Anda di halaman 1dari 34

TETANUS

Oleh:
Norman Fahryl

Preceptor:
dr. Fitriyani, M.Kes., Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. H. ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
Definisi
• Infeksi akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh
Clostridium tetani
• Dapat didefinisikan juga kelainan neurologis dengan keadaan kontraksi
otot berlebih dan spasme akibat tetanospasmin
Etiologi
• Clostridium tetani merupakan bakteri Gram
Positif basil anaerob
• Berbentuk batang dan memproduksi spora,
bentukan khas “drumstick”
• Merupakan bakteri yang motil karena memiliki
flagella
Clostridium tetani
• Spora dapat bertahan dari air
mendidih selama beberapa
menit (meski hancur dengan
autoclave pada suhu 121 0C
selama 15-20 menit)
• Biasanya banyak ditemukan di
tanah, feses hewan, dan
terkadang pada feses manusia
Epidemiologi
• Terdapat 1 juta kasus per tahun di seluruh dunia, dengan angka kejadian
18/100.000 penduduk per tahun
• Angka kematian 300.000-500.000 per tahun
• Mortalitas >50% dengan penyebab kematian terbanyak karena
mengalamai kegagalan pernapasan akut
• CFR berkisar antara 12-53%
Port de Entry
• Luka bakar, luka pada umbilikal, luka akibat prosedur operasi, fraktur,
injeksi (terutama penyalahgunaan narkoba), ulkus kulit
• Infeksi telinga tengah

• Infeksi gigi
Patogenesis
Pada keadaan anaerob, spora bakteri akan bergerminasi
menjadi sel vegetatif

Toksin (tetanospasmin) akan dihasilkan dan berikatan dengan sistem saraf perifer, dan
ditransportasikan secara retrograde menuju saraf presinaptik

Toksin menghambat pelepasan neurotransmitter inhibisi dan secara efektif


menghambat inhibisi sinyal antar sinaps (khususnya menghambat GABA)

Terjadi kontraksi otot yang tidak terkontrol/ eksitasi terus menerus dan spasme
• Toksin juga mempengaruhi sistem saraf
otonom, sehingga terjadi hiperaktivitas
simpatis
• Hipertensi yang labil, takikardi, keringat
yang berlebihan dan meningkatnya
ekskresi katekolamin dalam urin
– Tetanus lokal

Tipe-Tipe – Cephalic tetanus

Tetanus – Tetanus Neonatal

– Tetanus Umum
• Gambaran klinis tidak khas

• Nyeri

• Kaku otot pada bagian sekitar luka


• Dapat berkembang menjadi tetanus umum

• Prognosis : Baik

Tetanus Lokal
Cephalic tetanus
• Merupakan salah satu varian tetanus lokal
• Bentuk yang jarang terjadi
• Bila mengenai daerah kepala atau infeksi
telinga tengah
• Gejala berupa disfungsi saraf kranial ->
N. VII >>>
• Prognosis -> Buruk
Neonatal Tetanus
• Tetanus umum dan biasanya menimbulkan
kematian jika tidak segera ditangani (>70 %)
• Terjadi saat proses melahirkan yang tidak
bersih, seringkali karena pemotongan tali pusat
tidak steril
• Onset terjadi pada 2 minggu pertama
• Gejala: lemah, tidak dapat menghisap
Tetanus Umum
• Tipe paling sering 80%

• Hiperaktivitas motorik dan spasme generalis


• Masa inkubasi 3-21 hari (median 7 hari)

• Periode Onset 1-7 hari

Makin singkat masa inkubasi dan onset


makin semakin buruk prognosisnya
Manifestasi Klinis
• Pertama ditandai dengan
peningkatan motorik di tulang
masseter (trismus/lockjaw)
• Muka juga terjadi kekakuan otot muka sehingga muka
menyerupai muka meringis kesakitan yang disebut risus
sardonikus
• Akibat kekakuan otot–otot leher bagian belakang
menyebabkan nyeri waktu melakukan fleksi leher dan tubuh
sehingga memberikan gejala kaku kuduk sampai
opisthotonus
• Kesadaran pasien tetap baik

• kejang umum tonik dapat terjadi


berulang secara spontan maupun
hanya dengan rangsangan minimal
(rabaan, sinar dan bunyi).
• Jika terus berlangsung dapat
mengakibatkan penurunan
ventilasi atau apnea atau
laringospasm
Komplikasi
Pada kasus berat, terjadi Disfungsi Otonom
• Demam, • Diaforesis berat
• Hipotensi • Bradikardia
• Hipertensi labil • Takikardia
• Aritmia jantung
Kriteria Patel dan Joag
• Kriteria 1 : rahang kaku, spasme terbatas, disfagia, dan kekakuan otot
tulang belakang
• Kriteria 2 : spasme saja tanpa melihat frekuensi dan derajatnya

• Kriteria 3 : inkubasi antara 7 hari atau kurang

• Kriteria 4 : waktu onset adalah 48 jam atau kurang


• Kriteria 5 : kenaikan suhu rektal sampai 1000F atau aksila sampai 990F atau
37,60C
Kriteria Ablett’s
• ringan : trismus (lebar antar gigi) > 2cm, spasm umum, kejang (-), ggn
respirasi (-)
• sedang : trismus (< 1cm), spasm umum semakin jelas, kejang rangsang (+),
tidak ada kejan spontan
• berat : trismus berat (kedua baris gigi rapat), toto sangat spastis, timbul
kejang spontan, takipnea, takikardia, spasme laring
• sangat berat : gejala berat + disfungsi otonom (+) -> autonomic storm
DIAGNOSIS
• Anamnesis & Pemeriksaan Fisik

• Adanya tanda dan gejala klinis yang timbul akibat adanya


riwayat trauma dapat menegakkan diagnosis
• Pemeriksaan penunjuang tidak ada yang spesifik
• Kultur pada luka -> C. tetani

• Tes Spatula (+) -> sensitivitas 94%, spesifisitas 100%


TERAPI
• Eleminasi bakteri

• Netralisir tetanospasmin yang beredar


bebas dalam sirkulasi
• Meminimalisasi gejala yang timbul ->
hindari spasm otot-otot pernafasan
• Manajemen luka -> debridemen
• Human Tetanus Imunoglobulin (hTIG) 3000-5000 IU IM single dose
diinfiltrasikan pada sekitar luka, Rekomendasi WHO 500 IU IM atau IV
• ATS 10.000 IU IM single dose; Profilaksis 1500 IU 24 jam luka, 3000 IU >24
jam -> skin test, desensitisasi

Antitoksin
• Secepat mungkin, diberikan tambahan vaksin TT 0,5 cc IM

Pasien tanpa ada riwayat imunisasi TT:


• 1) Diberikan dosis kedua 1-2 bulan setelah dosis pertama

• 2) Diberikan dosis ketiga 6-12 bulan setelahnya

Pasien dengan riwayat imunisasi primer lengkap


• <5 th, tidak memerlukan pemberian TT
• >5 th, berikan booster TT
Imunisasi
• Imunisasi Tetanus terdapat di dalam DPT (difteri, pertusis, tetanus)
diberikan 3x sebagai imunisasi dasar, dilanjutkan dengan imunisasi
ulangan 1x (interval 1 tahun setelah DPT3).
• Pada usia 5 th, diberikan ulangan lagi (sebelum masuk sekolah)

• Pada usia 12 th, berupa imunisasi Td


• Pada wanita, imunisasi TT perlu diberikan 1x sebelum menikah dan 1x
pada ibu hamil -> mencegah neonatal tetanus
Terapi Antibiotik
• Antibiotik : untuk eradikasi sel vegetatif
• DOC : Metronidazole 500 mg PO atau
IV tiap 6 jam selama 7-10 hari
• Penicilin G (100.000-200.000 IU/kg/hari
IV, dibagi 2-4 dosis

• Klindamisin, eritromisi, tetrasiklin, vancomycin


Terapi Simptomatik
• Airway (Std III – IV)

• Trakeostomi -> indikasi jika Intubasi


Endotrakeal memprovokasi kejang

• Atasi kejang

• Benzodiazepine -> Diazepam (DOC)

• Bila refrakter, berikan neuromuscular


blocking agents -> Vecuronium 6-8
mg/jam
• Labetalol (dapat mengakibatkan hipotensi dan sudden death)

• Esmolol -> β-blocker yang direkomendasikan


• Verapamil, Morfin, Clonidine

• MgSO4 dapat mengontrol spasm dan disfungsi otonom -> 5 mg (75mg/kg)


IV loading dose, kemudian berikan 2-3 gram per jam hingga spasme
teratasi (tidak dapat mengontrol tetanus sangat berat)

Terapi Disfungsi Otonom


• Dapat berkembang selama 2 minggu
bahkan setelah pemberian antitoksin
Prognosis • Angka Kematian hingga 25%

• Komplikasi termasuk fraktur tulang,


dehidrasi, pneumonia, dan emboli paru
Faktor-faktor yang mempengaruhi Prognosis
1. Masa inkubasi dan onset

2. Beratnya gejala klinis -> Spasme dan disotonomia


3. Usia (neonatus; > 50th)

4. Gizi buruk
5. Penanganan komplikasi

Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam


Quo ad functionam : Dubia ad Bonam
Daftar Pustaka
• Brust J. 2012. Current Diagnosis & Treatment Neurology 2nd Edition.
McGrawHill Education: USA
• Brunicardi F. 2019. Schwartz’s: Principles of Surgery 11th edition.
McGrawHill Education: USA
• CDC. 2020. Tetanus. www.cdc.gov
• IDAI. 2015. Melengkapi/Mengejar Imunisasi. www.idai.or.id
• Jameson, Fauci, Kasper et al. 2018. Harrison’s Principles of Internal
Medicine 20th edition. McGrawHill Education:USA
• Subekti I. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
• WHO. 2010. Current recommendations for treatment of tetanus during
humanitarian emergencies. WHO:Geneva
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai