Disusun Oleh :
Kelompok II
NURLINDA ANA SARI (1805.14901.197)
STANISLAUS JAGOM (1805.14901.207)
MALTRI DIANA (1805.14901.186)
EFENDI MULYONO (1805.14901.177)
AGUSTINA (1805.14901.156)
DESY ASVIKA (1805.14901.173)
FARAYANCI TAMU APU (1805.14901.180)
Disusun Oleh
KELOMPOK II
Kepala Ruangan
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tentang “Laporan
Manajemen Keperawatan Di Ruang Jasmine Rumah Sakit Islam Unisma Malang”
dengan lancar serta tepat waktu yang telah ditentukan.
Dalam menyelesaikan laporan ini penulis tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak dr.H. Tri Wahyu Sarwiyata, M.Kes selaku direktur Utama Rumah Sakit
Islam Unisma Malang.
2. Ibu Dewi Maknuni, Amd.Kep selaku Kepala Ruangan Ruang Jasmine
Rumah Sakit Islam Unisma Malang.
3. Pak Wardhana S. Kep. Ners selaku Pembimbing Lahan Rumah Sakit Islam
Unisma Malang.
4. Bapak dr. Rudy Joegijantoro, MMRS selaku Ketua STIKES Widyagama
Husada Malang.
5. Ibu Nurma Afiani, S. Kep., Ners., M. Kep, selaku Ketua Program Studi Profesi
Ners STIKES Widyagama Husada Malang.
6. Bapak Frengky Apriyanto, S. Kep., Ners., M. Kep, selaku Pembimbing
akademik STIKES Widyagama Husada Malang.
7. Staf dan petugas kesehatan di Ruang Jasmine RSI Unisma Malang.
8. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungan moril maupun
materil selama praktek profesi ners dan selama pembuatan laporan kelompok
ini.
9. Teman-teman profesi ners angkatan 2018 yang senantiasa bersama – sama
dalam kekeluargaan dan salling mendukung satu sama lain.
10. Segenap pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat penulis harapkan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan setimpal atas segala
amal yang telah diberikan dan semoga laporan ini berguna baik bagi diri kami
sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkan.
Malang, Januari 2019
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
G. Marketing (M5) .................................................................................... 23
A. Kesimpulan ......................................................................................... 37
B. Saran .................................................................................................. 38
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu bentuk organisasi pelayanan
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif
mencakup aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative bagi seluruh
lapisan masyarakat. Dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutu
pelayanan, maka salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian adalah
kualitas pelayanan keperawatan (Depkes RI, 2012).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di
rumah sakit dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh
perawat. Oleh karena itu pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas
utama dalam pengembangan ke masa depan. Perawat harus mau
mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan
masyarakat, dan menjadi tenaga perawat yang profesional. Pengembangan
dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling
bergantung, saling mempengaruhi dan saling berkepentingan oleh karena itu
inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, ilmu
keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama
keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas. Proses profesionalisasi
merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan
diterima secara spontan oleh masyarakat, maka dituntut untuk
mengembangkan dirinya dalam sistem pelayanan kesehatan. Oleh karena
alasan-alasan di atas maka pelayanan keperawatan harus dikelola secara
professional, karena itu perlu adanya Manajemen Keperawatan (Priharjo,
2005).
Manjemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan organisasi. Sedangkan manajemen
keperawatan adalah proses bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara professional. Proses manajemen
keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai suatu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan
keduanya saling menopang. Sebagaimana yang terjadi di dalam proses
keperawatan, di dalam manajemen keperawatan pun terdiri dari
5
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi hasil. Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan
terhadap mayoritas tenaga seorang pegawai, maka setiap tahapan di dalam
proses manajemen lebih rumit jika dibandingkan dengan proses
keperawatan. Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam
tatanan pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami
bagaimana konsep dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu
sendiri (Gillies, 2002).
Ruang Jasmine RSI Unisma Malang merupakan ruang Rawat Inap
yang memberikan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien, untuk itu
diperlukan penerapan MAKP yang bertujuan untuk memberikan pelayanan
keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami dan mampu menerapkan konsep teori
dalam aplikasi prinsip-prinsip manajemen keperawatan dalam
pelaksanaan manajemen asuhan keperawatan dan manajemen
pelayanan keperawatan di ruang Jasmine RSI Unisma Malang
2. Tujuan Khusus
Selama berlangsungnya praktek manajemen keperawatan mahasiswa
diharapkan mampu untuk :
a. Mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai dengan prinsip
manajemen keperawatan yang terdapat di ruang Jasmine RSI
Unisma Malang
b. Mempraktekkan konsep teori manajemen asuhan keperawatan, baik
manajemen pelayanan maupun manajemen asuhan keperawatan.
c. Mengaplikasikan model keperawatan modular dengan cara bermain
peran (Role play) di ruang Jasmine RSI Unisma Malang
d. Memudahkan perawat yang ada di ruangan Jasmine RSI Unisma
Malang dalam mengatasi masalah yang terkait dengan manajemen
keperawatan dengan metode 5 M (Man, Methode, Material, Money,
Marketing) yang dipaparkan dalam analisa SWOT.
6
C. Manfaat
Dengan diadakannya praktek manajemen keperawatan ini
diharapkan akan memberikan manfaat kepada :
1. Mahasiswa
a. Mahasiswa lebih terampil dalam penerapan aplikasi prinsip-prinsip
manajemen keperawatan di lapangan.
b. Mahasiswa mendapat pengalaman baru di lapangan dalam hal
penerapan manajemen keperawatan.
2. Perawat
a. Membantu meringankan beban kerja perawat selama praktek
berlangsung di ruang Jasmine RSI Unisma Malang.
b. Menambah pengetahuan tenaga perawat tentang manajemen
pelayanan dan manajemen asuhan keperawatan melalui bermain
peran oleh mahasiswa (role play) dan penyegaran yang diberikan
sesuai dengan masalah yang ditemukan.
3. Rumah Sakit
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian akan membantu sebagai bahan
masukan bagi Rumah Sakit, dalam upaya peningkatan mutu manajerial
pelayanan rumah sakit.
7
BAB II
PENGUMPULAN DATA
8
C. Tenaga dan pasien ( M1 – Man )
1. Struktur organisasi ruangan
Dari hasil wawancara dan observasi kelompok tentang model
asuhan keperawatan profesional (MAKP) yang digunakan di Ruang
Jasmine adalah MAKP jenis Tim, Ruang Jasmine dipimpin oleh kepala
ruangan dan dibantu oleh ketua tim, penanggung jawab shift dan perawat
pelaksana. Adapun struktur organisasinya adalah sebagai berikut:
Kepala Ruangan
2. Tenaga/SDM
a. Keperawatan
No Nama Tingkat Pendidikan Jabatan
1 Dewi Maknuni DIII Karu
2 Yuni DIII Katim
3 Dian DIII PP
4 Eko DIII PP
5 Juvita DIII PP
6 Anggun DIII PP
7 Widya DIII PP
8 Kristin DIII PP
9 Nila DIII PP
10 Safuan DIII PP
11 Ainun DIII PP
12 Fifi DIII PP
13 Finda DIII PP
14 Vina DIII PP
9
15 Nimas DIII PP
16 Anwar DIII PP
17 Citra O DIII PP
18 Sukardi DIII PP
19 Dwi DIII PP
20 Rilo DIII PP
PRAKARYA
21 Sri S SMK
22 Diana F SMK
3. Pasien (BOR/ALOS)
Berdasarkan hasil pengkajian dan observasi didapatkan
gambaran kapasitas bed Ruang Jasmine yaitu sebanyak 28 bed dengan
rincian sebagai berikut :
a. Data BOR ( Bed Occupation Rate) Minggu 1
10
No Shift Jasmine Tulip Teratai BOR
1 Pagi 3 dari 4 bed 15 dari 16 bed 7 dari 8 25/28x100%=
bed 89%
2 Siang 3 dari 4 bed 12 dari 16 bed 4 dari 8 19/28x100%=
bed 68%
3 Malam 2 dari 4 bed 8 dari 16 bed 5 dari 8 15/28x100%=
bed 54%
Tabel: BOR minggu 1 Ruang Jasmine
Dari data tabel diatas didapatkan bahwa rata-rata BOR per hari dalam
minggu ke 1 di ruang Jasmine adalah 70 %.
4. Kebutuhan Tenaga Perawat
a. Jumlah jam keperawatan langsung
1) Ketergantungan minimal : 11 orang x 1 jam = 11 jam
2) Ketergantungan parsial : 2 orang x 3 jam = 6 jam
3) Ketergantungan total :-
b. Jumlah keperawatan tidak langsung
Jumlah klien x 1 jam : 13 x 1 = 13 jam
c. Pendidikan kesehatan
Jumlah klien x 0,25 : 13 x 0.25 = 3,25
𝑎+𝑏+𝑐
Sehingga jumlah total jam keperawatan/ klien/hari: =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑙𝑖𝑒𝑛
17+13+3,25
13
= 2,55 jam
11
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan: 6+1: 7 orang
Pembagian shift perawat:
1) Pagi : 47% x 7 = 3 orang
2) Siang : 36% x 7 = 2 orang
3) Malam : 17% x 7 = 1 orang
Nurse Station
12
1. Tempat Tidur 29 Baik
2. Meja pasien 29 Baik
3. Lemari pasien 12 Baik
4. Jam Dinding 9 Baik
5. Timbangan 1 Baik
6 Kamar Mandi dan WC 10 Baik
7 Wastafel 16 Baik
8. Kulkas 4 Baik
9. AC 14 Baik
10 Kipas Angin 5 Baik
11 Tempat Sampah Non 12 Baik
Medis
12 Tempat Sampah Medis 1 Baik
13 Kursi kayu Spons 6 Baik
14 Kursi kayu 15 Baik
15. Almari kaca 1 Baik
16 Komputer 1 Baik
16 Telepon 1 Baik
17 Standart Infus 24 Baik
13
5 Termometer raksa 2 Baik -
6 Timbangan dewasa 1 Baik -
7 Bangkok stenlis 1 Baik -
9 Bengkok plastik 1 Baik -
10 BVM anak dan dewasa 2 Baik -
11 Gunting 2 Baik -
12 Pispot 10 Baik -
13 Waskom seka besar 30 Baik -
stenlis
14 Waskom sedang stenlis 7 Baik -
15 SPO2 1 Baik -
16 Troli emergency 2 Baik -
20 Troli injeksi stenlis 4 Baik -
22 Elektrokardigram 1 Baik -
23 Inhalasi nebulizer 1 Baik -
24 GDA 2 Baik -
25 Kursi Roda 2 Baik -
26 Brangkar 1 Baik -
27 Lemari linen 1 Baik -
28 Lemari Obat 1 Baik -
29 Kulkas 1 Baik -
30 Lemari Kaca 1 Baik -
d. Administrasi penunjang
1) Lembar observasi
2) Buku timbang trima
3) Lembar dokumentasi
Sarana dan prasarana di ruang rawat inap Jasmine RSI
Unisma Malang sudah cukup baik. Setiap pagi dan sore ruangan
dibersihkan oleh petugas cleaning service. Kondisi administrasi
penunjang cukup baik yang terdiri dari 1 buah buku Laporan, Lembar
observasi dan lembar dokumentasi, Nurse station diruangan biasanya
digunakan sebagai ruang pertemuan perawat, kadang – kadang
perawat mengobrol di Ners station.
14
E. Metode asuhan keperawatan ( M3 – Metode )
1. Penerapan MAKP
Dari hasil wawancara dan observasi kelompok tentang model asuhan
keperawatan yang digunakan di Ruang jasmine adalah Tim, sebagian
besar perawat menyatakan cocok dengan model yang ada serta model
yang digunakan sudah sesuai dengan visi dan misi ruangan. Adapun saran
dari kami yaitu pertahankan model yang digunakan apabila ada kecocokan
dan kesesuaian dengan visi dan misi ruangan hanya saja diperlukan
pemahaman yang menyeluruh tentang model yang digunakan.
Hasil wawancara yang dilakukan sudah terjalin komunikasi yang baik
dan adekuat antara perawat dan unit kesehatan lainnya salah satunya
adalah dalam menerima intruksi (advice) dari dokter selalu dilakukan
validasi kembali sebelum akan melakukan tindakan.
2. Timbang Terima
Berdasarkan hasil observasi kelompok timbang terima status pasien
di ruang jasmine selalu dilakukan di Nurse Station, sedangkan yang di
timbang terimakan yaitu mulai dari identitas pasien, dokter penanggung
jawab, keluhan pasien, diagnosa medis, terapi yang sudah dilkukan dan
rencana tindak lanjut yang akan dilakukan kepada pasien di ruangan
tersebut.
Timbang terima dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu pada saat
pergantian shift malam ke pagi (pukul 07.00), pagi ke siang (pukul 14.00),
dan siang ke malam (pukul 21.00). Selalu diikuti oleh semua perawat yang
ada dan yang akan dinas jaga di ruangan tersebut. Kegiatan ini dipimpin
langsung oleh Penanggung Jawab shift. Untuk hal - hal yang perlu
disiapkan dalam timbang terima, semua perawat dapat menyebutkan
dengan benar dan menyiapkan hal - hal yang akan dibutuhkan dalam
timbang terima, meliputi status pasien, buku obat, dan buku SOP.
Sementara untuk hal - hal yang perlu disampaikan semua perawat
mencantumkan nama pasien, diagnosa medis pasien, keluhan pasien,
terapi yang diberikan, diagnosa keperawatan dan rencana tindak lanjut
sudah dilakukan secara maksimal, selain itu dalam proses timbang terima
kepala ruangan terkadang membuka acara timbang terima dan menutup
acara timbang terima sebagaimana tugas yang seharusnya dilakukan.
15
Adapun Standar Operasional Prosedur RSI Unisma Malang adalah :
Pengertian Suatu rangkaian kegiatan serah terima tugas dan tanggung jawab
dari kelompok perawat suatu shift kepada kelompok perawat shift
berikutnya
Prosedur A. Persiapan
1. Kedua kelompok shift sudah dalam keadaan siap timbang
terima
2. Perawat shift yang tugas menyiapkan format timbang terima
pasien
B. Pelaksanaan
1. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift dinas
2. Timbang terima dilakukan di nurse station untuk dilakukan
diskusi dengan mengkaji secara komperhensif / menyeluruh
yang berkaitan tentang masalah keperawatan pasien,
rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta
hal - hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan
3. Hal - hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian
yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus (buku
komunikasi) untuk kemudian diserah terimakan kepada
perawat jaga berikutnya
4. Hal - hal yang perlu disampaikan saat timbang terima adalah:
- Identitas pasien dan diagnosa medis
- Masalah keperawatan yang memungkinkan masih muncul
- Tindakan keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan
- Intervensi kolaboratif
- Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
dalam kegiatan selanjutnya, misalnya: operasi,
pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang
lainnya, persiapan untuk konsultasi / prosedur lainnya
yang tidak dilaksanakan secara rutin
5. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal -
hal yang ditimbang terimakan dan berhak menanyakan hal -
hal yang kurang jelas
6. Penyampaian saat timbang terima secara singkat dan jelas
7. Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5
menit, kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan
penjelasan yang lengkap
8. Setelah selesai diskusi di nurse station semua perawat yang
operan langsung menuju pasien dengan mengevaluasi
keadaannya sesuai yang dioperkan serta melakukan
komunikasi terapeutik dengan pasien
16
Unit Terkait Keperawatan
3. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan di ruang Jasmine sangat jarang dilakukan,
kegaiatan ronde hanya dilakukan apabila terdapat kasus atau masalah
yang tidak teratasi sehingga dibutuhkan rapat atau pertemuan bersama.
Namun, terdapat suatu kegiatan yang membahas kegiatan yang
membahas tentang kasus unik yang pernah terjadi di RSI Unisma Malang,
kegiatan tersebut adalah Round Table Discuss yaitu diskusi oleh semua
unit kesehatan di rumah sakit yang mana dilakukan pada waktu sebulan
sekali, pada rapat pembahasan kasus unik tersebut akan melibatkan
semua unit seperti dokter, farmasi, ahli gizi, dan kepala ruangan, pada
pertemuan tersebut terdapat kepala ruang dan perawat pelaksana yang
mengikuti acara pembahasan kasus tersebut. Dengan melibatkan semua
unit diharapkan bisa mendapat solusi melalui pendekatan berfikir kritis,
sehingga masalah pasien dapat teratasi dan dan terjalin kerjasama antar
tim kesehatan.
4. Sentralisasi Obat
Data yang diperoleh dari wawancara dan observasi didapatkan
bahwa sudah terlaksananya sentralisasi obat di ruangan yang dipegang
langsung oleh tenaga farmasi. Penanggung jawab pengelolaan obat tidak
semuanya dilakukan kepala ruangan atau perawat ruangan, tetapi di ambil
alih dan koordinasi dengan petugas farmasi. Setiap paginya petugas
farmasi akan datang ke ruangan untuk mengecek instruksi dokter, catatan
keperawatan, dan obat yang diberikan. Petugas farmasi bertugas untuk
mengecek dan berkoordinasi mengenai jumlah, dosis obat, interaksi antar
obat tang diberikan dan masa penggunaan obat yang dibutuhkan pasien
petugas farmasi juga seringkali datang ke masing-masing pasien untuk
menjelaskan jenis, manfaat, dan efek samping obat sesuai kebutuhan
pasien. Apabila terdapat kesalahan atau hal yang janggal dalam
pengecekan obat, maka petugas farmasi akan berkoordinasi dengan
perawat ruangan atau dokter.
Adapun data tentang alur penerimaan obat yang didapat, pertama
yaitu saat dokter memberikan advise resep obat pada pasien tertentu yang
17
tertulis di rekam medis pasien, kemudian perawat membuatkan resep obat
untuk pasien untuk ditebuskan keluarga pasien ke unit farmasi, kemudian
obat yang diperoleh dari keluarga pasien langsung disimpan ke loker obat
pasien. Sentralisasi obat di ruang jasmine dilakuakan langsung oleh
petugas famasi akan melakukan pengecekan jumlah permintaan obat,
resep obat di RM, dan ketersediaan obat di ruangan.
Data tentang cara penyimpanan obat meliputi adanya tempat khusus
obat seperti loker obat yang memadai. Terdapat sarana prasarana
penunjang untuk pelaksanaan senteralisasi obat yaitu di nurse stasion
ruang jasmine, terdapat lemari es/ kulkas untuk penyimpangan obat-obat
tertentu yang membutuhkan suhu penyimpanagn dingin. Semua obat
seperti oral, syrup dan injeksi disimpan dan berikn oleh perawat.
Pengertian Pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan pasa pasien
diserahkan sepenuhnya pada perawat/ pengeluaran dan pembagian obat
sepenuhnya dilakukan oleh perawat
Tujuan 1. Sebagai wujud pelayanan terbaik kepada pasien agar pasien tidak
terbebani dalam menjaga keamanan obat
2. Mempermudah pemantauan kebutuhan obat pasien agar cepat
terdeteksi untuk menghindari pasien kehabisan stok obet
3. Mempercepat pelayanan perawatan dalam memenuhi semua
kebutuhan pasien
Kebijakan Selama tenaga farmasi klinik belum ada di RSI Unisma Malang, maka
tanggung jawab pengelolaan dan pembagian obat kepada pasien
ditangani oleh perawat
18
diruang keperawatan (karena pembagian obat dilakukan oleh
perawat) dan perawat menghitung serta mencatat pada format
penerimaan obat
8. Obat yang sudah di terima perawat di tempatkan pada kotak obat
sesuai nomor kamar dan diberi nama pasien pada kotak obat
tersebut
9. Perawat memberikan obat sesuai advis dokter dan
mengevaluasinya
10. Bila ada kondisi pasien yang menurun perawat melaporkan
kedokter untuk konfirmasi pemberian obat selanjutnya
Unit Terkait Keperawatan
19
Bagan alur sentralisasi obat :
Keluarga pasien
Keluarga pasien Bidang Farmasi mengambil obat
mengantar obat ke
perawat
5. Discharge Planning
Dari hasil observasi yang dilakukan, perenanaan pulang pasien
sudah dilakukan 1x24 jam sejak pasien masuk RS. Dalam perencanaan
pulang akan di tanyakan kesediaan kendaran pulang dan di tanyakan juga
kepada keluarga apakah ada yang merawat pasien saat di rumah.
Sedangkan ketika akan pulang akan di buat resum pasien pulang di mana
di sana akan di jelaskan tentang perawatan pasien saat pulang, jadwal
control dan cara pengunaan obat selama di rumah.
Bahasa yang digunakan saat memberikan perencanaan pulang
menggunakan Bahasa Indonesia. Semua perawat mengatakan bahwa
mereka selalu melakukan pendokumentasian setelah melakukan
perencanaan pulang.
20
Adapun Standar Operasional Prosedur RSI Unisma Malang adalah :
6. Supervisi
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di ruang
jasmine bahwa supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan jasmine
yaitu pada saat pemberian tindakan kepada pasien secara langsung,
supervisi tersebut dilakukan oleh kepala ruang jasmine secara mendadak
dan setiap saat tanpa terjadwal, sehingga apabila terdapat tindakan yang
tidak sesuai dengan SPO yang dilakukan oleh perawat pelaksana terhadap
pasien maka kepala ruang akan memberikan teguran terhadap perawat
pelaksana yang melakukan tindakan tersebut.
21
Supervisi yang lainnya yaitu audit dari komite keperawatan rumah
sakit, supervisor tersebut melakukan supervisi sama halnya dengan sama
halnya dengan kepala ruang, tanpa memberikan informasi terlebih dahulu
sesaat sebelum melakukan tindakan. Jika terdapat suatu tindakan atau hal
yang tidak sesuai dengan SOP yang ada di RSI Unisma Malang maka
langsung diberikan teguran pada pegawai tersebut, sehingga untuk
menekan angka kesalahan prosedur dan meningkatkan mutu dan
pelayanan oleh rumah sakit.
7. Dokumentasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruang Jasmine,
model dokumentasi keperawatan yang digunakan adalah SOAP ( Subjektif,
Objektif, Analisa, Planning, Implemntasi, dan Evaluasi). Dokumentasi
keperawatan yang dilakukan meliputi pengkajian menggunakan system
Head to Toe, diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi dan tanda
tangan, SOAP dan catatan dokter menggunakan Format SBAR.
Dokumentsi dilakukan setelah selesai tindakan ke pasien, dokumentasi
dilakukan oleh perawat pelaksana.
Standar asuhan keperawatan yang digunakan memang sudah
ketentuan dan kebijakan dari puhak rumah sakit yaitu SOAP. Format
pengkajian sudah ada dan dapat memudahkan perawat dalam pengkajian
dan pengisiannya. Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara
manual (belum ada komputerisasi), catatan keperawatan berisikan jawaban
terhadap advise dokter dan tindakan mandiri perawat. Adapun standar
prosedur operasional rumah sakit islam UNISMA adalah :
22
SOP DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal terbit 01 januari 2011
Pengertian System pencatatan asuhan keperawatan sesuai dengan format yang
ada
Tujuan 1. Sebagai bahan informasi, komunikasi, dan laporan
2. Untuk kelancaran dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan/kebidanan
3. Merupakan tanggung jawab dari profesi dan dokumentasi
kegiatan profesi
Kebijakan 1. Asuhan keperawatan dilaksanakan dengan berpedoman pada
standar asuhan keperawatan dan kebidanan
2. Asuhan keperawatan didokumentasi distatus rekam medic
Prosedur 1. Pengkajian atau pengumpulan data dilakukan menggunakan
format yang ada (RM No. 7A)
2. Hasil pengkajian dirumuskan dalam diagnose keperawatan (RM
No.7B)
3. Rencana keperawatan disusun berdasarkan diagnose
keperawatan (RM No.7B)
4. Pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana keperawatan (RM
No.7B)
5. Evaluasi dilakukan secara periodic, sistematis, dan berencana (RM
No.7B)
6. Discharnge planning keperawatan dibuat saat pasien akan pulang
(RM No.8A)
Unit terkait Unit rawat inap
23
7. Periksa gula darah acak Rp. 29.000,00
8. Injeksi IV/IM/IC/SC Rp 24.000,00
9. Aff drain Rp. 47.000,00
10. Aff kateter Rp. 17.000,00
11. ECG Rp. 37.000,00
14 Injeksi IV/IM/IC/SC langsung Rp. 25.000,00
12. Pasang bidai 1/20 cm Rp. 10.000,00
13. Pasang bidai II/40 cm Rp. 20.000,00
14. Pasang bidai III/60 cm Rp. 45.000,00
15. Pasang IV/80 cm Rp. 55.000,00
G. Marketing ( M5)
24
Program yang telah dilaksanakan di RSI Unisma Malang
25
BAB III
ANALISIS SWOT
Bobot
Bobot Rating
No. Analisis SWOT x Total
(0,1-1) (1-4)
Rating
1. M1 (Ketenagaan)
1. Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan (Strength)
a. Perawat menyatakan 0,2 3 0,6
pembagian tugas di
ruangan sudah sesuai
dengan struktur
organisasi yang telah
ada.
b. Kinerja perawat di 0,2 3 0,6
ruangan sudah cukup
baik.
c. Perawat menyatakan 0,3 3 0,9
kepala ruangan sudah
S–W=
optimal dalam
2,1 – 3= -0,9
melaksanaan tugas-
tugasnya.
Total 2,1
Kelemahan (Weakness)
a. Perlunya kesempatan 0,5 3 1,5
untuk meningkatkan
kemampuan kerja melalui
pelatihan dan pendidikan
b. Pendidikan perawat di 0,5 3 1.5
ruangan adalah DIII-
Keperawatan
Total 3
Ancaman (Threatened)
a. Adanya tuntutan tinggi 0,2 1 0,2
dari masyarakat untuk
pelayanan yang lebih
professional
b. Makin tingginya 0,2 1 0,2
26
kesadaran masyarakat
akan pentingnya
kesehatan
c. Adanya 0,2 1 0,2
pertanggungjawaban
legalitas bagi pasien
Total 0,6
2. M2 (Sarana dan Prasarana)
1. Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan (Strength)
a. Mempunyai sarana dan 0,2 1 0,2 S – W = 2,4 -
prasarana untuk klien 2,5 =-0,1
dan tenaga kesehatan
b. Mempunyai peralatan
oksigenasi dan semua 0,2 1 0,2
perawat setiap ruangan,
sehingga mampu
menggunakannya
dengan baik dan tepat
c. Terdapat administrasi 0,5 2 1
penunjang seperti papan
nama paisen
d. Adanya informasi tentang 0,5 2 1
peraturan jam kunjung
keluarga dan
pembatasan penunggu
klien
Total 2,4
Kelemahan (Weakness)
a. Tidak adanya ruangan
berdasarkan kasus 0,5 3 1.5
penyakit pasien
b. Tidak tersedia tempat
piring kotor untuk pasien 0,5 2 1
Total 2,5
2. Faktor eksternal (EFAS)
Peluang (Opportunity) 0.3 1 0.3
a. Adanya kesempatan
untuk memperbaiki
sarana dan prasarana 0.1 1 0,1
b. Adanya kesempatan
untuk memodifikasi
ruangan. 0,5 1 0,5
c. Adanya kesempatan
untuk penggantian alat-
alat yang tidak layak
pakai, yang kurang dan
pengadaan administrasi
27
penunjang di ruangan. 0,2 2 0,4
d. Adanya peluang untuk
pengecekan alat secara
berkala
1,3
Total
Ancaman (Threatened)
0,2 1 0,2 O –T =
a. Adanya tuntutan yang 1,3– 0,4
tinggi dari masyarakat = 0,9
untuk melengkapi sarana
dan prasarana. 0,2 1 0,2
b. Adanya kesenjangan
antara jumlah pasien dan
peralatan yang diperlukan
0,4
Total
3. M3 (METHOD)
Penerapan Model MAKP
1. Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan (Strength)
a. Sudah ada model S – W = 2,4–
keperawatan yang 0,2 3 0,6 0,3
digunakan yaitu metode = 2,1
Tim
b. Model yang digunakan 0,2 3 0,6
sesuai dengan visi dan
misi ruangan
c. Semua perawat mengerti 0,2 2 0,4
dan memahami model
yang digunakan dan
menyatakan cocok
dengan model yang ada
d. Model yang digunakan 0,1 2 0,2
cukup efisien
e. Memiliki standar asuhan 0,2 2 0,4
keperawatan (SAK)
f. Terlaksananya
komunikasi yang cukup 0,1 2 0,2
baik antar tingkat
pendidikan
Total 2,4
Kelemahan (Weakness)
a. Diperlukan pemahaman 0,1 1 0,1
yang menyeluruh tentang
model yang digunakan
0,1
Total
28
2. Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang (Opportunity) 0,2 1 0,2
a. Adanya kesempatan
untuk memperbaiki model
yang sudah ada. 0,5 2 1
b. Meningkatkan pelayanan
yang optimal 0,5 2 1
c. Adanya kerja sama O–T=
dengan institusi klinik- 2,2– 1,8=0,4
klinik independen 2,2
Total
0,3 2 0,6
Ancaman (Threatened)
a. Persaingan dengan RS
lain 0,4 3 1,2
b. Tuntutan masyarakat
akan pelayanan yang
maksimal 1,8
Total
Dokumentasi Keperawatan
1. Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan (Strength)
a. Tersedianya sarana dan
0,2 1 0,2
prasarana atau
administrasi penunjang
b. Sudah ada sistem
0,3 2 0,6 S–W=
pendokumentasian
1,8– 1,9
c. Dokumentasi
= -0,1
keperawatan yang
0,2 2 0,4
dilakukan meliputi
pengkajian menggunakan
sistem head to toe, serta
diagnosis keperawatan
sampai dengan evaluasi
dengan menggunakan
SOAP dan catatan
terintegrasi
d. Semua perawat
0,1 2 0,2
mengatakan mengerti
cara pengisian format
dokumentasi yang
digunakan dengan benar
dan tepat
e. Sistem
pendokumentasian masih
0,2 1 0,2
dilakukan secara manual
(belum ada
komputerisasi)
f. Semua perawat,
0,2 1 0,2
mengatakan melakukan
29
dokumentasi segera
setelah melakukan
tindakan
Total 1,8
Kelemahan (Weakness)
Ancaman (Threatened)
1. Adanya kesadaran
pasien dan keluarga 0,3 2 0,6
akan tanggung jawab
dan tanggung gugat
2. Resiko terjadinya rata 0,3 2 0,6
rata lama perawatan
Total 1,2
Sentralisasi Obat
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan (Strength)
30
a. Semua perawat
mengemukakan jawaban 0,3 2 0,6 S–W=
mengerti tentang 2,3 – 0,6
sentralisasi obat = 1,7
b. Adanya SPO mengenai
sentralisasi obat di ruang 0,4 2 0,8
rawat inap
c. Sebagian besar perawat
berwenang mengurusi 0,3 3 0,9
sentralisasi obat.
Total 2,3
Kelemahan (Weakness)
a. Kurang pengetahuan
0,3 2 0,6
pasien dan keluarga
mengenai jenis dan
manfaat obat yang
diberikan
Total 0,6
Ancaman (Threatened)
Total 0,4
Supervisi
Faktor internal (IFAS)
Kekuatan (Strength)
31
mendukung kegiatan
supervisi demi 0,3 1 0,3
peningkatan mutu
pelayanan keperawatan.
d. SOP setiap tindakan
sudah cukup lengkap dan 0,4 2 0,8
baik
Total 2,1 S–W=
2,1 – 0,8 =
Kelemahan (Weakness) 1,3
a. Kurangnya program
0,3 2 0,6
pelatihan dan sosialisasi
tentang supervisi.
b. Perawat dari segi
0,2 1 0,2
pelaksanaan tindakan
banyak yang belum
mengarah kepada SOP
0,8
Total
Timbang Terima
Internal faktor (IFAS)
Kekuatan (Strength)
32
telah dan akan dinas.
c. Ada klarifikasi, tanya
jawab, dan validasi 0,4 2 0,8
terhadap semua yang di
overankan
d. Semua perawat tahu hal- 0,2 2 0,4
hal yang perlu
dipersiapkan dalam
operan. 0,3 2 0,6
e. Ada buku khusus untuk
pelaporan overan
Total 3,6
S–W=
Kelemahan (Weakness) 0,2 2 0,4 3,6 – 0,4
= 3,2
a. Masalah keperawatan
lebih fokus pada
diagnosis medis
0,4
Total
Ancaman (Threatened)
0,3 2 0,6
a. Adanya tuntutan yang
lebih tinggi dari
O–T=
masyarakan untuk
1,4- 1
mendapatkan pelayanan
= 0,4
keperawatan yang
profesional.
b. Meningkatnya kesadaran
masyarakat tentang
0,2 2 0,4
tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat
sebagai pemberi asuhan
keperawatan.
Total
1
33
Discharge Planning
Faktor internal (IFAS)
Kekuatan (Strength)
Kelemahan (Weakness)
a. Pasien tidak
mendapatkan brosur atau 0,4 2 0,8 S–W=
leaflet untuk pasien saat 0,7 - 2
melakukan perencanaan = - 1,3
pulang
b. Beberapa pasien tidak 0,4 3 1,2
diberikan KIE tentang
apa harus dilakukan saat
di rumah 2
Total
Ancaman (Threatened)
0,4 2 0,8
a. Adanya tuntutan
masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang
profesional 0,4 2 0,8
b. Makin tingginya
34
kesadaran masyarakat
terhadap pelayanan
kesehatan 1,6
Total
4.
M-4 (Money)
INTERNAL FACTOR (IFAS)
Strength (Kekuatan)
a. Pembiayaan di ruang
1 3 3 S-W=
jasmine menerima
4-3=1
JAMSOSTEK, Jasa
Rahaja, SKTM dan BPJS
b. Adanya koperasi RSI
0,5 2 1
UNISMA
Total
4
Weakness (Kelemahan)
a. Sebagian besar sumber 1 3 3
dana berasal dari rumah
sakit
Total 3
EKSTERNAL FACTOR (EFAS)
Opportunity (Peluang)
a. Adanya mahaiswa praktik 0,6 3 1,8 O-T=
dari berbagai institusi 2,8-2,1=0,7
b. Kerjasama dengan pihak
RS lain untuk 0,5 2 1
mengadakan pelatihan
keahlian, kerjasama
membuka koperasi
Total 2,8
Threatened (Ancaman)
0,6 2 1,2
a. Tingginya pesaing RS
khususnya ruang jasmine
b. Tingginya biaya
0,3 3 0,9
perawatan
Total
2,1
5. M-5 (marketing) Pemasaran
INTERNAL FACTOR (IFAS)
Strength (Kekuatan)
a. Dijadikan sebagai Rumah
Sakit rujukan
b. Letaknya yang strategis 1 2 2 S-W=
sehingga mudah 5,2-5=0,2
dijangkau oleh 1 2 2
masyarakat.
c. Terdapat pemeriksaan
penunjang yang memadai 0,3 2 0,6
d. Mempunyai fanpage,
35
facebook, instagram, 0,3 2 0,6
website
Total
5,2
Weakness (Kelemahan)
a. Semakin banyak Rumah
Sakit yang menawarkan 1 2 2
pelayanan keperawatan
berkualitas yang bisa
menjadi pesaing.
b. Alat penunjang lain 1 3 3
seperti CT scan belum
ada
5
Total
36
BAB IV
PERENCANAAN
1 SO (1,7 – 1)
1.0
0,8
0,7
M1 (4,1 - 0,6)
0,6
0,5
0,1
-0,10 -0,9 - 0,8 - 0,7 - 0,6 - 0,5 - 0,4 -0,3 - 0,2 - 0,1 0,7 0,8 0,9 1,0 1 2 3 4 5 6
0,1
KETERANGAN : 0,2
0,3
M1 : Ketenagakerjaan
0,4
M2 : Sarana dan Prasarana
0,5
MK : Metode-Keperawatan 0,6
0.7
DK : Metode-Dokumentasi
0,8
SO : Metode-Sentralisasi Obat
0,9
SV : Metode-Supervisi
TT : Metode-Timbang Terima 37
DP : Metode-Discharge Planning
B. Identifikasi Masalah
1) Ketenagaan (M1)
a. Perlunya kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui
pelatihan dan pendidikan
b. Pendidikan perawat dalam ruangan jasmine adalah DIII-Keperawatan
2) Sarana dan Prasarana (M2)
a. Tidak adanya ruangan berdasarkan kasus penyakit pasien
b. Tidak tersedia tempat piring kotor untuk pasien
3) Metode (M3)
a. MAKP
1. Diperlukan pemahaman yang menyeluruh tentang model yang
digunakan
b. Timbang Terima Keperawatan
1. Masalah keperawatan lebih fokus pada diagnosis medis
c. Sentralisasi Obat
1. Kurang pengetahuan pasien dan keluarga mengenai jenis dan
manfaat obat yang diberikan
d. Discharge Planning
1. Beberapa pasien tidak diberikan KIE tentang apa harus
dilakukan saat di rumah
e. Supervisi Keperawatan
1. Kurangnya program pelatihan dan sosialisasi tentang supervisi.
2. Perawat dari segi pelaksanaan tindakan banyak yang belum
mengarah kepada SOP
f. Dokumentasi Keperawatan
1. Pengisian format SOAP dalam diagnosa keperawatan ataupun
intervensi yang muncul seringkali menetap tanpa adanya
perubahan intervensi sesuai kondisi pasien.
2. Format yang sudah ada menambah beban kerja perawat
38
5). Marketing (M5)
a. Semakin banyak Rumah Sakit yang menawarkan pelayanan
keperawatan berkualitas yang bisa menjadi pesaing.
b. Alat penunjang lain seperti CT scan belum ada
C. Prioritas Masalah
1. M1( Man) ketenagakerjaan
2. M2( Material) sarana dan Prasarana
3. M3 (Metode) Dokumentasi keperawatan
39
D. PLAN OF ACTION
Indikator
No Masalah Tujuan Kegiatan Waktu PJ
Keberhasilan
1. Ketenagakerjaan (M1) 1. Perawat
1. Perlunya kesempatan 1. Rumah sakit dapat mengikuti Tergantung Efendi
untuk meningkatkan memberikan kesempatan kegiatan seminar kebijakan RS dan Mulyono
kemampuan kerja melalui Meningkatkan kemampuan kepada perawat untuk atau pelatihan ruangan
pelatihan dan pendidikan dan menambah wawasan mengikuti kegiatan atau 2. Perawat dapat
2. Pendidikan perawat dalam perawat pelatihan tentang masalah melanjutkan
ruangan adalah DIII- kesehatan pendidkan
Keperawatan 2. Rumah sakit dapat
memberikan beasiswa bagi
perawat untuk melanjutkan
pendidikan
2 Sarana dan Prasarana 1. meningkatkan Meningkatkan 1. Menganjurkan penambahan Pasien dan
(M2) kenyamanan pasien dan ruangan khusus sesuai pengunjung merasa Stanislaus
1. Tidak adanya ruangan mengurangi terjadinya kelompok dan keparahan nyaman Tergantung Jagom
40
3 M3 (Metode) Dokuemntasi 1. Diagnosa keperawataan 1. Memberikan pelatihan 1. Masalah
Keperawatan seharusnya sesuai tentang asuhan keperawatan kesehatan
1. pengisian format SOAP dengan kondisi pasien terbaru pasien bisa
dalam diagnosa saat itu dan intervensi 2. Menawarkan diagnosa dan cepat teratasi Tergantung
keperawatan ataupun sesuai diagnosa yang di intervensi dalam bentuk hard dengan baik kebijakan RS dan Nurlinda ana
intervensi yang muncul ambil saat itu juga. copy yang sudah tertulis 2. Perawat dapat ruangan sari
seringkali menetap tanpa supaya keluhan pasien diagnosa dan intervensi mengisi format
adanya perubahan saat itu bisa di tangani sehingga perawat tinggal tanpa menulis
intervensi sesuai kondisi secara cepat dan tepat mencentang intervensi yang dan mengurangi
pasien sehingga tidak akan di berikan kepada beban kerja
2. format yang sudah ada menimbulkan masalah pasien sehingga meringankan perawat
menambah beban kerja keperawatan yang baru kerja perawat
perawat 2. Meringankan beban kerja
perawat
41