Anda di halaman 1dari 23

TATALAKSANA LUKA

KELOMPOK B

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH PERIODE I 2019


29 APRIL -13 JULI 2019
FAKULTAS KEDOK TERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RSUD H. ABDOEL MOELOK
Celine Grace Sita
Dwi Rani Sukma
Maya Nadira Yasmine
M. Fakih Abdurrahman Pembimbing:
Nadia Eva Zahara dr. Bobby Swadarma Putra, Sp.BP-RE.
Sonia Anggraini
Luka adalah terputus atau hilangnya kontinuitas
struktur anatomi dari jaringan tubuh. Diskontinuitas
yang terjadi dapat bervariasi dari epitel kulit sampai
Luka???? lapisan yang lebih dalam seperti jaringan subkutis,
otot, tulang dan struktur lain seperti tendon,
pembuluh darah

3
Stage I Stage II
(Non-blanchable erythema of intact skin) (Partial-thickness skin loss with
exposed dermis)
• Kulit (Epidermis) intak • Melibatkan jaringan epidermis-dermis dan
• Eritema local atau mengenai sebagian dermis (Partial
• Warna kemerahan (hangat atau dingin thickness)
tergantung penyebab) • Jaringan granulasi dan eschar tidak terlihat
• Kulit melunak • Warna merah muda atau merah (hangat atau
• Rasa nyeri dingin tergantung penyebab)
• Rasa gatal • Kedalaman luka +/- 0,4 mm
Stage III Stage IV
(Full Thickness skin loss) (Full thickness loss of skin and tissue)

• Melibatkan jaringan epidermis –dermis secara


• Kehilangan lapisan epidermis-dermis hingga
keseluruhan hingga sebagian hipodermis(Full
seluruh hypodermis dan mencapai otot dan
thickness)
tulang (deep full thickness)
• Kedalaman luka +/- 1 cm
• Terlibatnya Fascia, otot tendon, ligament,
• Jaringan adipose terlihat
cartilage/tulang
• Fascia, otot tendon, ligament, cartilage/tulang
• Tunneling/undermining sering terjadi
tidak terlibat
Patofisiologi Luka
Luka diawali dengan cidera jaringan yang akan
langsung diikuti oleh wound healing segera Fase Hemostasis
setelah terjadi luka. Time: immediate
Cells: trombosit

Proses perdarahan akan menyebabkan


Fase Inflamasi vasokonstriksi dan mengatifkan kaskade
Time: hari ke 1-4 koagulasi untuk pembentukan clot atau fibrin
Cells: sistem komplemen, neutrofil, makrofag,
limfosit, keratinosit
Fase Proloferasi
Fagositosis mikroorganisme disekitar luka yang
menimbulkan reaksi peradangan Time: hari ke 4-21
Pada fase ini juga sudah mulai terjadi proses re- Cells: fibroblast, angiocytes
epitalisasi oleh keratinosit
Pada fase proliferasi, fibroblast akan
2008 menghasilkan kolagen yang akan menutupi luka
membentuk granulasi. 6
Fase Proliferasi
Pada fase ini juga terjadi angiogenesis atau
pmebentukan pembuluh darah baru dan re- Fase remodeling
epitalisassi yang terus berlangsung

Fase Remodeling
Time: hari ke 21- 2 tahun

Pada fase ini diameter serat-serat


kolagen akan bertambah dan
HISTORY 6 jumlah kolagen tipe III berkurang
Saperet urbanitas eum no. Duo no digantikan oleh kolagen tipe I untuk
tamquam
Fase hemostasis integre ocurreret, mea mutat
& inflamasi meningkatkan kekuatan dan
mollis te, vidisse civibus eos ex.
integritas jaringan baru yang
menutupi luka
Fase proliferasi2012

7
TATALAKSANA LUKA
Triangle of Wound
Assessment
3

Faktor sistemik
2

Mengetahui
penyebab luka
1 PENILAIAN LUKA
Tujuan dari perawatan luka adalah untuk menghentikan perdarahan, mencegah infeksi, dan
untuk membantu penyembuhan luka. Semua jenis luka, baik akut maupun kronik harus di
evaluasi untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan. Pemberian profilaksis tetanus
pada luka terbuka diberikan terutama jika status imunisasi tidak diketahui jelas atau vaksin
booster terakhir dilakukan 5 tahun yang lalu
9
Triangle of Wound Assessment

Wound bed (dasar luka)


mengidentifikasi jenis jaringan, eksudatif jaringan, ada atau tidak
adanya infeksi lokal maupun sistemik akibat luka tersebut dan
mendorong pertumbuhan jaringan granulasi pada luka

Wound edge (tepi luka)


Menilai tepi luka untuk menggambarkan perkembangan luka dan
efektivitas manajemen luka yang telah digunakan

Periwound skin (kulit disekitar luka)


Kulit disekitar luka yang mengalami kerusakan merupakan suatu
masalah yang signifikan dan perlu dieksplorasi dalam perawatan
luka. Area disekitar luka terminologinya adalah area kulit sepanjang
4 cm diluar tepi luka, termasuk kulit dibawah balutan luka

10
Triangle of Wound Assessment

Wound bed (dasar luka)


mengidentifikasi jenis jaringan, eksudatif jaringan, ada atau tidak
adanya infeksi lokal maupun sistemik akibat luka tersebut dan
mendorong pertumbuhan jaringan granulasi pada luka

Wound edge (tepi luka)


Menilai tepi luka untuk menggambarkan perkembangan luka dan
efektivitas manajemen luka yang telah digunakan

Periwound skin (kulit disekitar luka)


Kulit disekitar luka yang mengalami kerusakan merupakan suatu
masalah yang signifikan dan perlu dieksplorasi dalam perawatan
luka. Area disekitar luka terminologinya adalah area kulit sepanjang
4 cm diluar tepi luka, termasuk kulit dibawah balutan luka

11
Triangle of Wound Assessment

Wound bed (dasar luka)


mengidentifikasi jenis jaringan, eksudatif jaringan, ada atau tidak
adanya infeksi lokal maupun sistemik akibat luka tersebut dan
mendorong pertumbuhan jaringan granulasi pada luka

Wound edge (tepi luka)


Menilai tepi luka untuk menggambarkan perkembangan luka dan
efektivitas manajemen luka yang telah digunakan

Periwound skin (kulit disekitar luka)


Kulit disekitar luka yang mengalami kerusakan merupakan suatu
masalah yang signifikan dan perlu dieksplorasi dalam perawatan
luka. Area disekitar luka terminologinya adalah area kulit sepanjang
4 cm diluar tepi luka, termasuk kulit dibawah balutan luka

12
Macam-macam Teknik
Perawatan Luka

13
Pembersihan luka
Saline  Toksisitas rendah.
 Kurang baik dalam menurunkan bacterial load.
 Pertumbuhan bakteri sangat mudah terjadi dalam 24 jam
saat membuka wadah larutan.
Sterile water  Kurang baik dalam menurunkan bacterial load.
 Sangat mudah diserap jaringan; dapat menyebabkan toksisitas
air ketika digunakan dalam jumlah yang banyak.
 Tidak steril lagi setelah wadah terbuka.
Air mengalir (air keran)  Direkomendasikan ketika saline dan air steril tidak ada.
 Kurang baik dalam menurunkan bacterial load.
 Mikroba, khususnya P. aeruginosa, dapat berkoloni pada keran
dan akhirnya dapat berpindah ke luka.
Produk komersil yang tersedia  Sangat toksik untuk jaringan sehat dan jaringan granulasi luka.
(sabun, tissue pembersih, busa  Mengandung bahan pengawet sehingga tidak baik dalam luka.
pembersih, pembersih berbasis
alkohol)
Povidone iodine  Aktivitas antimikroba spektrum luas.
 Sitotoksik terhadap sel yang sehat dan jaringan granulasi.
 Dapat mengiritasi kulit disekitar luka.
Hidrogen peroksida  Dapat bersifat toksik terhadap sel dan jaringan granulasi.
 Tidak efektif dalam menurunkan jumlah bakteri.
Polyhexamethylene biguanide  Mengandung betaine dan surfaktan yang dapat mengangkat
(PHMB) 0.1% mikroba dan debris untuk mencegah kontaminasi luka.
 Dapat membus lapisan kulit yang dalam, mengangkat debris,
bakteri dan biofilm dari luka.
 Bersifat spektrum luas dalam melawan bakteri, virus, dan jamur.
 Tidak ada penelitian yang mengatakan dapat terjadi resistensi
bakteri.
 Sifat sitotoksik rendah.
Octenidine  Mengandung octenidine dihydrochloride, bahan yang digunakan
untuk memepertahankan kandungan molekul seperti surfaktan
yang efektif untuk membersihkan luka dan mencegah
pertumbuhan bakteri.
 Sifat sitotoksik rendah.
DEBRIDEMEN
Ketika luka ditutupi oleh jaringan berwarna
kehitaman, jaringan nekrosis atau debris
berwarna abu/kehijauan, maka pembalutan
luka saja tidak cukup adekuat untuk
perawatan luka. Debridemen diperlukan
untuk mengangkat jaringan yang mati. Tanpa Teknik yang biasa digunakan pada debridemen adalah
debridemen yang memadai, luka akan terus teknik sharp debridement. Dalam melakukan
terpapar zat sitotoksik dan bersaing dengan debridemen dapat digunakan anestesi ataupun tidak,
bakteri untuk mengambil oksigen dan nutrisi biasanya jaringan yang mati tidak memiliki sensasi.
(Semer, 2011; Grabb and Smith’s Plastic Debridemen yang dilakukan sampai menemukan
Surgery, 2014) jaringan yang sehat, yaitu jaringan yang mengalami
perdarahan. Lakukan prosedur sedikit demi sedikit
sampai jaringan nekrotik terangkat (Semer, 2011).
DRESSING Material Dressing Karakteristik
Dressing
Aplikasi Klinis

Kain kasa Absrorbsi moderate Luka superfisial

Bahan Dressing Tidak lengket Luka dengan eksudat ringan

Material dressing dalam perawatan Hidrasi ringan Sebagai dressing sekunder


luka dapat dibagi menjadi tujuh Optimal untuk bekas skin graft dan
kelas: film, komposit, hidrogel, insisi surgical
hidrokoloid, alginat, foam, dan
pembalut serap seperti NPWT. Tiap- Film Non-absrosble Luka superfisial
tiap kelas memiliki keunggulan dan Melekat sempurna Luka dengan eksudat ringan
kekurangan maka dari itu dalam
Hidrasi yang lambat Sebagai dressing sekunder
pemilihannya perlu
Optimal untuk bekas skin graft dan
membertimbangkan karakteristik
luka dan target pengobatan insisi surgical

Lembaran hydrogel Absrobsi rendah Luka superfisial


Tidak lengket Luka dengan eksudat ringan
Hidrasi moderat Luka yang nyeri

17
Material Dressing Karakteristik Dressing Aplikasi Klinis

Amorphous hydrogel Absrobsi rendah-moderate Luka superfisial


Tidak lengket Luka dengan eksudat ringan
Hidrasi cepat Luka yang menimbulkan bau

foam Absorbs tinggi Luka yang superfisial hingga yang dalam


Lengket sempurna hingga tidak lengket Luka moderate hingga berat

Alginate Absrobsi tinggi Luka yang superfisial hingga yang dalam


Tidak lengket Luka moderate hingga berat
Tidak ada hidrasi

Kolagen Absorbs moderate hingga tinggi Luka yang superfisial hingga yang dalam
Tidak lengket Luka ringan hingga moderate
Tidak menghidrasi
Teknik Dressing
Wet to dry
Indikasi: membersihkan luka yang kotor atau terinfeksi.
Teknik: Basahi sepotong kain kasa dengan larutan dan
peras cairan yang berlebih. Kasa harus lembab, tidak
basah kuyup. Buka kain kasa (Foto A) dan letakkan di
atas luka untuk menutupinya (Foto B). Tidak perlu
banyak lapisan kain kasa basah. Tempatkan kasa
kering di bagian paling atas. Kasa akan mongering dan
ketika dilepas ia akan menarik debris-debris pada luka.
Sebaiknya sebelum dilepas, kasa dibuat agar lembab
supaya mudah dilepaskan.

Idealnya penggantian kasa dilakukan 3-4 kali per hari.


Lebih sering pada luka yang membutuhkan debridemen
dan lebih jarang pada luka yang lebih bersih. pada luka
bersih, ganti ke wet to wet dressing atau salep antibiotik
19
Wet to wet Salep antibiotik
Indikasi: untuk menjaga luka bersih tetap Indikasi: Salep antibiotik digunakan untuk
bersih dan mencegah penumpukan eksudat. menjaga luka bersih agar tetap bersih dan
Teknik: Basahi sepotong kain kasa dengan mempercepat penyembuhan.
larutan dan singkirkan cairan berlebih agar Teknik: oleskan salep pada luka - bukan
tidak basah kuyup. Buka kain kasa dan lapisan tebal, cukup lapisan tipis saja. Tutupi
letakkan di atas luka untuk menutupinya. dengan kain kasa kering.
Tempatkan kasa kering di atas. Kasa
seharusnya tidak dibiarkan mengering atau
Idealnya dilakukan 1-2 kali per hari
menempel pada luka.

Idealnya dilakukan 2-3 kali sehari. Jika kasa


terlalu kering, tuangkan larutan salin di atas
kasa agar tetap lembab
20
Negative-pressure wound
therapy (NPWT)
Kontraindikasi penggunaan NPWT
Terapi ini terdiri dari pembalut busa steril yang
menutupi luka, yang kemudian ditutup dengan film
adalah pada pasien dengan
oklusif yang melekat pada kulit yang normal dan keganasan, luka yang
terdapat suction pada dressing dan tabung
drainase yang terhubung ke tabung vakum dikarakteristikan dengan iskemia
portable. Studi membuktikan bahwa teknik NPWT
dapat mengurangi eksudat luka secara efektif, luas, debridemen yang tidak adekuat
debris dan kontaminasi bakteri sekaligus dan luka yang sangat infeksius
meningkatkan perfusi jaringan dan mendorong
pertumbuhan granulasi pada dasar luka (Jones,
Foster and Longaker, 2018; Grabb and Smith’s
Plastic Surgery, 2014)
Hyperbaric Oxygen Therapy Faktor Pertumbuhan
(HBOT)
Faktor pertumbuhan (GF) adalah protein yang
Oksigen hiperbarik memberikan paparan oksigen
pada pasien dengan konsentrasi di atas normal. memengaruhi berbagai proses seluler, termasuk
Peningkatan tekanan udara di dalam ruangan migrasi, proliferasi, diferensiasi, dan produksi ECM
hiperbarik ini menyebabkan paru-paru pasien
menyerap oksigen lebih banyak dari biasanya,
sehingga dapat membantu penyembuhan berbagai Recombinant platelet-derived growth factor merupakan
penyakit. Hal ini menyebabkan vasokonstriksi dan faktor pertumbuhan pertama yang disetujui oleh U.S.
peningkatan tekanan oksigen parsial dalam darah, Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat
menstimulasi angiogenesis, proliferasi fibroblast, . Penggunaan Faktor pertumbuhan telah terbukti
dan bertindak secara sinergis dengan antibiotik meningkatkan jumlah kesembuhan pada luka kronik,
tertentu. diantaranya luka akibat tekanan (pressure ulcers) dan
luka kaki diabetic.
D A F TA R P U S TA K A
Grabb and Smith’s Plastic Surgery 7th Edition . Lippincot and Wlliams and Wilkins.
Greer SE, Benhaim P, Lorenz HP, Chang J, Hedrick MH. 2006. Handbook of Plastic Surgery. Marcel Dekker New York. ISBN: 0-8247-4296-6
Janis JE, Kwon RK, Lalonde DH. 2010. A practical Guide to Wound Healing. Plast Reconstr Surg. 125 (6) : 230e-44e
Jones, RE., Foster, DS., dan Longaker, MT. 2018. Management of Chronic Wounds 2018. American Medical Association: JAMA Journals. 1–
2.
Lindholm C, Searle R. 2016. Wound management for the 21st century: combining effectiveness and efficiency. Int Wound J 13(suppl.S2):5-15.
National Pressure Ulcer Advisory Panel. 2016. Staging Consensus Conference in Rosemont (Chicago). Diakses 25 Mei 2019 dari
https://www.npuap.org/resources/educational-and-clinical-resources/npuap-pressure-injury-stages/
Primadina N, Basori A, Perdanakusuma D. 2019. Proses penyembuhan luka ditinjau dari aspek seluler dan molekuler. Qanun Medika
3(1):31-43.
Romanelli, M. 2016. Advances in wound care: the Triangle of Wound Assessment. World Union of Wound Healing Societis. 1-30.
Semer, NB. 2011. Basics of Wound Care. Global HELP Publication. 1-16.
Singh, S. 2014. Role of Negative Pressure Wound Therapy in Plastic Surgery-Its Basics Indications and Contraindications. Research
Publisher. 1(2); 67–68.
T Velnar, T Bailey, V Smekolj. 2009. The Wound Healing Process: an Overview of Cellular and Molecular Mechanism. The Journal of
International Medical Research. 37: 1528-1542.
Thorne, CH. 2014. Grabb and Smith’s Plastic Surgery 7th Edition. Lippincot and Williams and Wilkins.
Wolcott, R. and Fletcher, J. 2014. Products and Technology The Role of Wound Cleansing in The Management of Wounds. Wounds
International. 1(1): 25–31.

23

Anda mungkin juga menyukai