Disusun oleh :
Raswinarsih Indah Bidasari
00000003985
Pembimbing :
dr. Fransisca Handy, Sp.A
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Ibu
Nama : Ny. AKH
Usia : 26 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan Terakhir : SMA
Ayah
Nama : Tn. I
Usia : 28 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan Terakhir : SMA
III. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 7 Juli 2018 di Rooming In bangsal lantai 2 Rumah Sakit
Umum Siloam Lippo Village secara alloanamnesis dengan ibu pasien.
Keluhan Utama
Pasca kelahiran 7 jam yang lalu.
Riwayat Kehamilan
Ibu pasien melahirkan pasien saat berusia 26 tahun. Pasien merupakan anak pertama dan ibu
pasien menyangkal adanya riwayat keguguran (P1A0). Ibu pasien mengaku selama kehamilan
rutin melakukan antenatal care setiap bulan di RS Umum Siloam Lippo Village. Saat
pemeriksaan USG dikatakan tidak ditemukan kelainan pada kandungan, namun dikatakan bahwa
panggul ibu terlalu sempit. Selama masa kehamilan ibu pasien rutin mengonsumsi suplemen
asam folat dan zat besi dan pada usia kehamilan 7 bulan mendapatkan imunisasi Tdap. Kesan:
Riwayat kehamilan baik.
Kesan: Riwayat nutrisi secara kualitas dan kuantitas saat ini cukup.
Riwayat Imunisasi
Pasien sudah mendapatkan imunisasi hepatitis B pada anterolateral m. vastus lateralis kanan.
Kesan: Riwayat imunisasi dasar sesuai usia.
Pemeriksaan fisis dilakukan pada hari Sabtu, 7 Juli 2018 pada pukul 16.30 WIB
Keadaan Umum : Tampak aktif
Kesadaran : Compos mentis (GCS E4M6V5)
Tanda-Tanda Vital
Sistem Deskripsi
Kulit Kemerahan (+), sianosis (-), turgor kulit baik
Kepala Normosefali, ubun-ubun besar teraba 3x3 cm,
hematoma (-), rambut hitam tersebar merata
Wajah Normofasial
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sklera
biru (-/-), leukocoria (-), epicanthal folds (-/-), ptosis
(-/-)
Pupil: bulat, isokor, 2mm/2mm, refleks cahaya
langsung (+/+) refleks cahaya tidak langsung (+/+)
Hidung Deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung (-/-)
Telinga Daun telinga simetris, low-set ears (-), preauricular
pits (-), otore (-/-)
Mulut Bibir simetris, cleft lip (-), cleft palate (-), pucat (-),
sianosis (-), epstein pearl (-), lembab (+)
Mukosa: lembab, sianosis (-)
Tenggorok Deviasi uvula (-), arkus faring simetris,
Tonsil T1/T1, hiperemis (-) detritus (-)
Hiperemis faring (-), petechiae (-)
Leher Pembesaran tiroid (-), hematoma (-), kista (-),
torticollis (-)
Toraks
- Inspeksi Bentuk normal, pektus ekskavatum (-), pektus
karinatum (-), barrel shape (-), retraksi (-)
- Palpasi Cor: iktus kordis teraba
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
7 Juli 2018
Complete Blood Count
Haemoglobin 14.00 g/dL 10.70-14.70
Hematocrit 42.00 % 31.00-43.00
6
Erythrocyte (RBC) 4.50 10 /mcL 3.70-5.70
3
White Blood Cell (WBC) 11.20 /mcL 5.00-15.50
3
Platelet Count 399.00 10 /mcL 150.00-440.00
MCV, MCH, MCHC
MCV 93.30 fL 72-88
MCH 30.10 pg 23-31
MCHC 33.30 g/dL 32-36
Golongan Darah A
Rhesus Positive
VI. DIAGNOSIS
Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Bonam
Ad sanationam : Bonam
IX. FOLLOW-UP
08/07/18 S Bayi tampak aktif, warna kulit kemerahan, sudah keluar mekonium 4x dan miksi 2x, sucking reflex
baik, ASI ibu semakin banyak, frekuensi menyusui semakin banyak dan durasi semakin lama.
O KU : Tampak sakit sedang
Kes : Compos mentis
BB : 3830 gr (¯ 120 gr ® 3%)
TTV :
- Nadi : 155 x/menit, regular, isi cukup
- Pernafasan : 29x/menit
- Suhu : 37,2 C
Mata : CA -/-, SI -/-, pupil 3mm/3mm, reaktif +/+ : reflek indirek +/+, reflek direk +/+
Pada bayi baru lahir perlu dilakukan pemeriksaan fisis dan observasi selama 24 jam pertama.
Pemeriksaan dilakukan dengan tujuan untuk menilai kesehatan bayi, kesiapan bayi untuk
beradaptasi dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin, dan menilai apakah bayi dapat dirawat di
ruangan biasa bersama ibu pasien atau memerlukan perawatan khusus di NICU (Neonatus
Intensive Care Unit). Pemeriksaan awal yang perlu dilakukan meliputi pemeriksaan kondisi fisis,
skor APGAR, dan skor Ballard.
Pada pemeriksaan fisis dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh dari kepala hingga kaki
bayi, pemeriksaan tanda-tanda vital, dan status antropometri. Pemeriksaan fisis secara
menyeluruh dilakukan untuk menilai apakah terdapat kelainan kongenital pada bayi, sedangkan
pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukan untuk menilai apakah bayi dalam kondisi yang stabil.
1
Tabel 1. Pemeriksaan fisis
Parameter Normal Abnormal
Kulit Warna kemerahan, vernix caseosa, Pucat, kebiruan, petechiae,
pengelupasan superfisial, millia, hemangioma, port wine stains,
mongolian spots, lanugo Harlequin sign
Dada Gerak dada simetris, suara paru Gerak dada asimetris, pectus
vesikuler, suara jantung S1/S2 carinatum, pectus excavatum,
reguler grunting, retraksi dada, stridor,
wheezing, ronkhi, murmur,
gallop
Ekstremitas Jumlah jari sesuai, akral hangat, Warna kebiruan, akral dingin,
capillary refill time < 3 detik capillary refill time > 3 detik,
polydactyly, syndactyly,
developmental dysplasia of the
hip (DDH), kelumpuhan,
fraktur
Punggung Simple dimple, vertebra lurus Skoliosis, coccygeal pits,
meningomyelocele, lipoma
Status antropometri merupakan indikator kesehatan bayi baru lahir karena berat badan lahir dapat
menentukan kesiapan bayi beradaptasi dan memudahkan antisipasi morbiditas dan mortalitas
selanjutnya untuk bayi tersebut. Pada awal masa kelahiran, klasifikasi bayi dapat ditentukan
2
menurut berat badan dan masa gestasi sebagai berikut :
1. Klasifikasi menurut berat lahir
• Bayi Berat Lahir Rendah : < 2500 gram tanpa memandang masa gestasi
• Bayi Berat Lahir Cukup/Normal : > 2500 gram – 4000 gram
• Bayi Berat Lahir Lebih : > 4000 gram
Setelah itu perlu juga dilakukan pengukuran panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada, dan
lingkar perut lalu dinilai status antropometrinya menggunakan kurva Lubchenco untuk
mengetahui apakah sesuai dengan usia gestasi.
Gambar 1. Kurva Lubchenco
Bayi dinilai kecil untuk masa kehamilan bila berada di bawah persentil 10, sesuai untuk masa
kehamilan bila berada diantara persentil 10 – 90, dan besar untuk masa kehamilan bila diatas
persentil 90.
Komponen yang dinilai pada pemeriksaan skor APGAR adalah Appearance, Pulse, Grimace,
Activity, dan Respiration. Pada komponen appearance yang harus dinilai adalah warna kulit bayi,
pulse menilai denyut nadi, grimace menilai refleks rangsang, activity menilai tonus otot, dan
respiration menilai pernapasan bayi baru lahir. Skor APGAR dilakukan pada menit pertama
dan menit kelima setelah kelahiran bayi untuk menilai respon terhadap resusitasi. Bayi yang
mendapat skor 7 atau lebih dianggap dalam keadaan sehat, sedangkan skor yang lebih rendah
menandakan bahwa bayi memerlukan tindakan seperti penyedotan saluran napas atau pemberian
oksigen untuk membantu bayi bernapas lebih baik.
Pemeriksaan skor Ballard dilakukan untuk menentukan usia gestasi bayi dengan cara
menilai neuromuskular dan fisik. Pada penilaian neuromuskular yang perlu diamati adalah
postur, square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear maneuver.
Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara, mata/telinga,
dan genitalia bayi. Hasil penilaian maturitas neuromuskular dan fisik selanjutnya dijumlahkan
dan disesuaikan dengan skor pada table maturity rating.
Pada kasus bayi AKH dapat ditentukan bahwa bayi berada dalam kondisi yang stabil. Hal
ini ditentukan melalui pemeriksaan kondisi fisis yang menunjukkan tidak ada kelainan
kongenital pada bayi dan tanda-tanda vital berada dalam kondisi stabil yang menandakan bahwa
bayi tidak mampu beradaptasi dengan kehidupan ekstrauterin sehingga bayi mendapatkan
perawatan di ruangan biasa bersama ibu pasien. Pada pemeriksaan antropometri menggunakan
kurva Lubchenco, kondisi berat badan dan panjang badan bayi berada pada persentil 25 – 50
sehingga dapat ditetapkan bayi merupakan neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan. Pada
pemeriksaan skor APGAR, pada menit pertama bayi mendapatkan skor 9 dan 10 pada menit
kelima yang menandakan bayi berada dalam kondisi sehat dan respon terhadap resusitasi baik.
Pada pemeriksaan skor Ballard bayi mendapatkan skor 38 yang menunjukkan bayi sudah matur
secara neuromuskular dan fisik.
Hal selanjutnya yang penting untuk diperhatikan adalah cara ibu menyusui bayi. Pemberian
ASI bertujuan tidak hanya sekedar memberi makanan kepada bay, tetapi juga sebagai bentuk
pemberian kasih sayang, rasa nyaman dan aman, serta membangun komunikasi antara ibu dan anak.
Untuk menunjang keberhasilan pemberian ASI, bayi hendaknya disusui segera atau sedini mungkin
setelah lahir. Salah satu penilaian apakah cara pemberian ASI sudah sesuai adalah melalui
pemeriksaan berat badan bayi yang dipantau setiap harinya. Penurunan berat badan per
hari yang baik adalah hanya 10% dari berat lahir. Jika lebih dari 10% perlu dipikirkan adalah ASI
yang kurang, atau kemungkinan terjadinya infeksi pada bayi. Kunci keberhasilan pemberian ASI
adalah dengan menempatkan bayi pada posisi dan perlekatan yang benar. Posisi dan perlekatan yang
benar ini memungkinkan bayi mengisap pada areola sehingga ASI akan mudah keluar dari tempat
diproduksinya ASI dan puting tidak terjepit diantara bibir sehingga puting tidak lecet.
Sebelum menyusui harus dipastikan posisi badan ibu dan badan bayi sudah sesuai,
diawali dengan ibu duduk atau berbaring dengan santai dan memegang bayi pada belakang
bahunya, bukan pada dasar kepala. Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah
payudara dan tempelkan dagu bayi pada payudara ibu. Harus dipastikan hidung bayi jauh dari
payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu sehingga bayi dapat bernapas
dengan mudah. Pastikan posisi mulut bayi melekat dengan bayi pada puting susu ibu. Hal ini
dilakukan dengan cara payudara bagian belakang areola dipegang dengan ibu jari diatas jari yang
lain menopang dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara bagian belakang areola
dengan jari telunjuk dan jari tengah. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting
reflex) dengan cara menyentuh sisi mulut bayi menggunakan puting susu. Setelah bayi membuka
mulutnya segera dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan bahu belakang bayi bukan
bagian belakang kepala dan posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan dengan
hidung bayi. Pastikan mulut bayi terbuka lebar sehingga aerola masuk ke mulut bayi, sehingga
puting susu berada diantara palatum durum dan palatum mole. Lidah bayi akan menekan dinding
bawah payudara dengan gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous. Pada
kasus bayi AKH dapat dikatakan bahwa cara menyusui sudah benar karena penurunan berat
badan bayi tidak melebihi 10 %.
(A) (B)
3
Gambar 3. (A) Cara perlekatan yang benar dan (B) cara perlekatan yang salah
DAFTAR PUSTAKA