Pembimbing
dr. Wahyu Widjanarko, Sp. JP
dr. Ririn Faujiah, Sp. JP
Disusun Oleh :
Amira Tauhida
Ria Churin Ain
Angka kejadian sindrom koroner akut (SKA) cukup tinggi (Oktarina et al., 2013). WHO
memprediksi pada tahun 2030 kematian akibat penyakit jantung akan terus meningkat serta
menempati peringkat pertama penyebab kematian di dunia sebesar 14,2% (Udjianti, 2010).
2
SINDROM KORONER AKUT
DEFINISI :
3
KLASIFIKASI SKA
ESC Guidelines for the management of Acute Coronary Syndrome in patients without
persistent ST Elevation.2011
5
RISK FACTORS FOR ATHEROTHROMBOSIS
Generalized Lifestyle
Disorders • Smoking
• Age • Diet
• Obesity • Lack of exercise
Systemic
Conditions
Atherothrombotic • Hypertension
Genetic Traits • Hyperlipidemia
• Gender Manifestations
• Diabetes
• PlA2 (MI, stroke, • Hypercoagulable
vascular death) states
• Homocysteinemia
Inflammation
• Elevated CRP
Local Factors
• CD40 Ligand, IL-6
• Blood flow patterns
• Prothrombotic factors (F I and II)
• Shear stress
• Fibrinogen • Vessel diameter
MI, myocardial infarction. • Arterial wall structure
Adapted from Yusuf S, et al. Circulation. 2001;104:2746-2753. • % arterial stenosis
Drouet L. Cerebrovasc Dis. 2002;13(suppl 1):1-6. 6
1. Kerusakan endotelium
pembuluh arteri
2. Trombosit/platelet melekat
pada daerah yang rusak,
diikuti proliferasi endotel,
pembentukan kapsul fibrosis
dan penumpukan kolesterol
3. Plak membesar, menutupi
lumen arteri dan inti
jaringan lemak bertambah
besar
4. Plak semakin tipis dan pecah
lesi mengalami ulserasi,
perdarahan trombosit
terpanggil (kumpulan
agregasi, platelet,
thrombosis) oklusi PD
Peter Libby,2012
ANGINA
• Nyeri dada Saat Istirahat (>20 Menit)
• Nyeri dada Pertama Kali (de Nuvo) dengan
tingkatan CCS III
• Cresendo (makin lama, sering dan mudah
tercetus)
• Angina Paska Infark
Pierre Bassand et al,2007
ELEKTROKARDIOGRAFI
STEMI
Elevasi Segmen ST pada 2 lead yg berhubungan
≥0.25 mV Pada laki-laki dibawah 40th
≥0.2 mV pada laki-laki diatas 40th, or ≥0.15
mV pada wanita di lead V2–V3 dan/atau
≥0.1 mV pada lead lainnya
NSTEMI/UAP
ESC Guidelines for the management of acute myocardial infarction in patients presenting with ST-segment elevation. 2011.
CARDIAC MARKER
ESC Guidelines for the management of Acute Coronary Syndrome in patients without persistent ST Elevation.2012
Angiography Coroner
Treatment Delayed is Treatment Denied
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut.2015
13
TREATMENT
Early reperfusion (PCI or Thrombolysis)
• Oxygen
• Loading dual antiplatelet
• Statin high intensity
• Morphin sulfat
• Nitrat ( if no contraindication)
• Beta-blocker ( if no contraindication)
• Anticoagulant(Heparin,LMWH,Fondaparinux)
• Venodilator ( ACE inhibitor)
19
Antikoagulan yang digunakan dapat berupa:
1. Enoksaparin, subkutan
2. Heparin tidak terfraksi, bolus IV sesuai BB dan
infus selama 3 hari
3. Pada pasien yang diberikan streptokinase,
Fondaparinuks IV secara bolus dilanjutkan
dengan dosis subkutan 24 jam kemudian
20
• Pemindahan pasien ke RS dengan fasilitas IKP
setelah fibrinolisis diindikasikan pada semua
pasien
• IKP “rescue”diindikasikan segera setelah
fibrinolisis gagal resolusi segmen ST <50%
setelah 60 menit dan nyeri dada tetap
• IKP emergency diindikasikan untuk iskemia
rekuren (adanya reoklusi setelah fibrinolisis
berhasil) gambaran STEMI kembali.
21
22
23
Terapi antikoagulan
• Setelah fibrinolitik sebaiknya antikoagulan
diberikan min 48 jam & max 8hari (dianjurkan
non UFH karena UFH berkepanjangan beresiko
heparin-induced thrombocytopenia)
• Jika tidak mendapat terapi reperfusi, diberi
antikoagulan (non UFH) max 8 hari
• LWMH atau fondaparinuks dengan dosis =
pasien yang mendapat fibrinolitik
24
• Pasien menjalani IKP Primer setelah mendapat
antikoagulan, berikut rekomendasi dosis
– Bila telah diberi UFH, tambahkan bolus UFH sesuai
kebutuhan prosedur
– Bila telah diberi fondaparinuks, beri tambahan
antikoagulan dengan aktivitas anti IIa
– Bila telah diberi enoksaparin.
Bila dosis SC terakhir diberikan dalam 8 jam tidak
perlu tambahan
bila dosis terakhir antara 8-12 jam tambahkan
enoxaparin IV 0.3mg/kg
25
• Setelah fibrinolisi berhasil dan pasien stabil,
selanjutnya dilakukan angiografi
26
Intervensi Koroner Perkutan
• Lebih disarankan daripada fibrinolitik
• IKP
– Balon kateter
– Stenting (lebih disarankan daripada balon untuk IKP
primer)
• Indikasi
– Bukti klinis
– EKG : iskemi sedang berlangsung
– Gagal jantung akut berat atau syok kardiogenik
– Sebaiknya dilakukan 120 menit dari kontak medis
pertama (Tetapi dapat juga dilakukan jika gejala >12
jam atau masih nyeri)
27
• IKP tidak disarankan pada arteri yang telah
tersumbat total lebih dari 24 jam setelah
awitan gejala dan pasien stabil tanpa gejala
iskemi, baik telah atau belum fibrinolisis
28
Pasien STEMI Angiografi Koroner diketahui
letak sumbatan masukan kawat penuntun
dari metal dengan ujung yang flappy untuk
menembus sumbatan lebarkan balon
pasang stent jika diperlukan.
29
30
Komplikasi IKP
1. komplikasi terkait penyakit pasien
2. komplikasi selama prosedur PCI
3. komplikasi terkait alat
31
Terkait penyakit pasien
Diabetes Mellitus
• Penggunaan Metformin bisa memicu asidosis laktat
32
AKI
• Resiko tinggi terjadi contrast induced
nephropaty
Penyakit vaskular perifer
Hematoma
Emboli udara
34
Emboli udara
Spasme koroner
35
Komplikasi terkait dengan alat
Instent restenosis
Instent thrombosis
Stent entrapment
36
Akses vaskuler
Femoral Radial
37
Komplikasi pada akses vascular
transfemoral
1. Perdarahan retroperitoneal
2. Pseudoaneurisma
3. Infeksi
4. Hematoma
5. Neuropraxia
6. Iskemi ekstremitas bawah
7. Diseksi
38
Komplikasi pada akses vascular radial
1. Sindroma kompartement
2. Abses
3. Pseudoaneurisma
4. Perforasi atau cedera pembuluh darah
5. vasospasme
39
Tahap Menentukan Terapi Reperfusi
Ada tidaknya RS sekitar dengan fasilitas IKP
Fibrinolitik IKP
40
CABG
41
Indikasi CABG
• STEMI akut
– Anatomi arteri koroner yang tidak mendukung untuk
dilakukan PCI
– Komplikasi (Ventricular septal defect, rupture dinding
ventrikel, rupture papillary )
42
Indikasi CABG
• Coronary arteri disease
– Left main coronary artery disease (>50 % stenosis) dan
high complexity untuk PCI (Syntax score >33)
– Three vessel coronary artery disease (70% stenosis) dan
intermediate atau high complexity untuk PCI (syntax score
>23)
– Two vessel coronary artery disease (>70 % stenosis)
melibatkan LAD artery dan intermediate atau high
complexity untuk PCI (Syntax >23)
43
Syntax Score
Skor SYNTAX (SYNergy between percutaneous coronary
intervention with TAXus and cardiac surgery) adalah sistem
skor yang diformulasikan secara komprehensif untuk
menggambarkan kompleksitas dari hasil angiografi
44
Pada beberapa penelitian didapatkan bahwa tujuan dari Syntax
Score adalah untuk mengetahui , lebih baik dilakukan PCI
ataukah CABG pada pasien. (Bundhun,2017)
45
Klasifikasi syntax score (Alexander, 2016) :
Rendah (<22)
Intermediate(23– 32)
tinggi >33
46
Algoritma skor syntax
47
Perhitungan skor SYNTAX dilakukan dengan menggunakan
program kalkulator dari internet yang dapat disimpan dalam
komputer (www.syntaxscore.com). Untuk mendapatkan hasil
yang akurat, idealnya perhitungan dilakukan dengan tim yang
beranggotakan 3 orang
48
TERIMA KASIH
atas perhatiannya..
49