Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN INTRANATAL

I. Respon ibu dan janin terhadap persalinan


Proses kelahiran bayi seluruhnya berpusat pada keamanan jalan lahir yang akan
dilalui janin-yang telah berkembang secara lengkap melewati panggul. Jika ada
ketidakteraturan pada struktur penggul maka akan menunda kemajuan persalinan, dan setiap
deformitas yang bermakna dapat membuat persalinan melalui jalan lahir alami tidak dapat
dilakukan.
1.1 panggul
a. Bagian panggul
Panggul minor (true pelvis) membentuk saluran dari tulang yang harus dilalui janin
selama persalinan dan kelahiran dan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu : pintu atas atau tepi
atas, pintu bawah, dan sebuah rongga.
- Pintu atas panggul
Lanjutan dari promontorium sacrum dan membentang disepanjang ilium pada kedua sisi
dalam bentuk lingkaran merupakan sebuah pinggiran yang disebut linea termisalis atau
tepi atas (brim). Ini membentuk batas pintu masuk atau jalan masuk yang harus dilewati
kepala janin untuk dapat memasuki panggul minor.
Pintu atas panggul terkadang disebut tepi atas panggul (pelvic brim) atau selat superior
(superior strait) memisahkan panggul mayor dari panggul minor. Pintu atas panggul
berbentuk seperti jantung dan promontorium sacrum membentuk tonjolan kecil dari
belakang mengarah ke bagian dalam pintu atas panggul. Umumnya, pintu atas panggul
paling luas berada diantar kedua sisi dan paling sempit berada di antara bagian depan dan
belakang panggul (yaitu, dari promontorium sacrum ke simfisis). Kepala janin memasuki
pintu atas panggul yang berukuran normal dengan diameternya yang terpanjang
(anteroposterior) berada pada diameter transversal pannggul. Dengan kata lain, diameter
kepala janin yang terbesar akan menyesuaikan diri dengan diameter pintu atas panggul
yang terbesar.
- Pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul adalah sebuah ruangan yang didepannya dibatasi oleh simfisis pubis
dan lengkung pubis, di kedua sisi dibatasi oleh tuber iskia dikum, dan bagian belakang
dibatasi oleh tulang koksigis dan lligamenta sakrosiskiadika yang lebih besar. Separuh
bagian depan pintu bawah panggul menyerupai segitiga. Dasar segitiga adalah jarak
antara tuber iskiadikum; dua sisi lain dari segitiga diberikan oleh lengkung/ arkus pubis.
Dari sudut pandang obstetric, segitiga ini merupakan bagian yang sangat penting karena
kepala janin harus menggunakan ruang ini untuk keluar dari panggul dan tubuh ibu.
Wanita memiliki arkus pubis yang lebar, sedang pria sempit.
Pada panggul wanita yang khas, diameter terbesar dari pintu atas panggul adalah
transversal (melintang dari satu sisi ke sisi lain), sementara diameter terbesar dari pintu
bawah panggul adalah anteroposterior. Ketika kepala janin muncul dari panggul, ia
melewati pintu bawah panggul dalam posisi anteroposterior, sekali lagi menyesuaikan
diameter terbesarnya dengan diameter jalan lahir yang terbesar. Karena kepala berada
pada posisi melintang pada saat memasuki panggul dan keluar dalam anteroposterior,
kepala harus berputar sekitar 90 derajat pada saat melewati panggul. Proses rotasi ini
merupakan salah satu fase terpenting dalam persalinan.
- Rongga pangul
Rongga panggul adalah ruang antara pintu atas panggul, pintu bawah panggul, dan
dinding anterior, posterior, dan lateral panggul. Bagian atas rongga panggul hampir
berbentuk tabung, sementara bagian bawah melengkung. Sangat penting untuk
memerhatikan aksis rongga panggul. Selama proses kelahiran, kepala janin harus terus
turun ke sepanjang aksis bawah sampai hampir setinggi spina iskiadika dan mulai
berbelok ke depan. Aksis rongga menentukan arah yang di ambil janin saat melalui
panggul dalam proses kelahiran. Persalinan dipersulit oleh lengkungan dalam saluran
panggul ini karena janin harus mennyesuaikan diri dengan alur melengkung dan dengan
keragaman ukuran rongga pada tingkat berbeda.
b. Jenis panggul
Panggul sangat bervariasi pada setiap individu : tidak ada dua panggul yang benar-benar
sama persis. Bahkan wanita yang memiliki ukuran panggul rata-rata dapat memiliki
kontur dan perkembangan otot panggul yang berbeda. Perbedaan ini dapat disebabkan
oleh keturunan, penyakit, cedera, atau pertumbuhan dan perkembangan.
Terdapat empat jenis utama panggul, yaitu :
 Ginekoid : ini lazim disebut panggul “wanita”. Jenis ini tampak berbentuk bundar dan
silinder secara keseluruhan dengan diameter yang adekuat umtuk kelahiran melalui
vagina. Jenis panggul ini terdapat hampir pada 50% wanita.
 Anthropoid : bentuknya sempit dari sisi ke sisi dan melebar dari depan ke belakang
dengan diameter biasanya adekuat untuk melahirkan melalui vagina. Jenis ini terdapat
pada hampir 50% wanita non kulit putih dan pada 25% wanita kulit putih.
 Android : sering dianggap sebagai panggul “pria”, tampak berbentuk seperti jantung atau
segitiga pada pintu atas panggul dan tidak menguntungkan untuk kelahiran melalui
vagina. Jenis ini ditemukan pada sekitar 20% wanita.
 Platipelloid : jenis ini tampak datar dari depan ke belakang dan melebar dari sisi ke sisi
dengan diameter yang biasanya kurang menguntungkan untuk kelahiran melalui vagina.
Ini ditemukan pada kurang dari 3% wanita.

Sikap janin ketika melewati jalan lahir, dan akibat dari jenis persalinan, sangat beragam
pada setiap jenis panggul. Selain itu, banyak variasi terjadi akibat penyempitan abnormal
dari sebuah diameter atau diameter lain.
Selama kehamilan, relaksasi sendi panggul terjadi karena pengaruh hormonal,
penggunaan posisi jongkok yang dimodifikasi selama kala dua persalinan. Pada posisi
ini, wanita dapat memperlebar diameter pintu bawah panggulnya sebesar 0,5 sampai 2,0
cm dn dapat meningkatkan efisiensi serta efektivitas upaya mengejannya.
c. Pengukuran panggul :
Panggul setiap wanita hamil harus diukur secara akurat pada saat evaluasi prenatal untuk
menentukan apakah ada sesuatu yang dapat mempersulit proses kelahiran. Sangat besar
manfaat mengetahui lebih jauh mengenai ada tidaknya abnormalitas dalam ukuran atau
konfigurasi panggul, informasi ini paling siap dan tepat diperoleh dengan baik setelah
kemajuan awitan persalinan.
Jenis pengukuran panggul :
Pengukuran panggul bagian dalam yang dilakukan secara manual memiliki arti penting
untuk memperkirakan ukuran panggul dan menganli beragam variasi dari ukuran panggul
normal (misalnya kecil atau datar) yang dapat menyebabkan komplikasi pada saat
persalinan dan kelahiran. Pengukuran ini dilakukan secara optimal pada minggu ke-34
sampai minggu ke-36 kehamilan saat peningkatan mobilitas sendi dan distensibilitas
jaringan lunak membuat prosedur menjadi lebih mudah dan lebih nyaman untuk pasien.
Pada banyak panggul yang abnormal, deformitas yang paling jelas memengaruhi diameter
anteroposterior pintu atas panggul.
Pertama-tama ibu diposisikan telentang dimeja pemeriksaan, dengan lututnya ditarik ke
atas dan kakinya disangga oleh penyangga kaki (stirrup). Berikutnya dua jari dimasukkan
ke dalam vagina.evaluasi meliputi pengkajian tinggi simfisis pubis, bentuk
lengkung/arkus pubis, motilitas koksigis, kemiringan dinding anterior panggul, dan
penonjolan spina iskiadika.
Metode pengukuran meliputi :
Pengukuran Definisi dan gambaran Prosedur pengkajian
Konjugata diagonalis (pintu  Jarak antara  Masukkan dua jari ke
atas panggul) promontorium sacrum dalam vagina
dengan batas bawah  Tekan jari ke bagian
simfisis pubis dalam dan bagian atas
 Pengukuran panggul sejauh mungkin sampai
yang paling penting jari tengah menyentuh
 Pada panggul abnormal, promontorium sacrum
diameter mungkin  Tandai titik punggung
pendek tangan yang berada tepat
di bawah simfisis dengan
meletakkan jari telunjuk
tangan yang lain pada
titik yang tepat.
 Tarik jari dan ukur jarak
dari ujung jari tengah ke
titik yang telah ditandai
(pengukuran konjugata)
 Gunakan skala
pengukuran yang kaku
atau pelvimeter untuk
mengukur jarak.
Cat : jika jarak ≥ 11,5 cm,
pintu atas panggul dianggap
adekuat untuk proses
melahirkan

Konjugata vera (pintu atas Pengukuran ini berasal dari


 Jarak antara batas atas
panggul) pengukuran konjugata
simfisis pubis dan
diagonalis dengan:
promontorium sacrum;
pengukuran langsung  Mengurangi 1,5-2,0 cm
hanya melalui sinar-x\ dari panjang konjugata
 Diameter diagonalis
anteroposterior terkecil  Dengan menggunakan
pada pintu atas panggul; 1,5 cm sesuai rumus di
yang harus dilalui atas jika tinggi dan
kepala janin; normalnya kemiringan simfisis
≥ 10 cm pubis rata-rata atau 2 cm
jika simfisis pubis tinggi
dan memiliki
kemiringan yang jelas.
 Pengukuran ini tidak
Konjugata obstetric (pintu
dapat diperoleh secara
atas panggul)  Diameter
langsung melalui
anteroposterior yang
pemeriksaan panggul;
berawal dari ujung
promontorium sacrum jarang dibedakan dari
dan berakhir pada konjugata vera kecuali
permukaan dalam pad pelvimetri
simfisis pubis, beberapa  Ukuran normalnya ≥ 10
millimeter dibawah cm
batas atasnya
 Diameter terpendek
yang harus dilalui
Diameter bi-iskiadikum kepala janin saat
 Rebahkan pasien pada
atau diameter intertuberosa menuruni panggul minor
posisi litotomi dengan
(pintu bawah panggul)  Diameter antara tuber
kaki dipisahkan secara
iskiadikum
lebar
 Diameter transversal
 Letakkan kepalan tangan
pintu bawah panggul,
pada perineum diantara
normalnya lebih dari 8
aspek terdalam dan
cm
terbawah tuber
iskiadikum, setinggi
batas bawah anus.
 Perhatikan jarak antara
penanda (landmark) ini
pada kepalan tangan
 Bandingkan ukuran
kepalan tangan dengan
jarak yang diperoleh
untuk memastikan
ukurannya.

1.2 Hubungan fetus dan panggul


Faktor Esensial Persalinan :
1) Passenger (penumpang, yaitu janin dan plasenta)
- Sikap janin : hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yang lain.
Hubungan antara bagian-bagian badan fetus satu sama lain. Biasanya fetus dalam
keadaan fleksi, membentuk ovoid mengikuti bentuk kavum uteri (ruangan fundus
lebih luas dari serviks). Fleksi dalam keadaan normal adalah fleksi maksimal
(kepala), punggung membungkuk, kedua tangan bersilang di depan dada dan
kedua tungkai bersilang di depan perut. Sikap lainnya termasuk sikap militer
(fleksi sedang :presentasi kepala bagian atas), defleksi (ekstensi sedang :
presentasi dahi), dan ekstensi : presentasi wajah.
- Letak : Hubungan antara sumbu fetus dengan sumbu jalan lahir, terdiri dari:
 Letak memanjang / longitudinal : sumbu fetus searah / sejajar sumbu jalan lahir
 Letak melintang / tranversal : sumbu fetus tegak lurus terhadap sumbu jalan lahir
 Letak oblik : sumbu fetus dalam sudut tertentu dengan sumbu jalan lahir.
- Presentasi : Bagian janin yang pertama kali memasuki pintu atas panggul dan
terus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm. Macam- macam
presentasi janin:
 Kepala lebih dahulu (96%)
 Sungsang (Bokong lebih dahulu : 3%)
Presentasi bokong sempurna (complete breech) : Fetus dalam posisi duduk dalam
lahir tp bokong masuk merupakan presenting part. Seluruh anggota gerak janin
fleksi sempurna
Presentasi bokong murni (Frank breech) : Bagian terbawah dari fetus adalah
bokong, kedua tungkai dalam fleksi dan sejajar toraks (lutut ekstensi)
 Bahu lebih dahulu (1%)
 Presentasi kaki (footling breech/incomplete breech) : Salah satu atau kedua kaki
lebih inferior dibandingkan dengan bokong dan akan menjadi bagian pertama
yang lahir.
- Posisi: Hubungan antara bagian tertentu fetus (UUK,dagu, mulut, sakrum,
punggung) dengan bagian kiri, kanan, depan, belakang sumbu ibu. Misalnya pada
letak belakang kepala (LBK),UUK kiri depan, UUK kanan belakang.
2) Passegaway (jalan lahir)
- Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul
serta jaringan lunak yang terdiri dari segmen bawah uterus yang dapat meregang,
serviks, otot dasar panggul, vagina dan introitus.
- Rongga-rongga panggul yang normal adalah : pintu atas panggil hampir
berbentuk bundar, sacrum lebar dan melengkung, promontorium tidak menonjol
ke depan, kedua spina ischiadica tidak menonjol kedalam, sudut arcus pubis
cukup luas (90-100), ukuran conjugata vera (ukuran muka belakang pintu atas
panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11 cm, ukuran
diameter transversa (ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm, diameter
oblique (ukuran sserong pintu atas panggul) 12-14 cm, pintu bawah panggul
ukuran muka melintang 10-10,5 cm.
- Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat menyebabkan
hambatan persalinan apabila : panggul sempit seluruhnya, panggul sempit
sebagian, panggul miring, panggul seperti corong, ada tumor dalam panggul
- Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam jaringan, untuk dapat
dilalui bayi dengan mudah jaringan dan otot-otot harus lemas dan mudah
meregang, apabila terdapat kekakuan pada jaringan, maka otot-otot ini akan
mudah ruptur.
- Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya disebabkan oleh serviks yang kaku
(pada primi tua primer atau sekunder dan serviks yang cacat atau skiatrik),
serviks gantung (OUE terbuka lebar, namun OUI tidak terbuka), serviks
konglumer (OUI terbuka, namun OUE tidak terbuka), edema serviks (terutama
karena kesempitan panggul, sehingga serviks terjepit diantara kepala dan jalan
lahir dan timbul edema), terdapat vaginal septum, dan tumor pada vagina.
3) Powers (kekuatan)
Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya
kontraksi dan retraksi otot-otot rahim. Terdiri dari
- Kekuatan primer yaitu kontraksi uterus involunter, yang menandai dimulainya
persalinan. Setiap kontraksi uterus memiliki tiga fase:
 Increment : ketika intensitas terbentuk
 Acme : puncak atau maksimum
 Decement : ketika otot relaksasi

Istilah yang digunakan untuk menggambarkan kontraksiinvolunter ini adalah:

 Frekuensi : waktu antar kontraksi, yaitu antara awal suatu kontraksi dan awal
kontraksi berikutnya.
 Durasi : lama kontraksi diukur dari awal increment – akhir decrement
 Intensitas : kekuatan kontraksi
- Kekuatan sekunder yaitu bila serviks berdilatasi, usaha volunter dimulai untuk
mendorong, yang disebut kekuatan sekunder, yang memperbesar kekuatan
kontraksi involunter.
4) Posisi ibu
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Mengubah
posisi membuat rasa letih hilang,memberi rasa nyaman, dan memperbaiki
sirkulasi.Contoh : posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok.
Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin.
5) Psychologik respon
- Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab lamanya
persalinan, his menjadi kurang baik, pembukaan menjadi kurang lancar
- Menurut Pritchard, dkk perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama yang
menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi
rahim dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lama.
1.3 Fetal descent selama persalinan
 BIDANG HODGE
Bidang-bidang sepanjang sumbu panggul yang sejajar dengan pintu atas panggul,
untuk patokan/ukuran kemajuan persalinan (penilaian penurunan presentasi janin).
- Bidang Hodge I adalah bidang pintu atas panggul, dengan batas tepi atas
simfisis.
- Bidang Hodge II adalah bidang sejajar H-I setinggi tepi bawah simfisis
- Bidang Hodge III adalah bidang sejajar H-I setinggi spina ischiadica
- Bidang Hodge IV adalah bidang sejajar H-I setinggi ujung bawah os coccygis.
 Turunnya Kepala Janin
- Hodge I : Kepala turun setinggi PAP
- Hodge II : Kepala turun setinggi pinggir bawah simpisis
- Hodge III : Kepala turun setinggi spina ischiadika
- Hodge IV : Kepala turun setinggi os cogsegis
 Menentukan Penurunan Bagian Terbawah Janin
Penilaian penurunan kepala janin dilakukan dengan menghitung proporsi bagian
terbawah janin yang masih berada diatas tepi atas simpisis dan dapat diukur
dengan 5 jari tangan pemeriksa. Bagian diatas simpisis adalah proporsi yang
belum masuk PAP dan sisanya menunjukkan sejauh mana bagian terbawah janin
telah masuk kedalam rongga panggul. Penurunan bagian terbawah dengan metode
5 jari adalah :
1) 5/5 jk bagian terbawah seluruh teraba diatas simpisis pubis.
2) 4/5 jk sebagian terbawah janin telah masuk PAP
3) 3/5 jk sbgn tlh memasuki rongga panggul
4) 2/5 jk hy sbgn terbawah janin masih berada diatas simpisis
5) 1/5 jk hy 1 dr 5 jr msh dpt mrb bagian bwh janinyg berada diatas simpisis.
6) 0/5 jk bagian terbawah janin tdk dpt teraba dr pemeriksaan luar.

1.4 Evaluasi fetal malpresentasi


Malpresentasi adalah semua presentasi lain dari janin selain presentasi vertex . Malposisi
merupakan posisi abnormal dari vertex kepala janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai
penanda) terhadap panggul ibu. Beberapa jenis presentasi dan mal posisi : vertex, bokong,
bahu (lintang), muka, dahi, tali pusat dan kompleks.
a. Presentasi Puncak kepala
Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin dalam keadaan flexi dalam
keadaan tertentu flexi tidak terjadi, sehingga kepala deflexi. Presentasi puncak kepala
disebut juga preesentasi sinput terjadi bila derajat deflexinya ringan, sehingga ubun-ubun
besar merupakan bagian terendah. Pada presentasi puncak kepala lingkar kepala yang
melalui jalan lahir adalah sikumfrensia fronto oxipito dengan titik perputaran yang berada
di bawah simfisis adalah glabella.
Etiologi :
• Kelainan panggul
• Kepala berbentuk bulat
• Anak kecil/mati
• Kerusakan dasar panggul
Penanganan
• Usahakan lahir pervaginam karena kira-kira 75 % bisa lahir spontan
• Bila ada indikasi ditolong dengan vakum/forsep biasanya anak yang lahir di dapati caput
daerah UUB
Komplikasi
Ibu : Robekan jalan lahir yang lebih luas
Anak : Karena partus lama dan molase hebat sehingga mortalitas anak agak tinggi.
b. Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah posisi kepala antara flexi dan deflexi, sehingga dahi merupakan
bagian terendah. Posisi ini biasanya akan berubah menjadi letak muka/letak belakang
kepala.
Kepala memasuki panggul dengan dahi melintang/miring pada waktu putar paksi dalam,
dahi memutar kedepan depan dan berada di bawah arkus pubis, kemudian terjadi flexi
sehingga belakang kepala terlahir melewati perinerum lalu terjadi deflexi sehingga
lahirlah dagu.
Etiologi :
• Panggul sempit
• Janin besar
• Multiparitas
• Kelainan janin, misalnya : anansefalus
• Kematian janin intra uteri
Penanganan
 Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak dapat lahir spontan
pervaginam, jadi lakukan SC (janin hidup). Janin mati SC, pembukaan lengkap
Kraniotomi. pembukaan belum lengkap.
Komplikasi
 Ibu : Partus lama dan lebih sulit, bisa terjadi robekan yang hebat dan ruptur uteri
 Anak : Mortalitas janin tinggi.
c. Presentasi Occipito posterior
Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui PAP dengan
sutura sagitalis melintang/miring, sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri
melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang/kanan belakang.
Dalam keadaan flexi bagian kepala yang pertama mencapai dasar panggul adalah
Occiput. Occiput akan memutar kedepan karena dasar panggul dan muculus levator
aninya mementuk ruangan yang lebih sesuai dengan occiput. Keadaan UUK dibelakang
dianggap <>
• Diameter antero posterior panggul lebih panjang dari diameter transversa Ex : panggul
antiopoid
• Segmen depan Menyempit Ex : panggul android
• Otot-otot dasar panggul yang lembek pada multi para
• Kepala janin yang kecil dan bulat
Penanganan
• Lakukan pengawasan dengan seksama dengan harapan dapat lahir sontan pervaginam
• Tindakan baru dilakukan jika kalla II terlalu lama/ada tanda-tanda bahaya terhadap janin
• Pada persalinan dapat terjadi robekan perenium yang teratur atau extensi dari episiotomi
• Periksa ketuban. Bila intake, pecahkan ketuban
• Bila pesisi kepala > 3/5 diatas PAP atau diatas 2 maka SC
• Bila pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda obstruksi, beri oksitosin drip
• Bila pembukaan lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase pengeluaran, ulangi apakah
ada obstruksi. Bila tidak ada tanda obstruksi oksitosin drip
• Bila pembukaan lengkap dan kepala masuk sampai tidak kurang 1/5 atau (0) maka E.V
atau forseps
• Bila ada tanda obstruksi/gawat janin maka SC.
d. Presentasi muka
• Presentasi muka : presentasi dengan muka bagian terendah dan kepala dengan defleksi
maksimal.
• Disebabkan oleh terjadinya ekstensi yang penuh dari kepala janin. Yang teraba muka bayi
, mulut, hidung, dan pipi.
• Sudut vabre dapat ditemukan pada mal presentasi.
• Lekuk kepala dan punggung pada presentasi muka primer → terjadi sebelum proses
persalinan.
• Semua posisi harus ada di depan kecuali presentasi bokong bisa lahir.
Etiologi :
Penyebab primer (sebab janin) :
• Anencepal (tidak punya batok kepala).
• Tumor pada leher bagian ante.
• Spasme pada otot leher bagian belakang.
• Tali pusat melingkar.
Penyebab sekunder (sebab ibu) :
• Posisi oksipito posterior pada presentasiverteks.
• Kontraktur pelvis (panggul tidak normal).
• Pendalus abdomen (perut gantung).
• Deformitas abnormal (kelainan tulang belakang).
• Placenta praevia posterior.
• Poli hidramnion yang menyebabkan janin aktif.
• Kelainan uterus konginetal.
Komplikasi pada presentasi muka.
Maternal :
• KPD.
• Partus lama dan maternal distress yang menyebabkan infeksi.
• Laserasi perineum yang berat.
• Hambatan persalinan.
• Infeksi.
• Perdarahan postpartum.
Fetus : Pada presentasi tali pusat dan prolapsus tali pusat akan menyebabkan fetal distress
karena partus lama. Dagu merupakan titik acuan dari posisi kepala, sehingga ada presentasi
muka dagu anterior dan postorior.
 Presentasi muka dagu anterior posisi muka fleksi
 Presentasi muka dagu posterior posisi muka defleksi max
e. Presentasi Bokong
Presentasi bokong adalah bila bokong merupakan bagian terendah janin . Ada 3 macam
presentasi bokong: complete breech (bokong sempurna),Frank breech (bokong
murni),footling breech (presentasi kaki). Partus lama merupakan indikasi untuk
melakukan SC,karena kelainan kemajuan persalinan merupakan salah satu tanda
disproporsi. Etiologi; multiparitas,hamil kembar,hidramnion,hidrosefal,plasenta
previa,CPD
II. Tujuan perawatan intrapartum
1. Berlangsung dari mulainya kontraksi yang menyebabkan dilatasi serviks hingga
1-4 jam pertama setelah kelahiran bayi dan plasenta
2. Mengacu pada pelayanan medis dan keperawatan yang diberikan kepada wanita
hamil dan keluarganya selama persalinan dan melahirkan
- Tujuan
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan emosional ibu dan bayi
2. Menyatukan konsep perawatan yang berpusat pada keluarga ke dalam
pengalaman persalinan dan melahirkan
III. Teori penyebab mulainya persalinan
Menurut Manuaba (1998) teori-teori persalinan terdiri dari :
1) Teori Penurunan Progesteron
Penuaan plasenta telah dimulai sejak umur kehamilan 30-36 mgg sehingga terjadi
penurunan konsentrasi progesteron dan esterogen. Perubahan keseimbangan ini akan
menimbulkan kontraksi rahim Braxton Hicks yang selanjutnya bertindak sebagai
kontraksi persalinan.
2) Teori Oksitosin
Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam otot rahim,
sehingga mudah terangsang saat disuntikkan oksitosin dan menimbulkan kontraksi,
diduga bahwa oksitosin dapat menimbulkan pembentukan prostaglandin dan
persalinan dapat berlangsung terus atau minimal melakukan kerjasama.
3) Teori Ketegangan Otot Rahim
Induksi persalinan dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban, sehingga
ketegangan otot rahim akan makin pendek dan kekuatan untuk berkontraksi makin
meningkat.
4) Teori Janin
Sinyal yang diarahkan kepada maternal sehingga tanda bahwa janin telah siap lahir,
belum diketahui dengan pasti. Kenyataan menunjukkan bila terdapat anomali
hubungan hipofisis dan kelenjar suprarenalis persalinan akan menjadi lebih lambat.
5) Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang
dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan. Prostaglandin
dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
IV. Metode-metode bersalin
Dewasa ini hampir semua tenaga kesehatan merekomendasikan atau menawarkan kelas
persiapan melahirkan untuk para calon orangtua, antara lain :
1) Metode Dick Read
Grandy Dick Read adalah seorang dokter inggris yang menulis dua buku. Karya
Dick Read menjadi dasar program persiapan melahirkaN. Untuk mengatasi rasa
takut tentang hal yang tidak dilakukan melalui pemahaman dan kenyakinan,
program Dick Read berupa pemberian informasi tentang persalinan dan
melahirkan di samping nutrisi,hygiene, dan latihan fisik. Kelas-kelas ini
mengajarkan tiga teknik latihan fisik untuk membuat tubuh siap saat melahirkan,
latihan relaksasi secara sadar dan latihan pola nafas.
Relaksasi secara sadar meliputi relaksasi progresif kelompok otot seluruh tubuh.
Dengan berlatih, banyak wanita mampu berelaksasi sesuai perintah, baik elama
kontraksi maupun diantara kontraksi.
Pola napas meliputi napas dalam pada abdomen hampir sepanjang masa bersalin,
napas pendek menjelang akhir tahap pertama, dan sampai pada waktu terakhir ini,
menahan nafas pada waktu tahap kedua persalinan. Wanita melahirkan diajarkan
untuk mendorong otot otot perutnya keatas saat rahim naik ke atas selam satu
kontraksi.
Metode ini telah diadaptasi karena dukungan persalinan yang dahulu hanya
dilakukan oleh perawat, saat ini dapat dilakukan oleh suami atau orang lain yang
dipilih ibu.
2) Metode Lamaze
Metode Lamaze berasal dari karya Pavlov tentang Classical Conditioning.
Menurut Lamaze rasa nyeri merupakan respon bersyarat. Metode Lamaze
membuat wanita berespons terhadap kontraksi rahim buatan dengan
mengendalikan relaksasi otot dan pernapasan sebagai ganti berteriak dan
kehilangan kendali (Lamaze,1972). Strategi untuk mengatasi nyeri ini antara lain
memusatkan perhatian pada titik perhatian tertentu, misalnya pada gambar yang
sangat disukai supaya jalur syaraf terisi oleh stimulus lain, sehingga jalur syaraf
itu tidak dapat member renspons terhadap stimulus nyeri.
Wanita diajarkan untuk merelaksasi otot-otot yang tidak terlibat saat kontraksi
otot tertentu. Seorang wanita akan menerapkan latihan ini pada saat melahirkan,
yakni dengan merelaksasi semua otot lain saat rahim berkontraksi. Wanita yang
mengikuti kelas persiapan dengan memakai metode Lamaze selama tahap
pertama persalinan mempertahankan control neuromuscular pada tahap yang
lebih tinggi.
3) Metode Bradley
Robert Bradley seorang ahli kandungan dari Denver, menulis suatu metode yang
menjelaskan apa yang disebutnya dengan persalinan alami yang sebenarnya,
yakni tanpa tindakan anestesi atau analgesi dengan bantuan suami dan memakai
teknik pernapasan khusus saat melahirkan.
Metode Bradley didasarkan observasi perilaku binatang saat melahirkan dan
menekankan keharmonisan tubuh, yakni dengan melakukan control pernapasan,
pernapasan perut dan relaksasi seluruh tubuh (Bradley, 1974). Teknik ini
menekankan pada faktor lingkungan seperti suasana gelap, menyendiri, dan
suasana tenang sehingga peristiwa melahirkan menjadi lebih alami. Ibu yang
memakai metode ini sering tertidur saat bersalin, tetapi sebenarnya mereka
sedang berada pada tahap relaksasi mental yang dalam.
4) Teknik Pernapasan
Teknik ini pendekatan untuk persiapan ibu menghadapi persalinan. Pada tahap
pertama, teknik pernapasan dapat memperbaiki relaksasi otot abdomen. Pasangan
yang telah melakukan persiapan dengan metode ini cukup melakukan sesekali
saja. Tetapi untuk yang belum tau tentang metode ini cukup diajarkan saja.
5) Effeurage dan tekanan Sakrum
Sakrum atau pijatan dua metode yang memberikan rasa lega pada banyak wanita
selama tahap pertama persalinan.
6) Hidroterapi jet
Hidroterapi jet yaitu metode non farmakologi lain yang dipakai untuk
memberikan rasa nyaman dan rasa rileks selama persalinan walaupun metode ini
tidak diterima dan diterapkan secara universal. Beberapa manfaat dapat diperoleh
dari metode ini yaitu tidak bebas dari rasa tidak nyaman dan relaksasi tubuh,
secara umum membuat kecemasan ibu berkurang sehingga ransangan untuk
persalinan meningkat. Hidroterapi jet harus diprogramkan oleh tenaga kesehatan
primer. TTV ibu harus berada dalam batas normal.
7) Water birth
8) Persalinan yang dibantu
a. Vakum (ekstraksi vacum)
Adalah suatu alat yang menggunakan cup penghisap yang dapat menarik bayi
keluar dengan lembut. Cara kerjanya vakum diletakkan di atas kepala bayi,
kemudian ada selang ,menghubungkan mangkuk ke mesin yang bekerja
dengan listrik atau pompa. Ini berfungsi membantu menarik kepala bayi
ketika ibu mengejan. Jadi tarikan dilakukan saat anda mengejan dan saat
mulut rahim sudah terbuka penuh dan kepala bayi sudah berada di bagian
bawah panggul.
Indikasi :
 Membahayakan keselamatan ibu dan anak.
 Jika proses persalinan cukup lama dan ibu sudah kehilangan tenaga.
 Gawat janin ditandai dengan DJJ > 160x/menit atau melambat
mencapai 80x/menit yang menandakan bahwa bayi hipoksia.
Efek samping :
 Terjadi perlukaan yang lebih luas pada jalan lahir.
 Perdarahan jalan lahir.
 Luka lecet di kulit kepala.
 Perdarahan antara tulang – tulang kepala dan dalam otak.
Syarat :
 Panggul ibu tidak sempit.
 Janin tidak terlalu besar.
 Pembukaan sudah lengkap.
 Kepala janin sudah masuk dasar panggul ibu.
b. Forsep (ekstraksi forceps)
Alat bantu logam seperti sendok. Persalinan dengan ini tetap bisa dilakukan
meskipun tidak mengejan. Tetapi dengan forseps relative lebih beresiko dan
lebih sulit dilakukan disbanding vakum. Dokter akan forseps di antara kepala
bayi dan memastikan itu terkunci dengan benar kemudian akan ditarik keluar
sedangkan ibu tidak perlu mengejan terlalu kuat. Forseps digunakan pada ibu
dengan keadaan sangat lemah, tidak ada tenaga atau ibu dengan hipertensi
yang tidak boleh mengejan. Pada bayi dapat terjadi kerusakan saraf ke tujuh
(nervus fasialis), luka pada wajah dan kepala serta patah tulang wajah dan
tengkorak. Sedangkan pada ibu dapat terjadi luka pada jalan keluar atau
rupture uteri.
c. Operasi Caesar
Dilakukan jika terjadi kemacetan pada persalinan normal atau jika ada
masalah pada proses persalinan. Keadaan yang memerlukan operasi Caesar
misalnya gawat janin, jalan lahir tertutup (plasenta previa), persalinan macet,
ibu hipertensi, bayi sungsang atau melintang serta terjadi perdarahan sebelum
persalinan. Pada beberapa keadaan, seksio bisa direncanakan seksio elektif,
dilakukan jika dokter menemukan ada masalah kesehatan pada ibu atau ibu
menderita penyakit.
- Seksio terencana (elektif)
Keadaan yang menjadi pertimbangan :
1) Janin dengan presentasi bokong.
2) Kehamilan kembar : pada janin dengan presentasi selain kepala,
memiliki palsenta satu, jumlah janin > 2.
3) Palsenta previa (plasenta menghalangi jalan lahir).
4) Kondisi medis ibu, preeklamsia, DM, herpes, HIV AIDS,
penyakit jantung, penyakit paru-paru, tumor rahim yang
ukurannya menutup jalan lahir.
5) Kondisi janin; oligohidramnion (cairan ketuban sedikit) atau
janin dengan gangguan perkembangan.
- Seksio darurat (emergency)
Keadaan yang memaksa untuk seksio :
1) Persalinan macet, kontraksi tidak lagi efektif, janin terlalu besar
sementara jalan lahir ibu sempit, posisi kepala janin tidak
memungkinkan dilakukan vakum dan forseps.
2) Stress pada janin
3) Janin stress karena kekurangan oksigen, pemeriksaan klinik
tampak DJJ menurun. Secara normal, selama terjadi kontraksi
DJJ menurun. Sedikit namun akan kembali ke frekuensi awal
jika:
 Prolaps tali pusat : tali pusat menyebabkan bayi terjepit
sehingga suplai darah dan oksigen menurun, terjadi
hipoksia.
 Perdarahan
4) Stress janin berat : DJJ menurun sampai 70 x/menit.
V. Nilai dan Keyakinan (Budaya) selama persalinan
Tidak dapat di pungkiri , bahwa masih ada mitos yang berkembang di masyarakat ,
diantaranya :
- Minum rendaman air rumput Fatimah akan merangsang mulas. Rumput ini hanya
boleh diminum bila pembukaannya sudah mencapai 3-5 cm, letak kepala bayi sudah
masuk panggul, mulut rahim sudah lembek atau tipis, dan posisi ubun-ubun kecilnya
normal. Jika letak ari-arinya di bawah atau bayinya sungsang, tak boleh minum
rumput ini karena sangat bahaya.
- Minum minyak kelapa memudahkan persalinan.
- Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan. Padahal pada ibu
hamil yang berat badannya sudah cukup, meminum madu adalah hal yang harus
diperhatikan karena jika terlalu banyak meminum madu akan menimbulkan kelebihan
berat badan.
- Memakan nanas bisa membahayakan persalinan. Ini benar karena bisa mengakibatkan
perndarahan atau keguguran.
- Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan.
VI. Asuhan Keperawatan Kala I
a. Penyebab nyeri persalinan dan penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi
Menurut dr.Iskandar Zulkarnaen, Spesialis Anastesi dari Klinik SamMarie, Jakarta,
nyeri pada proses persalinan terjadi akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata.
- Nyeri pada proses persalinan akan melalui empat tahap, yakni:
 Tahap I (pembukaan), biasanya nyeri pada tahap ini diakibatkan kontraksi
rahim (karena dilatasi dan penipisan serviks dan iskemia rahim yaitu
penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami deficit akibat
kontraksi arteri miometrium) dan peregangan mulut rahim. Impuls rasa nyeri
pada tahap pertama persalinan ditransmisi melalui segmen saraf spinalis T11-
12 dan saraf-saraf asesori torakal bawah serta saraf simpatik lumbar atas.
Saraf-saraf ini berasal dari korpus uterus dan serviks. Rasa tidak nyaman
akibat perubahan serviks dan iskemia rahim ialah nyeri viseral. Nyeri ini
berasal dari bagian bawah abdomen dan mnyebar ke daerah lumbar punggung
dan menurun ke paha. Biasanya ibu mengalami rasa nyeri ini hanya selama
kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi.
 Tahap II (kelahiran/persalinan), nyeri timbul karena peregangan dasar panggul
dan pengguntingan perineum (bibir kemaluan) jika diperlukan. Pada tahap ini
ibu mengalami nyeri somatik atau nyeri pada perineum akibat peregangan
jaringan perineum supaya janin dapat melewati bagian ini, juga akibat tarikan
peritoneum dan topangan uteroservikal saat kontraksi. Impuls nyeri pada tahap
kedua persalinan dihantar melalui S1-4 dan system parasimpatis jaringan
peritoneum.
 Tahap III adalah nyeri yang timbul karena pelepasan plasenta. Nyeri yang
dialami pada tahap ini ialah nyeri rahim, nyeri yang mirip dengan nyeri yang
dialami pada awal tahap pertama persalinan.
 Tahap IV nyeri yang ditimbulkan karena penjahitan luka perineum.
- Manajemen Nyeri Non Farmakologis
o Ditemani dan didukung oleh orang yang Anda cintai, dan/atau petugas medis
yang berpengalaman.
o Coba untuk istirahat dan relaks di antara waktu kontraksi.
o Tetap makan makanan kecil pada saat persalinan dini
o Mengalihkan pikiran pada hal lain dan tidak memusatkan perhatian (kecuali
saat mengejan)
o Menggunakan teknik relaksasi di antara waktu kontraksi; memusatkan
perhatian pada pernafasan atau usaha mengejan selama kontraksi.
- Farmaklogi
Penatalaksanaan farmakologis pada nyeri persalinan meliputi analgesia yang
menurunkan dan mengurangi rasa nyeri dan anesthesia yang menghilangkan sensasi
bagian tubuh baik parsial maupun total (Piliteri, 2003
 Analgesia narkotik (Mereperidine, Nalbuphine, Butorphanol, Morfin Sulfate
Fentanyln)
 Analgesia regional (Epidural, spinal dan kombinasinya)
 ILA ( Intra Thecal Labor Analgesia )
b. Penyediaan support
Perawat bertindak sebagai penasihat bagi wanita dan keluarganya. Pasangan yang
mengikuti program pendidikan orangtua yakni menerapkan pendekatan
psikoprofilaktik akan mengetahui proses persalinan, teknik memberi arahan, dan
tindakan untuk mngupayakan rasa nyaman.
Perawat harus memiliki pengetahun yang mendalam tentang teknik bernafas dan
relaksasi untuk membantu wanita dan pasangannya menghadapi persalinan.
Perawat perlu melakukan tindakan-tindakan yang membantu memberikan rasa
nyaman, seperti memberikan kompres hangat pada punggung bawah, lap dingin
pada dahi, dan suhu kamar disesuaikan dengan kenyamanan wanita yang sedang
melahirkan.
c. Identifikasi budaya klien selama persalinan
d. Induksi dan Augmentasi pada persalinan
Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin menjelang aterm, dalam
keadaan belum terdapat tanda-tanda persalinan/belum inpartu, dengan
kemungkinan janin dapat hidup di luar kandungan (umur di atas 28
minggu).Dengan induksi persalinan bayi sudah dapat hidup di luar kandungan,
sebagai upaya untuk menyelamatkan janin dari pengaruh buruk apabila janin masih
dalam kandungan. Induksi persalinan adalah pemberian inisiasi artifisial untuk
kontraksi uterus lebih awal dari onset spontannya, yang mengarah pada dilatasi
progresif dan penipisan serviks dan lahirnya bayi. Istilah ini hanya dapat digunakan
pada usia kehamilan dimana memenuhi usia viabilitas bayi (24 minggu di UK).
Tujuan melakukan induksi antara lain:
1. Mengantisipasi hasil yang berlainan sehubungan dengan kelanjutan
kehamilan
2. Untuk menimbulkan aktifitas uterus yang cukup untuk perubahan serviks dan
penurunan janin tanpa meyebabkan hiperstimulasi uterus atau komplikasi
janin
3. Agar terjadi pengalaman melahirkan yang alami dan seaman mungkin dan
memaksimalkan kepuasan ibu
- Indikasi melakukan induksi persalinan antara lain:
1. Ibu hamil tidak merasakan adanya kontraksi atau his. Padahal kehamilannya
sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih (sembilan bulan lewat).
2. Induksi juga dapat dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu
menderita tekanan darah tinggi, terkena infeksi serius, atau mengidap
diabetes.
3. Ukuran janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan
diduga akan beresiko/membahayakan hidup janin.
4. Membran ketuban pecah sebelum ada tanda-tanda awal persalinan.
5. Plasenta keluar lebih dahulu sebelum bayi.
- Indikasi induksi persalinan berdasarkan tingkat kebutuhan penanganan, antara lain:
a. Indikasi darurat:
 Hipertensi gestasional yang berat
 Diduga komplikasi janin yang akut
 PJT (IUGR) yang berat
 Penyakit maternal yang bermakna dan tidak respon dengan pengobatan
 APH yang bermakna dan Korioamnionitis
b. Indikasi segera (Urgent)
 KPD saat aterm atau dekat aterm
 PJT tanpa bukti adanya komplikasi akut
 DM yang tidak terkontrol
 Penyakit iso-imun saat aterm atau dekat aterm
c. Indikasi tidak segera ( Non urgent )
 Kehamilan ‘post-term’
 DM terkontrol baik
 Kematian intrauterin pada kehamilan sebelumnya
 Kematian janin
 Problem logistik (persalinan cepat, jarak ke rumah sakit)
- Untuk dapat melakukan induksi persalinan perlu dipenuhi beberapa kondisi di
bawah ini, yaitu:
 Sebaiknya serviks uteri sudah matang, yakni serviks sudah mendatar dan
menipis dan sudah dapat dilalui oleh sedikitnya 1 jari, serta sumbu serviks
mengarah ke depan.
 Tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD).
 Tidak terdapat kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan.
 Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun ke dalam rongga panggul.
- Kontra Indikasi Induksi
a. Disproporsi sefalopelvik
b. Insufisiensi plasenta
c. Malposisi dan malpresentasi
d. Plasenta previa
e. Gemelli
f. Distensi rahim yang berlebihan
g. Grande multipara
h. Cacat rahim
- Proses Induksi
Ada dua cara yang biasanya dilakukan oleh untuk memulai proses induksi, yaitu
kimia dan mekanik. Namun pada dasarnya, kedua cara ini dilakukan untuk
mengeluarkan zat prostaglande (prostaglandin) yang fungsinya sebagai zat
penyebab otot rahim berkontraksi.
1. Secara kimia, ibu akan diberikan obat-obatan khusus. Ada yang diberikan
dengan cara diminum, dimasukan ke dalam vagina, diinfuskan, atau pun
disemprotkan pada hidung. Biasanya, tak lama setelah salah satu cara kimia
itu dilakukan, ibu hamil contoh : prostaglandin E2, oksitosin,akan
merasakan datangnya kontraksi.
2. Secara mekanik, biasanya dilakukan dengan sejumlah cara, seperti
menggunakan metode stripping, vibrator, kateter, serta memecahkan
ketuban
Bishop score
Skornya Bishop, adalah pra- kerja sistem penilaian untuk membantu dalam memprediksi
apakah induksi persalinan akan dibutuhkan. Hal ini juga telah digunakan untuk menilai
emungkinan kelahiran prematur spontan

BISHOP SCORE

parameter 0 1 2 3 Deskripsi

Posisi belakang Menenga depan - Posisi leher rahim bervariasi


h antara perempuan
individu. Sebagai lokasi anatomi
vagina sebenarnya menghadap ke
bawah,anterior dan posterior lokas
i relatif menggambarkan dan
bawah batas atas vagina. Posisi
anterior lebih baik sesuai dengan
rahim, dan oleh karena itu ada
kemungkinan peningkatan
pengiriman spontan.

Konsistensi perusahaa menengah lembu - Dalam primigravid leher rahim


n t perempuan biasanya lebih keras
dan tahan terhadap peregangan,
seperti sebuah balon yang belum
sebelumnya
meningkat. Selanjutnya, pada
wanita muda leher rahim lebih
tangguh dari pada wanita yang
lebih tua.Dengan kelahiran
berikutnya leher rahim vagina
menjadi kurang kaku dan
memungkinkan untuk pelebaran
mudah di panjang.

Penghapusa 0-30% 31-50% 51- >80 Penghapusan adalah ukuran dari


n 80% % peregangan sudah ada di leher
rahim. Hal ini sejalan dengan
meregangkan karet gelang, seperti
pita karet ditarik lebih lanjut,
menjadi lebih tipis. Hal ini
dipengaruhi oleh variasi individu
dan operasi sebelumnya
sepertieksisi loop untuk displasia
serviks atau kanker.

Pelebaran 0cm 1-2cm 3-4cm >5cm Pelebaran adalah ukuran dari


diameter leher rahim
meregang. Ini melengkapi
penghapusan, dan biasanya
indikator yang paling penting dari
kemajuan melalui tahap pertama
dari kerja.

Fetal stasiun -3 -2 -1 3 stasiun menggambarkan posisi


janin dalam janin 'kepala
sehubungan dengan jarak dari duri
iskiadika , yang dapat teraba jauh
di dalam vagina posterior (sekitar
8-10 cm) sebagai tonjolan
tulang. angka negatif
menunjukkan bahwa kepala
adalah lebih dalam, di atas duri
iskiadika.

Skor 5 atau kurang menunjukkan tenaga kerja yang tidak mungkin untuk memulai tanpa
induksi. Sebuah skor 9 atau lebih menunjukkan akan tenaga kerja dimulai kemungkinan besar
yang spontan. Bishop skor rendah sering menunjukkan induksi yang tidak mungkin berhasil.
Beberapa sumber menunjukkan bahwa hanya skor 8 atau lebih adalah andal prediktif dari
induksi sukses.

Augmentasi
Pada augmentasi persalinan diberikan oksitosin sehingga kontraksi rahim bisa secara
efektif mendorong janin melewati jalan lahir. Tetapi jika persalinan masih dalam fase inisial
(dimana serviks belum terlalu membuka dan kontraksi masih tidak teratur), lebih baik
augmentasi ditunda dengan membiarkan ibu beristirahat dan berjalan-jalan.
Kadang terjadi kontraksi yang terlalu kuat, terlalu sering atau terlalu kuat dan terlalu
sering. keadaan ini disebut kontraksi disfungsional hipertonik dan sulit untuk dikendalikan.
Jika hal ini terjadi akibat pemakaian oksitosin, maka pemberian oksitosin segera dihentikan.
diberikan obat pereda nyeri atau terbutalin maupun ritodrin untuk membantu menghentikan
maupun memperlambat kontraksi.
Tahapan :
500 cc dextrose 5%, dicampurkan 5 IU oksitosin sintetik. Cairan oksitosin dialirkan
melalui infus dengan dosis 0.5 mIU sampai 1.0 mIU per menit, sampai diperoleh respons
berupa aktifitas kontraksi dan relaksasi uterus yang cukup baik. Dimulai dari 8 tetes dan
dinaikkan 4 tetes/15 menit.. Dengan Maksimal tetesan 40 tetes. Ini semua dilakukan untuk
mendapatkan Kontraksi Rahim yang adekuat sehingga menyebabkan pembukaan jalan lahir.
Evaluasi Keberhasilan Induksi oleh tenaga Medis dapat dilihat dalam score Bishop.
Bila, sudah di induksi dengan Infus Drip 3x tapi tetap tidak ada kemajuan, dikatakan
INDUKSI GAGAL. Dan bila kegagalan persalinan dikarenakan rahim yang tak mau
berkontraksi (POWER), penanganan selanjutnya dapat dilakukan dengan cara Sectio
Caesarea.
e. Pendidikan kesehatan Kala I
f. Pengkajian ibu
- Anamnesa
o Nama, umur, dan alamat
o Gravida dan para
o Hari pertama haid terakhir (HPHT)
o Riwayat alergi obat
o Riwayat kehamilan sekarang : ANC, masalah yang dialami selama
kehamilan seperti perdarahan, kapan mulai kontraksi, apakah gerakan
bayi masih terasa, apakah selaput ketuban sudah pecah ? Kapan ibu
terakhir makan ?
o Riwayat kehamilan sebelumnya
o Riwayat medis lainnya seperti hipertensi, pernafasan
o Pemeriksaan fisik
o Membedakan persalinan semu dan sejati
Persalinan semu Persalinan sejati

- Tidak ada atau sedikit - Dilatasi dan penipisan serviks


perubahan pada serviks yang progresif
- Ketidaknyamanan, biasanya di - Ketidaknyamanan dimulai pada
abdomen bawah dan pangkal bagian punggung dan menyebar
paha ke sekitar abdomen
- Kontraksi terjadi pada interval - Kontraksi terjadi dengan
yang tidak teratur interval yang teratur
- Tidak ada peningkatan frekuensi - Frekuensi, intensitas, dan durasi
dan intensitas kontraksi kontraksi meningkat secara
- Interval antara kontraksi tetap progresif
panjang - Interval antara kontraksi secara
- Berjalan tidak member efek bertahap memendek
peningkatan kontraksi, - Kontraksi meningkat dengan
seringkali malah menghilangkan berjalan
g. Pengkajian janin
Menentukan taksiran partus, TP dapat diperoleh dari catatan prenatal. Kehamilan
cukup bulan merupakan kehamilan yang mencapai gestasi 38 minggu dan tidak
melebihi 42 minggu. Tanggal HPHT klien memungkinkan perawat menghitung TP
dengan menggunakan aturan nagele. TP benar-benar suatu taksiran, karena
kepastian hari ovulasi dan konsepsi jarang diketahui; tidak lebih dari 5%
kehamilan, berakhir sesuai dengan TP nya. Banyak kehamilan juga ditentukan
usianya dengan menggunakan ultrasonografi (USG) yang dapat memebrikan
taksian usia gestasi lebih akurat pada saat masuk rumah sakit.
- Aturan nagele :
Kurangi tiga bulan dari hari pertama haid terakhir (HPHT) dan tambahkan tujuh hari.
Koreksi tahunnya jika perlu.
TP = HPHT – (3 bulan) + 7 hari
Pertimbangan pada penggunaan aturan nagele : perkiraan siklus menstruasi 28 hari
dengan konsepsi terjadi pada hari ke-14. Penyesuaian harus dibuat untuk siklus yang
lebih pendek atau lebih panjang. (Reeder, Martin, & Koniak Griffin, 2011)
- Mengukur tinggi fundus uteri dan menghubungkan TFU dengan usia gestasi. Hasil
pemeriksaan TFU yang rendah secara abnormal atau tinggi tidak selalu
mengindikasikan keadaan janin yang tidak sehat, tetapi member petunjuk untuk
mencari alasan adanya penyimpangan dari normal.
Aturan McDonald untuk tinggi fundus
Tinggi fundus uteri (TFU) (cm) x 2/7 = usia kehamilan dalam bulan
Tinggi fundus uteri (TFU) (cm) x 8/7 = usia kehamilan dalam minggu
Pertimbangan pada penggunaan pengukuran tinggi fundus : factor seperti hidarmnion,
kehamilan kembar, janin yang sangat besar, dan obesitas mempengaruhi akurasi
pengukuran. Untuk wanita yang berat badannya lebih dari 100 kg, hasil pengukuran
dikurangi 1 cm. perbedaan teknik pengukuran dapat member hasil yang berbeda;
tenaga kesehatan perlu menstandarkan pendekatan jika pengukuran serial dilakukan
oleh lebih dari satu orang.
- Menentukan posisi janin dengan palpasi abdomen : maneuver atau maneuver Leopold
Tujuan maneuver Leopold adalah menentukan posisi janin melalui palpasi abdomen
secara sistemik
Prosedur yang dilakukan adalah
 Jelaskan tentang prosedur kepada ibu dan rasionalisasi tentang apa yang
dilakukan
 Meminta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya sebelum memulai
prosedur, jika ia belum berkemih
 Minta ibu untuk berbaring telentang, dengan lutut sedikit ditekuk. Beri bantal
atau gulungan handuk dibawah salah satu sisi.
 Cuci tangan dengan air hangat.
Manuver Pertama
Tujuan : memastikan apakah posisi kepala atau bokong yang berada pada fundus
 Pantau abdomen sebelum memulai palpasi
 Berdiri dekat kaki meja periksa, menghadap wanita, dan secara perlahan
letakkan kedua tangan pada abdomen
 Palpasi diatas abdomen dengan kedua tangan.
 Pastikan apakah massa yang terpalpasi adalah bagian kepala atau bokong
dengan memantau konsistensi, bentuk dan mobilitas relatifnya
 Mengkaji ballottement (kemampuan kepala untuk bergerak maju mundur
ke jari pemeriksa)
Maneuver kedua
Tujuan : untuk mengetahi lokasi punggung janin apakah berada disisi kiri atau sisi
kanan ibu.
 Menghadap ke wanita, letakkan permukaan kedua telapak tangan pada kedua
sisi abdomen dan tekan secara lembut tetapi dalam
 Tahan satu tangan di satu sisi abdomen sementara permukaan jari pada tangan
yang lain secara bertahap mempalpasi abdomen ibu disisi yang lain, dari
segmen atas ke bawah uterus.
 Palpasi kontur janin
 Lakukan tindakan yang kedua pada sisi abdomen yang lain.
Manuver ketiga
Tujuan : menentukan apakah kepala janin sudah berada di pintu atas panggul dan
menentukan mobilitasnya.
 Pegang bagian bawah abdomen secara mantap, tepat di atas simfisis pubis, di
antara ibu jari dan jari-jari salah satu tangan
 Tekan ibu jari dan jari-jari tangan bersamaan sebagai usaha untuk memegang
bagian presentasi janin.
Maneuver keempat (abaikan jika janin berada dalam presentasi bokong)
Tujuan : menentukan apakah kepala janin mengalami fleksi dengan baik dan
sejauh mana mengisi panggul; untuk mengkonfirmasi lokasi punggung janin.
 Berdiri menghadap ke kaki ibu,
 Letakkan ujung tiga jari pertama pada kedua sisi garis tengah sekitar 2 inci
diatas ligament poupart (ligament inguinal)
 Beri tekanan menurun dan searah dengan saluran lahir, gerakan kulit abdomen
ke bawah bersamaan dengan jari
 Biarkan jari-jari satu tangan digerakkan menurun sampai ke bawah ligament
poupart (jika jari tidak menemui hambatan); saat jari meluncur ke bawah,
palpasi diatas tengkuk bayi.
 Luncurkan jari-jari tangan lainnya sejauh mungkin (hambatan biasanya
ditemui sekitar 1 inci diatas ligament poupart)
Cat: jika kepala mengambang atau tidak fleksi dengan baik, maneuver ini
tidak memberikan banyak informasi.
- Mengauskultasi denyut jantung janin untuk menentukan nilai dasar dan setiap
perubahan periodic.
DJJ harus ditentukan lebih dini pada proses masuk rumah sakit. Dalam keadaan
normal, DJJ cukup bulan ditentukan oleh pacemaker atrial biasanya berkisar
antara 120 dan 160 kali/menit. Namun banyak janin cukup bulan dan janin lebih
bulan yang iksigenasinya baik memiliki denyut jantung dasar yang stabil antara 10
dan 20 kali/menit dibawah rentang ini, karena denyut jantung dasar menurun saat
sistem persarafan janin telah matang. Evaluasi awal DJJ 15 sampai 20 menit
dengan alat pemantau janin elektronik eksternal telah direkomendasikan. Setelah
evaluasi awal dan konfirmasi status risiko rendah, DJJ harus dievaluasi secara
berkala setiap 15 sampai 30 menit selama fase aktif dan transisi kala satu
persalinan dan setiap 5 sampai 15 menit pada kala dua persalinan.
- Ultrasonografi
Empat metode untuk memperkirakan usia janin adalah sebagai berikut :
 Penentuan dimensi kantung kehamilan (digunakan pada 6-10 minggu; janin
tampak berada di dalam kantung pada sekitar 7-8 minggu setelah HPHT,
aktivitas denyut jantung tampak pada 9-10 minggu, dan pergerakan janin
terlihat pada 11 minggu)
 Pengukuran panjang ujung kepala-bokong (antara 7 dan 14 minggu)
 Pengukuran panjang femur (setelah 12 minggu)
 Pengukuran diameter biparietal (biparietal diameter, BPD) kepala janin
(setelah 12 minggu, BPD seringkali digunakan untuk mendiagnosis
kematangan kehamilan. Berat janin dan BPD sangat berhubungan dan pada
36 minggu, BPD harus berukuran sekitar 8,7 cm. pada kehamilan cukup
bulan, BPD biasanya lebih besar dari 9,8 cm) (Reeder, Martin, & Koniak-
Griffin, 2011)
VII.Asuhan Keperawatan Kala II
a. Tanda-tanda Kala II
1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar
panggul.
2. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat.
3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis
sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota
badan.
5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan
lahir (episiotomi).
Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam.
b. Posisi melahirkan
Ada 4 posisi melahirkan. Masing-masing memiliki kelebihan maupun kekurangan
sendiri:
a. Posisi berbaring atau litotomi
Ibu terlentang di tempat tidur bersalin dengan menggantung kedua pahanya pada
penopang kursi khusus untuk bersalin.
- Kelebihan
Petugas kesehatan bisa lebih leluasa membantu proses persalinan. Jalan lahir pun
menghadap ke depan, sehingga dapat lebih mudah mengukur perkembangan
pembukaan dan waktu persalinan pun bisa diprediksi secara lebih akurat. Kepala bayi
lebih mudah dipegang dan diarahkan. Sehingga apabila terjadi perubahan posisi
kepala bayi, maka langsung bisa mengarahkan pada posisi yang seharusnya
- Kelemahan
Posisi berbaring membuat ibu sulit untuk mengejan. Hal ini karena gaya berat tubuh
ibu yang berada di bawah dan sejajar dengan posisi bayi. Posisi ini pun diduga bisa
mengakibatkan perineum (daerah di antara anus dan vagina) meregang sedemikian
rupa sehingga menyulitkan persalinan. Pengiriman oksigen melalui darah yang
mengalir dari si ibu ke janin melalui plasenta pun jadi relatif berkurang. Hal ini karena
letak pembuluh besar berada di bawah posisi bayi dan tertekan oleh massa/berat
badan bayi. Apalagi jika letak ari-ari juga berada di bawah si bayi. Akibatnya, tekanan
pada pembuluh darah bisa meninggi dan menimbulkan perlambatan peredaran darah
balik ibu.
b. Posisi miring atau lateral
Ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan dengan salah satu kaki diangkat, sedangkan
kaki lainnya dalam keadaan lurus. Posisi ini umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi
belum tepat.
- Kelebihan
Selain peredaran darah balik ibu bisa mengalir lancar, pengiriman oksigen dalam
darah dari ibu ke janin melalui plasenta juga tidak terganggu. Sehingga proses
pembukaan akan berlangsung secara perlahan-lahan sehingga persalinan berlangsung
lebih nyaman.
- Kelemahan
Posisi miring ini menyulitkan petugas kesehatan untuk membantu proses persalinan
karena letak kepala bayi susah dimonitor, dipegang, maupun diarahkan.__
c. Posisi jongkok
Biasanya ibu berjongkok di atas bantalan empuk yang berguna menahan kepala dan tubuh
bayi.
- Kelebihan
Merupakan posisi melahirkan yang alami karena memanfaatkan gaya gravitasi bumi,
sehingga ibu tidak usah terlalu kuat mengejan.
- Kelemahan:
Selain berpeluang membuat cedera kepala bayi, posisi ini dinilai kurang
menguntungkan karena menyulitkan pemantauan perkembangan pembukaan dan
tindakan-tindakan persalinan lainnya, semisal episiotomi.
d. Posisi setengah duduk
Pada posisi ini, ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha
dibuka ke arah samping. Posisi ini cukup membuat ibu nyaman.
- Kelebihan
Sumbu jalan lahir yang perlu ditempuh janin untuk bisa keluar jadi lebih pendek.
Suplai oksigen dari ibu ke janin pun juga dapat berlangsung secara maksimal.
- Kelemahan:
Posisi dapat menimbulkan rasa lelah dan keluhan punggung pegal. Apalagi jika proses
persalinan tersebut berlangsung lama.
c. Teknik mengejan
 Waktu mulai mengejan. Lakukan setelah pembukaan lengkap, yaitu
pembukaan 10, saat kepala bayi sudah turun sampai ke dasar panggul dan
kontraksi mencapai puncaknya. Tanda yang dapat dirasakan antara lain,
terbukanya anus sewaktu kontraksi dan timbul "panggilan" untuk mengejan,
seperti saat buang air besar.
 Posisinya. Posisi umum untuk mengejan adalah berbaring, tekuk lutut, buka
kedua kaki, peluk paha dengan kedua tangan dengan cara melingkarkan
tangan ke bawah paha sampai siku, kemudian tarik paha ke arah dada.
Mengejan juga dapat dilakukan sambil berbaring miring, sisi kiri atau kanan,
atau jongkok. Semua posisi tersebut ditempuh agar jalan lahir lebih terbuka
sehingga janin lebih mudah lahir.
 Cara mengejan:
- Dengarkan komando dokter. Dokter akan meminta menarik nafas dalam,
menahannya dengan mulut tertutup, lalu mengejan ke arah bawah
dengan panggul tetap menempel di atas tempat tidur. Saat mengejan,
dagu diletakkan di dada, sehingga bisa melihat perut.
- Ikuti irama tubuh saat mengejan, jangan menahan sesuatu seperti napas,
tubuh (dengan mengangkat bokong) atau menahan dorongan mengejan
itu sendiri (misalnya karena takut feses keluar dari anus), karena
membuat proses mengejan tidak maksimal.
- Bila perut sudah dalam keadaan rileks, akan diminta berhenti mengejan
dan beristirahat sambil menunggu kontraksi berikutnya.
- Sambil istirahat, lakukan napas panting, yaitu bernapas pendek-pendek
lewat mulut.
Karena harus mengejan lebih dari satu kali, tenaga untuk mengejan harus digunakan
seefektif dan seefisien mungkin. Untuk itu, selain hanya mengejan pada saat yang tepat,
sebaiknya tidak mengejan sambil berteriak-teriak atau membuat keributan yang tidak perlu,
karena itu semua akan menguras tenaga. Gunakan tenaga semaksimal mungkin untuk proses
persalinan.
 Akibat salah mengejan. Kesalahan teknik mengejan berdampak sebagai
berikut:
- Mengejan sebelum pembukaan lengkap, dapat memicu pembengkakan
atau edema pada mulut rahim. Kondisi itu akan mempersulit proses
persalinan selanjutnya.
- Bila mengejan di leher, bukan di perut, maka pembuluh darah kecil di
mata dapat pecah. Mata akan tampak merah setelah bersalin, bahkan
terkadang disertai kebutaan sementara.
- Bila mengejan sambil mengangkat bokong, selain membuat proses
mengejan tidak maksimal, juga bisa memperparah robekan perineum
(daerah antara vagina dengan anus).
d. Inisiasi menyusui dini
- Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.
Anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusukan bayinya segera setelah
tali pusat diklem dan dipotong. Tentramkan ibu bahwa penolong akan membantu ibu
menyusukan bayi setelah plasenta lahir dan penjahitan laserasi selesai dikerjakan.
Anggota keluarga mungkin bisa membantunya untuk memulai pemberian ASI lebih
awal. Setelah semua prosedur yang diperlukan diselesakan, ibu sudah bersih dan
mengganti baju ibu, Bantu ibu untuk menyusukan bayinya.
- Pemberian ASI memiliki beberapa keuntungan
Memulai pemberian ASI secara dini akan :
- Memperkuat reflek menghisap (reflek menghisap awal pada bayi,paling kuat
dalam beberapa jam setelah lahir). Memulai pemberian ASI secara dini akan
memberikan pengaruh positif bagi kesehatan bayi.
- Merangsang produksi ASI
- Mempromosikan hubungan emosional antara ibu dan bayinya
- Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolustrum
- Merangsang kontraksi uterus
Pedoman umum untuk ibu saat menyusui
- Mulai menyusui segera setelah lahir, dalam 30 menit pertama
- Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (missal air, madu, larutan air
gula, atau pengganti susu ibu), kecuali ada indikasi yang jelas (atas alas an-alasan
medis)
- Berikan ASI saja selama enam bulan pertama kehidupannya
- Beri ASI pada bayi sesuai dengan kebutuhannya, baik siang maupun malam (delapan
kali atau lebih dalam 24 jam) selama bayi menginginkannya
- Posisi yang tepat untuk menyusui. Posisi yang tepat untuk bayi, sangat penting dalam
menjamin keberhasilan pemberian ASI dan mencegah lecet atau retak pada putting
susu.
- Jelaskan pada ibu bagaimana memeluk bayi dan mulai menyusukan bayinya.
- Beritahukan pada ibu untuk memeluk bayinya secara lurus agar muka bayi
menghadap ke payudara ibu dengan hidung bayi didepan putting susu ibu. Posisi
harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap perut ibu, ibu harus menopang
seluruh tubuh bayi, tidak hanya leher dan bahunya
- Beritahukan ibu untuk mendekatkan bayinya ke payudara jika bayi tampak siap untuk
menghisap putting susu. Tanda-tanda siap menyusu adalah bila bayi membuka mulut,
mencari dan menoleh dan bergerak mencari sesuatu.
- Tunjukkan pada ibu bagaimana membantu bayinya unutk menempelkan mulut bayi
pada putting susu.
- Beritahukan pada ibu untuk;
 Menyentuhkan bibir bayi dengan putting susunya
 Menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar
 Mendekatkan bayi dengan cepat ke payudaranya sehingga bibir bawah bayi tepat
dibawah putting susu
Nilai posisi menyentuhkan mulut bayi pada putting payudara dan cara menghisap.
Tanda-tanda bayi menempel dengan baik pada payudara adalah :
- Dagu menyentuh payudara ibu
- Mulut terbuka lebar
- Mulut bayi menutupi seluas mungkin areola (tidak hanya putting saja)
- Bibir bayi bagian bawah melengkung keluar
- Bayi menghisap dengan perlahan dan kuat, serta kadang-kadang berhenti
- Tidak terdengar suara apapun kecuali suara bayi menelan.
VIII. Asuhan Keperawatan Kala III
a. Tanda pelepasan plasenta
- Cara-cara Pelepasan Plasenta :
1. Metode Ekspulsi Schultz
Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah (sentral) atau dari pinggir plasenta.
Ditandai oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina (tanda ini
dikemukakan oleh Ahfled) tanpa adanya perdarahan per vaginam. Lebih besar
kemungkinannya terjadi pada plasenta yang melekat di fundus.
2. Metode Ekspulsi Matthew-Duncan
Ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai terlepas.
Umumnya perdarahan tidak melebihi 400 ml. Bila lebih hal ini patologik. Lebih
besar kemungkinan pada implantasi lateral. Apabila plasenta lahir, umumnya
otot-otot uterus segera berkontraksi, pembuluh-pembuluh darah akan terjepit,
dan perdarahan segera berhenti. Pada keadaan normal akan lahir spontan dalam
waktu lebih kurang 6 menit setelah anak lahir lengkap.
- Beberapa Prasat untuk mengetahui apakah plasenta lepas dari tempat implantasinya
1. Prasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri
menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam
vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak
masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta lepas dari dinding uterus.
Prasat ini hendaknya dilakukan secara hati-hati. Apabila hanya sebagian
plasenta terlepas, perdarahan banyak akan dapat terjadi.
2. Prasat Strassmann
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri
mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang
diregangkan ini berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.
3. Prasat Klein
Wanita tersebut disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke bawah. Bila
pengedanannya dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina,
berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.
- Tanda – tanda pelepasan plasenta
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum
miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus
biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke
bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus
berada di atas pusat.
b. Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva.
c. Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul di belakang
plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar di bantu oleh gaya
gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam ruang di
antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas
tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
Tanda ini kadang – kadang terlihat dalam waktu satu menit setelah bayi lahir
dan biasanya dalam 5 menit.
IX. Asuhan Keperawatan Kala IV
a. Perineoraphy
Tingkat laserasi dan Teknik menjahit robekan perineum
1. Tingkat I (mukosa dan kulit perineum)
Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan hanya dengan memakai
catgut yang dijahitkan secara jelujur (continous suture) atau dengan cara angka
delapan (figure of eight).
2. Tingkat II (mukosa vagina, kulit, jaringan perineum)
Pada robekan perineum tingkat II, setelah diberi anestesi lokal otot-otot
diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan
kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutup dengan
mengikutsertakan jaringan-jaringan dibawahnya. Jahitan mukosa vagina : jahit
mukosa vagina secara jelujur dengan catgut kromik 2-0. Dimulai dari sekitar 1
cm di atas puncak luka di dalam vagina sampai pada batas vagina. Jahitan otot
perineum : lanjutkan jahitan pada daerah otot perineum sampai ujung luka
pada perineum secara jelujur dengan catgut kromik 2-0. Lihat ke dalam luka
untuk mengetahui letak ototnya. Penting sekali untuk menjahit otot ke otot
agar tidak ada rongga diantaranya. Jahitan kulit : carilah lapisan subkutikuler
persis di bawah lapisan kulit. Lanjutkan dengan jahitan subkutikuler kembali
ke arah batas vagina, akhiri dengan simpul mati pada bagian dalam vagina.
3. Tingkat III (mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan sfingter ani)
Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat II maupun
tingkat III, jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka
pinggir yang bergerigi tersebut harus diratakan terlebih dahulu. Pinggir
robekan sebelah kiri dan kanan masing-masing diklem terlebih dahulu,
kemudian digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan penjahitan
luka robekan. Jahitan sfingter ani : jepit otot sfingter dengan klem Allis atau
pinset. Tautkan ujung otot sfingter ani dengan 2-3 jahitan benang kromik 2-0
angka 8 secara interuptus. Larutan antiseptik pada daerah robekan. Reparasi
mukosa vagina, otot perineum dan kulit.
4. Tingkat IV (mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan sfingter ani yang
meluas hingga ke rektum)
Mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit. Kemudian fasia
perirektal dan fasia septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik,
sehingga bertemu kembali. Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh
karena robekan diklem dengan Pean lurus, kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan
catgut kromik sehingga bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis
demi lapis seperti menjahit robekan perineum tingkat II.

Anda mungkin juga menyukai