PENDAHULUAN
sakit dewasa ini adalah terpenuhinya harapan masyarakat akan mutu dan kapasitas
pelayanan rumah sakit. Disadari bahwa mutu pelayanan yang kurang baik akan
kesulitan lainnya. Sedikitnya 85% dari masalah pelayanan kesehatan adalah pada
proses pelaksanaan pelayanan dan masalah pada proses tersebut adalah masalah
Pelayanan kamar operasi merupakan salah satu bentuk pelayanan yang sangat
mempengaruhi tampilan suatu rumah sakit. Seiring dengan ilmu pengetahuan dan
mahal, jasi harus efisien pengelolaannya. Kamar Operasi (OK) merupakan salah satu
instalasi/unit di rumah sakit dengan tugas pokok dan fungsi menyediakan sumber
pelayanan, pendidikan, dan penelitian pada pelayanan bedah sentral di rumah sakit
(http:www.depkes.or.di).
Kegiatan utama kamar operasi adalah melakukan tindakan operasi elektif atau
terencana. Kamar operasi rumah sakit harus memiliki beberapa fasilitas yang
1
pasien, tim operasi (perawa, operator dan anestesi), ruang operasi, fasilitas dan
peralatan dan bahan/obat habis pakai serta waktu/jam operasi (Astuty, 2005).
prosedur tetap yang ada dan mengutamakan kepuasan pelanggannya (Profil BRSUD
operasi yang melayani bedah cito dan elektif. Dengan disatukannya pelayanan bedah
cito dan elektif di instalasi kamar operasi ini, tindakan bedah elektif sering diundur
pelaksanaaanya. Kapasitas waktu yang tersedia dari jam 8.00 pagi sampai dengan
14.00 siang juga pada kenyataannya tidak dimanfaatkan seefisien mungkin karena
operasi yang mengalami keterlambatan dari bulan Januari sampai dengan Juni 2008
2
Tabel 1.1
Jumlah Tindakan Operasi yang mengalami keterlambatan
pada bulan Januari – Juni 2008
operasi yang mengalami keterlambatan paling banyak pada bulan Mei 2008 yaitu
sebesar (59,34%). Hal ini terjadi karena protap yang berkaitan dengan waktu
keterlambatan operasi yang belum tersosialisasi dengan baik kepada operator dan
Masih belum optimalnya pelaksanaan oleh tim operasi (operator dan anestesi),
pasien dan keluarga tidak puas. Di samping itu dari sisi pasien yang akan menjalani
pembedahan, keterlambatan ini berarti penantian yang lebih panjang serta menambah
3
terjadinya infeksi sangat tinggi. Di samping itu pula semakin lama pasien menunggu
operasi tingkat dehidrasi semakin tinggi khususnya pada pasien anak. Kriteri
menit dari perencanaan (jadwal operasi), keterlambatan operasi yang diamati adalah
tindakan operasi yang terjadwal pada urutan pertama di tiap kamar operasi
(Saridja, 2005).
Swadana Subang dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor datangnya dokter
bedah, operator, anestesi, penjdwalan, faktor pasien serta faktor meterial dan sarana.
tindakan operasi. Selain faktor tersebut, faktor penjdwalan dan penolakan pasien
pada saat akan diberikan tindakan operasi serta keterbatasan sarana dan material
dalam prakteknua menjadi saling terkait satu sama lain sehingga untuk
proses, dan individu sehingga terjadi komunikasi antar ekspert yang cukup intens
tahun 2008.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penelitia ini akan
di kamar operasi BRSUD Unit Swadana Subang tahun 2000. Adapun rumusan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
tindakan operasi.
5
f. Untuk mengetahui faktor ketersediaan material dan sarana yang
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Peneliti
Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dan
dijadikan sebagai bekal ilmu yang kelak dapat diterapkan dalam praktek
asuhan keperawatan.
Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh
Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
4. Bagi Perawat
Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
tindakan operasi.
6
E. Ruang Lingkup Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh tindakan operasi di BRSUD Unit Swadana
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tindakan Operasi
Tindakan operasi adalah seni dan ilmu. Prosedur tindakan operasi yang
dilakukan dengan benar adalah suatu karya seni, yang memerlukan keterampilan,
sumber daya, dan imajinasi dari seluruh tim bedah. Tim mencakup anggota
pelayanan anestesi, perawata perioperatif, dan ahli bedah serta asisten bedah. Selain
itu banyak petugas penunjang lain yang kontribusinya mungkin tersembunyi, tetapi
pascaoperatif yang mungkin setara atau bahkan lebih penting dalam semua aspek
Jelaslah bahwa ilmu bedah, penguasaan penuh atas tugas berbagai aktivitas di
ruang operasi sangat pengting bagi perawat, ahli bedah, petugas anestesi, petugas
pembantu, dan pihak lain agar pekerjaan di ruang operasi berjalan efisien. Istilah
”bedah” yang berasal dari dua kata Yunani tangan dan karya, seringkali memberi
penekanan yang kurang cermat pada aspek manual dan teknis bedah yang bermakna
dalam bidang spesialisasi yang multiaspek ini. Pemakaian kata ”bedah” sebagai
8
B. Pelaksanaan Upaya Menurunkan Keterlambatan Tindakan Operasi
Health (PSBH).
2. Pelaksanaan
setiap hari.
9
d. Problem solver mengetik, menggandakan dan membagikan jadwal kepada
kepala ruang rawat inap, perawat yang bertugas di ruang terima pasien
belum datang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan setiap hari bila
ada.
g. Kepala Instalasi Bedah Sentral (IBS), leader, kepala raung, perawat kamar
3. Evaluasi
hari
4. Kesinambungan
10
c. Menjadi budaya kerja yaitu operasi dengan tepat waktu bagi staf IBS
d. Umpan balik dari Kepala Instalasi Bedah Sentral (IBS) berupa surat
kepada Kepala Staf Medik Fungsional dan Direksi ataw hasil yang telah
5. Pendukung
a. Dukungan dan perhatian dari kepala Instalasi Bedah Sentral (IBS) para
dokter operator dan dokter anestesi serta perawat dan staf administrasi
IBS.
b. Semangat Tim Problem Solving For Better Health Instalasi Bedah Sentral
c. Dukungan persiapan pasien operasi yang baik dari ruang rawat inap
d. Penerimaan yang baik dari para dokter operator dan anestesi saat
2005).
6. Kendala:
yang mendadak.
11
b. Ada dokter atau dokter anestesi tertentu yang kadang masih ada kegiatan
sebagai berikut:
pada jadwal yang sibuk, dan penyesuaian anggaran lembur adalah aspek-
lingkungan kamar operasi pada pagi hari dan mendengarkan laporan dari
12
perawat lain. Apabila pada pagi hari, seorang Kepala Ibs tiba di kamar
hari ini, dan klien tidak disiapkan untuk prosedur bedah pada pagi hari, ia
Satu dari tugas berat Kepala IBS adalah menangani kinerja pegawai
yang tidak adekuat. Masalah ini tidak akan hilang dengan sendirinya dan
protokol dari departemen sumber daya ruma sakit. Pada umumnya, tindakan
perawat baru yang telah menjalani orientasi baru-baru ini mulai berotasi ke
13
bedah umum untuk mendapatkan nilai yang menonjol. Perawat tersebut
disukai oleh staf dan dokter. Dia selalu diikutsertakan dalam percakapan
anestesi untuk kebutuhan bedah. Dengan kata lain waktu operasi elektif
terdapat di pihak ahli anestesi. Pada bedah gawat darurat, faktor waktu yang
sangat berharga ini tidak ada lagi. Perawat anestesi dihadapkan pada tugas
dengan waktu persiapan yang sangat singkat, mungkin 1 jam atau kurang
atau lebih untuk persiapan yang lebih baik, kecuali 5 keadaan kegawatan
Bila keadaan umum pasien yang kurang baik, manfaat untuk segera
Tindakan bedah darurat yang kecil dapat membawa resiko anestesi besar
14
yang tidak terlihat dengan jelas pada permulaan. Penilaian klinis yang baik,
2. Penjadwalan
seperti model penjadwalan yang datang dan dilayani pertama kali. Perkiraan
silih berganti; pada kenyataannya dua kata ini mewakili dua proses penting
15
mengelola sumber daya personel. Pengaturan staf meliputi (1)
penjadwalan dan (2) pengembangan jadwal kerja untuk staf (Barbara, 2006).
Jumlah ruang operasi yang tersedia untuk pembedahan setiap jam per
hari adalah dasar untuk pengaturan dokter bedah, operator dan anestesi. Jam
rumah sakit, yang berkolaborasi dengan komite ruang operasi yang terdiri
sirkulator dan seorang scrub. Peran scrub dan sirkulator bervariasi sesuai
16
membawa scrub-nya sendiri, standar dua staf per ruangan tetap tidak
Penting untuk menyadari kebijakan rumah sakit yang ada, seperti perjanjian
Kebijakan harus mencakup tanggung jawab staf untuk bekerja shift pada
bekerja pada hari libur, dan bekerja pada shift tengah malam.
17
3. Pasien
Pasien yang akan dioperasi biasanya menjadi agak gelisah dan takut.
kadang-kadang pula, kecemasan itu dapat dilihat dalam bentuk lain. Pasien
perhatiannya pada buku atau tidak bisa tidur dan terus bergerak-gerak
(Henderson, 1997).
rendah, tetapi tinggi karbohidrat, protein, vitamin, dan kalori. Pasien yang
kadar protein darahnya rendah, biasanya akan mengalami syok bila dibius
operasi tiba dan segera setelah operasi, pasien perlu diberi makanan secara
parenteral atau sering pula disebut infus. Ini perlu dilakukan karena sewaktu
dilakukan secara darurat dan pasien tidak sempat puasa terlebih dahulu,
harus diusahakan agar pasien daat memuntahkan isi perutnya. Pasien yang
18
dipuasakan selama 18 jam akan mengalami dehidrasi bila tidak diberi cairan
Persiapan fisik pada hari operasi, seperti biasa harus diambil catatan
suhu, tensi, nadi, dan pernapasan. Bila suhunya meningkat, perawat harus
perhatikan pula apakah pasien kedinginan, sakit perut sesak napas. Operasi
yang bukan darurat, bila ada demam, penyakit tenggorokan, atau sedang
haid, biasanya ditunda oleh ahli bedah atau ahli anestesi (Barbara, 2006).
dibawa ke kamar tunggu terlalu cepat, sebab terlalu lama menunggu tiba
2006).
penyulit, batal puasa, buang air besar, hasil laboratorium kurang lengkap,
19
inventarus atau penagihan klien. Faktor material dan sarana mencakup
peralatan yang rusak, suplai linen yang kurang, suplai implant tersendat, alat
steril, obat-obatan, baki untuk instrumen, atau barang lain yang digunakan di
dari item yang diperlukan secara rutin oleh banyak unit di rumah sakit.
dilakukan di kamar operasi antara lain (1) memesan materi, (2) menerima
20
BAB III
A. Kerangka Konsep
hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Input Output
Proses
Keterlambatan dokter
Keterlambatan operator
Keterlambatan anestesi
Penjadwalan Terlambat
Kesediaan Pasien untuk Tindakan
dioperasi operasi
Tidak terlambat
Ketersediaan Material dan
sarana
21
B. Hipotesis Penelitian
22
C. Definisi Operasional
23
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Populasi
Operasi Badan Rumah Sakit Umum Daerah Unit Swadana Subang pada
2. Sampel
pengambilan sampel jika ada pasien yang dilakukan tindakan operasi yaitu
24
Adapun kriteria sampel penelitian sebagai berikut:
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau unsur yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang konsep penelitian tertentu
(Notoatmodjo, 2003). Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas yaitu
untuk dioperasi dan ketersediaan material dan sarana. Sedangkan variabel terikat
D. Instrumen Penelitian
Alat pengumpul data yang digunakan berupa lembar observasi yang disusun
dan dikembangkan oleh peneliti sendiri. Observasi yang digunakan adalah lembar
maka tidak perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen terhadap lembar
observasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikuto (2006) bahwa uji validitas dan
reliabilitas instrumen penelitian hanya digunakan terhadap soal tes atau kuesioner.
25
E. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan Nopember tahun 2008 di Kamar
Operasi BRSUD Unit Swadana Subang. Proses penelitian yang akan penulis
lakukan diharapkan dapat selesai dalam waktu 2 bulan mulai dari penyusunan
1. Data Primer
2. Data Sekunder
1. Pengolahan data
berikut:
26
a. Editing
dilakukan perbaikan.
b. Coding
c. Entri data
d. Tabulasi Data
2. Analisis data
data yang akan dibuat sendiri maupun kelompok dengan tujuan analisis
27
penjadwalan tindakan operasi, kesediaan pasien, dan ketersediaan material
maka dapat dilihat pada nilai p value. Jika p < 0,05 : Ho ditolak. Artinya
operasi. Derajat atau kuat lemahnya tingkat atau derajat keeratan pengaruh
28
BAB V
Pada bab V akan disajikan data hasil penelitian serta pembahasan mengenai
kamar operasi di Badan Rumah Sakit Umum Daerah Unit Swadana Subang
Kabupaten Subang. Penyajian data hasil penelitian dalam bentuk tabel distribusi
A. Hasil Penelitian
sebagai berikut:
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Keterlambatan Tindakan Operasi
29
keterlambatan, dan (24,3%) tidak mengalami keterlambatan tindakan
operasi.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Keterlambatan Dokter Bedah
keterlambatan.
berikut ini:
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Keterlambatan Operator
30
2 Tidak terlambat 11 29,7
Jumlah 37 100
keterlambatan.
berikut ini:
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Keterlambatan Anestesi
keterlambatan.
berikut ini:
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Penjadwalan Operasi
31
No Kategori Frekuensi (%)
1 Tidak sesuai 26 70,3
2 Sesuai 11 29,7
Jumlah 37 100
tindakan operasi terdapat (70,3%) jadwal operasi tidak sesuai, dan (29,7%)
ini:
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Kesediaan Pasien
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Ketersediaan Material dan Sarana
32
Berdasarkan Tabel 5.7 di atas menggambarkan bahwa dari 37
tindakan operasi tidak memadai, dan (27%) material dan sarana tindakan
operasi memadai.
Operasi
tindakan operasi yang disajikan dalam bentuk tabel tabel tabulasi silang
Tabel 5.8
Crosstabulation Keterlambatan Dokter Bedah Terhadap
Keterlambatan Tindakan Operasi
Tindakan Operasi
Mengalami Keterlambatan Total
Tidak
Terlambat terlambat
Keterlambatan Terlambat Count
24 0 24
Dokter Bedah
% within
Keterlambatan 100,0% ,0% 100,0%
Dokter Bedah
Tidak Count
4 9 13
Terlambat
% within
Keterlambatan 30,8% 69,2% 100,0%
Dokter Bedah
Total Count 28 9 37
33
% within
Keterlambatan 75,7% 24,3% 100,0%
Dokter Bedah
p < 0,05, maka hipotesis alternatif (Ho) yang menyatakan: Tidak ada
kuat.
Tindakan Operasi.
34
Tabel 5.9
Crosstabulation Keterlambatan Operator Terhadap
Keterlambatan Tindakan Operasi
Tindakan Operasi
Mengalami
Keterlambatan Total
Tidak
Terlambat terlambat
Keterlambatan Terlambat Count
24 2 26
Operator
% within
Keterlambatan 92,3% 7,7% 100,0%
Operator
Tidak Count
4 7 11
Terlambat
% within
Keterlambatan 36,4% 63,6% 100,0%
Operator
Total Count 28 9 37
% within
Keterlambatan 75,7% 24,3% 100,0%
Operator
p < 0,05, maka hipotesis alternatif (Ho) yang menyatakan: Tidak ada
35
Contingency Coefficient yaitu 0,512 berarti memiliki pengaruh yang
kuat.
Tindakan Operasi.
Tabel 5.10
Crosstabulation Keterlambatan Anestesi Terhadap
Keterlambatan Tindakan Operasi
Tindakan Operasi
Mengalami
Keterlambatan Total
Tidak
Terlambat terlambat
Keterlambatan Terlambat Count
19 1 20
Anestesi
% within
100,0
Keterlambatan 95,0% 5,0%
%
Anestesi
Tidak Count
9 8 17
Terlambat
% within
100,0
Keterlambatan 52,9% 47,1%
%
Anestesi
Total Count 28 9 37
% within
100,0
Keterlambatan 75,7% 24,3%
%
Anestesi
36
Berdasarkan tabel 5.10 di atas, didapat bahwa dari 20 anestesi
p < 0,05, maka hipotesis alternatif (Ho) yang menyatakan: Tidak ada
kuat.
pengaruh tersebut dapat dilihat pada tabel tabulasi silang berikut ini:
Tabel 5.11
Crosstabulation Penjadwalan Tindakan Operasi Terhadap
Keterlambatan Tindakan Operasi
37
Tindakan Operasi
Mengalami
Keterlambatan Total
Tidak
Terlambat terlambat
Penjadwalan Tidak sesuai Count
Tindakan 24 2 26
Operasi
% within
Penjadwalan 92,3% 7,7% 100,0%
Tindakan Operasi
Sesuai Count 4 7 11
% within
Penjadwalan 36,4% 63,6% 100,0%
Tindakan Operasi
Total Count 28 9 37
% within
Penjadwalan 75,7% 24,3% 100,0%
Tindakan Operasi
p < 0,05, maka hipotesis alternatif (Ho) yang menyatakan: Tidak ada
38
menggunakan Contingency Coefficient yaitu 0,512 berarti memiliki
Operasi.
pengaruh tersebut dapat dilihat pada tabel tabulasi silang berikut ini:
Tabel 5.12
Crosstabulation Kesediaan Pasien Terhadap
Keterlambatan Tindakan Operasi
Tindakan Operasi
Mengalami
Keterlambatan Total
Tidak
Terlambat terlambat
Kesediaan Menolak Count
Pasien
21 2 23
untuk
dioperasi
% within
Kesediaan Pasien 91,3% 8,7% 100,0%
untuk dioperasi
Menerima Count 7 7 14
% within
Kesediaan Pasien 50,0% 50,0% 100,0%
untuk dioperasi
Total Count 28 9 37
39
% within
Kesediaan Pasien 75,7% 24,3% 100,0%
untuk dioperasi
keterlambatan.
p < 0,05, maka hipotesis alternatif (Ho) yang menyatakan: Tidak ada
Segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai bahan dan alat untuk
40
Tabel 5.13
Crosstabulation Ketersediaan Material dan Sarana Terhadap
Keterlambatan Tindakan Operasi
Tindakan Operasi
Mengalami Keterlambatan Total
Tidak
Terlambat terlambat
Ketersediaan Tidak Count
Material dan memadai 24 3 27
Sarana
% within
Ketersediaan
88,9% 11,1% 100,0%
Material dan
Sarana
Memadai Count 4 6 10
% within
Ketersediaan
40,0% 60,0% 100,0%
Material dan
Sarana
Total Count 28 9 37
% within
Ketersediaan
75,7% 24,3% 100,0%
Material dan
Sarana
p < 0,05, maka hipotesis alternatif (Ho) yang menyatakan: Tidak ada
41
demikian, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara ketersediaan
B. Pembahasan
keterlambatan.
berdasarkan hasil uji statistik bahwa nilai p < 0,05, dengan demikian ada
42
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Liana (2003)
Dr.Cipto Mangunkusumo.
keterlambatan.
berdasarkan hasil uji statistik bahwa nilai p < 0,05, dengan demikian ada
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Liana (2003)
Dr.Cipto Mangunkusumo.
43
3. Faktor Keterlambatan Anestesi
keterlambatan.
berdasarkan hasil uji statistik bahwa nilai p < 0,05, dengan demikian ada
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Liana (2003)
Mangunkusumo.
Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Rini Sunaring
keterlambatan.
44
4. Faktor Penjadwalan Tindakan Operasi.
terdapat (70,3%) jadwal operasi tidak sesuai, dan (29,7%) jadwal operasi
karena faktor lainnya. Selanjutnya hasil analisis uji statistik bahwa nilai
p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kuat antara
Kamar Operasi.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Liana (2003)
Dr.Cipto Mangunkusumo.
45
untuk dioperasi terdapat 2 tindakan operasi yang tidak mengalami
statistik didapat nilai p < 0,05, maka disimpulkan bahwa ada pengaruh
Kamar Operasi.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Liana (2003)
Dr.Cipto Mangunkusumo.
tidak memadai, dan (27%) material dan sarana tindakan operasi memadai.
46
tidak menentukan pemesanan kebutuhan operasi, dan (45,9%) kamar
Selanjutnya berdasarkan hasil analisis uji statistik didapat nilai p < 0,05,
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Liana (2003)
Dr.Cipto Mangunkusumo.
Nugroho (2006) bahwa terdapat empat kelompok paling besar yang sangat
dan jadwal yang tidak lengkap. Faktor pasien berupa pulang paksa/menolal
47
operasi, terdapat penyulit, batal puasa, BAB, hasil laboratorium kurang
infus. Faktor material dan sarana mencakup peralatan yang rusak, suplai
linen yang kurang, suplai implant tersendat, alat dipakai secara bergantian,
antar ekspert yang cukup intens dalam pengelolaannya agar diperoleh hasil
yang maksimal.
BAB VI
A. Kesimpulan
48
3. Ada pengaruh kuat secara statistik antara keterlambatan anestesi terhadap
B. Saran
sebagai berikut:
49
50