Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KELOMPOK 10

Disusun Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sastra

Dosen Pengampu : Rohanda, M. Ag

Disusun oleh :

Sintiani Putri 1205020178

Siti Nur Harisah 1205020180

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat, karunia serta
kasih sayangNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sastra Islam” ini dengan
sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para
Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. tidak lupa pula kami
ucapkan terima kasih kepada Bapak Rohanda, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengantar Ilmu Sastra yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan kami.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik pengetikan,
walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku para penulis usahakan.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan
sebagaimana mestinya.

27 November 2021

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
A. Latar Belakang..................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4
A. Definisi Sastra Islam..........................................................................................................................4
B. Perkembangan Sastra Islam.............................................................................................................5
C. Karakteristik Sastra Islam..............................................................................................................10
BAB III.....................................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................................12
A. Kesimpulan......................................................................................................................................12
B. Saran.................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah sebuah agama yang dihayati oleh pemeluknya di seluruh dunia.
Konsekuensi logis dari hal tersebut ialah munculnya sastra yang dijiwai nilai-nilai Islam.
Meskipun Islam disampaikan dengan kitab suci Al quran dan hadis yang berbahasa Arab,
sastra Islam tidak selalu bermediakan bahasa Arab. Sastra Islam lahir dari lingkungan
masyarakat bahasa tertentu yang menghayati nilai-nilai islami.

Sebagai agama yang sudah berusia hampir 15 abad dan menjadi agama dengan
pemeluk terbesar di muka bumi ini, Islam tentu saja sangat mewarnai kebudayaan
bangsa-bangsa di dunia dalam berbagai bidang kehidupan. Teknologi dan sistem ilmu
pengetahuan dewasa ini telah melalui jalur kebudayaan Islam pada abad tengah. Salah
satu sumbangan besar Islam ialah terbentuknya sasrta Islam yang berkembang sepanjang
abad dalam berbagai bangsa, budaya, dan bahasa. Berbicara tentang terbentuknya sastra
Islam tersebut, memang tidak dapat dipisahkan dari kontribusi Al quran sebagai karya
agung yang diturunkan di tengah-tengah bangsa Arab sebagai bangsa yang telah maju
dalam bidang sastra. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Al quran adalah kitab
Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya Muhammad saw. yang isinya sarat penuh
dengan mukjizat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Sastra Islam?
2. Bagaimana perkembangan Sastra Islam?
3. Apa karakteristik Sastra Islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi Sastra Islam
2. Untuk mengetahui perkembangan Sastra Islam
3. Untuk mengetahui karakteristik Sastra Islam

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Sastra Islam

Sastra Islam adalah sastra yang mempromosikan sistem kepercayaan dan ajaran
Islam seperti persoalan kemanusiaannya, memuji dan mengangkat tokoh-tokoh Islam,
mengkritik realitas yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, dan sastra yang memiliki
komitmen Islam, atau paling tidak sastra yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
Islam. Dalam sastra Islam, karenanya, terdapat ruh (napas/semangat) Islam, berangkat
dari risalah (misi) Islam, berisi pemikiran dan rasa Islami, dan menjadikan al-Quran dan
Hadis sebagai sumber ilham serta rujukan kreativitas (poetikanya). Sastra Islam bukanlah
sastra Arab saja, karena Islam melewati batas-batas kebahasaan. Sastra Islam juga
bukanlah lawan dari sastra Barat, karena dalam sastra Barat juga terdapat sastra Islam
seperti dalam sebagian karya Goethe yang percaya pada keesaan Tuhan, keagungan Al
quran dan kenabian Muhammad. Berikut beberapa ruang lingkup yang terdapat pada
sastra Islam.

Telah diakui banyak orang bahwa sastra Islam merupakan satu jenis pengetahuan
yang memiliki posisi penting dalam menawarkan sejumlah nilai pada kehidupan.
Berbagai pemahaman terminologis sastra Islam menekankan pada sisi ontologisnya untuk
berkaitan dengan fungsi normatif Islam. Tokoh sastrawan muslim menyetujui keberadaan
sastra Islam, supaya Islam tetap pada asasnya (konsisten) maka Islam perlu dijaga.
Kriteria tertentu bagi penafsir Al quran dimaksudkan supaya ilmu agama tetap konsisten,
tidak berubah dari aslinya. Pendapat Kuntowijoyo tersebut sama dengan yang
diungkapkan oleh ulama’ sastra Islam, bernama Qutub dan an-Nadawiy. Kedua tokoh ini
menjelaskan dan menegaskan bahwa sastra Islam adalah suatu gambaran yang indah
tentang semesta, kehidupan, manusia dan semua wujud alam semesta ini. Wilayah objek
seni dan sastra Islam adalah semua wilayah kehidupan yang diungkap dari jiwa dan
mengeksplorasinya dengan penuh keimanan. Ungkapan ini terpancar dari kehidupan

4
pengarang yang kemudian dikaitkan dengan hablum-minallah dan hablum-minannas.
Melalui hubungan-hubungn itu, kemudian lahirlah nilai-nilai khusus tentang kemuliaan
dan keindahan dalam pengertian yang luas yang memegang komitmen dalam makna yang
dikandungnya. Sedangkan sastra non Islam tidak demikian, ia tidak mencakup alam
semesta dan kehidupan, ia keluar dari batas koridornya, misalnya tidak terdapat ketakutan
antara bersih dan kotor, baik dan buruk. Sastra Islam tidak menyukai aurat yang terbuka.
Ia juga bertujuan untuk mencapai hidayah Allah dalam Islam. Sedangkan sastra selain
Islam tidak demikian, ia lebih mengutamakan kepuasan belaka dan tidak adanya
komitmen di dalamnya. Paradigma sastra Islam yang dikemukakan beberapa tokoh
tersebut di atas sudah termaktub dalam ayat suci Al quran. Al quran menceraiberaikan
semua norma keunggulan sastra yang pernah dikenal bangsa Arab. Setiap ayat Al quran
sesuai dan memenuhi norma sastra yang pernah dikenal, dan bahkan mengunggulinya.
Hal ini tentu menjadi kebanggaan bagi umat Islam yang berpegang teguh pada Al quran.
Dengan Al quran, maka penyair-penyair diharapkan mampu meresapi setiap makna yang
dikandung dalam kitab suci tersebut dalam bersastra. Bahkan, Islam bukan saja menerima
entitas sastra (walaupun dengan catatan harus sesuai dengan moralitas dan spiritualitas),
tetapi sumber utamanya sendiri, yaitu Al quran.

B. Perkembangan Sastra Islam


1. Perkembangan Sastra Islami sebelum Era Digital

Di Indonesia sejak tahun 1970-an hingga sekarang telah banyak lahir tokoh-tokoh
sastrawan religius, seperti: Motingge Busye, Pramoedya Ananta Toer, YB.
Mangunwijaya, Ajib Rosidi, Danarto, Sutarzy Calzoum Bachri, Kuntowijoyo, M. Fudholi
Zaini, Muhammad Zuhri, KH. Mustofa Bisri, KH. Zawawi Imran, Emha Ainun Najib
dengan karyanya kumpulan cerpen Slilit Kyai, Helvy Tiana Rosa, dan lain-lain.
Sebenarnya, jauh sebelum menjamurnya penerbitan fiksi Islami dewasa ini, sejak zaman
dahulu sudah banyak lahir karya-karya sastra Islami di Indonesia (Nusantara). Menurut
Dadi dari Penerbit Senayan Abadi, karya yang paling menonjol adalah Tajussaalatin
(Hamzah Fansury), Bustanussalatin (Nuruddin ar-Raniri), dan Gurindam Dua Belas (Raja
Ali Haji). Saat itu, sastra Islami berkembang pesat. Ini dapat dilihat dari peninggalan
Kerajaan Perlak hingga Ternate dan Sasak. Abad ke-19 mulai muncul lagi dengan

5
lahirnya karya-karya dari Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi, kemudian awal abad ke-20
dengan lahirnya karya-karya Amir Hamzah. Pada zaman pascakemerdekaan, lahir karya-
karya Hamka dengan Tenggelamnya Kapal van Der Wijk dan Di Bawah Lindungan
Ka’bah. Tetapi, sepertinya, tidak ada yang membanjir seperti yang terjadi dalam 10 tahun
belakangan, dan sepertinya masih saja terus melonjak.

Pada era tersebut, sastrawan masih memanfaatkan media cetak sebagai tempat
menyebarluaskan karyanya kepada masyarakat, bahkan ada penerbit-penerbit yang
khusus yang menaungi berbagai terbitan fiksi islami. Keterlibatan ulama dalam dunia
sastra bukan fenomena baru. Jauh sebelum Indonesia merdeka gejala semacam itu sudah
ada bahkan sejak zaman Wali Songo. Sayangnya, hal ini tidak dimanfaatkan oleh para
ulama atau cendikiawan pada masa setelahnya dimana sastra religi yang bernafaskan
keislaman belum menyentuh dunia sastra sebagai salah satu wadah untuk berdakwah.
Hingga pada era modern, Hamka adalah ulama pertama yang menjadi pelopor
keterlibatan ulama di dunia sastra. Karya sastranya yang sangat terkenal diantaranya
adalah: Di Bawah Lindungan Ka’bah dan Tenggelamnya Kapal van der Wijck. Ebo
menyatakan (2003:121) bahwa sampai tahun 1990-an sangat sedikit ulama yang muncul
berdakwah lewat dunia seni dan sastra. Selain Muhammad Zuhri satu ulama yang
mengisi kelangkaan itu adalah KH. Mustofa Bisri yang meluncurkan karyanya lewat
Penerbit Pustaka Firdaus Jakarta Ontologi Puisi Ohoi 1994.

Pada era reformasi dan setelahnya karya sastra bercorak islami mulai
bermunculan, di masa ini cerita yang memiliki unsur seksualitas mulai berkembang
meski tidak seluruh karya sastra memakainya. Namun hal ini menandakan bahwa
kebebasan berekspresi pada masa ini sangat mempengaruhi ide cerita yang dipakai
pengarang pada karyanya. Tema cerita yang juga sempat meramaikan dunia
kesusasteraan Indonesia adalah percintaan dengan nuansa Islam. Tema ini diawali oleh
para pengarang FLP (Forum Lingkar Pena) seperti Habiburrahman El Shirazy dan Asma
Nadia. Kemudian situasi ini mulai merambah ke pengarang lain, alasannya memang dari
kepopuleran yang didapat dari masyarakat. Selain itu, sudah diketahui bahwa Indonesia
merupakan negara yang mayoritas penduduknya Islam, maka dengan menyajikan kisah
cinta yang bernuansa.

6
Salah satu kecenderungan yang terdapat pada sastra Islam kontemporer adalah
fenomena puisi gelap. Puisi gelap merupakan ungkapan yang ditunjukanukan untuk
puisi-puisi yang sulit untuk dimengerti atau ditangkap maknanya (Saridjo:2006)
Fenomena ‘puisi gelap’ bermula pada tahun 1990-an. Kemunculan ‘puisi gelap’ pada
tahun 1990-an didorong oleh hasrat menggambarkan keadaan kehidupan postmodern.
Salah seorang sastrawan kontemporer yang karya-karyanya dikenal sebagai ‘puisi gelap’
adalah Afrizal Malna. Puisi ‘Penyair Anwar’ berikut menunjukkan bahwa puisi karya
Afrizal Malna termasuk puisi yang sulit untuk dimengerti.

2. Sastra Islami pada Era Cyber

Maraknya media yang hadir di masyarakat melahirkan berbagai karya sastra


dalam berbagai genre berupa bentuk cetak dan digital. Ranah media cetak mulai tergeser
dengan kemunculan internet sebagai tempat membaca para penikmat sastra terutama
sastra religi bernafaskan islami. Neuage dalam bukunya yang berjudul Influence of the
World Wide Web on Literature (1997) menyebutkan bahwa sastra cyber diperkirakan
lahir untuk pertama kalinya pada tahun 1990, namun baru semenjak tahun 1998 mulai
mencapai popularitasnya. Setelah itu, komunitaskomunitas sastra cyber banyak
bermunculan dengan memanfaatkan teknologi seperti situs, mailing list (milis), forum,
dan kini juga blog.6 Kemunculan Cyber sastra hampir bertabrakan dengan puisi gelap
pada tahun 1990-an, namun di Indonesia pada saat itu media digital belum dikenal oleh
masyarakat Indonesia sehingga banyak karya-karya puisi tersebut masih dalam bentuk
cetak.

Pada seperempat tahun 2000-an meskipun sastra siber sudah mulai dilirik
masyrakat karya penulis bernafaskan islam terkenal yaitu Habiburrahman dengan
novelnya Ayat-Ayat Cinta laris di pasaran dan dibuat dalam versi film pada tahun yang
sama. Dan kemudian pada tahun-tahun setelahnya novel-novel dari Habiburahman mulai
laris di pasaran seperti Ketika Cinta Bertasbih (2007) dan seri yang ke dua Ketika Cinta
Bertasbih 2 pada akhir tahun 2007, Dalam Mihrab Cinta (2007). Karya-karya tersebut
tidak asing ditelinga masyarakat karena kemunculannya bersamaan dengan terkenalnya
media digital sehingga bnanyak pula novel-novel pada abad 21 dialih wahanakan
kedalam bentuk film dan bahkan sinetron. Era teknologi dan media digital mulai

7
menjamur beriringan dengan karya-karya bernuansa islami yang mulai dilirik oleh para
produser film seperti novel karya Asma Nadia berjudul Assalamualaikum Beijing! terbit
pada 2013 dan filmnya tayang pada tahun 2014 di bioskop Indonesia. Novel-novel karya
Asma Nadia lainnya seperti Surga yang Tak dirindukan, Jibab Traveler dan lainhya
kemudian juga dialihwahanakan kedalam bentuk film sehingga semakin mewarnai
kancah perfilman Indonesia dengan tema-tema bernafaskan islam. Seperti Asma Nadia
salah satu saudara kandung sekaligus pendiri Forum Lingkar Pena yaitu Helvy Tiana
Rosa juga mennghasilkan novel-novel terkenal pada awal tahun 2000-an Akira, muslim
Watashiwa!, dan novel lainnya.

Novel-novel terkenal pada era cybersaat media sosial yang ada di internet baru
saja muncul dan memiliki banyak keterbataan, para pengarang lebih mempercayakan
karyanya pada media cetak untuk penyebarluasannya ke masyarakat. Maman S.
Mahayana (dalam Situmorang, 2004:62) menyatakan bahwa kualitas penyair-penyair
cyber masih dipertanyakan, sebagian masih tergolong sebagai penulis yang baik, belum
sebagai penyair. Pada saat itu ada anggapan sastra yang ada di media sosial seperti blog
atau situs-situs merupakan karya sampah karena tidak layak terbit di media cetak Media
digital juga digunakan sebagai sarana berpromosi untuk memperkenalkan buku-buku
pada khlayak umum dan nantinya bagi mereka yang tertarik dapat membelinya di toko
buku. Meskipun demikian, tetap saja penulis terkenal islami juga menulis di blog dan hal
tersebut juga dilakukan oleh para penulis-penulis muda.

Hingga pada pembaharuan teknologi di era cyber, selain dimuat dalam bentuk
dokumen digital pada laman internet seperti blog, situs, dan akun sosial media pengarang
sebagai individu atau personal. Bermunculan pula berbagai aplikasi baca dan aplikasi
kepenulisan tersendiri pada ponsel pintar seperti Ebook, wattpad, atau lainnya. Penulis
yang telah menulis disitus kepenulisan apabila mendapat respon baik dari pembaca atau
bahkan dilirik oleh para penerbit mayor ada kemungkinan karya penulis tersebut dapat
diterbitkan dalam bentuk cetak. Kesempatan ini sangat dimanfaatkan oleh para penulis-
penulis muda sebagai masyarakat yang ahli dalam memanfaatkan internet agar karya
yang diciptakan tidak hanya sebagai tumpukan berkas dokumen yang tak terbaca. Pada
dasarnya di era teknologi seperti sekarang adanya kecenderungan untuk mendapatkan

8
sebuah apresiasi dari sebanyak-banyaknya pembaca sangatlah dicari sehingga disamping
memperoleh keuntungan finansial saat dilirik oleh penerbit besar, rasa senang dan bangga
akan pencapaiannya dalam menghasilkan karya berupa apresiasi dari banyak orang
berupa like atau komentar meenjadi sebuah kepuasan tersendiri bagi para pengarang.

Pada aplikasi baca Wattpad terdapat wadah tersendiri untuk memudahkan


pengelompkan jenis genre pada karya sastra sehingga masyarakat akan dimudahkan
untuk menemukan bacaan yang mereka gemari. Pada sastra genre islami yang dimuat di
aplikasi baca kegemaran anak muda “wattpad” terdapat laman pencarian khusus berupa
kata spiritual untuk genre religi dengan rating yang ditetapkan berdasar pada kegemaran
dan vote dari pembaca. Bacaan yang dimuat dalam aplikasi ini merupakan karya dari para
penggunanya yang ikut memanfaatkannya sebagai hiburan dan tempat menyebarluaskan
tulisan karena disamping sebagai aplikasi baca juga merupakan platform kepenulisan
yang menghubungkan komunitas global dengan lebih dari 70 juta pengguna, baik sebagai
pembaca maupun penulis.

Seiring berkembangnya sastra cyber, dari waktu ke waktu para penggemar sastra
religi tidak lagi hanya berkutat dengan tulisan, mereka juga dimanjakan dengan konten-
konten video yang dimuat pada salah satu aplikasi populer Youtube berupa musikalisasi
puisi islami, video pembacaan puisi bertema islam, tulisan puisi dengan iringan lagu-lagu
rohani dan dongeng tentang nabi dan rosul dalam bentuk animasi untuk anak-anak.

Banyaknya inovasi yang didapat pada era cyber, penyebar luasan sastra islami
pada sosial media lebih diwarnai dengan gambar-gambar bernuansa islami yang lebih
beragam dengan cover buku islam digital. Tidak jarang pada beberapa aplikasi dan situs-
situs baca dan kepenulisan juga memuat berbagai iklan promosi seperti gaun muslimah,
jilbab, dan penjualan online buku-buku islmai. Meskipun terkesan mengganggu
pemabaca, tetap saja penggunanya juga dimudahkan untuk memperoleh sebuah informasi
tentang suatu hal saat ingin membeli barang atau lainnya.

Pada era Cyber, para pengarang lebih menonjolkan gambar cover digital yang
semenarik mungkin sehingga mereka akan tertarik untuk membaca dan memberikan
bayangan tersendiri bagi pembacanya. Selain sebagai pembaca, masyarakat pengguna
media digital juga sering bereksplorasi dengan berbagai hal yang ditemuinya sehingga

9
akan menciptakan hobi baru selain hanya membaca karya-karya islami mereka juga akan
berusaha untuk menciptakan karya islami.

C. Karakteristik Sastra Islam

Ciri sastra Islam. Yaitu: (1) Jika sebuah cerpen, puisi atau novel Islam, misalnya,
tidak melalaikan pembaca atau penulisnya untuk mengingat Allah. (2) ketika
membacanya akan diingatkan kepada ayat-ayat kauliyah maupun kauniyah-Nya. (3) Ada
unsur amar maruf nahi munkar dengan tidak menggurui. (4) Penuh dengan ibrah dan
hikmah. (5) Ia kerap bercerita tentang cinta; baik cinta kepada Allah, Rasulullah, kedua
orangtua, perjuangan di jalan-Nya. Cinta pada kaum muslimin dan semua mahluk Allah:
sesama manusia, hewan, tumbuhan, alam raya dan sebagainya.

Sastra Islam akan lahir dari mereka yang memiliki ruhiyah Islam yang kuat dan
wawasan keislaman yang luas. Penilaian apakah karya tersebut dapat disebut sastra Islam
atau tidak bukan dilihat pada karya semata, namun juga dari pribadi pengarang, proses
pembuatannya hingga dampaknya pada masyarakat. Sastra Islam bagi pengarangnya
adalah suatu pengabdian yang harus dipertanggungjawabkan pada Allah dan umat. Sastra
dalam kehidupan seorang muslim atau muslimah pengarang adalah bagian dari ibadah.
Artinya tidak ada dari hasil karya mereka diniatkan selain untuk ibadah.

Sebuah karya tak bisa dikatakan sebagai sastra Islam hanya karena mengambil
setting (latar belakang) pesantren, masjid, mengetengahkan tokoh ulama dan
menampilkan ritual-ritual keagamaan atau unsur sufistik. Sastra Islam lebih dari sekadar
slogan atau simbol. Sang pengarang, kehidupan, Islam dan karyanya menjelma satu
kesatuan.

Para sastrawan Islam, berkarya tidak hanya sekadar berkarya, untuk


menghasilkan sebuah kesenian yang indah, kata-kata yang mengagumkan. Tetapi mereka
jauh lebih besar dari itu. Mereka berkarya atas dasar iman kepada Allah dengan tujuan
dari karyanya itu dapat menjadikan dirinya dekat kepada Allah dan orang yang membaca
karya-karyanya bisa ikut juga menjadi lebih baik.

10
Untuk mewujudkan itu semua tentunya sebelum berkarya haruslah memperbaiki
pribadi terlebih dahulu secara matang sampai benar-benar memahami agama Islam secara
kaffah. Sehingga apapun yang tertulis atau hasil karyanya benar-benar membawa
kebaikan dunia dan akhirat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi, sastra Islam ialah sastra yang berpegang teguh pada akidah dan akhlak
sesuai dengan syariat yang telah ditetapkan. Sastra Islam adalah sastra yang
mempromosikan sistem kepercayaan dan ajaran Islam seperti persoalan
kemanusiaannya, memuji dan mengangkat tokoh-tokoh Islam, mengkritik realitas
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, dan sastra yang memiliki komitmen Islam,
atau paling tidak sastra yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.
.
B. Saran
Makalah ini kami tulis dengan tujuan selain untuk memenuhi tugas dalam
perkuliahan, juga untuk memenuhi tugas manusia yaitu untuk memberikan manfaat
pada yang lain. Meski dalam tuisan kami masih didapati banyak kesalahan dan
kekurangan, kami berharap penuh agar semua orang terutama masyarakat Indonesia
bisa memahami lebih tentang pentingnya berpikir logis dan mengembangkannya baik
melalui pendidikan formal maupun non formal.

11
DAFTAR PUSTAKA
Al-Attas, Syed Muhammad. (1970). The Mysticism of Hamzah Fansuri. Kuala
Lumpur: University of Malaya Press.
Al-Basya, Abdurrahman Ra’fat. (1996). Nahwa Madzhab Islamiy. Cairo: Darul-
Adab Al-Islamiy.
An-Nadhawiy, Muhammad Hasani ar-Rabi’. (1985). Al-Adab Al-Islami wa
Shiltuhu bil-Hayah. Beirut: Muassasah Risalah.
Drewes, G.W.J. (1986). The Poem of Hamzah Fansuri. Dordrecht: Foris
Publications.
Jami, Mawlana Abu ar-Rahman. (2003). Pancaran Ilahi Kaum Sufi.
Kamil, Sukron. (2009). Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern. Jakarta:
Rajawali Press.
Kuntowijoyo. (2006). Islam sebagai Ilmu. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Mansur, Fadlil Munawwar. (2011). Perkembangan Sastra Arab dan Teori Sastra
Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Qutub, Muhammad. (1983). Manhaj al-Fan al-Islāmī. Mesir: Dar Asy-Syurūq.
Romdon. (1996). Ajaran Ontologi Aliran Kebatinan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sudardi, Bani. (2001). Tonggak-tonggak Sastra Sufistik. Surakarta: Sebelas
Maret University Press.
Wargadinata, Wildana dan Fitriani, Laily. (2008). Sastra Arab Lintas Budaya.
Malang: UIN.

12

Anda mungkin juga menyukai