat kelahirannya, ia
melanjutkan ke sekolah dokter STOVIA di Jakarta.
Namanya terkenal sebagai wartawan dan politikus.
Selain itu, ia pernah menjadi anggota Volksraad dari
partai Syariat Islam.
Hasil karangannya, antara lain berikut ini.
1) Salah Asuhan (roman, 1928)
2) Pertemuan Jodoh (roman sosial, 1933)
3) Surapati (roman sejarah, 1950)
4) Robert Anak Surapati (roman sejarah, 1953)
5) Tom Sawyer Anak Amerika (terjemahan Tom Sawyer, Mark Twain)
6) Don Kisot (terjemahaman karya Cervantes)
7) Sebatang Kara (saduran dari karya Hector Marlot)
8) Suara Kakaknya (cerpen)
Hakim Tinggi. Selain itu, ia juga belajar tentang filsafat dan kebudayaan
pada Fakultas Sastra. Beragamnya pendidikan yang pernah ditempuh serta
cita-cita dan keinginannya yang keras, membuatnya menguasai keahlian
yang bermacam-macam pula. Karangannya menggunakan bahasa yang
sederhana dan tepat. Hasil karangannya antara lain berikut ini.
1) Tak Putus Dirundung Malang (roman, Balai Pustaka, 1929)
2) Dian Tak Kunjung Padam (roman, Balai Pustaka, 1932)
3) Layar Terkembang (roman tendens, 1936)
4) Tebaran Mega (kumpulan puisi/prosa lirik, 1936)
5) Anak Perawan di Sarang Penyamun (roman, 1941)
6) Melawat ke Tanah Sriwijaya (kisah, 1931/1952)
7) Poeisi Lama (kumpulan dan komentar tentang puisi Indonesia Klasik
diterbitkan oleh Dian Rakyat pada tahun 1946
8) Puisi Baru (Kumpulan dan komentar tentang puisi Indonesia modern,
diterbitkan oleh Dian Rakyat pada tahun 1946)
9) Grotta Azzura, Kisah Tjinta dan Tjita (novel, Dian Rakyat, 1990)
10) Kalah dan Menang (novel, 1978)
11) Lagu Pemacu Ombak (kumpulan puisi, 1978)
b. Armijn Pane
Ia dilahirkan di Muara Sipongi, Tapanuli, pada
tanggal 18 Agustus 1908. Mula-mula ia sekolah di
HIS Padang Sidempuan Lagere School di Sibolga dan
Bukittinggi. Pada tahun 1923, ia meneruskan
pelajarannya ke sekolah dokter STOVIA di Jakarta.
Pada tahun 1927, ia pindah ke sekolah dokter NIAS di
Surabaya. Karena merasa bakatnya lebih dekat pada
bahasa dan kesusastraan, ia pendah ke AMS bagian sastra di Solo.
Mula-mula ia bekerja di bidang persuratkabaran di Jakarta dan
Surabaya. Kemudian, ia menjadi guru bahasa dan sejarah pada sekolah
kebangsaan di Kediri dan Jakarta. Sejak tahun 1936 sampai masa
pendudukan Jepang, ia bekerja di Balai Pustaka. Semasa pendudukan
d. J. E. Tatengkeng
Satu-satunya penyair religius yang beragama Kristen
adalah Jan Engelbert Tatengkeng. Nama panggilan sehari-
harinya adalah Om Jan. Dia dilahirkan di Kolongan, Pulau
Sangihe pada tanggal 19 Oktober 1907. Karangan-
karangan bercorak religius yang dilukiskannya tidak hanya
berhubungan dengan agamanya saja, tetapi arti Tuhan
secara universal. Buah penanya yang terkenal adalah Rindu Dendam
(kumpulan puisi, 1934) yang memuat 32 puisi, yaitu: Buah Tangan: Mula
Kata, Di Pantai Waktu Petang, Sukma Pujangga, Lukisan, Serumpun Bambu,
Mencari Kata, Bulan Terang, Di Lereng Gunung, Persatuan, Kusuka
Katakan, Di Bawah Pohon, Kuncup, Anakku, Kusangka, Diamlah,
Penghiburan, Mengapa Lagi, Merenungkan Nasib, Kucari Jawab, Sepantun
Laut, Nelayan Sangihe, Perasaan Seni, Gadis Belukar, Mengembara, Kupinta
Lagi, Berikan Daku Belukar, Tempat Berlindung, Ajarkanlah, Panggilan Pagi
Minggu, Melati, ―O, Kata‖, dan Rindu Dendam: Akhir Kata.
Majalah Poedjangga Baroe (1934 – 1938) menerbitkan 13 puisi, yaitu
Hasrat Hati, Laut, ―O, Bintang‖, Petang, Sinar dan Bajang, Sinar di Balik,
Tangis, Anak Kecil, Beethoven, Alice Nahon, Gambaran, Kata-Mu Tuhan, dan
Willem Kloos. Majalah Boedaja (1947) menerbitkan 3 puisi, yaitu Anak Kecil,
Sekarang Ini, dan ―Sinar dan Bajang”. Majalah Pembangoenan (1947)
menerbitkan 3 puisi, yaitu Gadis Bali, Gua Gadja, dan Ke Bali. Majalah
Zenith (1951) menerbitkan 3 puisi, yaitu Aku Dilukis, Bertemu Setan, dan
Penumpang Kelas I. Majalah Siasat (1952) menerbitkan 3 puisi, yaitu Aku
e. Sanusi Pane
Sanusi Pane dilahirkan di Muara Sipongi pada
tanggal 14 November 1905. Ia menempuh pendidikan
dasar di Padang Sidempuan, Sibolga, dan Tanjungbalai,
kemudian HIS Adabiyah di Padang. Ia melanjutkan
pelajarannya di MULO Padang dan Jakarta. Setelah itu
meneruskan pendidikannya di Kweekschool Gunung
Sahari Jakarta pada tahun 1925.
Pada tahun 1928, ia pergi ke India untuk memperdalam pengetahuannya
tentang kebudayaan India. Sekembalinya dari sana, ia memimpin majalah
Timbul. Di samping jabatannya sebagai guru pada Perguruan Jakarta, ia juga
menjabat sebagai pemimpin surat kabar Kebangunan dan kepala pengarang
Balai Pustaka sampai tahun 1941. Pada zaman pendudukan Jepang, ia menjadi
pegawai tinggi pusat kebudayaan Jakarta, kemudian bekerja pada jawatan
pendidikan masyarakat di Jakarta. Sanusi Pane dikenal sebagai tokoh yang
menganut aliran “seni untuk seni” atau “L’art pour L’art”. Sanusi Pane
berusaha untuk memadukan antara paham Barat dan Timur. Hasil karangannya
antara lain berikut ini.
1) Pancaran Cinta (kumpulan prosa lirik, 1926)
2) Puspa Mega (kumpulan puisi, 1927)
3) Madah Kelana (kumpulan puisi (1931)
4) Kertajaya (sandiwara, 1932)
5) Sandyakalaning Majapahit (sandiwara, 1933)
6) Manusia Baru (sandiwara, 1940)
f. Muhammad Yamin
Kepeloporannya dalam bidang soneta
menyebabkan dirinya dijuluki Bapak Soneta Indonesia.
Muhammad Yamin lahir di Sawahlunto, Sumatra Barat, 23
Agustus 1905. Setelah menamatkan Volkschool, HIS, dan
Normaalschool, ia melanjutkan ke Sekolah Pertanian dan
Peternakan di Bogor, serta menamatkan AMS di
Yogyakarta pada tahun 1927. Akhirnya, ia memasuki
Sekolah Hakim di Jakarta hingga bergelar Meester in de Rechten pada tahun
1932. Setelah Proklamasi Kemerdekaan ’45, ia memegang jabatan-jabatan
penting di bidang kenegaraan. Hasil karangannya sebagai berikut.
1) Tanah Air (kumpulan puisi, 1922)
2) Indonesia Tanah Tumpah Darahku (kumpulan puisi, 1928)
3) Menanti Surat dari Raja (sandiwara, terjemahan Rabindranath Tagore)
4) Di dalam dan di luar lingkungan Rumah Tangga (terjemahan dari
Rabindranath Tagore)
5) Gadjah Mada (roman sejarah, 1934)
6) Ken Arok dan Ken Dedes (sandiwara, 1934)
7) Diponegoro (roman sejarah, 1950)
8) Julius Caesar (terjemahan dari ciptaan Shakespeare)
9) 6000 Tahun Sang Merah Putih (1954)
10) Tan Malaka (1945)
11) Kalau Dewi Tara Sudah Berkata (sandiwara, 1957)
g. Ipih
Ipih atau H.R. adalah nama samaran dari Asmara Hadi. Ia lahir pada
tanggal 5 September 1914, di Talo, Bengkulu. Ia menempuh pendidikan di HIS
Bengkulu, MULO di Jakarta, serta MULO Taman Siswa Bandung. Setelah
menjadi guru, ia menjadi wartawan dan pernah memimpin harian Pikiran Rakyat
di Bandung. Hasil karangannya antara lain sebagai berikut.
1) Di Dalam Lindungan Kawat Duri (catatan, 1941)
2) Sanjak-sanjak dalam Majalah
i. A. Hasjmy
Nama sebenarnya adalah Muh. Ali Hasjim. Ia dilahirkan di Seulimeum,
Aceh, pada tanggal 28 Maret 1912. Ia berpendidikan SR dan Madrasah
Perguruan Islam. Pada tahun 1936 ia menjadi guru di Perguruan Islam
seulimeum. Hasil karangannya antara lain Kisah Seorang Pengembara
(Kumpulan Sanjak, 1936) dan Dewan Sanjak (kumpulan sanjak, 1940).
j. M. R. Dajoh
Marius Ramis Dajoh dilahirkan di Airmadidi, Minahasa, pada tanggal 2
November 1909. Dia berpendidikan SR, HIS di Airmadidi, HKS Bandung, dan
Normaalcuirsus di Malang. Pada zaman Jepang, ia menjabat sebagai kepala
bagian sandiwara di Kantor Pusat Kebudayaan, kemudian pindah ke kantor
radio Makassar. Prosanya seringkali menggambarkan pahlawan-pahlawan yang
berani. Sedang dalam puisinya, ia sering meratapi kesengsaraan masyarakat.
Hasil karyanya antara lain Pahlawan Minahasa, Peperangan Orang Minahasa
dengan Orang Spanyol (roman; Balai Pustaka, 1931), dan Syair untuk ASIB
(sanjak, 1935).
k. Rustam Effendi
Rustam Effendi lahir di Padang pada tanggal 18
Mei 1905. Dia aktif dalam politik dan pernah menjadi
anggota Majelis Perwakilan Belanda sebagai utusan
partai komunis. Karangannya banyak terpengaruh oleh
bahasa daerah serta bersumber dari kata-kata bahasa
Arab dan Sanskerta. Hasil karangannya antara lain
Percikan Permenungan (kumpulan sanjak, 1922) dan
Bebasari (sandiwara bersanjak, 1926). Naskah Bebasari lahir pada saat murid-
murid MULO di Padang hendak mementaskan sebuah drama pada suatu pesta
sekolah karena belum ada naskah drama yang siap. Rustam Effendi akhirnya
menulis naskah Bebasari dalam bentuk sajak. Drama ini tidak jadi dipentaskan
karena dilarang oleh pemerintah Hindia Belanda. Tahun 1953 Penerbit Fasco,
Jakarta, menerbitkan kembali drama Bebasari ini dalam tiga babak.
4. Angkatan ‘45
a. Asrul Sani
Ia dilahirkan di Rao, Sumatra Barat, pada tanggal 10
Juni 1926. Pendidikannya adalah Sekolah Tinggi
Kedokteran Hewan Bogor. Asrul Sani pernah menjadi
redaktur “Gema” dan penerbit “Suara Bogor”. Dia
berpegang pada moral dan keluhuran jiwa dalam
pandangan. Hasil karangannya antara lain Kekasih
Pradjurit (puisi), Bola Lampu (cerita pendek), Anak
Laut, Om Test, Surat dari Ibu (sanjak), Tiga Menguak Takdir (buku
kumpulan puisi bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin, 1950), Mantera
(kumpulan puisi, 1975), Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat (kumpulan
cerpen, yang berisi antara lain cerpen yang berjudul Museum dan Sahabat
Saya Cordiaz.
b. Chairil Anwar
Pembaharu puisi Indonesia adalah Chairil Anwar.
Tokoh yang revolusioner ini dilahirkan pada tanggal 26
Juli 1922 di Medan dan meninggal di Jakarta pada tanggal
28 April 1949. Penyair ini mengubah sanjak-sanjaknya
pada tahun 1943. Dia seorang ekspresionis sejati yang
menulis karyanya berdasarkan realita yang terjadi di
masyarakat dan revolusioner dalam bentuk serta isi dengan
sifat individualisnya. Dia termasuk dalam kelompok organisasi seniman
Gelanggang yang didirikan bersama rekannya Rivai Apin, Asrul Sani, M. Akbar,
Ida Nasution, dan sebagainya. Dalam karangan-karangannya tampak pengaruh
Marsman, Du Pernon, dan Ter Braak, pujangga Belanda sesudah Angkatan ’45.
Hasil karangannya antara lain Deru Campur Debu (kumpulan sanjak, 1943-
1949), Kerikil Tajam dan Yang Terhempas dan Terputus, dan Tiga Menguak
Takdir (dikarang bersama-sama dengan Rivai Apin dan Asrul Sani; kumpulan
sanjak), Pulanglah Dia si Anak Hilang (terjemahan Andre Gide), dan Kena
Gempur (terjemahan dari Steinbeck).
c. Usmar Ismail
Ia dilahirkan di bukittinggi pada tanggal 25 maret 1921, berpendidikan
AMS Yogya dan SMT Jakarta. Ia muncul sebagai penulis sandiwara, sanjak, dan
cerita-cerita pendek. Pada masa Jepang, ia menjabat sebagai pegawai Kantor
Pusat Kebudayaan untuk propaganda Jepang. Kemudian, ia mendirikan
perkumpulan sandiwara “Maya” karena bosan diperalat oleh Jepang.
Perkumpulan “Maya” dibantu oleh para seniman, penyanyi, pelukis, penari, dan
komponis, didirikan pada tahun 1943. Dalam perkembangannya, ia dibantu oleh
Rosihan Anwar, Dr. Abu Hanifah, Cornel Simanjuntak, dan sebagainya.
Usmar Ismail juga seorang pelopor pendiri Perfini pada tahun 1950.
Karangan-karangannya bernapaskan ketuhanan dan kebangsaan. Hal itu sejalan
dengan pendiriannya bahwa seni harus mengabdi kepada kepentingan nusa,
bangsa, dan agama. Ia juga pernah memimpin majalah Patriot yang kemudian
menjadi Arena, sebuah majalah kebudayaan dan kesusastraan di Yogyakarta.
g. Rosihan Anwar
Ia dilahirkan pada tanggal 10 Mei 1922 di Padang.
Pendidikannya adalah AMS Yogyakarta dan SMT Jakarta.
Setelah lulus ia terjun ke dunia jurnalistik dan kewartawanan.
Sebagai wartawan, ia pernah memimpin harian Merdeka Asia
Raya dan mingguan Siasat. Hasil karyanya banyak yang
bersifat tanggapan sosial. Hasil karangannya antara lain Radio
Masyarakat (cerita pendek), Manusia Baru, Lukisan, Seruan Napas (sanjak),
dan Raja Kecil, Bajak Laut di Selat Malaka (roman sejarah, 1967).
h. Utuy Tatang Sontani
Utuy Tatang Sontani dilahirkan pada tahun 1920 di Cianjur dan
berpendidikan Taman Dewasa Bandung. Ia mulai terjun dalam dunia karang-
mengarang pada tahun 1937. Pada karyanya terlihat pengaruh La Fontaine,
seorang pujangga Prancis. Hasil karangannya antara lain Suling (drama, 1948),
Bunga Rumah Makan (drama, 1948), Tambera (roman sejarah; BP, 1948),
Orang-orang Sial (cerita Pendek), serta Awal dan Mira (drama)
i. Idrus
Idrus lahir di Padang, pada tanggal 21 September 1921.
Pendidikannya adalah SMT. Dia pelopor pujangga Angkatan
’45 di bidang prosa. Hasil karyanya ditulis dengan bahasa
sehari-hari yang hidup dan berjiwa. Karangan-karangannya
muncul pada masa Jepang dan bersifat realis-naturalis dengan
sindiran-sindiran tajam. Hasil karangannya antara lain sebagai berikut.
1) Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (kumpulan cerpen; BP, 1948)
2) Anak Buta (cerita pendek)
3) Aki (novel; BP, 1948)
4) Perempuan dan Kebangsaan
5) Jibaku Aceh (drama)
6) Dokter Bisma (drama, 1945)
7) Keluarga Surono (drama, 1945)
8) Kereta Api Baja (terjemahan dari karya Vaevold Ivanov)
12) Menanti Surat Marti (cerpen dalam Kisah, No.3, Tahun 4, 1966)
13) Lingkaran-lingkaran Retak (kumpulan cerpen; Balai Pustaka, 1952)
14) Retak (novel, Pustaka Antara, Kuala Lumpur, 1965)
15) Tamu Malam (drama dalam Indonesia, No.9-10, Tahun 8, 1957)
16) Suling Emas (cerita anak, Djambatan, 1956)
17) Anak-anak Kampung Djambu (cerita anak, Djambatan, 1960)
18) Pembicaraan dari Belakang Medja Ketjil tentang Mengetjor Beton Karya
Rijono Pratikno (esai dalam Kisah, No.1, Tahun IV, Januari 1956)
19) Pembicaraan dari Belakang Medja Ketjil tentang Ketjapi Karya Pramoedya
Ananta Toer (esai)
20) Watak-watak jang Belum Djadi (esai dalam Kisah, No.9, Tahun IV,
September 1956)
21) Dari Redaksi: Asrul Sani (esai dalam Kisah, No.1, Tahun V, Januari 1957)
22) In Memoriam Chairil Anwar (esai dalam Kisah, No.3, Tahun V, 1957)
23) Dr. Tjipto Mangunkusuma Demokrat Sejati (biografi, Djambatan, 1952)
o. Anas Ma’ruf
Anas Ma’ruf lahir di Bukittinggi pada tanggal 27 Oktober 1922. Ia
pernah menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada tahun
1948, lalu terjun ke lapangan jurnalistik memimpin harian Nusantara, redaktur
Arena dan majalah Patriot di Yogyakarta. Hasil karangannya antara lain Citra
(terjemahan dari Rabindranath Tagore), Sadhana (terjemahan dari Rabindranath
Tigore), dan Nyalakan Terus, Antara Kita, Pandu Masa (sanjak).
p. Maria Amin
Sastrawati ini lahir di Bengkulu pada tanggal 15 Juni 1920. Ia adalah
pengarang bercorak simbolik yang dapat menerobos sensor Jepang. Hasil
karangannya antara lain Tinjaulah Dunia Sana (cerita pendek) dan Penuh
Rahasia, Kapal Udara (sanjak).
q. Mahatmanto
Nama lengkapnya adalah Saradul Arif Mahatmanto. Ia dilahirkan di
Yogyakarta pada tahun 1924. Hasil karangannya lebih banyak berupa sanjak,
antara lain Cakar atau Ekor, Individu, Dogma, Madrasah Muhammadiyah, dan
sebagainya.
r. Zuber Usman
Zuber Usman lahir pada tanggal 12 Desember 1916 di Padang. Dia adalah
seorang sastrawan, penyair, serta penulis esai dan kritik. Karangannya yang
berjudul “Sepanjang Jalan” (1953), terdiri atas Aneka Rasa dan Putri Bunga
Karang.
s. Rusman Sutiasumarga
Rusman Sutiasumarga lahir di Subang pada tanggal 5 Juli 1917. Hasil
karangannya antara lain Yang Terhempas dan Terkandas (kumpulan cerita
pendek; BP, antara lain memuat “Gadis Bekasi”) dan Korban Romantik (cerita
pendek; BP, 1963).
t. Sitor Situmorang
Sitor Situmorang lahir di Tapanuli, 2 Oktober 1924. Nama kecil Sitor
Situmorang adalah Raja Usu, yang diambil dari nama leluhurnya. Sitor
Situmorang dikenal sebagai pengarang puisi modern dengan gaya pantun.
Puisinya yang amat terkenal sebagai puisi paling pendek berjudul Malam
Lebaran. Hasil karangannya antara lain Surat Kertas Hijau (kumpulan sanjak;
Pustaka Rakyat, 1953), Jalan Mutiara (kumpulan drama), Malam Lebaran,
Dalam Sadjak (1955), Wajah tak Bernama (1955), Zaman Baru (kumpulan
sanjak), Peta Perjalanan, dan Pertempuran dan Salju di Paris (1956).
u. S. Rukiah
S. Rukiah lahir di Purwakarta pada tahun 1927. Hasil karangannya antara
lain Kejatuhan dan Hati dan Tandus (kumpulan puisi/prosa; BP, 1952).
v. Trisno Sumardjo
Trisno Sumardjo lahir pada tanggal 6 Desember 1916 di
Surabaya. Hasil karangannya antara lain Kata Hati dan Perbuatan
(kumpulan puisi, 1952), Rumah Radja (1957), dan Daun Kering
(kumpulan cerita pendek, 1962).
w. Karim Halim
Karim Halim lahir di Balingka, Bukittinggi pada tahun 1918. Ia adalah
seorang pengarang yang religius. Hasil karangannya, antara lain Palawija
(roman sosial) dan sanjak dalam Majalah.
x. Rustiandi Karta Kusumah
Rustiandi Karta Kusumah dilahirkan di Ciamis pada tanggal 27 April
1921. Hasil karangannya, antara lain Rekaman 7 Daerah, Prabu dan Putri
(sandiwara klasik; Balai Pustaka, 1951), dan Merah Semua Putih Semua (drama
dalam bentuk novel; Balai Pustaka, 1961).
5. Angkatan ‘50
a. Ramadhan K. H.
Ramadhan Karta Hadimadja lahir di Bandung tanggal
16 Maret 1927. Namanya sudah mulai dikenal sekitar tahun
1952. Hasil karangannya antara lain sebagai berikut.
1) Priangan si Jelita (kumpulan sanjak, Dunia Pustaka, 1975)
2) Royan Revolusi (novel, Gunung Agung Jakarta, 1972)
3) Kemelut Hidup (novel, Pustaka Jaya Jakarta, 1977)
4) Keluarga Permana (novel, Pustaka Jaya Jakarta, 1978)
5) Ladang Perminus (novel, Pustaka Utama Grafiti Jakarta, 1990)
6) Rumah Bernarda Alba (drama, 1957)
7) Yerma (drama terjemahan dari Lorca, 1959)
8) Spasmes d’une Revolusion. Temps fou Puyraimond (karya terjemahan, 1977)
9) Romansa Kaum Gitani (karya terjemahan, Pustaka Jaya Jakarta, 1973)
10) Kuantar ke Gerbang: Kisah Cinta Ibu Inggit dengan Bung Karno (1981)
11) Gelombang Hidupku: Dewi Dja dari Dardanella (1982)
12) A.E. Kawilarang: Untuk Sang Merah Putih (1988)
13) Menguak Duniaku: Kisah Sejati Kelainan Seksual (ditulis bersama R. Prie
Prawirakusumah, 1988)
14) Suharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya (ditulis bersama G.
Dwipayana, 1988)
d. Muhammad Ali
Muhammad Ali Maricar lahir di Surabaya pada tanggal 23 April 1927.
Pendidikannya adalah HIS dan kursus-kursus bahasa pada masa Jepang. Ia bekerja
di Kotapraja Surabaya dan menjadi direktur Mingguan Pemuda dan Mingguan
Pahlawan (1949-1950). Ia mulai bergerak di bidang sastra pada tahun 1942. Hasil
karangannya, antara lain 5 Tragedi, Siksa dan Bayangan (Balai Buku Surabaya,
1955), Persetujuan dengan Iblis, Kubur tak Bertanda (1955), dan Hitam atas
Putih (BP 1959), Si Gila (drama, 1969), Bintang Dini (kumpulan puisi, 1975),
Buku Harian Seorang Penganggur (kumpulan cerita pendek, 1976), dan Ibu Kita
Raminten (1982).
Di samping karya sastra, dia juga menulis karya nonsastra, antara lain
Laporan Rahasia dari Belakang Tirai Besi (1960), Di Bawah Naungan Alquran
(1955), Izinkanlah Saya Bicara (1977), Tuntutan Mengarang Cerpen (1979),
Buku Agama (30 judul), Wanita Berlisan Suci (1989), Ihwal Dunia Sastra (1990),
Nyanyian Burdah (1980), Puitisasi Juz Amma (1983), dan Bagaimana Menjadi
Aktor Aktris yang Baik. Karya sastra asing yang pernah diterjemahkannya antara
lain Tortila Flat (karya John Steinbeck), Ular (karya William Sarojan), dan
Mahkota Berdarah (karya Musthafa Luthfi Al-Manfaluthi). Sebaliknya,
karangannya yang sudah diterjemahkan ke bahasa asing ialah Gerhana (dengan
judul baru Kiki diterjemahkan ke bahasa Jepang oleh Prof. Matsui Hiroshi dan
Prof. Shibata, penerbit Mekong, Jepang) dan Kisah dari Kantor (diterjemahkan
dalam bahasa Inggris oleh Satyagraha Hoerip).
e. Ajip Rosidi
Ajip Rosidi lahir di Jatiwangi, Cirebon, Jawa Barat, 31 Januari 1938.
Ajip Rosidi mengawali pendidikan dasarnya di Jatiwangi, kemudian melanjutkan
pendidikannya ke SMP yang dijalaninya di daerah Majalengka, Bandung, dan
Jakarta. Selanjutnya, dia menempuh pendidikan SMA di Jakarta. Sayang, dia
tidak mengikuti ujian kahir SMA. Hal itu sengaja dilakukannya Karena ia ingin
membuktikan bahwa tanpa ijazah pun orang bisa hidup.
Sejak umur 13 tahun sudah mulai menulis di majalah-majalah sekolah,
kemudian meningkat di majalah orang dewasa. Pada umur 15 tahun, dia sudah
sanggup menjadi pengasuh majalah Soeloeh Peladjar. Pada usia 17 tahun dia
menjadi redaktur majalah Prosa. Pada tahun 1964–1970 dia menjadi redaktur
Budaya Jawa dan tahun 1966–1975 menjabat Ketua Paguyuban Pengarang Sastra
Sunda dan memimpin penelitian pantun dan folklore Sunda. Tahun 1967 dia
bekerja sebagai dosen Universitas Padjadjaran dan tahun 1965–1968 menjabat
Direktur Penerbit Duta Rakyat. Pada tahun 1971–1981 memimpin Penerbit Dunia
Pustaka Jaya. Tahun 1973–1979 memimpin Ikatan Penerbit Indonesia. Tahun
1973–1981 terpilih menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta, bahkan pernah
mendapat kesempatan sebagai anggota staf ahli Menteri Pendidikan dan
g. A.A. Navis
Ali Akbar Navis lahir pada tanggal 17 November 1924 di
Pandangpanjang. Sejak tahun 1950 mulai giat di dunia sastra.
Ia adalah lulusan INS Kayu Tanam. Hasil karangannya, antara
lain Robohnya Surau Kami (kumpulan cerita pendek),
Bianglala (kumpulan cerita pendek, 1963), Hujan Panas
(kumpulan cerita pendek, 1963), dan Kemarau (novel, 1967).
h. Toha Mohtar
Toha Mohtar lahir tanggal 17 September 1926 di Ngadiluwih, Kediri,
Jawa Timur. Penggunaan nama samara dalam karangannya merupakan salah
satu ciri Toha Mohtar yang kurang senang terhadap publikasi. Nama samaran
yang sering digunakan dalam karya sastranya antara lain Badarijah U. P. (nama
kakak perempuannya), Matulessy, M. Lessy, Tati Mohtar, Elly, Gutomo,
Wahyudi, dan Ridwan. Hasil karya Toha Mohtar antara lain sebagai berikut.
1) Pulang (novel, Jakarta: Pembangunan, 1962) yang memperoleh hadiah
penghargaan dari BMKN
2) Daerah Tak Bertuan (novel, Jakarta: Pustaka Jaya, 1963) yang memperoleh
hadiah sastra Yayasan Yamin
3) Kabut Rendah (novel, Jakarta: Budajata, 1968)
4) Salah Langkah Bukan karena Aku (novel, Jakarta: Jambatan, 1968)
5) Antara Wilis dan Gunung Kelud (novel, Jakarta: Jambatan, 1969)
6) Jayamada (novel, Pustaka Jaya, 1971) ditulis bersama Soekanto S. A.
Menjelang akhir hayatnya, Toha Mohtar masih menulis beberapa novel yang
belum sempat terbit, yaitu Pembebasan dan Berita dari Daerah Pinggir.
i. Trisnojuwono
Trisnojuwono lahir di Yogyakarta pada tanggal 12 November 1926. Ia
menamatkan SMA tahun 1947. Sejak tahun 1946, ia masuk Tentara Rakyat
Mataram; tahun 1947-1948 menjadi anggota Corps Mahasiswa di Magelang dan
Jombang. Tahun 1950 masuk tentara Siliwangi; Combat Intelligence, Kesatuan
Komando, Pasukan Payung AURI hingga berhasil mendapatkan wing dan
brevet. Karier Trisnojuwono dalam dunia kepengarangan dimulai sekitar tahun
1953 setelah dinonaktifkan dari dinas militer. Hasil karangannya antara lain
sebagai berikut.
1) Laki-laki dan Mesiu (kumpulan cerita pendek; Pembangunan, 1957) yang
memuat sepuluh judul cerita pendek, yaitu Tinggul, Kopral Tohir, Dropping
Zone, Restoran, Sebelum Pajung Terbuka, Pa Parman, Pagar Kawat
Berduri, Di Kaki Merapi, Rantjah, dan Lewat Tambun.
j. Rijono Pratikto
Rijono Pratikto lahir di Ambarawa, 27 Agustus 1932. Hasil karangannya
antara lain berikut ini.
1) Api (kumpulan cerita pendek, Balai Pustaka, 1951) yang memuat di antaranya
Pantalon dan Sepatuku, Buku, Isak Kawin, dan Dengan Maut.
2) Si Rangka (kumpulan cerita pendek, 1958) yang memuat di antaranya
Kepandjangannja, Pembalasan pada Manusia, Tiga Benua, Tangan, Melia,
Pada Sebuah Lukisan, Setia Seekor Andjing, dan Tawanan jang Lari.
k. Nugroho Notosusanto
Nugroho Notosusanto lahir di Rembang tanggal 15
Juni 1931. Ia aktif dalam bidang kemasyarakatan dan pernah
menjadi Tentara Pelajar. Lulusan Fakultas Sastra UI Jakarta
ini pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan pada tahun 1983-1985. Nugroho Notosusanto
dikenal sebagai sejarawan dan sastrawan terkemuka di
Indonesia, yang menulis secara produktif. Nugroho
menghasilkan banyak karya, baik karya ilmiah, fiksi, maupun terjemahan. Buku
kumpulan cerita pendeknya antara lain Hujan Kepagian (kumpulan cerita
pendek; BP, 1958), Tiga Kota (BP, 1959), Rasa Sayange (1961), dan Hijau
Bumiku Hijau Bajuku (cerita pendek; BP, 1963). Karya ilmiahnya antara lain
Seri Pahlawan Nasional (1972), Norma-norma Dasar Penelitian Sejarah
Kontemporer (1978), Tentara Peta pada Jaman Pendudukan Jepang (1979), dan
Tercapainya Konsensus Nasional (1966–1969). Buku terjemahannya ialah
Perang Salib di Eropa (1968) dari Crusade in Europe karya Dwight D.
Eisenhower, Kisah daripada Bahasa (1971) dari The Story of Language karya
Mario Pei, dan Mengerti Sejarah (1975) dari Understanding History: A Primer
of Historical Method karya Louis Gottschalk.
l. Motinggo Boesje
Motinggo Boesje lahir pada tanggal 21 November 1937 di Kupang Kota,
Lampung. Nama yang diberikan oleh orang tuanya adalah Bustami. Pengarang
ini tergolong produktif dengan bentuk-bentuk karya prosanya. Hasil
karangannya antara lain sebagai berikut.
1) Puisi
Judul puisi-puisi Motingge Boesje yaitu Djalan Rata ke Pegunungan (1957),
Kota Kami Dahulu (1957), Ulang Tahun (1958), Ibu (1959), Kepada Potret
n. Subagio Sastrowardoyo
Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari
1924 di Madiun. Ada tujuh kumpulan puisi yang sudah
dihasilkannya, yaitu Simphoni (1957), Daerah Perbatasan
(1970), Keroncong Motinggo (1975), Buku Harian (1979),
Hari dan Hara (1982), Simponi Dua (1989), serta Dan
Kematian Makin Akrab (1995). Selain menulis puisi,
Subagio juga menulis cerita pendek. Cerpen-cerpennya terkumpul dalam
Kejantanan di Sumbing (1965). Karya-karya esainya terkumpul dalam buku
Sastra Hindia Belanda dan Kita (1983), Bakat Alam dan Intelektualitas (1972),
Manusia Terasing di Balik Simbolisme Sitor (1976), Sosok Pribadi dalam Sajak
(1980), dan Pengarang Modern sebagai Manusia Perbatasan (1989). Subagio
juga ikut menyusun beberapa bunga rampai, yaitu Bunga Rampai Sastra
ASEAN: Sastra Lisan Indonesia (1983), Modern ASEAN Plays Indonesia, dan
The Islamic Period in Indonesian Literature (1994).
p. Titie Said
Titie Said lahir di Bojonegoro tanggal 11 Juli 1935.
Nama kecilnya adalah Sitti Raya. Titie semula memilih dunia
jurnalistik sebagai lahan pekerjaannya. Ia pernah menjadi
redaksi majalah wanita. Hasil karangannya adalah Lembah
Duka (novel, 1975), Jangan Ambil Nyawaku (novel, 1976),
Fatima (novel, 1981), Bayang-bayang Kehidupan (novel,
1982), Langit Hitam di Atas Ambarawa (1983), Selamat Tinggal Jeanette (novel,
1986), Perjuangan dan Hati Perempuan (1962, kumpulan cerita pendek yang
berisi dua belas cerpen, yaitu Hidup dan Pertempuran, Orang-orang Buangan,
Daerah Perbatasan, Kawin, Buku Harian Seorang Gila, Dokter Tanti, Maira, Di
Atas Bumi, Angin Daun Cemara, Menanti Putusan Hakim, Kepongor, dan
Kelimutu).
6. Angkatan ‘66
Dengan ciri-ciri karya yang berisi protes sosial dan politik, sejumlah
sastrawan dan penyair tergabung dalam Angkatan ’66. Beberapa pengarang itu
dapat dijelaskan di bawah ini.
a. Taufiq Ismail
Taufiq Ismail lahir di Bukittinggi 25 Juni 1935. Sebagai
salah seorang pelopor Angkatan ’66, ia menghasilkan banyak
karya sastra. Kariernya sebagai penyair berawal ketika dia
menulis puisi-puisi demonstrasi yang terkumpul dalam Tirani
dan Benteng (1966). Pada tahun-tahun berikutnya, terbit
Puisi-puisi Sepi (kumpulan puisi, 1970), Buku Tamu Musium
d. Iwan Simatupang
Iwan Simatupang adalah sastrawan tahun 1960-an yang
menulis karya inkonvensional sebagai pertanda angin baru
dalam kesusastraan Indonesia. Iwan Simatupang lahir di
Sibolga, 18 Januari 1928 dengan nama Iwan Martua Dongan
Simatupang. Ia adalah wartawan Siasat dan pernah menjadi
redaktur Warta Harian. Hasil karangannya antara lain Bulan Bujur Sangkar
(1960), Petang di Taman (1966), RT Nol/RW Nol (1968), Merahnya Merah
(1968), Ziarah (1969), Kering (1972), dan Koong (1975).
e. Umar kayam
Umar kayam lahir di Ngawi, Jawa Timur, 30 April
1932. Ia pernah menjadi Direktur Jenderal Radio Televisi
dan Film Departemen Penerangan RI dan Ketua Dewan
Kesenian Jakarta. Hasil karangannya, antara lain sebagai
berikut.
1) Seribu Kunang-kunang di Manhattan (kumpulan cerpen, Pustaka Jaya, 1972)
2) Totok dan Toni (1975)
3) Sri Sumarah dan Bawuk (novelet, Pustaka Jaya, 1975)
4) Para Priyayi (novel, Pustaka Utama Grafiti, 1997)
5) Parta Krama (kumpulan cerpen, Yayasan untuk Indonesia, 1997)
6) Jalan Menikung: Para Priyayi 2 (novel, Pustaka Utama Grafiti, 1999)
f. S.M. Ardan
S.M. Ardan lahir di Medan 2 Februari 1932. Ia pernah menjadi redaktur
Genta. Hasil karangannya antara lain Terang Bulan Terang di Kali (1955),
Ketemu di Jalan (1956), Di Balik Dinding (1956), Nyai Dasima (1965), Pendekar
Sumur Tujuh (1971), dan Brandal-brandal Metropolitan (1971).
g. W. S. Rendra
Rendra lahir di Solo, 7 November 1935. Penyair yang bernama
lengkap Willibrordus Surendra Broto mulai memakai nama
Rendra sejak tahun 1970. Rendra pernah memperdalam seni teater
i. Bokor Hutasuhut
Bokor Hutasuhut lahir di Balige, Tapanuli 2 Juni 1934. Tokoh ini
merupakan salah satu pencetus Manifes Kebudayaan. Ia juga seorang Sekretaris
Jenderal Konferensi Karyawan Pengarang Indonesia. Hasil karangannya antara
lain Datang Malam (1963), Penakluk Ujung Dunia (1965), dan Tanah
Kesayangan (1965).
k. Danarto
Danarto lahir di Sragen, Jawa Tengah, 27 Juni 1940.
Karyanya yang terkenal di antaranya adalah kumpulan
cerpen, Godlob (1975), Adam Ma'rifat (1982), dan Orang
Jawa Naik Haji: Catatan Perjalanan Ibadah Haji (1983).
Adam Ma'rifat memenangkan Hadiah Sastra 1982 Dewan
Kesenian Jakarta, dan Hadiah Buku Utama 1982. Ia
pernah bergabung dengan Teater Sardono, yang melawat
ke Eropa Barat dan Asia, 1974. Di samping berpameran Kanvas Kosong (1973)
ia juga berpameran puisi konkret (1978). Perjalanan hidup Danarto kaya dengan
pengalaman baik di dalam negeri dan di luar negeri. Selain sebagai sastrawan, ia
dikenal juga sebagai pelukis, yang memang ditekuni sejak masa muda. Sebagai
pelukis ia pernah mengadakan pameran di beberapa kota. Sebagai budayawan
dan penyair ia pernah mengikuti program menulis di luar negeri di antaranya di
Kyoto, Jepang.
l. Putu Wijaya
I Gusti Ngu rah Putu Wijaya lahir di Puri Anom,
Tabanan, Bali, 11 April 1944. Putu Wijaya sudah menulis
kurang lebih 30 novel, 40 naskah drama, sekitar seribu
cerpen, ratusan esei, artikel lepas, dan kritik drama. Ia juga
telah menulis skenario film dan sinetron. Skenario film yang
pernah ditulisnya antara lain Perawan Desa (memperoleh Piala Citra FFI 1980),
Kembang Kertas (memperoleh Piala Citra FFI 1985), Ramadhan dan Ramona,
Dokter Karmila, Bayang-Bayang Kelabu, Anak-Anak Bangsa, Wolter
Monginsidi, Sepasang Merpati, dan Telegram. Skenario sinetron yang pernah
ditulis Putu Wijaya adalah Keluarga Rahmat, Pas, None, Warung Tegal, Dukun
Palsu (komedi terbaik pada FSI 1995), Jari-Jari Cinta, Balada Dangdut,
Dendam, Cerpen Metropolitan, Plot, Klop, Melangkah di Atas Awan
(penyutradaraan), Nostalgia, Api Cinta Antonio Blanco, Tiada Kata Berpisah,
Intrik, Pantang Menyerah, Sejuta Makna dalam Kata, dan Nona-Noni.
m. Kuntowijoyo
Prof. Dr. Kuntowijoyo lahir di Sanden, Bantul,
Yogyakarta, 18 September 1943. Kuntowijoyo mendapatkan
pendidikan formal keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah di
Ngawonggo, Klaten. Ia lulus SMP di Klaten dan SMA di Solo,
sebelum lulus sarjana Sejarah Universitas Gadjah Mada pada
tahun 1969. Gelar MA American History diperoleh dari Universitas Connecticut,
Amerika Serikat pada tahun 1974, dan Ph.D. Ilmu Sejarah dari Universitas
Columbia pada tahun 1980. Ia banyak menulis buku tentang sejarah, budaya,
filsafat, dan sastra, di antaranya Mantra Pejinak Ular, Isyarat, Khotbah di Atas
Bukit, Impian Amerika, kumpulan cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga (1994).
n. Wisran Hadi
Wisran Hadi merupakan sastrawan Indonesia asal
Sumatra Barat. Wisran Hadi dilahirkan di Lapai, Padang,
pada 27 Juli 1945. Drama yang dihasilkannya, antara lain
Dua Buah Segi Tiga (1972), Sumur Tua (1972), Gaung
(1975), Putri Cendana (drama anak-anak, 1975), Angsa-
Angsa Bermahkota (drama anak-anak, 1975), Kejaran
Bungsa (drama anak-anak, 1975), Putri Mawar (drama anak-anak, 1975), Saijah
dan Adinda (drama remaja, 1975), Ehm (1975), Memuara ke Telaga (1976),
Ring (1976), Tetangga (1977), Sandi Ba Sandi (1977), Payung Kuning (1977),
Simpang (1977), Astaga (1977), Anggun Nan Tongga (1977), Cindua Mato
(1977), Malin Kundang (1978), Malin Deman (1978), Perguruan (1978), Puti
Bungsu (1979), Tuanku Yayai (1979), Imam Bonjol (1980), Terminal (operet,
1980), Kemerdekaan (1980), Baeram kumpulan sandiwara: (Baeram, Nilam
Sari, Nilonali, Sutan Pamenan, Sabai, dan Istri Kita,1981), Pewaris (1981),
Nurani (1981), Titian (1982), Perantau Pulau Puti (1982), Nyonya-Nyonya
(1982), Tuanku Nan Renceh (1982), Sabai Nan Aluih (naskah randai, 1982),
Paimbang Dunia (naskah randai, 1982), Makan Bajamba (naskah randai, 1983),
Manjau Ari, (naskah randai, 1984), Dara Jingga (1984), Penyeberangan (1984),
Senandung Semenanjung (1985), Jalan Lurus (1985), Drama Perjuangan
(1985), Teater Elektronik (1985), Kebun Tuan (1985), Ibu Suri (1988), Matri
Lini (1988), Salonsong (1988), Ceramah Alamiah (1989), Mandi Angin (1999),
dan Empat Sandiwara Orang Melayu (2000).
Selain menulis naskah drama, Wisran juga menulis cerpen, novel, dan
puisi. Cerita pendek yang dihasilkan Wisran Hadi, antara lain: Sketsa (1975),
Tembok (1976), Nenek (1976), Direkturnya Seorang Sastrawan (1977), Sore Itu
Daun-Daun Mahoni Gugur Lagi (1977), Pintu Gerbang (1978), Sri (1979),
Harga Meja Tulis Itu (1982), Lawan Berat (1982), Tersapa Patung Kuda
(1982), Bertanyalah Pada Dewa (1982), Festival Garundang (1982), Liem Kon
Doang (1986), Catatan Kumal Si Malin Kundang (1986), Bukan Salah Penghulu
(1986), dan Penghulu Internasional (1987). Novel yang ditulisnya, antara lain
7. Angkatan ‘80
a. Marga T.
Marga Tjoa lahir di Jakarta, 27 Januari 1943, yang lebih dikenal dengan
nama Marga T., salah seorang pengarang Indonesia yang produktif. Hingga kini
Marga telah menerbitkan 128 cerita pendek dan 67 buku (untuk anak-anak,
novel serta kumpulan cerpen). Namanya mulai dikenal pada tahun 1971 lewat
cerita bersambungnya, Karmila yang kemudian dibukukan dan difilmkan.
Karya-karya Marga T. lainnya yaitu Kamar 27 (cerita pendek), Sekuntum
Nozomi (buku satu hingga keempat) - (2002-2006), Dibakar Malu dan Rindu
(2003), Dipalu Kecewa dan Putus Asa (2001), Amulet dari Nubia (1999),
Dicabik Benci dan Cinta (1998), Didera Sesal dan Duka (1998), Matahari
Tengah Malam (1998), Melodi Sebuah Rosetta (1996), Dikejar Bayang-bayang
(1995), Sepagi Itu Kita Berpisah (1994), Rintihan Pilu Kalbuku (1992), Seribu
Tahun Kumenanti (1992), Berkerudung Awan Mendung (1992), Sonata Masa
Lalu (1991), Bukan Impian Semusim (1991), Namamu Terukir di Hatiku (1991),
Istana di Kaki Langit (1990), Petromarin (1990), Waikiki Aloha: kumpulan satir
(1990), Kobra Papageno: Manusia Asap dari Pattaya (1990), Kobra Papageno:
Rahasia Kuil Ular (1989), Di Hatimu Aku Berlabuh (1988), Ketika Lonceng
Berdentang: cerita misteri (1986), Kishi: buku kedua trilogi (1987), Batas Masa
Silam: Balada Sungai Musi (1987), Oteba: buku ketiga trilogi (1987), Ranjau-
ranjau Cinta (1987), Sekali dalam 100 tahun: kumpulan satir (1988), Tesa
(1988), Sembilu Bermata Dua (1987), Setangkai Edelweiss: sambungan Gema
Sebuah Hati (1987), Untukmu Nana (1987), Saskia: sebuah trilogi (1987), Bukit
Gundaling (1984), Rahasia Dokter Sabara (1984), Saga Merah (1984),
c. Y.B. Mangunwijaya
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya lahir di Ambarawa, 6 Mei 1929 dan
meninggal di Jakarta, 10 Februari 1999, dikenal sebagai rohaniwan, budayawan,
arsitek, penulis, aktivis dan pembela rakyat kecil. Panggilan populernya, Romo
Mangun. Romo Mangun dikenal melalui novelnya yang berjudul Burung-
Burung Manyar. Karya-karya lainnya sebagai berikut.
1. Balada Becak, novel, 1985
2. Balada dara-dara Mendut, novel, 1993
3. Burung-Burung Rantau, novel, 1992
4. Burung-Burung Manyar, novel, 1981
5. Di Bawah Bayang-Bayang Adikuasa, 1987
6. Durga Umayi, novel, 1985
7. Esei-esei orang Republik, 1987
8. Fisika Bangunan, buku Arsitektur, 1980
9. Gereja Diaspora, 1999
10. Gerundelan Orang Republik, 1995
11. Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa, novel, 1983
12. Impian Dari Yogyakarta, 2003
13. Kita Lebih Bodoh dari Generasi Soekarno-Hatta, 2000
14. Manusia Pascamodern, Semesta, dan Tuhan: renungan filsafat hidup,
manusia modern, 1999
15. Memuliakan Allah, Mengangkat Manusia, 1999
16. Menjadi generasi pasca-Indonesia: kegelisahan Y.B. Mangunwijaya, 1999
17. Menuju Indonesia Serba Baru, 1998
18. Menuju Republik Indonesia Serikat, 1998
19. Merintis RI Yang Manusiawi: Republik yang adil dan beradab, 1999
20. Pasca-Indonesia, Pasca-Einstein, 1999
21. Pemasyarakatan susastra dipandang dari sudut budaya, 1986
22. Pohon-Pohon Sesawi, novel, 1999
23. Politik Hati Nurani
24. Puntung-Puntung Roro Mendut, 1978
25. Putri duyung yang mendamba: renungan filsafat hidup manusia modern
26. Ragawidya, 1986
27. Romo Rahadi, novel, 1981 (terbit dengan nama samaran Y. Wastu Wijaya)
28. Rara Mendut, Genduk Duku, Lusi Lindri, novel Trilogi, dibukukan 2008
29. Rumah Bambu, kumpulan cerpen, 2000
30. Sastra dan Religiositas, kumpulan esai, 1982
31. Saya Ingin Membayar Utang Kepada Rakyat, 1999
32. Soeharto dalam Cerpen Indonesia, 2001
33. Spiritualitas Baru
34. Tentara dan Kaum Bersenjata, 1999
35. Tumbal: kumpulan tulisan tentang kebudayaan, perikemanusiaan dan
kemasyarakatan, 1994
36. Wastu Citra, buku Arsitektur, 1988
d. Hilman Hariwijaya
Hilman Hariwijaya lahir di Jakarta, tanggal 25 Agustus1964.
Hilman menulis puluhan judul yang meliputi seri Lupus, Lupus
ABG, Lupus Kecil, Lupus Milenia, Olga, Lulu, Keluarga Hantu,
Vanya, Vladd, Dua Pelangi dan beberapa judul lepas. Kisah
Lupus menggambarkan gaya hidup remaja. Sarat dengan humor
orisinal, terutama unik dalam gaya bahasa dan pilihan kata yang seenaknya,
tetapi justru dengan gaya bahasa seperti itulah, Lupus menjadi produk yang
khas, disukai dan diakrabi para remaja.
e. Afrizal Malna
Afrizal Malna dilahirkan di Jakarta, 7 Juni 1957.
Selain tersebar di berbagai media massa, karya-karyanya
dikumpulkan dalam: Abad yang Berlari (1984; mendapat
pujian Dewan Juri Hadiah Sastra Dewan Kesenian Jakarta
1984), Mitos-mitos Kecemasan (1985), Yang Berdiam
dalam Mikrofon (1990), Arsitektur Hujan (1996;
g. Agus R. Sarjono
Agus R. Sarjono lahir di Bandung, Jawa Barat, 27
Juli 1962. Pada 1988, Ia lulus dari Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
(FPBS), IKIP Bandung, kemudian menyelesaikan
program pasca sarjana di Jurusan Kajian Sastra, Fakultas
Ilmu Budaya (FIB), Universitas Indonesia pada 2002.
Karya puisinya adalah Kenduri Airmata (1994, 1996), A
Story from the Country of the Wind (edisi Bahasa Inggris, 1999, 2001), Suatu
Cerita dari Negeri Angin (2001, 2003), Frische Knochen aus Banyuwangi (edisi
Bahasa Jerman, diterjemahkan oleh Berthold Damshäuser dan Inge Dumpél,
2003), Diterbangkan Kata-kata (2006), dan antologi puisi Tangan Besi, Antologi
Puisi Reformasi (1998). Selain menulis puisi, Agus R. Sarjono menulis esai
Bahasa dan Bonafiditas Hantu (2001) dan Sastra dalam Empat Orba (2001),
serta drama Atas Nama Cinta (2004).
h. Remy Sylado
Yapi Panda Abdiel Tambayong atau lebih dikenal
dengan nama pena Remy Sylado lahir di Makassar, Sulawesi
Selatan, 12 Juli 1945. Remy memiliki sejumlah nama samaran
seperti "Dova Zila", "Alif Danya Munsyi", "Juliana C. Panda",
dan "Jubal Anak Perang Imanuel". Hasil karyanya antara lain
Orexas, Gali Lobang Gila Lobang, Siau Ling, Ca-Bau-Kan (Hanya Sebuah
Dosa), Kerudung Merah Kirmizi (2002), Kembang Jepun (2003), Paris van Java
(2003), Menunggu Matahari Melbourne (2004), Sam Po Kong (2004), Puisi
Mbeling (2005), Rumahku di Atas Bukit, 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia
adalah Asing, Drama Musikalisasi Tarragon "Born To Win", dan novel
Pangeran Diponegoro.
8. Angkatan ‘90
a. Dorothea Rosa Herliany
Dorothea Rosa Herliany dilahirkan di Magelang, Jawa
Tengah, 20 Oktober 1963. Sejak 1985 ia menulis di berbagai
media massa, antara lain: Horison, Kompas, Jawa Pos, Basis, dan
Dewan Sastra (Malaysia). Karya-karyanya: Nyanyian Gaduh
(1987), Matahari yang Mengalir (1990), Kepompong Sunyi
(1993), Nyanyian Rebana (1993), Nikah Ilalang (1995), Blencong
(kumpulan cerpen, 1995), Karikatur dan Sepotong Cinta (kumpulan cerpen,
1996), Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999; terpilih sebagai pemenang kedua
Sayembara Mengarang Puisi Dewan Kesenian Jakarta 2000), dan Kill the Radio
(Sebuah Radio, Kumatikan; edisi dwibahasa, 2001).
b. Oka Rusmini
Oka Rusmini dilahirkan di Jakarta, 11 Juli 1967. Kumpulan puisinya,
Monolog Pohon, terbit pada 1997, dan novelnya, Tarian Bumi, diluncurkan tiga
e. Abdul Wachid B. S.
Abdul Wachid B.S. lahir di dusun terpencil Bluluk,
Lamongan, Jawa Timur, 7 Oktober 1966. Abdul Wachid,
B.S. Memulai pendidikan di SDN Bluluk I, Setelah lulus
melanjutkan di SMP Negeri I Babat yang merupakan kota
terdekat dari kampungnya. Setelah lulus ia melanjutkan studi
di SMA Negeri Argomulyo Yogyakarta. Ia pernah kuliah
rangkap di Fak. Hukum Universitas Cokroaminoto
Yogyakarta (1985-1987), dan pada jurusan Sastra Indonesia Fak. Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada (lulus). Di UGM pula dia menyelesaikan S-2 Program
Studi Sastra Indonesia. Sejak muda, ia senang menulis, terbukti dari banyaknya
sajak yang telah dia tulis. Sajak-sajaknya terkumpul dalam buku kumpulan puisi
seperti Sembilu (1991), Ambang (1992), Oase (Titian Ilahi Press, 1994), Serayu
(Harta Prima Press, 1995), Tabur Kembang (Seperempat Abad Khaul Bung
Karno, 1995), Negeri Poci-3 (Tiara Jakarta, 1996), Mimbar Penyair Abad 21
(Balai Pustaka, 1996), Gerbong (Cempaka, 1998), Ijinkan Aku Mencintaimu
(2002), Tunjammu Kekasih (2003), Beribu Rindu Kekasihku (2004), dan
kumpulan puisi Rumah Cahaya (2005). Eseinya terdokumentasi dalam buku Kiat
Menembus Media Massa (Titian Ilahi Press, 1994), Begini Begini Begitu (Dewan
Kesenian Yogya, 1997).
f. Ayu Utami
Justina Ayu Utami dilahirkan di Bogor, Jawa Barat, 21
November 1968. Ia besar di Jakarta dan menamatkan kuliah di
Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Ia pernah menjadi
wartawan di majalah Humor, Matra, Forum Keadilan, dan
D&R. Tak lama setelah penutupan Tempo, Editor dan Detik di
masa Orde Baru, ia ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen yang
memprotes pembredelan. Kini ia bekerja di jurnal kebudayaan Kalam dan di
Teater Utan Kayu. Ayu dikenal sebagai novelis sejak novelnya Saman
memenangi sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta 1998. Akhir
2001, ia meluncurkan novel Larung, disusul Kumpulan Esai Si Parasit Lajang
(GagasMedia, Jakarta, 2003) dan novel Bilangan Fu (KPG, Jakarta, 2008).
g. Fira Basuki
Fira Basuki lahir 7 Juni 1972, dikenal sebagai novelis
Indonesia. Karya-karya Fira Basuki di antaranya novel
trilogi Jendela-jendela (2001), Pintu (2002), dan Atap
(2002); Biru; Mr. B (2004); serta Rojak (2004). Trilogi novel
Jendela-jendela, Pintu dan Atap menceritakan kehidupan
dan problemanya di berbagai tempat seperti di Indonesia, Amerika Serikat, dan
Singapura. Tokoh utama, June dan Bowo, memiliki latar budaya Jawa yang
kental, tapi uniknya juga terpengaruh beberapa budaya asing. Novel lainnya
adalah Brownies dan Astral Astria (2007).
9. Angkatan 2000
a. Dewi Lestari
Dewi Lestari Simangunsong, yang akrab dipanggil
Dee, dilahirkan di Bandung, 20 Januari 1976. Dewi Lestari
seorang penulis dan penyanyi asal Indonesia. Lulusan
jurusan Hubungan Internasional Universitas Parahyangan
ini awalnya dikenal sebagai anggota trio vokal Rida Sita
Dewi. Tulisan Dee pernah dimuat di beberapa media. Salah
satu cerpennya berjudul Sikat Gigi pernah dimuat di buletin seni terbitan
Bandung. Tahun 1993, ia mengirim tulisan berjudul Ekspresi ke majalah Gadis
yang saat itu sedang mengadakan lomba menulis dimana ia berhasil mendapat
hadiah juara pertama. Tiga tahun berikutnya, ia menulis cerita bersambung
berjudul Rico the Coro yang dimuat di majalah Mode. Beberapa novelnya yaitu
Supernova Satu : Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001), Supernova Dua
berjudul Akar (2002), Supernova Tiga berjudul Petir, Rectoverso (2008), dan
Perahu Kertas (2009).
b. Abidah El Khalieqy
Abidah El Khalieqy, lahir di Jombang, 1 Maret 1965.
Bukunya yang sudah terbit, Hasil Karya Seni: Antologi
Tunggal: Ibuku Laut Berkobar (1987), Perempuan Berkalung
Sorban (2000), Menari Di Atas Gunting (2001), Atas
Singgasana (2002) dan Geni Jora (2004). Antologi Bersama:
Sangkakala (Majalah Arena, 1988), Kafilah Angin (IAIN,
1990), Sembilu (Pustaka Pelajar, 1991), Ambang (Bentang, 1992), Pagelaran
(Bentang, 1993), Guru Tarno (Bigraf Publising, 1993), Oase (Titian Illahi Press,
1994), Aseano: An Anthology of Poems From Southeast Asia (Asean Coci,
1995), Negeri Bayang-Bayang (Festival Seni Surabaya, 1996), Wanita Penyair
Indonesia (Korrie Layun Rampan, 1997), Begini Begini Begitu (Pustaka Pelajar,
1997), Gerbong Antologi Puisi dan Cerita Pendek Indonesia Modern (Yayasan
Cempaka Kencana, 1998).
c. Habiburrahman El Shirazy
Habiburrahman El Shirazy lahir di Semarang, 30
September 1976. Sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir
dikenal sebagai dai, novelis, dan penyair. Di antara karya-
karyanya yang telah beredar adalah Ayat-Ayat Cinta (telah
dibuat versi filmnya, 2004), Di Atas Sajadah Cinta (telah
disinetronkan Trans TV, 2004), Ketika Cinta Berbuah Surga
(2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007),
Ketika Cinta Bertasbih 2 (Desember, 2007) dan Dalam Mihrab Cinta (2007).
d. Andrea Hirata
Andrea Hirata Seman Said Harun (lahir 24 Oktober)
adalah seorang penulis Indonesia yang berasal dari Pulau
Belitong, Provinsi Bangka Belitung. Novel pertamanya adalah
novel Laskar Pelangi yang merupakan buku pertama dari
tetralogi novelnya, yaitu Laskar Pelangi, Sang Pemimpi,
Edensor, dan Maryamah Karpov.
e. Ahmad Fuadi
Ahmad Fuadi (lahir di Maninjau, Sumatra Barat, 30
Desember 1972) adalah novelis, pekerja sosial dan mantan
wartawan dari Indonesia. Novel pertamanya adalah novel
Negeri 5 Menara yang merupakan buku pertama dari trilogi
novelnya. Novel keduanya yang merupakan trilogi dari
Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna telah diterbitkan sejak 23
Januari 2011. Fuadi mendirikan Komunitas Menara, sebuah yayasan sosial untuk
membantu pendidikan masyarakat yang kurang mampu, khususnya untuk usia
prasekolah. Saat ini Komunitas Menara punya sebuah sekolah anak usia dini
yang gratis di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.