Anda di halaman 1dari 41

Kasus Poliklinik

Anggota Kelompok F:
1. Annisa Adietya
2. Christi Natalia Sirait
3. I Gede Sugiana Karaeng
4. Maya Nurul Hidayati
5. Norman Fahryl
6. Rika Rahmawati
1) Hemangioma
Identitas
Nama : By. Ny. Okmalena
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 2 bulan 9 hari
Gambaran klinis :
Definisi
• Hemangioma merupakan suatu tumor jaringan lunak
pembuluh darah akibat dari proliferasi (pertumbuhan berlebih)
yang tidak normal
• Hemangioma infantil merupakan tumor jinak yang paling
sering muncul pada bayi dan anak-anak. Hemangioma infantil
dapat terjadi di kutis, subkutis, otot, hepar, traktus
gastrointestinal, otak, paru-paru, ataupun tulang
Etiologi
• Sampai saat ini penyebab hemangioma belum diketahui dengan
jelas, beberapa sumber menyebutkan kemungkinan bahwa
angiogenesis dan vaskulogenesis berperan banyak dalam
proliferasi elemen pembentuk pembuluh darah yang berlebihan.
• Vaskulogenesis ialah proses terjadinya prekursor sel endotelial
menjadi pembuluh darah,
• Angiogenesis ialah perkembangan pembuluh darah baru dari
sistem pembuluh darah yang sudah ada.
Klasifikasi
• Berdasarkan morfologinya :

A. Hemangioma terlokalisir B. Hemangioma Segmental C. Hemangioma Multiple


1. Hemangioma terlokalisit: berbatas tegas, dan tumbuh dari fokus
tunggal.
2. Hemangioma segmental : plaque yang sering tampak pada
teritori kulit yang spesifik, tumbuh secara linier maupun
geometris. Jenis ini lebih sering mengalami ulserasi, gangguan
tumbuh kembang dan dapat timbul bersamaan dengan
hemangioma visceral dan mempunyai prognosis yang
cenderung buruk.
3. Hemangioma multiple
• Mulliken pada (1988) membagi hemangioma menjadi 3 tipe,
yaitu : tipe kapiler, kavernosa, dan campuran.

A. Hemangioma Kapiler B. Hemangioma kavernosa


1. Hemangioma intradermal
Tumor jinak ini berwarna merah kebiruan dan biasanya tidak
mengadakan regresi, dindingnya terdiri dari endotelium dasa
dan resisten terhadap radiasi

2. Hemangioma Kapiler
Hemangioma jenis ini merupakan bentuk hemangioma yang
paling sering terjadi, dengan angka insidensi 1-1,5% pada
bayi. Kelainan ini menonjol di permukaan kulit, tidak rata
dan kemerahan. Lesi ini dapat mengadakan regresi spontan
sampai umur dewasa. Dindingnya terdiri atas sel endotel
embrio dan sensitif terhadap penyinaran.

3. Hemangioma Kavernosa
Kelainan ini berbentuk benjolan yang dapat hilang dengan
penekanan. Biasanya hanya sedikit yang mengadakan regresi
spontan. Terdiri atas endotelium dewasa yang berinvasi ke
fasia dan atau ke otot.
Patofisiologi
• Vaskularisasi kulit mulai terbentuk pada hari ke-35 gestasi,
yang berlanjut sampai beberapa bulan setelah lahir.
• Maturasi sistem vaskular terjadi pada bulan ke-4 setelah lahir.
Faktor angiogenik kemungkinan mempunyai peranan penting
pada fase proliferasi dan involusi hemangioma.
• Pertumbuhan endotel yang cepat pada hemangioma
mempunyai kemiripan dengan proliferasi kapiler pada tumor.
Proliferasi endotel dipengaruhi oleh agen angiogenik.
• Hemangioma umumnya tidak tampak atau samar-samar pada
saat lahir. Kemudian akan mengalami fase pertumbuhan yang
cepat yang dimulai sekitar umur 6 minggu dan akan berlanjut
terus sampai umur antara 6- 20 bulan. Setelah itu hemangioma
akan mengalami involusi sampai umur antara 5-7 tahun.
A. Fase Proliferasi, B. Fase Involusi, dan C. Fase involusi berakhir
Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi
• Berguna untuk membedakan hemangioma dari struktur dermis yang dalam ataupun
subkutan, seperti kista atau kelenjar limfe
2. X-ray
• Modalitas imaging pilihan karena mampu mengetahui lokasi dan penyebaran baik
hemangioma kutan dan ekstrakutan
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
• Menggambarkan karakteristik atau aliran darah. Penggunaan kontras dapat membantu
membedakan hemangioma dari penyakit keganasan atau massa lain yang menyerupai
hemangioma
4. Foto Polos
• Untuk melihat apakah hemangioma mengganggu jalan nafas.
Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan hemangioma secara umum ada 2 cara, yaitu :
1. Cara Konservatif
2. Cara Aktif : dengan pembedahan, terapi kortikosteroid, atau radiasi

3. Terapi medikamentosa
Terapi pilihan utama
• Kortikosteroid:
– Menghambat kapasitas proliferasi pericytes immature.
– Intensifikasi efek vasokonstriksi epinefrin maupun norefinefrin pada pembuluh darah otot
polos.
– Memblok reseptor estradiol pada hemangioma.
– Menghambat angiogenesis
• Dosis yang dianjurkan inisial prednison atau prednisolon 2 – 3 mg/kg/hari, satu kali
sehari pada pagi hari
• Kortikosteroid intralesi
Diberikan pada hemangioma dengan ukuran kecil (diameter < 10 cm)
dan lesi lokal bermasalah (hemangioma disertai ulserasi atau dengan
komplikasi misalnya terjadi infeksi berulang pada daerah lesi).
Dosis yang diberikan 2 – 3 mg/kg setiap kali suntikan diulang setiap
minggu selama 1 -2 bulan

• Kortikosteroid topikal (langsung pada daerah lesi hemangioma)


biasanya efektif pada hemangioma tipe cutaneous.
2. Bedah eksisi
Indikasi bedah eksisi ialah sebagai berikut:
1. Hemangioma yang tumbuh secara progresif.
2. Hemangioma yang mengalami infeksi berulang.
3. Hemangioma yang permukaannya bergaung, sehingga ditakutkan
disertai keganasan.
4. Mengganggu secara kosmetika.
5. Hemangioma yang gagal dengan pengobatan medikamentosa.
6. Hemangioma yang bertangkai.
Sumber
• Hamzah, M. 1999 Hemangioma, dalam Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, Balai Penerbit FK UI, Edisi Ketiga, Jakarta, 220-22.
• Reksoprodjo S, et al. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI. Jakarta:
Penerbit Binarupa Aksara, 1995
• Ziegler M, Azizkhan R, Weber T, editors. Operative Pediatric Surgery.
International edition. New York : Mcgraw-Hill Co ; 2003. p. 1002-5
• Hemangioma. Available at :
http://www.medicalglossary.org/neoplasms_vascular_tissue_hema
ngioma_definitions .html, acessed on November 4th 2012
2) Kista Ductus Koledoktus
Identitas
Nama : An.Liska Celsi Lia
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 5 tahun 7 bulan
Gambaran klinis :
CT SCAN
Definisi
• Dilatasi kistik dari saluran empedu baik intrahepatik maupun
ekstra hepatik, yang menyebabkan obtruksi biliaris dan sirosis
biliaris progresif
Etiologi
• Etiologi kista koledokus tidak jelas.
• Kemungkinan kelainan ini dimulai dengan anomali penyaliran saluran empedu dan saluran
pankreas. Serta gangguan mekanisme sfingter Oddi
• Teori berkenaan dengan etiologi dan patogenesis dari kista duktus koledokus:
1. Terjadinya kegagalan rekanalisasi sehingga terjadi kelemahan kongenital pada dinding duktus
biliaris
2. Abnormalitas pada inervasi dari distal common bile duct yang menyebabkan terjadinya obstruksi
fungsional dan dilatasi proksimal
3. Kelemahan yang didapat dari dinding duktus biliaris, pertama kali diperkenalkan oleh Babbit
(1969), dimana digambarkan terdapatnya common pancreaticobiliary channel pada kista duktus
koledokus, dan terjadinya refluks enzim pankreas dapat menyebabkan kerusakan pada duktus
biliaris dan dilatasi
4. Obstruksi dari bagian distal duktus biliaris, stenosis sering ditemukan dibagian bawah
Klasifikasi kista duktus koledokus dengan pancreaticobiliary
malunion (PBMU)
1. Dilatasi pada duktus biliaris ekstrahepatik yang berbentuk kistik
2. Dilatasi pada duktus biliaris yang berbentuk fusiform
3. Forme fruste kista duktus koledokus tanpa PBMU
4. Tampak seperti divertikulum pada duktus koledokus
5. Choledochocele (divertikulum pada bagian distal dari duktus
koledokus)
6. Hanya terjadi dilatasi duktus biliaris intrahepatik (penyakit
Caroli’s)
Patofisiologi
• Petogenesis kemungkinan multifaktor.
• Pada beberapa pasien dengan kista koledokus, terdapat hubungan anomali
antara common bile duct dan pancreatic duct.
• Hal ini terjadi ketika duktus pankreatikus mengalirkan cairan ke common
bile duct lebih dari 1 cm proksimal ke arah ampulla.
• Penyatuan abnormal ini menyebabkan sekresi pankreatik masuk ke
common bile duct, dimana proenzim pankreatik menjadi aktif, sehingga
dapat merusak dan melemahkan dinding bile duct.
• Penyebab lain adanya defek pada epitelisasi dan rekanalisasi dari
perkembangan bile duct dan kelemahan kongenital dari dinding duktus.
Gambaran Klinis:
1. Kelompok infantil : berumur rata-rata tiga bulan, dengan
gejala interus obstrusi yang mirip ikterus akibat atresia slauran
empedu.
2. Kelompok kedua: pada usia rata-rata 9 tahun berupa
• Nyeri
• Massa di perut kanan atas
• Ikterus (Ikterus biasanya berhubungan dengan nyeri perut
vagal) sering dengan perforasi spontan
Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
• Trias: nyeri, massa intraabdomen, dan ikterus obstruksi menunjukkan kemungkinan kista
koledokus.
1. Lab:
• Kenaikan kadar fosfatase alkali
• Leukositosis.
2. CT-Scan
3. USG
• Dapat menggambarkan ukuran, bentuk, duktus proksimal, pembuluh darah dan bentuk dari
hepar.
4. Percutaneus transhepatic cholangiography dan endoscopic retrograde
cholangiopancreatography (ERCP)
• Memberikan gambaran yang akurat dari sitem pancreaticobiliary
Tatalaksana
• Prinsip pengobatan kista koledokus adalah
reseksi kista, memperbaiki dan menjamin
penyaluran empedu sambil memperhatikan
keutuhan saluran pankreas
• Perbaikan pengaliran empedu dengan
prosedur sistoenterotomi tidak memuaskan
karena timbul kolestasis dan refluks cairan
usus, yang mengakibatkan kolangitis berulang.
• Pengobatan yang lebih dipilih untuk
pengobatan kista saluran empedu adalah
komplit eksisi dengan kolesistektomi dan
rekonstruksi dengan Roux-en-J
hepatikojejunostomi.
Sumber:

1. Sjamsuhidajat dan Wing de Jong. Saluran Empedu dan Hati.


Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta : EGC. 2010; hlm
667-669.
2. Marc Mesleh, MD, Daniel J. Deziel, MD. Bile Duct Cysts. Dalam:
Surgical Clinics Of North America Biliary Tract Surgery. Volume 88.
Philadelphia : W.B. Saunders. 2008; hlm 1369-1384.
3. Debas, Haile T. Biliary Tract. Dalam: Gastrointestinal Surgery
Pathophysiology and management. New York : Springer. 2004;
198-203.
3) Uratus + Granuloma Umbilikal
Identitas
• Nama : By. Indah
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Usia : 4 bulan 2 hari
Definisi
• Granuloma umbilikal adalah pembengkakan kecil yang tersusun
dari jaringan granulasi di dasar umbilikus.
Etiopatogenesis

• Secara histopatologis, granuloma umbilikal sebagian besar terdiri


dari fibroblas, pembuluh darah kecil berlebihan, sel endotel dan
inflamasi dalam stroma edematous. Ia tidak memiliki elemen saraf
• Proses inflamasi juga bisa memicu dalam pembentukan granuloma
Menurut hipotesis ini, peradangan menghasilkan pertumbuhan
berlebih sel endotel dan epitelisasi yang tidak adekuat.
• Gangguan keseimbangan antara flora normal kulit umbilikal dan
organisme juga dapat mempengaruhi pemisahan tali pusat dengan
memfasilitasi invasi mikroorganisme patologis. Invasi lokal ini dapat
menghalangi kulit epitelisasi dan memicu pembentukan granuloma
Gejala Klinis
• Lembab
• Kemerahan di sekitar jaringan pusar
• Ada cairan mengalir keluar
• Berukuran kecil (1-10mm)
Tatalaksana
• Silver Nitrate
• Salt application. (Hossain et al, penelitian prospektif
penggunaan garam berhasil pada 91,7% pasien)
• Tindakan Eksisi
Sumber
• Hossain AZ, Hasan GZ, Islam KD. 2010. Therapeutic effect of
common salt (table/cooking salt) on umbilical granuloma in
infants. Bangladesh J Child Health 34(3): 99-102.
• Karaguzel G dan Aldemir H. 2016. Umbilical Granuloma:
Modern Understanding of Etiopathogenesis, Diagnosis, and
Management. J Pediatr Neonatal Care. 4(3):00136

Anda mungkin juga menyukai