memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat
berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau
dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman,
Sangatlah luas diterima bahwa orang yang berada dalam lingkungan sosial yang
suportif umumnya memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan rekannya yang tanpa
keuntungan ini. Lebih khususnya, karena dukungan sosial dapat dianggap mengurangi
atau menyangga efek serta meningkatkan kesehatan mental individu atau keluarga
secara langsung, dukungan sosial adalah strategi penting yang haru ada dalam masa
stress bagi keluarga Dukungan sosial juga dapat berfungsi sebagai strategi pencegahan
guna mengurangi stress akibat negatifnya menurut Roth (1996) dalam Sutini (2018).
Sistem dukungan keluarga ini berupa membantu berorientasi tugas sering kali diberikan
oleh keluarga besar, teman, dan tetangga. Bantuan dari keluarga besar juga dilakukan
dalam bentuk bantuan langsung, termasuk bantuan financial yang terus-menerus dan
intermiten, berbelanja, merawat anak, perawatan fisik lansia, melakukan tugas rumah
tangga, dan bantuan praktis selama masa krisis menurut Friedman (2010) dalam Agustin
(2019).
bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan
emosional. Dengan semua tingkah laku yang mendorong perasaan nyaman dan
mengarahkan individu untuk percaya bahwa ia dipuji, dihormati, dan dicintai, dan
bahwa orang lain bersedia untuk memberikan perhatian menurut Sarafino (2011)
Sutini (2018).
Sutini (2018). Dukungan informasi terjadi dan diberikan oleh keluarga dalam
bentuk nasehat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara mengatasi atau
memecahkan masalah yang ada menurut Sarafino (2011) dalam Sutini (2018).
terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain yang berbanding positif antara
Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa
kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbedabeda dalam berbagai tahap-tahap
siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan
sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan
akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga menurut
Wills (1985) dalam Albrianto (2022), menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga
(dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan) dan efek-efek
a. Faktor internal
yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu.
10
2) Faktor emosi
cara melakukannya. Seseorang yang mengalami respon stress dalam setiap perubahan
hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan
Seseorang yang 15 secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respon
emosional yang kecil selama ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu melakukan
3) Spiritual
mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau
b. Faktor Eksternal
1) Praktik di keluarga
2) Faktor sosio-ekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan
sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya.
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan 16 lebih cepat tanggap
terhadap gejala penyakit yang dirasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan
B. Keluarga
1. Pengertian Keluarga
mengemukakan bahwa, keluarga adalah wadah yang sangat penting diantara individu
dan grup, dan merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak-anak menjadi
anggotanya, keluarga sudah barang tentu yang pertama-tama pula menjadi tempat untuk
Menurut Friedman, keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial
dari tiap anggota. Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam
keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi antara individu dan masyarakat.
adalah unit terkecil dalam masyarakat, yaitu merupakan sekumpulan orang yang tinggal
dalam satu rumah yang terikat oleh ikatan pernikahan, darah, ataupun adopsi menurut
menentukan cara asuhan yang diperlukan bagi anggota keluarga yang sakit.
Dari uraian diatas menunjukan bahwa keluarga juga merupakan sistem. Sebagai
sistem keluarga mempunyai anggota yaitu : ayah, ibu, dan anak atau semua individu
yang ditinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut saling
merupakan sistem yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh supra system yaitu:
lingkungan atau masyarakat dan sebaliknya sebagai sub system dari lingkungan atau
masyarakat, keluarga dapat mempengarruhi masyarakat (supra sistem) oleh karena itu
betapa pentingnya peran dan fungsi keluara dalam membentuk manusia sebagai anggota
masyarakat yang sehat bio-psiko-sosial-spritual. Jadi sangatlah tepat bila keluarga sebagi
titik sentral pelayanan keperawatan. Diyakini bahwa keluarga yang sehata akan
2. Tujuan Keluarga
perkembangan individu.
b. Keluarga sebagai perantara bagi kebutuhan dan harapan anggota keluarga dengan
seksual, dan
adalah:
1) Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cidera, perpisahan)
yang mempengaruhi satu atau lebih keluarga, dan dalam hal tertentu, sering
akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan unit secara keseluruhan.
2) Ada hubungan yang kuat dan signifikan antara keluarga dan status kesehatan
para anggotanya.
perawatan diri, pendidikan kesehatan dan konseling keluarga serta upaya yang
berarti dapat mengurangi risiko yang akan diciptakan oleh pola hidup keluarga
lain.
3. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Keagamaan
Keluarga adalah wahana utama dan pertama menciptakan seluruh anggota kelurga
menjadi insane yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.Tugas dari fungsi
keagamaan adalah :
a. Membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota
keluarga.
anggota keluarga.
d. Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang
e. Membina rasa, sikap dan praktik kehidupan keluarga beragama sebagai fondasi
a. Membina tugas-tugas keluara sebagai lembaga untuk meneruskan norma dan budaya
d. Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan budaya
Keluarga berfungsi mengembangkan rasa cinta dan kasih sayang setiap anggota
a. Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada diantara anggota
keluarga ke dalam simbol-simbol nyata/ucapan dan perilaku secara optimal dan terus
menerus.
b. Membina tingkah laku saling menyanyangi baik antara keluarga yang satu dengan
c. Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ikhrowi dalam keluarga
4) Fungsi Perlindungan
Fungsi yang memberikan rasa aman secara lahir dan batin kepada setiap anggota
a. Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang
b. Membina keamanan keluarga baik fisik, psikis, maupun dari berbagai bentuk
c. Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju
5) Fungsi Reproduksi
Memberikan keutuhan yang berkualitas melalui, pengaturan dan rencana yang sehata
melahirkan, jarak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga.
Keluarga merupakan tempat pendidikan utama dan pertama anggota keluarga yang
berfungsi untuk meningkatkan fisik, mental, sosial, dan spiritual secara serasi selaras
dimana anak dapat mencari pemecahan masalah 24 dari konflik yang dijumpai, baik
c. Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang diperlukan
7) Fungsi Ekonomi
a. Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun dalam lingkungan keluarga dalam
c. Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan perhatianya terhadap
d. Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal mewujudkan keluarga
a. Meningkatkan diri dalam lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam sehingga
keluarga.
18
c. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungn hidup yang seras,
masyarakat sekitarnya.
d. Membina kesadaran, sikap dan praktik lingkungan hidup sebagai pula hidup keluarga
Menurut friedman (1998) dalam Menurut Sutini ( 2018), fungsi keluarga meliputi:
b. Fungsi sosialisasi peran adalah fungsi dan peran di masyarakat, serta sasaran untuk
masyarakat.
e. Fungsi ekonomi adalah fungsi untuk pengadaan sumber dana, pengalokasian dan
Adalah tanggung jawab pertumbuhan yang harus dicapai oleh sebuah keluarga
dan nilai serta aspirasi keluarga terpenuhi menurut Friedman (2010) dalam Agustin
(2019).
19
Friedman (1998) dalam Nursing (2022), membagi 5 tugas kesehatan yang harus
lembaga kesehatan.
1. Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis akibat perubahan dari fungsi atau
struktur ginjal. Gagal ginjal kronik dicirikan oleh penurunan fungsi ginjal yang progresif
dan irreversible atau tidak dapat kembali ke fungsi normalnya. Seseorang dikatakan
mengidap gagal ginjal kronik jika kerusakan ginjal terjadi lebih dari 3 bulan yang
dimanifestasikan oleh (1) Kerusakan ginjal, dengan atau tanpa adanya penurunan laju
seperti kelainan saluran kemih (proteinuria), kelainan darah (sindrom tubulus ginjal),
atau kelainan pencitraan. (2) laju filtrasi glomerulus <60 ml/mnt/1,73m2 dengan atau
20
Gagal ginjal kronik ini dapat dibagi lagi menjadi 5 tahap, tergantung pada tingkat
keparahan kerusakan ginjal dan tingkat penurunan fungsi ginjal. Tahap 5 Chronic
Kidney Disease (CKD) disebut sebagai stadium akhir penyakit ginjal (end stage renal
disease / end stage renal failure). Tahap ini merupakan akhir dari fungsi ginjal, ginjal
bekerja kurang dar 15% dari normal (Corrigan , 2011 dalam Sutini, 2018).
2. Etiologi
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya,
sehingga merupakan penyakit sekunder, penyebeb yang sering adalah diabetes mellitus d
an hipertensi. Selain itu ada beberapa penyebab dari gagal ginjal kronis (Robinson, 20
18).
Penyabab gagal ginjal kronik paling banyak di Indonesia adalah hipertensi (34%),
nefropati diabetika (27%), dan glomerulopati primer (14%) Factor resiko gagal ginjal
kronik terdiri dari diabetes mellitus, berusia lebih dari lima puluh tahun, dan memiliki ri
3. Manifestasi Klinis
Ginjal memainkan peran yang sangat penting dalam mengatur keseimbangan hom
eostatis tubuh, penurunan fungsi organ tersebut akan mengakibatkan kelainan dan memp
engaruhi pada sistem tubuh yang lain. Antara gejala-gejala klinis yang timbul pada gagal
c. Hipertensi.
d. Kelelahan dan lemah karena anemia atau akumulasi substansi buangan dalam tubuh.
g. Sesak nafas dan nafas yang dangkal karena akumulasi cairan di paru.
h. Neuropati perifer status mental yang berubah karena ensefalopati akibat akum
4. Patofisiologi
Pada gagal ginjal kronis, fungsi ginjal menurun secara drastis yang berasal dari nef
ron. Insifiensi dari ginjal tersebut sekitar 20% sampai 50% dalam hal GFR (Glomerular
Filtration Rate). Pada penurunan fungsi rata-rata 50%, biasanya muncul tanda dan gejala
azotemia sedang, poliuri, nokturia, hipertensi dan sesekali terjadi anemia. Selain itu, sela
ma terjadi kegagalan fungsi ginjal maka keseimbangan cairan dan elektrolit pun tergang
22
gu. Pada hakikatnya tanda dan gejala gagal ginjal kronis hampir sama dengan gagal ginj
al akut, namun awitan waktunya saja yang membedakan. Perjalanan dari ginjal kronis m
embawa dampak yang sistemik terhadap saluran sistem tubuh dan sering mengakibatkan
komplikasi (Madara,2018).
Saat terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)
diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron yang utuh
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Hal ini memungkinkan ginjal
untuk berfungsi ¾ dari nefronnefron yang rusak. Beban bahan yang harus dilarutkan
menjadi lebih besar dari yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai
poliuri. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak maka oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Timbulnya gejala-gejala gagal ginjal bila fungsi
ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini nilai kreatinin clearance turun sampai 15
ml/menit atau lebih rendah. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein
yang normalnya diekskresikan ke dalam urin tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
5. Klasifikasi
Menurut The Kidney Outcome Initiative ( K/DOQ1 ) (Desita, 2019 ), gagal ginjal k
ronis dapat diklasifikasikan berdasarkan tahapan penyakit dari waktu sebagai berikut :
Pada gagal ginjal kronis tahap 1 dan 2 tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan
ginjal termasuk komposisi darah yang abnormal atau urin yang abnormal (Arora,
6. Penatalaksanaan
konservatif, yaitu :
neuropati perifer, kelebihan cairan dan keseimbangan elektrolit. (Price & Wilson,
2005 dalam Sutini, 2018). Terapi pengganti ginjal dilakukan pada seseorang yang
mengidap penyakit gagal ginjal kronik atau ginjal tahap akhir, yang bertujuan
ginjal dibagi menjadi dua, antara lain dialysis (hemodialisis dan peritoneal dialisis)
D. Kualitas Hidup
dalam konteks budaya dan sistem nilai diman individu tersebut, dan berhubungan
terhadap tujuan, harapan, standar dan keinginan (the world health organization Quality
kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan dengan pasti, hanya orang tersebut
subyektif. Terdapat dua komponen dasar dari kualitas hidup yaitu, subyektifitas dan
multidimensi. Subyektifitas mengandung arti bahwa kualitas hidup lansia hanya dapat
ditentukan dari sudut pandang klien itu sendiri dan ini hanya dapat diketahui dengan
hidup dipandang dari seluruh aspek kehidupan seseorang secara holistik meliputi aspek
biologis, psikologis, sosial dan lingkungan. Sedangkan Polinsky (2000) dalam Sutini
(2018) mengatakan bahwa untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup seseorang maka
apat diukur dengan mempertimbangkan status fisik, psikologis, sosial dan kondisi
penyakit.
Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masi
ng individu dalam menggapai permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika di hadapi d
engan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain hanya jika menghadapi
dengan negatif maka akan buruk pula kualitas hidupnya. Kualitas hidup diartikan sebaga
Menurut World Health Organitation (WHO), 1994 dalam Chairani (2013), kualita
s hidup didefenisikan sebagai persepsi individu sebagai laki-laki atau perempuan dalam
hidup, ditinjau dari korteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan berhubu
ngan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini merupa
kan konsep tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status psik
ologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial dan hubungan kepada karakteristik limgkung
an mereka.
Aspek kualitas hidup yang di gunakan dalam penelitian ini mengacu pada aspek-as
pek kualitas hidup yang terdapat pada World Health Organization Qualityof life Bref ver
HOQOL karena sudah mencakup keseluruhan kualitas hidup. Menurut WHOQOL Grou
p (Power, 2008 dalam Lopers dan Snyder,2007), kualitas hidup memiliki enam aspek yai
ngan dengan lingkungan, dan keadaan spiritual , WHOQoL ini kemudian di buat lagi me
pat aspek yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial dan hubungan
kesehatan fisik dan mental yang berarti jika seseorang sehat secara fisik dan
mental maka orang tersebut akan mencapai suatu kepuasan dalam hidupna.
Kesehatan fisik itu dapat dinilai dari fungsi fisik dan keterbatasan peran.
b. Aspek Psikologis
Aspek psikologis yaitu terkait dengan keadaan mental individu. Keadaan mental m
engarah pada mampu atau tidaknya individu menyesuaikan diri berbagai tuntunan
ari luar dirinya. Aspek psikologis juga terkait dengan aspek fisik, dimana individu
dapat melakukan suatu aktivitas dengan baik bila individu tersebut sehat secara me
ositif, perasaan negatif, selfe sistem, spritual/ agama/ keyakinan pribadi, berfikir,
Aspek hubungan sosial yaitu hubungan antara dua individu atau lebih dimana ting
kah laku individu tersebut akan saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbai
ki, tingkahlaku individu lainnya. Mengingat manusia adalah mahluk sosial maka d
alam hubungan sosial ini, manusia dapat merealisasi kan kehidupan serta dapat ber
d. Aspek Lingkungan
di dalamnya adalah saran dan prasarana yang dapat menunjang kehidupan. Hubun
gan dengan lingkungan mencakup sumber financial, kebebasan, keamanan dan kes
27
elamatan fisik, perawatan kesehatan dan social care termasuk aksesbilitas dan kual
akukan rekreasi dan kegiatan yang menyenangkan diwaktu luang, lingkungan fisik
ngalaman pengasuh positif, pengalaman pengasuh negatif, dan stes kronis, sumber daya
ekonomi dan sumber daya sosial memiliki dampak langsung pada daya ekonomi dan su
mber daya sosial memiliki dampak langsung pada kualitas hidup.Ferras dan powers (200
8) dalam Yunus (2022) empat domain yang sangat penting untuk kualitas hidup yaitu ke
sehatan dan fungsi sosial ekonomi, psikologis, spiritual, dan keluarga. Domain kesehata
n dan fungsi meliputi aspek-aspek seperti kegunaan kepada orang lain dan kemandirian f
isik. Domain sosial ekonomi berkaitan dengan standar hidup, kondisi lingkungan, tema
ikiran, kendali atas kehidupan, dan faktor lainnya. Domain keluarga meliputi kebahagiaa
n kehidupan, dan faktor lainnya. Domain keluarga meliputi kebahagiaan keluarga, anak-
anak, pasangan, dan kesehatan keluarga. Meskipun sulit untuk membuang semua elemen
kehidupan, keempat domain mencakup sebagai besar elemen dianggap penting untuk ku
alitas hidup. Menurut Ghozally (2008) dalam Yunus (2022). Faktor-faktor yang mempen
garuhi kualitas hidup perasaan kasih dan sayang, bersikap optimis, mengembangkan sika
p empati.
a. Jenis Kelamin
nyata perempuan memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan
laki-laki. perempuan mudah dipengaruhi oleh depresi karena berbagai alasan yang
b. Usia
ginjal kronik dengan hemodialisis yang berusia lebih muda akan mempunyai
kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan pasien yan berusia tua karena kondisi
fisik pasien yang lebih baik. Penderita yang dalam usia produktif merasa terpacu
untuk sembuh karena memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi sementara
pasien yang lebih tua cenderung menyerahkan keputusan kepada keluara atau
anak-anaknya, selain itu kebanyakan pasien yang berusia lanjut memiliki motivasi
yang rendah dalam menjalani hemodialisis. Usia juga berkaitan dengan prognosa
penyakit dan harapan hidup pasien yang berusia diatas 55 tahun memiliki risiko
c. Pendidikan
gte, Veldhusein dan Jasma (2016) mengatakan bahwa tingkat pendidikan adalah sa
lah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup, hasil penelitian menunju
kan bahwa tingginya signifikasi perbandingan dari pasien yang berpendidikan ting
29
mosional dan waktu ke waktu dibandingkan dengan pasien yang berpendidikan ren
dah serta mudah menemukan kualitas hidup yang lebih baik lagi pasien berpendidi
kan tinggi dalam domain fisik dan fungsional, khususnya dalam fungsi fisik, energ
i/kelelahan, sosial fungsi, dan keterbatasan dalam peran berfungsi terkait dengan m
asalah emosional.
d. Pekerjaan
Hultman, Herlan dan H”ornguiist (2013) menunjukan dalam hal kualitas hidup j
uga diperoleh hasil penelitian yang tidak jauh berbeda dimana individu yang beker
ja memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan individu yang tidak beker
ja.
e. Ekonomi
2018)
f. Dukungan Keluarga
Pada paien penyakit gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis,
g. Kesehatan fisik
30
mengikat atau menurunya kualitas hidup (Son at al, dalam Mailani, Fitri, 2015).
h. Kesehatan psikologis
dialami yang seseorang yang disebabkan karena gejala uremia, seperti kelelahan,
gangguan tiur, menurunnya nafsu makan dan gangguan kognitif (Son, ae al, 2012
ita Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Prima ” dapat dig
Kerangka Teori
Karakteristik Pasien
Status Kesehatan
Keterangan :
= Diketahui
= Tidak Diketahui
31
Kerangka Konsep
Kualitas hidup
Dukungan penderita gagal ginjal
Keluarga
depen kronik yang menjalani
hemodialisa
Keterangan:
= Berhubungan
F. Hipotesa
Hipotesa adalah jawaban sementara penelitian, patokan dugaan, atau dalil sementa
ra, yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian ini (Setiadi, 2016). Ho
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas maka penulis menemukan suatu
Hipotesa dalam penelitian ini “Diduga bahwa hubungan dukungan keluarga dengan kua
litas hidup penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit
Prima Pekanbaru”.