Anda di halaman 1dari 7

KESEHATAN LINGKUNGAN

Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah

Umar Fahmi Achmadi*

Abstrak
Secara universal, kejadian penyakit merupakan inti permasalahan kesehatan masyarakat yang harus dicegah guna menampilkan wilayah yang sehat dan
negara yang kuat. Kejadian penyakit merupakan fenomena yang bersandar pada basis wilayah yang mencakup ekosistem dalam dimensi ruang dan waktu
Tulisan ini membahas kepentingan, makna, lokasi dan metoda manajemen penyakit berbasis wilayah. Asumsi dasar yang dianut adalah bahwa keberhasilan
mengendalikan faktor risiko dan kejadian penyakit akan mampu meningkatkan dan memelihara kualitas kehidup masyarakat. Pembangunan kesehatan
Wilayah dapat dilakukan dengan merujuk konsep MPBW dan rancangan SKK setiap wilayah pemerintahan otonom. Secara lebih terperinci, perlu disusun
suatu pedoman MPBW kabupaten dan kota yang dapat dijadikan panduan oleh para perancang dan pelaksana. MPBW diharapkan dapat meningkatkan ke-
sehatan penduduk di suatu Kabupaten Kota tertentu secara bertahap dan berkesinambungan. Terakhir dan yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa pelak-
sanaan MPBW harus menggunakan prinsip-prinsip Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Kata kunci : Basis wilayah, manajemen penyakit, pembangunan kesehatan masyarakat

Abstract
It is universally accepted that disease occurrence is the nucleus of public health problem and should be prevented to achieve healthy area and strong coun-
try. Disease occurrence is a phenomenon that is area-based and include ecosystem both spatial and temporal dimensions. This paper tries to explain the im-
portance, meaning, location and method of area-based disease management. The important basic assumption is that the successful risk and disease con-
trol can increase ability to increase and maintain life quality of the people. Area-based development could be implemented by referring to MPBW concept and
SKK design for each and every autonomous government. Furthermore, there is a need to develop MPBW guidelines in district level to be used by develop-
ment designer and planner. It is expected that MPBW could improve community health in a district gradually and continuously. Last but not least, the imple-
mentation of MPBW should utilise Public Health sciences principles.
Key words : Area-based, disease management, public health devlopment

*Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Gd. C Lt. 2 FKM UI, Kampus Baru UI Depok 16424 (e-mail: idamha_2@yahoo.com)

147
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 4, Februari 2009

Dalam berbagai program, WHO seringkali menggu- yang pada dasarnya adalah proses yang terjadi di atas
nakan tema pengendalian penyakit untuk meningkat- muka bumi sejak ribuan tahun lalu. Satu kejadian
kan derajat kesehatan manusia di seluruh dunia. penyakit dipengaruhi oleh berbagai faktor ruang yang
Sebagai contoh, Roll Back Malaria (RBM), tuberkulo- antara lain meliputi ketinggian permukaan tanah, jenis
sis, kecacingan, schistosomiasis, ca cervix, kusta, pen- tanah, iklim, suhu, tanaman sekitar, kepadatan dan
yakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, obesitas, hi- perilaku penduduk, bentuk rumah, budaya, arah dan
pertensi, penyakit paru-paru obstruktif menahun, hing- kecepatan angin dan sebagainya. Singkat kata, kejadian
ga penyakit kardiovaskuler dan lain sebagainya. WHO penyakit merupakan fenomena yang bersandar pada
mencanangkan pengendalian penyakit secara global. basis wilayah yang mencakup ekosistem dalam dimensi
Tiap negara menerima dan menjadikan berbagai prog- ruang dan waktu, di dalamnya termasuk variabel
ram tersebut sebagai komitmen nasional yang selan- lingkungan, kependudukan dan wilayah administratif.
jutnya harus menjadi komitmen kabupaten dan wilayah Sesuai peruntukan, wilayah dapat juga diberi batasan
kota. tertentu seperti wilayah kerja, wilayah pariwisata,
Secara universal, patogenesis suatu penyakit atau ke- wilayah perbatasan, wilayah kecamatan atau ke-
jadian penyakit (disease occurrences) merupakan inti lurahan.
permasalahan kesehatan masyarakat. Masyarakat sehat Sebagai contoh, kejadian penyakit malaria selain di-
adalah masyarakat yang bebas dari kejadian penyakit pengaruhi oleh bionomik nyamuk dan kondisi habitat
menampilkan wilayah yang sehat dan negara yang kuat. spesies nyamuk, juga dipengaruhi oleh kebiasaan dan pe-
Untuk itu, tidak banyak pilihan kejadian penyakit yang rilaku penduduk. Transmisi malaria merupakan resultan
merupakan inti masalah kesehatan harus dicegah. antara kependudukan dan perilaku (bionomik) nyamuk
Bayangkan dunia sejahtera yang tanpa kejadian penya- Anopheles sp. Spesies nyamuk penular malaria mempu-
kit, suasana kantor dinas kesehatan yang biasanya hiruk nyai habitat yang dipengaruhi oleh suhu lingkungan, ve-
pikuk akan menjadi senyap atau bahkan tidak ada dan getasi, ketinggian atau topografi, ketersediaan makanan
tidak diperlukan sama sekali. Dengan demikian, mem- bahkan beberapa subspesies ada yang dipengaruhi oleh
pelajari proses kejadian penyakit merupakan komponen pH air dan salinitas. Apabila kehidupan seorang manu-
esensial yang memungkinkan kita melakukan upaya sia bersentuhan dengan habitat nyamuk Anopheles ma-
pencegahan. Dengan kata lain, untuk memelihara kua- ka ada risiko terjadi proses penularan. Jelaslah bahwa
litas sumber daya manusia dalam suatu wilayah, masya- untuk melakukan upaya pencegahan kita harus mema-
rakat secara individu atau bersama pemerintah harus hami patogenesis atau proses kejadian penyakit malaria
berupaya keras mencegah kejadian penyakit. tersebut.
Masyarakat akan terbebas dari sebagian besar risiko ke- Pencegahan penyakit malaria bersifat spesifik lokal
sehatan dan kondisi kesehatan mereka akan terpelihara. harus didukung oleh pemahaman model transmisi
Tatapan ilmu kesehatan masyarakat, pencegahan yang tergantung pada bionomik nyamuk dan variabel
merupakan upaya kesehatan primer esensial yang ditu- kependudukan.1,2 Hal yang sama, untuk melakukan
jukan pada orang sehat serta harus dilakukan bersama upaya pencegahan penyakit kanker nasopharinx atau
dan serentak. Manajemen penyakit yang menyertakan avian influenza, juga harus dibangun teori kejadian
upaya pencegahan melekat sangat erat pada ranah ilmu penyakit kanker dan penyakit avian influenza.
kesehatan masyarakat. Berbagai penyakit yang telah di- Singkat kata, kejadian penyakit apapun, tidak ter-
kenal sejak lama seperti kusta, tuberkulosis, malaria, kecuali menular ataupun tidak menular senantiasa
kardiovaskuler dan asma maupun penyakit yang baru berbasis wilayah, senantiasa ada kekhasan lokal (local
muncul seperti SARS, West Nile Virus dan Avian specificity).
Influenza memerlukan upaya pencegahan kesehatan Harus pula dipahami, bahwa upaya kuratif atau pen-
masyarakat. Tidak sedikitpun keraguan bahwa mence- carian dan pengobatan penderita penyakit menular juga
gah kejadian penyakit merupakan inti upaya kesehatan termasuk dalam upaya pencegah.1,3 Dengan melakukan
masyarakat. diagnosis dini dan pengobatan segera yang tepat maka ki-
Tulisan ini membahas kepentingan, makna, lokasi dan ta telah mengurangi atau bahkan menghilangkan sumber
metoda manajemen penyakit berbasis wilayah (MPBW). penularan penyakit. Tanpa sumber penularan tidak akan
Asumsi dasar yang dianut adalah bahwa keberhasilan pernah ada proses penularan, meski jutaan serangga vek-
mengendalikan faktor risiko dan kejadian penyakit akan tor penular penyakit tersedia berlimpah. Kejadian penya-
mampu meningkatkan dan memelihara kualitas kehidu- kit selain berakar pada sosial budaya dan ekosistim juga
pan masyarakat. bersifat lintas batas. Dengan demikian, kejadian penyakit
akan terus berulang tanpa henti jika kita hanya melak-
Perspektif Kesehatan Masyarakat Kejadian Penyakit sanakan pemerataan pengobatan tanpa upaya mengen-
Kejadian penyakit merupakan fenomena spasial dalikan faktor risiko.

148
Achmadi, Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah

Gambar 1. Teori Simpul

Sumber : Achmadi, 1987, 1991

Model Kejadian Penyakit basis wilayah pula.4


Uraian tersebut di atas secara bersahaja menggam- Dalam teori simpul kejadian penyakit atau teori kla-
barkan proses kejadian penyakit dalam suatu model sik multi causation of web dapat dipahami bahwa untuk
yang merupakan hasil hubungan interaktif antara ma- melakukan upaya pencegahan terlebih dahulu harus
nusia dengan komponen lingkungan yang berpotensi pe- mempelajari teori kejadian penyakit. Patogenesis penya-
nyakit. Berbagai variabel kependudukan yang berperan kit dalam perspektif lingkungan dan variabel kependu-
antara lain meliputi kepadatan, umur, jender, pendidi- dukan dapat digambarkan dalam (model) Teori
kan, genetik, perilaku dan lain sebagainya. Perilaku pen- Simpul.3,5,6 (Gambar 1).
duduk yang dikenal berakar pada budaya merupakan
salah satu representasi budaya yang secara jelas tergo- Tingkat Kepentingan
long variabel kependudukan. Dengan demikian, kejadi- Dalam konteks desentralisasi, komitmen global yang
an penyakit pada hakikatnya hanya dipengaruhi oleh va- telah menjadi komitmen nasional seharusnya menjadi
riabel ”kependudukan” dan variabel ”lingkungan”. komitmen wilayah otonom Kabupaten/Kota. Mengingat
Dengan kata lain, gangguan kesehatan merupakan re- kejadian penyakit bersifat spesifik lokal, setiap kabupa-
sultan hubungan interaktif antara faktor lingkungan dan ten seharusnya berwenang menetapkan prioritas masalah
faktor penduduk. Dalam teori genomic public health, kesehatan sesuai dengan eviden yang bersifat spesifik
kejadian penyakit adalah resultan hubungan interaktif lokal. Kejadian penyakit berhubungan erat dengan faktor
antara genetic make up pada sosok individu atau ke- risiko yang pada dasarnya adalah semua faktor yang
lompok dengan lingkungan yang memiliki atau mengan- berperan secara lokal spesifik dalam setiap kejadian
dung substansi agen penyakit berukuran mikro. Agen penyakit. Oleh sebab itu, pengendalian penyakit harus
penyakit tersebut juga dipengaruhi oleh suhu, kelemba- dilakukan secara komprehensif meliputi : (a) mencari
ban, topografi dan lain sebagainya. Dengan demikian, dan mengobati kasus secara adil, merata dan berkualitas
menjadi jelas bahwa dalam perspektif genome, kejadian (b) mengidentifikasi faktor risiko berbagai penyakit dan
penyakit juga merupakan sebuah fenomena yang ber- berupaya melakukan eliminasi. Kemampuan melakukan

149
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 4, Februari 2009

pencegahan sangat ditentukan oleh kemampuan mema- Faktor risiko penyakit pada dasarnya adalah semua
hami teori kejadian yang menghimpun berbagai faktor faktor yang berperan dalam kejadian suatu penyakit di
risiko. Namun, pada kenyataannya manajemen penyakit tingkat individu dan tingkat masyarakat. Berbagai varia-
dan pelaksanaan program sering tidak bersifat kompre- bel lingkungan dan penduduk yang mencakup perilaku
hensif dan tidak mampu mengintegrasikan program pe- hidup sehat merupakan faktor risiko utama penyakit.
natalaksaan kasus dan pengendalian faktor risiko. Dalam Dengan demikian, penyehatan lingkungan dan pember-
pelaksanaan berbagai program pengendalian penyakit dayaan masyarakat merupakan upaya utama pengenda-
tidak selalu sejalan dengan alokasi sumber daya dan lian berbagai faktor risiko penyakit di dalam satu wilayah
kegiatan pengendalian kasus dan pengendalian berbagai tertentu. Dalam suatu wilayah, MPBW harus dirancang
faktor risiko. berdasarkan eviden yang dikumpulkan secara periodik,
Menyelenggarakan program pelayanan medik sistematik dan terencana dan dilaksanakan oleh ”tim ter-
modern secara gratis bukan solusi yang tepat jika tidak padu” kesehatan. Bagaikan suatu orkestra, tim terpadu
dibarengi dengan pengendalian faktor risiko penyakit tersebut disatu pihak terdiri dari kumpulan pemain yang
bersangkutan. Bagaikan mengisi ember bocor, akan ter- mahir memainkan alat musik, dilain pihak tim tersebut
jadi penghamburan dana yang tidak mendidik dan memiliki kesamaan visi berupa lagu yang sama dalam sa-
dengan manfaat yang kecil. Pengendalian secara tuntas tu kesatuan orkestra. Tim tersebut bisa merupakan pim-
hanya mungkin dicapai jika setiap upaya pengendalian pinan dan/atau staf dinas kesehatan yang bermitra
penyakit disertai dengan pengendalian faktor risiko. dengan para dokter di rumah sakit, seluruh staf kesehatan
Tanpa itu, seperti yang kita saksikan pada penyakit tu- di puskesmas, LSM bidang kesehatan, dinas-dinas non
berkulosis, malaria, diare yang bertahan lama dan selalu kesehatan dalam lingkungan pemda, serta masyarakat.
terjadi letupan kejadian luar biasa berulang kali. Faktor Dengan demikian, MPBW merupakan kerja sama yang
risiko adalah berbagai faktor yang berperan dalam seti- harmonis antara para dokter di unit pelayanan kesehatan
ap kejadian penyakit, mencakup kondisi lingkungan pe- seperti puskesmas dan rumah sakit dan petugas kesehatan
mukiman penduduk serta faktor penduduk yang men- masyarakat. Dalam menghadapi penyakit yang sama, ke-
cakup budaya, perilaku, kepadatan, pendidikan dan lain- dua kelompok tersebut harus menyamakan visi dan per-
lain. sepsi, penyakit yang dianggap prioritas adalah penyakit
Suatu wilayah, penyakit disatu pihak serta lingkungan yang ada atau endemik di suatu wilayah tertentu.
dan perilaku penduduk, dilain pihak bagaikan dua sisi Pelaksana manajemen tidak harus kepala dinas kesehatan,
mata uang yang tak dapat dipisahkan. Pemecahan dokter di rumah sakit dan petugas Klinik Sanitasi di pus-
masalah kesehatan tidak mungkin dicapai dengan hanya kesmas, merupakan bagian dari orkestra yang harus mem-
memperhatikan lingkungan atau sebaliknya hanya punyai visi yang sama, serta berpikir dan bertindak men-
mengobati penderita. Berhadapan dengan setiap penya- gendalikan penyakit tertentu dalam satu wilayah.
kit, seorang manajer kesehatan harus melakukan upaya
yang menyeluruh dan terintegrasi dengan menggerakkan Pelaksanaan
seluruh komponen sistem kesehatan masyarakat dalam Sebaiknya berbagai permasalahan tersebut diidenti-
wilayah yurisdiksi kabupaten/kota ataupun puskesmas. fikasi dan dirumuskan ke dalam isu strategis berupa ma-
Secara populer, upaya tersebut disebut manajemen salah kesehatan yang tak kunjung usai atau yang dapat di-
penyakit berbasis wilayah. selesaikan dalam jangka panjang. Pertanyaan yang perlu
mendapat jawaban antara lain adalah: isu strategis apa
Pengertian yang dihadapi oleh suatu kabupaten atau kota? Apa yang
Manajemen pengendalian penyakit berbasis wilayah ingin dicapai dalam kurun waktu 5 tahun mendatang?
(MPBW) mencakup upaya pengendalian kasus penyakit Sumber daya apa yang dimiliki?
disuatu wilayah tertentu bersama pengendalian berbagai Desentralisasi memberikan kepada pemerintah dan
faktor risiko yang dilakukan secara terintegrasi. Upaya masyarakat kabupaten kewenangan pembangunan yang
tersebut dapat dilakukan secara prospektif dan secara seluas-luasnya termasuk pembangunan bidang keseha-
retrospektif. Upaya prospektif mengutamakan pengen- tan. Bupati dibantu kepala dinas kesehatan kabupaten
dalian faktor risiko penyakit terintegrasi dengan upaya bersama para dokter di rumah sakit, petugas penyuluh
pencarian dan penatalaksanaan kasus penyakit tersebut. kesehatan, petugas hygiene sanitasi, petugas gizi mas-
Upaya retrospektif mengutamakan penatalaksanaan yarakat, serta seluruh komponen masyarakat berkewaji-
penyakit tertentu terlebih dahulu yang terintegrasi ban melaksanakan program pemberantasan penyakit,
dengan pengendalian faktor risiko penyakit tersebut atau dan penyehatan lingkungan. Program pemberantasan
direncanakan dan dilaksanakan secara serentak. Hal tersebut antara lain seperti pemberantasan TBC, pe-
tersebut ditandai dengan perencanaan dan alokasi sum- ngendalian malaria, membangun sanitasi dasar, pengen-
ber daya yang juga dilakukan secara terintegrasi. dalian pencemaran lingkungan, penurunan angka

150
Achmadi, Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah

penyakit diare dan sebagainya. Wilayah tersebut men- seperti gizi buruk (faktor risiko beserta prediksi kejadian
cakup wilayah administratif dan wilayah ekosistim. penyakit), digambarkan dalam suatu model. Model ter-
Berdasarkan konsep tersebut di atas, pertanyaan yang sebut memberikan panduan dalam penyusunan daftar
selanjutnya muncul adalah: “sudahkah pelaksanaan kegiatan. Misalnya, bagaimana model penularan mala-
pengendalian penyakit yang merupakan variabel inti ria? Upaya yang dilakukan untuk mengendalikan kondi-
kualitas sumber daya masyarakat itu dilakukan secara si lingkungan, nyamuk, tempat perindukan, cara menca-
terintegrasi? ri dan menemukan kasus secara dini agar segera dapat
Dewasa ini beberapa wilayah otonomi kota/kabupa- diobati sehingga tidak menjadi sumber penularan? Obat
ten mempunyai Rancangan Sistim Kesehatan Kabupaten dan alat diagnostik apa yang paling cost efektive?
atau Kota (SKK) yang disusun dan disahkan dalam ben- Contoh lain, menggambakan model angka kesakitan
tuk Perda yang merupakan pedoman pembangunan ke- (morbidity) balita, angka kematian balita atau status gi-
sehatan kabupaten atau kota. Dengan demikian, pem- zi balita, apakah faktor risiko kejadian gizi buruk seba-
bangunan kesehatan di wilayah otonom harus mengiku- gai outcome pada simpul 4 (lihat teori simpul). Berbagai
ti Perda. Setiap SKK hendaknya dipertegas dengan pasal upaya kendali faktor risiko yang berperan dalam kema-
yang memuat komponen integrasi, koordinasi, sinkroni- tian balita, gangguan gizi buruk dan lain-lain. Ini harus
sasi. Selain itu, diperlukan pernyataan yang jelas tentang disusun secara lintas sektor dan lintas program secara
keterlibatan masyarakat dalam setiap pelaksanaan prog- integrated baik dalam perencanaan maupun pelaksana-
ram kesehatan. Berikut diuraikan berbagai langkah pem- annya.
bangunan kesehatan masyarakat yang menggunakan pen-
dekatan Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, sebagai Rencana Kegiatan
salah satu alternatif pendekatan yang mengacu pada SKK Rencana kegiatan mencakup manajemen kasus dan
tersebut.1,3 pengendalian faktor risiko. Kegiatan dikelompokkan
dalam pengendalian faktor risiko lingkungan, pengen-
Penentuan Wilayah dalian pada faktor kependudukan (misal peyuluhan pe-
Pertimbangan diserahkan kepada setiap kabupaten rubahan perilaku, imunisasi), pencarian dan penemuan
atau kota untuk memilih wilayah puskesmas, wilayah kasus atau pencatatan di RS, penyediaan obat-obatan,
pariwisata, ataupun seluruh wilayah kabupaten. alat diagnostik dan lain sebagainya. Pada intinya, buat
Penentuan wilayah yang dimaksud harus memperha- daftar rancangan kegiatan secara exhausted (semua
tikan prioritas masalah dan atau wilayah ekosistim keja- yang ada), baik yang meliputi pengendalian faktor risi-
dian penyakit. ko maupun pengendalian outcome gangguan penyakit
(kesehatan). Sederet daftar belum tentu semua disetu-
Identifikasi Prioritas Berbasis Eviden jui. Namun, yang jelas daftar kegiatan itu akan dima-
Langkah pertama adalah menentukan prioritas ka- sukkan ke dalam rancangan anggaran (baik diminta-
bupaten dan setiap unit wilayah administratif misalnya kan dari Pemda, bantuan LN, maupun pemerintah pu-
puskesmas atau kelurahan. Prioritas tersebut bisa me- sat).
ngambil tema faktor risiko kejadian penyakit seperti
sanitasi dasar atau pencemaran lingkungan tertentu Integrasi Perencanaan dan Pembiayaan
(udara, pangan atau air). Prioritas dapat juga dipilih Daftar kegiatan dituangkan dalam rencana dan
berdasarkan penyakit, strata umur penduduk, faktor anggaran secara terpadu, bersama dengan berbagai unit
risiko, dan wilayah tertentu. Prioritas penyakit antara yang terkait (sub dan sub-sub dinas). Berbagai kegiatan
lain berupai malaria, diare, TBC, kanker, dan kardio- tersebut difokuskan pada satu wilayah tertentu, wilayah
vaskuler. Prioritas berdasarkan strata umur penduduk administratif dengan memperhatikan wilayah ekosistim
seperti balita, kelompok ibu produktif. Faktor risiko (yang berkaitan erat). Kegiatan ini tentu saja memerlu-
tertentu misalnya rokok, makanan sehat dan oleh raga, kan skala prioritas. Namun, harus menggambarkan in-
kemiskinan, dan rumah sehat. Wilayah tertentu mi- tegrasi antara kegiatan pengendalian faktor risiko dan
salnya wilayah kecamatan atau wilayah kerja puskes- pelayanan kesehatan termasuk program Jamkesmas.
mas. Apabila rumah tidak sehat yang dijadikan faktor Dalam setiap SKK kabupaten atau kota harus ditampil-
risiko terpilih, perlu dipertimbangan outcome penya- kan secara nyata kata kunci koordinasi, sinkronisasi se-
kitnya, persiapan alat diagnostik dan obat. Semua pe- bagai payung kegiatan yang harus dilakukan sejak pe-
nentuan prioritas tersebut harus dilakukan berbasis rencanaan hingga pelaksanaan.
evidences.
Audit
Modelling Daftar kegiatan yang tertuang dalam rencana dan
Patogenesis penyakit atau gangguan kesehatan lain anggaran perlu diaudit dari aspek pelaksanaan dan aspek

151
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 4, Februari 2009

anggaran. Aspek yang paling penting adalah proses sis dan uraian tentang data penyakit secara geografi yang
pelaksanaan yang terintegrasi. Berbagai langkah tersebut terkait dengan distribusi kependudukan, persebaran fak-
selanjutnya disusun dalam Pedoman Manajemen tor risiko lingkungan, ekosistem, sosial ekonomi, serta
Penyakit Berbasis Wilayah Puskesmas atau Wilayah analisa hubungan antar variabel tersebut. Kejadian
Kabupaten. penyakit merupakan fenomena spasial yang terjadi di atas
permukaan bumi terestrial. Kejadian penyakit dapat di-
Pendekatan Kesehatan Masyarakat kaitkan dengan berbagai obyek yang memiliki keterkaitan
Menejemen Penyakit Berbasis wilayah secara esensial dengan lokasi, topografi, benda-benda, distribusi benda
memenuhi pendekatan kesehatan masyarakat yang pa- atau kejadian lain dalam suatu ruangan atau pada titik
ling tidak harus menampilkan lima karakteristik spesifik. tertentu dan dapat pula dihubungkan dengan peta dan
(1) Program hendaknya berorientasi pada seluruh mas- ketinggian.
yarakat dalam suatu wilayah, misal kabupaten, kecama- Audit manajemen penyakit berbasis wilayah merupa-
tan dan desa tanpa diskriminasi terhadap ras, suku, aga- kan pelengkap yang pada dasarnya adalah upaya peman-
ma atau golongan umur, dan status sosial ekonomi. (2) tauan dan evaluasi untuk menilai ketepatan pelaksanaan
Berorientasi pada pencegahan primer misalnya pengen- MPBW yang dilakukan terintegrasi, ketepatan manaje-
dalian faktor risiko. (3) Penanganan masalah mengguna- men faktor risiko dan pelaksanaan manajemen kependu-
kan pendekatan multidisiplin, misalnya pengendalian dukan dan dampak kesehatan.
faktor risiko rumah sehat atau penanganan penyakit mas- Surveilans berbasis wilayah merupakan metode esen-
yarakat seperti diare, malaria, flu burung dan lain-lain. sial yang secara terintegrasi mendukung MPBW. Upaya
(4) Kegiatan dilakukan bersama dengan ciri partisipasi survailans dilakukan secara bersama terhadap faktor ri-
masyarakat. Contoh: pengendalian faktor risiko flu bu- siko lingkungan dan kependudukan serta penyakit.
rung, gizi buruk, penyakit campak, penurunan kematian Keduanya dilakukan secara terintegrasi dan lintas sektor
ibu, penurunan kematian bayi, penanggulangan wabah dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Obyek pa-
virus polio liar, SARS dan lain sebagainya yang dilakukan rameter survailans harus meliputi faktor risiko dan pe-
bersama masyarakat. (4) Partnership atau kemitraan. (5) nyakit yang berhubungan. Parameter yang digunakan
Perencanaan dan pelaksanaan MPBW harus mengguna- harus menggambarkan proses kejadian penyakit pada
kan pendekatan kesehatan masyarakat. komponen manusia dan lingkungan. (2) Pertemuan
Dengan demikian, sepanjang upaya MPBW dilakukan awal yang dihadiri lintas sektor para stakeholders ter-
dengan ke lima pendekatan tersebut di atas, maka kebi- masuk LSM bertujuan menentukan jenis dan petugas
asaan tersebut merupakan bagian dari kesehatan mas- pengumpul data berdasarkan ketersediaan dana, meto-
yarakat. Perlu dicatat bahwa MPBW hendaknya dilaku- de sampling dan pengumpulan. (3) Pertemuan stake-
kan dengan menggunakan azas tersebut di atas. holder dilakukan secara periodik paling tidak sekali da-
lam setahun untuk membahas berbagai aspek tentang
Lokasi Kegiatan data yang terkumpul. (4) Pertemuan akhir bertujuan
MPBW dapat dilakukan pada tingkat manajemen: (a) menyampaikan hasil informasi. Selebihnya, dilakukan
Global, misalnya menghadapi penyakit flu burung. (b) mengikuti prinsip dan metode survailans yang lazim dan
Regional oleh WHO, nasional. (c) Tingkat wilayah oto- terarah pada prioritas penyakit dan atau faktor risiko.
nom. (d) Satuan wilayah di dalam jurisdiksi wilayah oto-
nom seperti kecamatan, desa, wilayah pariwisata, wila- Kesimpulan
yah industri dan lain-lain. Manajemen pada tingkat wi- Pembangunan kesehatan wilayah dapat dilakukan
layah kabupaten dapat dilakukan di seluruh wilayah ka- dengan merujuk kepada konsep MPBW dan rancangan
bupaten sebagai satu-satuan wilayah, atau dapat pula me- SKK setiap wilayah pemerintahan otonom. Secara lebih
milih manajemen tiap tingkat puskesmas sebagai wilayah terperinci, perlu disusun suatu pedoman MPBW kabupa-
administratif wilayah kerja. ten dan kota yang dapat dijadikan panduan oleh para pe-
rancang dan pelaksana. MPBW diharapkan dapat me-
Metode ningkatkan kesehatan penduduk di suatu kabupaten ko-
Dalam MPBW kabupaten kota dikenal tiga metode ta tertentu secara bertahap dan berkesinambungan.
yang amat esensial, meliputi analisis spasial, audit mana- Terakhir dan yang tidak kalah pentingnya, pelaksanaan
jemen penyakit berbasis wilayah dan surveilans berbasis MPBW harus menggunakan prinsip-prinsip Ilmu
wilayah. Kesehatan Masyarakat.
Analisis spasial merupakan salah satu metode mana-
jemen penyakit berbasis wilayah yang memperhatikan Daftar Pustaka
variabel spasial seperti topografi, wilayah urban, wilayah 1. Achmadi UF. Manajemen penyakit berbasis wilayah. Jakarta: Kompas;
industri, wilayah pedesaan. Dia merupakan suatu anali- 2005.

152
Achmadi, Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah

2. Susanna D. Dinamika penularan malaria, studi pada ekosistim per- Rineka Cipta; 2008.
sawahan, pegunungan dan ekosistim pantai [disertasi]. Depok: FKM UI; 5. Achmadi UF. Paradigma kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja.
2005. Mimeograph: FKM UI;1987.
3. Achmadi UF. Manajemen penyakit berbasis wilayah. Jakarta: UI Press; 6. Achmadi UF. Transformasi kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja di
2008. Indonesia. Pidato Pengukuhan Guru Besar UI. Depok: Dokumen
4. Achmadi UF. Horison baru kesehatan masyarakat di Indonesia. Jakarta: Perpustakaan FKMUI; 1991.

153

Anda mungkin juga menyukai