Klasifikasi WHO menggunakan kriteria klinis berikut untuk diagnosis pneumonia pada
daerah dengan keterbatasan sarana:
Untuk mendukung diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, yaitu, darah perifer
lengkap, C-reaktif Protein (CRP), uji serologis, pemeriksaan mikrobiologis dan pemeriksaan
rontgen thoraks.
Tatalaksana
A. Pneumonia ringan
- Rawat jalan
- Kotrimoxazol (4 mg TMP/kgBB/kali- 20 mg sulfametoksazol/kgBB/kali) 2
kali sehari selama 3 hari atau amoksisillin 25 mg/kgBB/kali 2 kali sehari
selama 3 hari
B. Pneumonia berat
- Oksigen untuk mempertahankan saturasi ≥ 92%, dipantau setiap 4 jam. Pada
anak stabil, dapat diujicoba tidak menggunakan oksigen setiap hari. Bila saturasi
tetap stabil, oksigen dapat dihentikan.
- Bila asupan per oral kurang dapat diberikan cairan IV dan dilakukan balans cairan.
Pada distres pernapasan berat, pemberian makanan per oral harus dihindari, dapat
digantikan dengan NGT/IV dengan perhitungan balans cairan ketat.
- Bila suhu ≥ 39 0C dapat diberikan paracetamol
- Nebulisasi agonis β-2 dan/ atau NaCl 0,9% dapat diberikan untuk memperbaiki
mucocilliary clearance, namun bukan merupakan terapi yang rutin dilakukan.
- Pemberian antibiotik:
Lini I : amoksisilin 50-100mg/kgBB IV atau IM setiap 8 jam, dipantau ketat dalam
72 jam pertama. Bila respon baik, terapi diteruskan hingga 5 hari, kemudian
dilanjutkan dengan amoksisilin oral 15mg/kgBB/kali, 3 hari sekali, selama 5 hari
berikutnya.
Lini II : ceftriaxon 80-100 mg/kgBB IM atau IV satu kali sehari.
Bayi
Saturasi oksigen ≤ 92%, sianosis
Frekuensi napas > 60x/ menit
Distres pernapasan, apnea intermiten, atau grunting
Tidak mau minum atau menetek
Keluarga tidak bisa merawat di rumah
Anak
Saturasi oksigen < 92%
Frekuensi napas > 50x/menit
Distres pernapasan
Grunting
Dehidrasi
Keluarga tidak bisa merawat di rumah
Kriteria pulang
Daftar Pustaka
Supriyanto B. Infeksi respiratorik bawah akut pada anak. Sari Pediatri 2006; 8 (2): 100-106
Rahajoe, Supriyanto, Setyanto. 2010. Buku ajar respirologi anak. Edisi 1. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI