Anda di halaman 1dari 25

7

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat

berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau

dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman,

1998) dalam Sutini, 2018).

3. Tujuan dukungan keluarga

Sangatlah luas diterima bahwa orang yang berada dalam lingkungan sosial yang

suportif umumnya memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan rekannya yang tanpa

keuntungan ini. Lebih khususnya, karena dukungan sosial dapat dianggap mengurangi

atau menyangga efek serta meningkatkan kesehatan mental individu atau keluarga

secara langsung, dukungan sosial adalah strategi penting yang haru ada dalam masa

stress bagi keluarga Dukungan sosial juga dapat berfungsi sebagai strategi pencegahan

guna mengurangi stress akibat negatifnya menurut Roth (1996) dalam Sutini (2018).

Sistem dukungan keluarga ini berupa membantu berorientasi tugas sering kali diberikan

oleh keluarga besar, teman, dan tetangga. Bantuan dari keluarga besar juga dilakukan

dalam bentuk bantuan langsung, termasuk bantuan financial yang terus-menerus dan

intermiten, berbelanja, merawat anak, perawatan fisik lansia, melakukan tugas rumah

tangga, dan bantuan praktis selama masa krisis menurut Friedman (2010) dalam Agustin

(2019).

4. Jenis dukungan keluarga

Menurut Friedman (1998) dalam Sutini (2018), menyatakan bahwa keluarga

berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang


8

bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan

jika diperlukan. Terdapat empat dimensi dari dukungan keluarga yaitu:

a. Dukungan emosional berfungsi sebagai pelabuhan istirahat dan pemulihan

serta membantu penguasaan emosional serta meningkatkan moral keluarga dalam

Friedman (2010) dalam Sutini (2018). Dukungan emosianal melibatkan ekspresi

empati, perhatian, pemberian semangat, kehangatan pribadi, cinta, atau bantuan

emosional. Dengan semua tingkah laku yang mendorong perasaan nyaman dan

mengarahkan individu untuk percaya bahwa ia dipuji, dihormati, dan dicintai, dan

bahwa orang lain bersedia untuk memberikan perhatian menurut Sarafino (2011)

Sutini (2018).

b. Dukungan informasi, keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan

disseminator (penyebar) informasi tentang dunia menurut Friedman (1998)

Sutini (2018). Dukungan informasi terjadi dan diberikan oleh keluarga dalam

bentuk nasehat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara mengatasi atau

memecahkan masalah yang ada menurut Sarafino (2011) dalam Sutini (2018).

c. Dukungan instrumental, keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan

praktis dan konkrit menurut Friedman (1998) Sutini (2018). Dukungan

instrumental merupakan dukungan yang diberikan oleh keluarga secara langsung

yang meliputi bantuan material seperti memberikan 13 tempat tinggal,

memimnjamkan atau memberikan uang dan bantuan dalam mengerjakan tugas

rumah sehari-hari menurut Sarafino (2011) Sutini (2018).

d. Dukungan penghargaan, keluarga bertindak (keluarga bertindak sebagai

sistem pembimbing umpan balik, membimbing dan memerantai pemecahan

masalah dan merupakan sumber validator identitas anggota menurut Friedman


9

(2010) dalam Sutini (2018). Dukungan penghargaan terjadi melalui ekspresi

penghargaan yang positif melibatkan pernyataan setuju dan panilaian positif

terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain yang berbanding positif antara

individu dengan orang lain menurut Sarafino (2011) Sutini (2018).

5. Manfaat Dukungan Keluarga

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa

kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbedabeda dalam berbagai tahap-tahap

siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan

sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan

akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga menurut

Wills (1985) dalam Albrianto (2022), menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga

(dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan) dan efek-efek

utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan)

ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial

terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Menurut Purnawan (2008) dalam Sutini (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi

dukungan keluarga adalah:

a. Faktor internal

1) Pendidikan atau tingkat pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel intelektual

yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu.
10

Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan

untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan

pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.

2) Faktor emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan dan

cara melakukannya. Seseorang yang mengalami respon stress dalam setiap perubahan

hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan

cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya.

Seseorang yang 15 secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respon

emosional yang kecil selama ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu melakukan

koping secara emosional terhadap ancaman penyakit mungkin.

3) Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya,

mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau

teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

b. Faktor Eksternal

1) Praktik di keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya mempengaruhi penderita

dalam melaksanakan kesehatannya. Misalnya, klien juga kemungkinan besar akan

melakukan tindakan pencegahan jika keluarga melakukan hal yang sama.

2) Faktor sosio-ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan

mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.

Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan


11

kerja.Seseorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok

sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya.

Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan 16 lebih cepat tanggap

terhadap gejala penyakit yang dirasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan

ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.

3) Latar belakang budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu,

dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

B. Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan tempat dimana individu tumbuh, berkembang dan belajar

mengenai nilai-nilai yang dapat membentuk kepribadiannya kelak. Proses belajar

tersebut berjalan terus-menerus sepanjang individu tersebut hidup. Ahmadi

mengemukakan bahwa, keluarga adalah wadah yang sangat penting diantara individu

dan grup, dan merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak-anak menjadi

anggotanya, keluarga sudah barang tentu yang pertama-tama pula menjadi tempat untuk

mengadakan sosialisasi kehidupan anak-anak.

Menurut Friedman, keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang

tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka

hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya

masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

Menurut Duvall, keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh

ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan


12

budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial

dari tiap anggota. Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam

masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan

keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi antara individu dan masyarakat.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa keluarga

adalah unit terkecil dalam masyarakat, yaitu merupakan sekumpulan orang yang tinggal

dalam satu rumah yang terikat oleh ikatan pernikahan, darah, ataupun adopsi menurut

WHO (1969) dalam Setiana (2019).

Menurut Andarmoyo (2016) Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat

yang merupakan klien penerima asuhan keperawatan, keluarga berperan dalam

menentukan cara asuhan yang diperlukan bagi anggota keluarga yang sakit.

Dari uraian diatas menunjukan bahwa keluarga juga merupakan sistem. Sebagai

sistem keluarga mempunyai anggota yaitu : ayah, ibu, dan anak atau semua individu

yang ditinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut saling

berinteraksi,intrerelasi,dan interdepent untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga

merupakan sistem yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh supra system yaitu:

lingkungan atau masyarakat dan sebaliknya sebagai sub system dari lingkungan atau

masyarakat, keluarga dapat mempengarruhi masyarakat (supra sistem) oleh karena itu

betapa pentingnya peran dan fungsi keluara dalam membentuk manusia sebagai anggota

masyarakat yang sehat bio-psiko-sosial-spritual. Jadi sangatlah tepat bila keluarga sebagi

titik sentral pelayanan keperawatan. Diyakini bahwa keluarga yang sehata akan

mempunyai anggota yan sehat dan mewujudkan masyarakat yang sehat.


13

2. Tujuan Keluarga

Tujuan dasar pembentukan keluarga adalah:

a. Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap

perkembangan individu.

b. Keluarga sebagai perantara bagi kebutuhan dan harapan anggota keluarga dengan

kebutuhan dan tuntunan masyarakat.

c. Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga

dengan menstabilkan kebutuhan kasih sayang, sosioekonomi dan kebutuhan

seksual, dan

d. Keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan indentitas

seorang individu dan perasaan harga diri.

Alasan mendasar mengapa keluarga menjadi fokus sentral dalam perawatan

adalah:

1) Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cidera, perpisahan)

yang mempengaruhi satu atau lebih keluarga, dan dalam hal tertentu, sering

akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan unit secara keseluruhan.

2) Ada hubungan yang kuat dan signifikan antara keluarga dan status kesehatan

para anggotanya.

3) Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan,

perawatan diri, pendidikan kesehatan dan konseling keluarga serta upaya yang

berarti dapat mengurangi risiko yang akan diciptakan oleh pola hidup keluarga

dan bahaya lingkungan.


14

4) Adanya masalah-masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga dapat

menyebabkan ditemukannya faktor-faktor risiko pada anggota keluarga yang

lain.

5) Keluarga merupakan sistem pendukung yang sangat vital bagi kebutuhan-

kebutuhan individu Menurut Wulansari (2019).

3. Fungsi Keluarga

Menurut Wulansari (2019) Terdapat 8 fungsi keluarga dan berikut penjelasannya

antara lain sebagai berikut :

1) Fungsi Keagamaan

Keluarga adalah wahana utama dan pertama menciptakan seluruh anggota kelurga

menjadi insane yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.Tugas dari fungsi

keagamaan adalah :

a. Membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota

keluarga.

b. Menerjemahkan ajaran/norma agama dalam tingkah laku hidup sehari-hari seluruh

anggota keluarga.

c. Memberikan contoh konkrit pengalaman ajaran agama dalam hidup sehari-hari.

d. Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang

tidak atau kurang diperoleh di sekolah atau masyakat.

e. Membina rasa, sikap dan praktik kehidupan keluarga beragama sebagai fondasi

menuju keluarga kecil bahagi dan sejahtera.

2) Fungsi Sosial Budaya


15

Keluarga berfungsi untuk menggali, mengembangkan dan melestarikan sosial budaya

Indonesia, dengan cara:

a. Membina tugas-tugas keluara sebagai lembaga untuk meneruskan norma dan budaya

masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan.

b. Membina Tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma budaya

asing yang tidak sesuai.

c. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga dimana anggotanya mengadakan

kompromi/adptasi dari praktik globalisasi dunia.

d. Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan budaya

masyarakat/bangsa untuk terwujudnya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

3) Fungsi Kasih Sayang

Keluarga berfungsi mengembangkan rasa cinta dan kasih sayang setiap anggota

keluarga, antarkerabat, antargenerasi. Termasuk dalam fungsi ini adalah:

a. Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada diantara anggota

keluarga ke dalam simbol-simbol nyata/ucapan dan perilaku secara optimal dan terus

menerus.

b. Membina tingkah laku saling menyanyangi baik antara keluarga yang satu dengan

yang lainnya secara kuantitatif dan kualitatif.

c. Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ikhrowi dalam keluarga

secara serasi, selaras dan seimbang.

4) Fungsi Perlindungan

Fungsi yang memberikan rasa aman secara lahir dan batin kepada setiap anggota

keluarga. Fungsi ini menyangkut :


16

a. Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang

timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.

b. Membina keamanan keluarga baik fisik, psikis, maupun dari berbagai bentuk

ancaman dan tantangann yang datang dari luar.

c. Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju

KKBS (keluarga kecil bahagia dan sejahtera).

5) Fungsi Reproduksi

Memberikan keutuhan yang berkualitas melalui, pengaturan dan rencana yang sehata

dan menjadi insane pembangunan yang handal, dengan cara:

a. Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat bagi

anggota keluarga sekitarnya.

b. Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembentukan keluaga dalam hal usia,

pendewasaan fisik maupun mental.

c. Mengalamkan kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu

melahirkan, jarak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga.

d. Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif menuju

keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

6) Fungsi Pendidikan dan Sosialisasi

Keluarga merupakan tempat pendidikan utama dan pertama anggota keluarga yang

berfungsi untuk meningkatkan fisik, mental, sosial, dan spiritual secara serasi selaras

dan seimbang fungsi ini adalah :

a. Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana

pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan utama.


17

b. Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat

dimana anak dapat mencari pemecahan masalah 24 dari konflik yang dijumpai, baik

di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

c. Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang diperlukan

untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan fisik dan mental, yang

tidak/kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat.

7) Fungsi Ekonomi

Keluarga meningkatkan ketrampilan dalam usaha ekonomis produktif agar

pendapatan keluarga meningkatkan dan tercapai kesejahteraan :

a. Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun dalam lingkungan keluarga dalam

rangka menompang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga.

b. Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan dan

keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga.

c. Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan perhatianya terhadap

anggota keluarga berjalan seras, selaras, dan seimbang.

d. Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal mewujudkan keluarga

kecil bahagia dan sejahtera.

8) Fungsi Pembinaan Lingkumgan

a. Meningkatkan diri dalam lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam sehingga

tercipta lingkungan yang seras, selaras, dan seimbang.

b. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup eksterna

keluarga.
18

c. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungn hidup yang seras,

selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup

masyarakat sekitarnya.

d. Membina kesadaran, sikap dan praktik lingkungan hidup sebagai pula hidup keluarga

menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

Menurut friedman (1998) dalam Menurut Sutini ( 2018), fungsi keluarga meliputi:

a. Fungsi afektif yaitu perlindungan psikologis, rasa aman, interaksi, mendewasakan

dan mengenal identitas diri individu.

b. Fungsi sosialisasi peran adalah fungsi dan peran di masyarakat, serta sasaran untuk

kontak sosial didalam/di luar rumah.

c. Fungsi reproduksi adalah menjamin kelangsungan generasi dan kelangsungan hidup

masyarakat.

d. Fungsi memenuhi kebutuhan fisik dan perawatan merupakan pemenuhan sandang,

pangan dan papan serta perawatan kesehatan.

e. Fungsi ekonomi adalah fungsi untuk pengadaan sumber dana, pengalokasian dan

serta pengaturan keseimbangan, dan

f. Fungsi pengontrol/pengatur adalah memberikan pendidikan dan norma-norma.

4. Tugas perkembangan keluarga

Adalah tanggung jawab pertumbuhan yang harus dicapai oleh sebuah keluarga

dalam setiap tahap perkembangannya sehingga kebutuhan biologis, kewajiban budaya,

dan nilai serta aspirasi keluarga terpenuhi menurut Friedman (2010) dalam Agustin

(2019).
19

5. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Friedman (1998) dalam Nursing (2022), membagi 5 tugas kesehatan yang harus

dilakukan oleh keluarga yaitu:

a. Mengenal adanya gangguan kesehatan setiap anggotanya.

b. Mengambil keputusan untuk mengambil tindakan yang tepat.

c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, cacat,

maupun yang tidak sakit dan memerlukan bantuan.

d. Mempertahankan keadaan lingkungan keluarga yang dapat menunjang

peningkatan status para anggotannya.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-

lembaga kesehatan.

C. Penyakit Gagal Ginjal Kronik

1. Pengertian

Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis akibat perubahan dari fungsi atau

struktur ginjal. Gagal ginjal kronik dicirikan oleh penurunan fungsi ginjal yang progresif

dan irreversible atau tidak dapat kembali ke fungsi normalnya. Seseorang dikatakan

mengidap gagal ginjal kronik jika kerusakan ginjal terjadi lebih dari 3 bulan yang

dimanifestasikan oleh (1) Kerusakan ginjal, dengan atau tanpa adanya penurunan laju

filtrasi glomerulus, sebagai kelainan patologis dengan tanda-tanda kerusakan ginjal

seperti kelainan saluran kemih (proteinuria), kelainan darah (sindrom tubulus ginjal),

atau kelainan pencitraan. (2) laju filtrasi glomerulus <60 ml/mnt/1,73m2 dengan atau
20

tanpa kerusakan ginjal (National Kidney Foundation-Kidney Disease Improving Global

Outcomes, 2014 dalam Nisrina, 2023).

Gagal ginjal kronik ini dapat dibagi lagi menjadi 5 tahap, tergantung pada tingkat

keparahan kerusakan ginjal dan tingkat penurunan fungsi ginjal. Tahap 5 Chronic

Kidney Disease (CKD) disebut sebagai stadium akhir penyakit ginjal (end stage renal

disease / end stage renal failure). Tahap ini merupakan akhir dari fungsi ginjal, ginjal

bekerja kurang dar 15% dari normal (Corrigan , 2011 dalam Sutini, 2018).

2. Etiologi

Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya,

sehingga merupakan penyakit sekunder, penyebeb yang sering adalah diabetes mellitus d

an hipertensi. Selain itu ada beberapa penyebab dari gagal ginjal kronis (Robinson, 20

18).

a. Penyebab glomerular kronis (glomerulonefritis)

b. Infeksi kronis (pyelonefritis kronis, tuberkolosis)

c. Kelainan kongenital (polikistik ginjal)

d. Penyakit vaskuler (renal nephrolithisis)

e. Obstruksi saluran kemih (nephrolithisis)

f.Penyakit kolagen (Systemic Lupus Erythematosus)

g. Obat-oabat nefrotik (aminoglikosida)

Penyabab gagal ginjal kronik paling banyak di Indonesia adalah hipertensi (34%),

nefropati diabetika (27%), dan glomerulopati primer (14%) Factor resiko gagal ginjal

kronik terdiri dari diabetes mellitus, berusia lebih dari lima puluh tahun, dan memiliki ri

wayat keluarga dengan penyakit ginjal (Harrison, 2018).


21

3. Manifestasi Klinis

Ginjal memainkan peran yang sangat penting dalam mengatur keseimbangan hom

eostatis tubuh, penurunan fungsi organ tersebut akan mengakibatkan kelainan dan memp

engaruhi pada sistem tubuh yang lain. Antara gejala-gejala klinis yang timbul pada gagal

ginjal kronis adalah (Pranay, 2020) :

a. Poliuria, terutama pada malam hari (nokturia).

b. Udem pada tungkai dan mata (karena retensi air).

c. Hipertensi.

d. Kelelahan dan lemah karena anemia atau akumulasi substansi buangan dalam tubuh.

e. Anoreksia, nausea dan vomitus.

f. Gatal pada kulit, kulit yang pucat karena anemia.

g. Sesak nafas dan nafas yang dangkal karena akumulasi cairan di paru.

h. Neuropati perifer status mental yang berubah karena ensefalopati akibat akum

ulasi bahan buangan atau toksikasi uremia.

i. Nyeri dada karena inflamasi di sekitar jantung.

j. Perdarahan karena mekanisme pembekuan darah yang tidak berfungsi.

k. Libido yang berkurangan dan gangguan seksual.

4. Patofisiologi

Pada gagal ginjal kronis, fungsi ginjal menurun secara drastis yang berasal dari nef

ron. Insifiensi dari ginjal tersebut sekitar 20% sampai 50% dalam hal GFR (Glomerular

Filtration Rate). Pada penurunan fungsi rata-rata 50%, biasanya muncul tanda dan gejala

azotemia sedang, poliuri, nokturia, hipertensi dan sesekali terjadi anemia. Selain itu, sela

ma terjadi kegagalan fungsi ginjal maka keseimbangan cairan dan elektrolit pun tergang
22

gu. Pada hakikatnya tanda dan gejala gagal ginjal kronis hampir sama dengan gagal ginj

al akut, namun awitan waktunya saja yang membedakan. Perjalanan dari ginjal kronis m

embawa dampak yang sistemik terhadap saluran sistem tubuh dan sering mengakibatkan

komplikasi (Madara,2018).

Saat terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)

diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron yang utuh

hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi

walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Hal ini memungkinkan ginjal

untuk berfungsi ¾ dari nefronnefron yang rusak. Beban bahan yang harus dilarutkan

menjadi lebih besar dari yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai

poliuri. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak maka oliguri

timbul disertai retensi produk sisa. Timbulnya gejala-gejala gagal ginjal bila fungsi

ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini nilai kreatinin clearance turun sampai 15

ml/menit atau lebih rendah. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein

yang normalnya diekskresikan ke dalam urin tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan

mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka

gejala akan semakin berat (Wijaya & Putri, 2013).

5. Klasifikasi

Menurut The Kidney Outcome Initiative ( K/DOQ1 ) (Desita, 2019 ), gagal ginjal k

ronis dapat diklasifikasikan berdasarkan tahapan penyakit dari waktu sebagai berikut :

a. Stadium 1 : kerusakan masih normal (GFR>90ml/min/1,73m)

b. Stadium 2 : ringan (GFR 60-89 ml/min/1,73m)

c. Stadium 3 : sedang (GFR 30-59 ml/min/1,73m)


23

d. Stadium 4 : gagal berat (GFR 15-29 ml/min/1,73m)

e. Stadium 5 : gagal ginjal terminal (GFR <15ml/min/1,73m)

Pada gagal ginjal kronis tahap 1 dan 2 tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan

ginjal termasuk komposisi darah yang abnormal atau urin yang abnormal (Arora,

2019 dalam Desita, 2020).

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gagal ginjal kronik (stage V) adalah untuk mempertahankan

fungsi ginjal dan homeostasis. Penatalaksanaan tersebut meliputi penanganan

konservatif, yaitu :

a. Menghambat perburukan fungsi ginjal/mengurangi hiperfiltrasi glomerulus dengan

diet seperti pembatasan asupan protein dan fosfat.

b. Terapi farmakologis dan pencegahan serta pengobatan terhadap komplikasi,

bertujuan mengurangi hipertensi intraglomerulus dan memperkecil resiko terhadap

penyakit kardiovascular seperti diabetes, hipertensi, dislipidemia, anemia, asidosis,

neuropati perifer, kelebihan cairan dan keseimbangan elektrolit. (Price & Wilson,

2005 dalam Sutini, 2018). Terapi pengganti ginjal dilakukan pada seseorang yang

mengidap penyakit gagal ginjal kronik atau ginjal tahap akhir, yang bertujuan

untuk menghindari komplikasi dan memperpanjang umur pasien. Terapi pengganti

ginjal dibagi menjadi dua, antara lain dialysis (hemodialisis dan peritoneal dialisis)

dan transplantasi ginjal. (Shahgholian et al. 2008 dalam Sutini 2018).


24

D. Kualitas Hidup

1. Defenisi kualitas hidup

Kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisinya dalam kehidupan,

dalam konteks budaya dan sistem nilai diman individu tersebut, dan berhubungan

terhadap tujuan, harapan, standar dan keinginan (the world health organization Quality

of life-bref). Nurcahyani, Sofia (2010) dalam Agustina (2019) menyebutkan bahwa

kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan dengan pasti, hanya orang tersebut

yang dapat mendefinisikannya, karena kualitas merupakan sesuatu yang bersifat

subyektif. Terdapat dua komponen dasar dari kualitas hidup yaitu, subyektifitas dan

multidimensi. Subyektifitas mengandung arti bahwa kualitas hidup lansia hanya dapat

ditentukan dari sudut pandang klien itu sendiri dan ini hanya dapat diketahui dengan

bertanya langsung kepada klien. Sedangkan multidimensi bermakna bahwa kualitas

hidup dipandang dari seluruh aspek kehidupan seseorang secara holistik meliputi aspek

biologis, psikologis, sosial dan lingkungan. Sedangkan Polinsky (2000) dalam Sutini

(2018) mengatakan bahwa untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup seseorang maka

apat diukur dengan mempertimbangkan status fisik, psikologis, sosial dan kondisi

penyakit.

Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masi

ng individu dalam menggapai permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika di hadapi d

engan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain hanya jika menghadapi

dengan negatif maka akan buruk pula kualitas hidupnya. Kualitas hidup diartikan sebaga

i persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam bidang kehidupan (Kreitle

& Ben,2012 dalam Chairani,2013).


25

Menurut World Health Organitation (WHO), 1994 dalam Chairani (2013), kualita

s hidup didefenisikan sebagai persepsi individu sebagai laki-laki atau perempuan dalam

hidup, ditinjau dari korteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan berhubu

ngan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini merupa

kan konsep tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status psik

ologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial dan hubungan kepada karakteristik limgkung

an mereka.

2. Aspek kualitas hidup

Aspek kualitas hidup yang di gunakan dalam penelitian ini mengacu pada aspek-as

pek kualitas hidup yang terdapat pada World Health Organization Qualityof life Bref ver

sion (WHOQoL-BREF) karena sudah mencakup keseluruhan kualitas hidup. Menurut W

HOQOL karena sudah mencakup keseluruhan kualitas hidup. Menurut WHOQOL Grou

p (Power, 2008 dalam Lopers dan Snyder,2007), kualitas hidup memiliki enam aspek yai

tu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, hubu

ngan dengan lingkungan, dan keadaan spiritual , WHOQoL ini kemudian di buat lagi me

njadi instrument WHOQoL-BREF dimana enam aspek tersebut di persempit menjadi em

pat aspek yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial dan hubungan

dengan lingkungan ( Power,2013 dalam Lopez dan Snyder 2016 ).

a. Aspek Kesehatan Fisik


26

kesehatan fisik dan mental yang berarti jika seseorang sehat secara fisik dan

mental maka orang tersebut akan mencapai suatu kepuasan dalam hidupna.

Kesehatan fisik itu dapat dinilai dari fungsi fisik dan keterbatasan peran.

b. Aspek Psikologis

Aspek psikologis yaitu terkait dengan keadaan mental individu. Keadaan mental m

engarah pada mampu atau tidaknya individu menyesuaikan diri berbagai tuntunan

perkembangan sesuai dengan kemampuannya, baik tuntunan dari dalam maupun d

ari luar dirinya. Aspek psikologis juga terkait dengan aspek fisik, dimana individu

dapat melakukan suatu aktivitas dengan baik bila individu tersebut sehat secara me

ntal . Kesejahteraan psikologis mencakup body image dan appearance, perasaan p

ositif, perasaan negatif, selfe sistem, spritual/ agama/ keyakinan pribadi, berfikir,

belajar, memori dan konsentrasi.

c. Aspek Hubungan Sosial

Aspek hubungan sosial yaitu hubungan antara dua individu atau lebih dimana ting

kah laku individu tersebut akan saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbai

ki, tingkahlaku individu lainnya. Mengingat manusia adalah mahluk sosial maka d

alam hubungan sosial ini, manusia dapat merealisasi kan kehidupan serta dapat ber

kembang menjadi manusia seutuhnya. Hubungan sosial mencakup hubungan priba

di, dukungan sosial, aktivitas seksual.

d. Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan yaitu tempat tinggal individu, termasuk di dalamnya keadaan, k

etersediaan tempat tinggal untuk melakukan segala aktivitas kehidupan, termasuk

di dalamnya adalah saran dan prasarana yang dapat menunjang kehidupan. Hubun

gan dengan lingkungan mencakup sumber financial, kebebasan, keamanan dan kes
27

elamatan fisik, perawatan kesehatan dan social care termasuk aksesbilitas dan kual

itas lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru m

au pun keterampilan (skill), berpartisipasi dan mendapatkan kesempatan untuk mel

akukan rekreasi dan kegiatan yang menyenangkan diwaktu luang, lingkungan fisik

termasuk polusi/ kebisingan/ keadaan air/ iklim, serta transportasi.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

Kualitas hidup secara langsung dipengaruhi oleh pengalaman pengasuh positif, pe

ngalaman pengasuh positif, pengalaman pengasuh negatif, dan stes kronis, sumber daya

ekonomi dan sumber daya sosial memiliki dampak langsung pada daya ekonomi dan su

mber daya sosial memiliki dampak langsung pada kualitas hidup.Ferras dan powers (200

8) dalam Yunus (2022) empat domain yang sangat penting untuk kualitas hidup yaitu ke

sehatan dan fungsi sosial ekonomi, psikologis, spiritual, dan keluarga. Domain kesehata

n dan fungsi meliputi aspek-aspek seperti kegunaan kepada orang lain dan kemandirian f

isik. Domain sosial ekonomi berkaitan dengan standar hidup, kondisi lingkungan, tema

n-teman dan sebagainya. Domain psikologis/spiritual meliputi kebahagian, ketenangan p

ikiran, kendali atas kehidupan, dan faktor lainnya. Domain keluarga meliputi kebahagiaa

n kehidupan, dan faktor lainnya. Domain keluarga meliputi kebahagiaan keluarga, anak-

anak, pasangan, dan kesehatan keluarga. Meskipun sulit untuk membuang semua elemen

kehidupan, keempat domain mencakup sebagai besar elemen dianggap penting untuk ku

alitas hidup. Menurut Ghozally (2008) dalam Yunus (2022). Faktor-faktor yang mempen

garuhi kualitas hidup perasaan kasih dan sayang, bersikap optimis, mengembangkan sika

p empati.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah :


28

a. Jenis Kelamin

Satvik et al (2008) dalam Nurchayati, Sutini (2018) menyatakan bahwa secara

nyata perempuan memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan

laki-laki. perempuan mudah dipengaruhi oleh depresi karena berbagai alasan yang

terjadi dalam kehidupannya, seperti mengalami sakit yang mengarah pada

kekurangan kesempatan dalam semua aspek kehidupannya.

b. Usia

Usia menentukan kerentanan individu terhadap penyakit. Pada umumnya

kualitas hidup cenderung menurun dengan meningkatnya umur. Pasien gagal

ginjal kronik dengan hemodialisis yang berusia lebih muda akan mempunyai

kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan pasien yan berusia tua karena kondisi

fisik pasien yang lebih baik. Penderita yang dalam usia produktif merasa terpacu

untuk sembuh karena memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi sementara

pasien yang lebih tua cenderung menyerahkan keputusan kepada keluara atau

anak-anaknya, selain itu kebanyakan pasien yang berusia lanjut memiliki motivasi

yang rendah dalam menjalani hemodialisis. Usia juga berkaitan dengan prognosa

penyakit dan harapan hidup pasien yang berusia diatas 55 tahun memiliki risiko

tinggi terjadinya komplikasi yang memperberat fungsi ginjal dibandingkan paien

yan berusia dibawah 40 tahun Siregra, (2013).

c. Pendidikan

Pendidikan juga merupakan faktor kualitas hidup, Barbereschi, sanderman, Lee

gte, Veldhusein dan Jasma (2016) mengatakan bahwa tingkat pendidikan adalah sa

lah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup, hasil penelitian menunju

kan bahwa tingginya signifikasi perbandingan dari pasien yang berpendidikan ting
29

gi meningkatkan dalam keterbatasan fungsional yang berkaitan dengan masalah e

mosional dan waktu ke waktu dibandingkan dengan pasien yang berpendidikan ren

dah serta mudah menemukan kualitas hidup yang lebih baik lagi pasien berpendidi

kan tinggi dalam domain fisik dan fungsional, khususnya dalam fungsi fisik, energ

i/kelelahan, sosial fungsi, dan keterbatasan dalam peran berfungsi terkait dengan m

asalah emosional.

d. Pekerjaan

Hultman, Herlan dan H”ornguiist (2013) menunjukan dalam hal kualitas hidup j

uga diperoleh hasil penelitian yang tidak jauh berbeda dimana individu yang beker

ja memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan individu yang tidak beker

ja.

e. Ekonomi

Sekarang yang mempunyai status sosial yang berkecukupan akan mampu

menyediakan fasilitas yang ddiperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sebaliknya, individu yang status sosial ekonominya rendah akan mengalami

kesulitan didalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Sunaryo, 2004 dalam Sutini,

2018)

f. Dukungan Keluarga

Pada paien penyakit gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis,

dukungan keluarga sangat berperan dalam meninkatkan kesehatan yang akan

mempengaruhi kualitas hidup pasien.

g. Kesehatan fisik
30

Kesehatan fisik mempunyai beberapa dampak terhadap kualita hidup seseorang.

Kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas tertentu dapat menjadi faktor

mengikat atau menurunya kualitas hidup (Son at al, dalam Mailani, Fitri, 2015).

h. Kesehatan psikologis

Depresi dan kecemasan merupakan gangguan psikologis yang paling sering

dialami yang seseorang yang disebabkan karena gejala uremia, seperti kelelahan,

gangguan tiur, menurunnya nafsu makan dan gangguan kognitif (Son, ae al, 2012

dalam Mailani, Fitri, 2015).

E. Kerangka Teori dan Konsep

Kerangka konsep “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pender

ita Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Prima ” dapat dig

ambar kan sebagai berikut :

Kerangka Teori

Karakteristik Pasien

Terapi HD yang dijalani

Dukungan Keluarga Kualitas Hidup Pasien GGK


dengan Hemodialisa

Kualitas Hidup Penderita GGK

Status Kesehatan

Keterangan :

= Diketahui

= Tidak Diketahui
31

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependen

Kualitas hidup
Dukungan penderita gagal ginjal
Keluarga
depen kronik yang menjalani
hemodialisa

Keterangan:

= Variabel yang diteliti

= Berhubungan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

F. Hipotesa

Hipotesa adalah jawaban sementara penelitian, patokan dugaan, atau dalil sementa

ra, yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian ini (Setiadi, 2016). Ho

merupakan hipotesis nol, dan Ha merupakanpakan hipotesis alternatif.

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas maka penulis menemukan suatu

Hipotesa dalam penelitian ini “Diduga bahwa hubungan dukungan keluarga dengan kua

litas hidup penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit

Prima Pekanbaru”.

Anda mungkin juga menyukai