Puji dan syukur penulis panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Panduan Aplikasi Sistem
Informasi Jadwal Operasi (SIJO) di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Adapun tujuan dari penulisan panduan ini adalah sebagai acuan bagi pengguna
(user) aplikasi SIJO dalam menggunakan aplikasi.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga
Panduan Aplikasi Sistem Informasi Jadwal Operasi (SIJO) ini dapat selesai dengan
baik. Penulis menyadari bahwa panduan ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan panduan ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga panduan ini berguna bagi para pembaca
dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
2
DAFTAR ISI
Halaman Depan
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB 1
1.1 Pendahuluan 4
1.2 Tujuan Pembuatan Panduan 7
1.3 Pengertian Indikator Angka Pembatalan Operasi 7
1.4 Pengertian Operasi Elektif 7
1.5 Aplikasi Penjadwalan Operasi (SIJO) 9
BAB 2
2.1 Tatacara Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Jadwal Operasi UTD 12
2.2 Tatacara Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Jadwal Operasi Rawat Inap 15
2.3 Tatacara Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Jadwal Operasi Patologi
Anatomi 18
2.4 Tatacara Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Jadwal Operasi Laboratorium
21
2.5 Tatacara Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Jadwal Operasi ICU 24
2.6 Tatacara Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Jadwal Operasi IBS 27
2.7 Tatacara Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Jadwal Operasi Farmasi 31
2.8 Tatacara Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Jadwal Operasi DPJP 34
2.9 Tatacara Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Jadwal Operasi Anestesi 40
2.10 Tatacara Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Jadwal Operasi Admisi 43
3
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu pelayanan medis yang penting di rumah sakit adalah pelayanan
kamar operasi dan anestesi. Kamar operasi adalah bagian yang krusial dan harus
dikelola dengan sebaik-baiknya karena kegiatan operasi membutuhkan biaya yang
banyak, diantaranya biaya perawatan, biaya operasional (Ahmad Khan, Sheraz, &
Ahmad, 2016; Marjamaa, Vakkuri, & Kirvelä, 2008). Sumber daya manusia
multidisiplin ilmu terlibat di kamar operasi meliputi staf medis dan nonmedis yang
juga membutuhkan biaya yang besar. Menurut Denton (2007) dari 60-70%
pengeluaran rumah sakit, sekitar 40% merupakan pengeluaran untuk aktivitas di
kamar operasi (Guerriero & Guido, 2011).
4
Tabel 1. 1 Capaian indikator kinerja BLU RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang
Semester 1 tahun 2022
Standar capaian untuk indikator Angka Pembatalan Operasi adalah kurang dari 1%.
Tabel 1. 2 Target capaian indikator Angka Pembatalan Operasi
5
Tabel 1. 3. Penyebab Pembatalan Operasi Elektif
Dari tabel 3 diatas terlihat bahwa penyebab utama (54%) pembatalan operasi
karena kondisi pasien yang tidak layak operasi sehingga tidak memungkinkan untuk
dilakukan operasi. Hal ini dapat dicegah dengan menjadwalkan pasien yang dalam
kondisi baik (layak operasi). Penyebab kedua dikarenakan hasil swab PCR pasien
yang positif, yang dapat diminimalkan dengan cara penjdwalan hanya pada pasien
yang negative hasil skrinning covid. Dengan banyaknya penyebab pembatalan
operasi elektif menunjukkan kompleksitas permasalahan dan banyaknya pihak yang
terlibat dalam menentukan penjadwalan operasi elektif.
Hal ini mengingat Operasi Elektif itu sendiri merupakan Tindakan bedah yang
dilakukan secara terjadwal dengan persiapan pada pasien bukan dalam kondisi
gawat darurat. Dalam pelaksanaan di lapangan banyak hal yang menjadi kendala,
mulai dari perburukkan kondisi pasien karena lamanya antrian, hasil swab covid
positif, tidak tersedianya ruang ICU untuk post operasi dan sebagainya. Dengan
memanfaatkan peran teknologi saat ini, maka disusunlah suatu Aplikasi
Penjadwalan Operasi yang disingkat SIJO yang mengakomodir semua pihak yang
terlibat dalam penjadwalan operasi elektif sehingga memudahkan dalam koordinasi
dan kejelasan alur pasien yang akan dijadwalkan operasi. Hal ini sejalan dengan
pilar keenam transformasi bidang kesehatan yakni Transformasi Teknologi
Kesehatan.
6
1.2 Tujuan Pembuatan Panduan
1. Elektif
7
Pembedahan ini sangat diperlukan untuk kesehatan pasien, dapat
mencegah terjadinya masalah lebih lanjut seperti destruksi jaringan atau
fungsi organ yang terganggu. Pembedahan ini bersifat segera, indikasi
pembedahan antara 24-30 jam. Pembedahan ini dilakukan pada kasus
seperti eksisi tumor ganas, pengangkatan batu kandung empedu,
pengangkatan batu ureter dan batu ginjal.
Pembedahan ini bersifat segera karena bila tidak dilakukan dengan segera
dapat mengancam jiwa, indikasi pembedahan ini tidak dapat ditunda.
Pembedahan harus segera dilakukan karena untuk menyelamatkan jiwa
atau mempertahankan fungsi organ, misalnya dilakukan untuk memperbaiki
perforasi appendik, memperbaiki amputasi traumatic, dan mengontrol
perdarahan internal.
1. Kategori Mendesak
Kategori ini ditandai dengan kondisi pasien yang dinilai memiliki potensi untuk
memburuk dengan cepat, yang mana dapat menjadi keadaan darurat.
Kategori pertama ini memiliki waktu tunggu paling lama 30 hari.
2. Kategori Semi-Mendesak
Prosedur operasi elektif dalam hal ini diperuntukkan bagi pasien dengan
disfungsi atau kecacatan. Dengan catatan, kondisi pasien tidak berpotensi
memburuk dengan cepat ataupun berubah menjadi keadaan darurat dalam
waktu dekat. Pada kategori ini, dokter dapat memasukkan pasien dalam
daftar operasi elektif dengan waktu tunggu paling lambat 90 hari.
8
darurat. Untuk kategori ini, operasi elektif memiliki waktu tunggu kurang lebih
365 hari atau 1 tahun.
9
Bagan 2. SOP Penjadwalan Operasi Elektif RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
10
Bagan 4. Alur flow chart SIJO
11