Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangkapengembangan pasar sehat Kepmenkes RI No.519 Tahun
2008 “Tentang Penyelenggaraan Pasar Sehat mengharuskan pasar memenuhi ke
enam kriteria penilaian yang menyangkutLokasi, Bangunan/kontruksi, Sanitasi,
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), keamanan dan fasilitas lainnya”. Pasar
dikatakan sehat apabila kondisi pasar dalam keadaan bersih, nyaman, aman dan
sehat melalui kerjasama seluruh stakeholder terkait dalam menyediakan pangan
yang aman dan bergizi bagi masyarakat.
Adapun defenisi pasar adalah sebagai mekanisme (bukan hanya sekedar
tempat) yang dapat menata kepentingan pihak pembeli terhadap kepentingan
pihak penjual (Gunadarma, 2012).Disamping itu untuk kelangsungan dalam suatu
pasar tersebut mempunyai beberapa syarat-syarat berdirinya suatu pasar yaitu: (a)
Ada tempat untuk berniaga, (b) Ada barang dan jasa yang akan diperdagangkan,
(c) Terdapat penjual barang tertentu, (d) Adanya pembeli barang, (e) Adanya
hubungan dalam transaksi jual beli (Gunadarma, 2012).
Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan penjual lebih dari satu baik
yang disebut sebagai Pusat Perbelanjaan, Pasar Tradisional, Pertokoan, Mall,
Plasa, Pusat Perdagangan maupun sebutan lainnya (Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 70 Tahun 2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern).
Menurut Irvan (2011) “Secara sempit pasar adalah suatu tempat pertemuan
penjual dan pembeli untuk melakukan transasksi jual beli dan jasa, sedangkan
dalam pengertian secara luas pasar adalah tempat bertemunya penjual yang
mempunyai kemampuan untuk menjual barang/jasa dan pembeli yang melakukan
uang untuk membeli barang dengan harga tertentu”.
Menurut Ihsan dalam Efrida (2012), sedangkan pasar itu merupakan sebagai
sarana distribusi, berfungsi memperlancar proses penyaluran barang atau jasa dari
produsen ke konsumen. Pasar dikatakan berfungsi baik jika kegiatan distribusi

1
barang dan jasa dari produsen ke konsumen berjalan lancar. Sebaliknya, pasar
dikatakan tidak berfungsi jika kegiatan distribusi tidak berjalan lancar. Pasar
tradisional merupakan pasar yang selalu di kunjungi oleh semua orang yang akan
berbelanja kebutuhan sehari-hari. Pasar sebagai salah satu dari tempat umum
dapat menimbulkan berbagai akibat atau gangguan penyakit apabila kondisi
lingkungannya tidak diperhatikan. Keberadaan pasar sangat dibutuhkan oleh
masyarakat untuk memperoleh dan mencukupi kebutuhan hidupnya (Herminza,
2008). Pasar adalah suatu tempat tertentu, bertemunya antara penjual dengan
pembeli termasuk fasilitasnya dimana penjual dapat memperagakan barang
dagangannya dengan membayar retribusi (Depkes RI, 1993).
Darihasil pengamatan yang dilakukan penulis di Pasar Reda Mata yang
terletak di Kabupaten Sumba Barat Daya Provinsi Nusa Tenggara Timur,
diketahui bahwa Pasar Reda Mata memiliki kondisi sanitasi yang masih belum
bisa dikatakan ideal sebagaimana pasar tradisional di negara-negara maju.
Permasalahan yang ditemui di Pasar Reda Mata Kabupaten Sumba Barat
Daya diantaranya, Tempat Penampungan Sampah (TPS) yang tidak
difungsikan secara efektif mengakibatkan sampah berserakan di mana-mana,
bahkan menyumbat saluran drainase. Sampah yang berserakan juga terdapat ditepi
jalan dan kebanyakan di dalam pasar, sampah yang dominan adalah sampah sisa-
sisa penjualan kelapa. Tidak tersedia Tempat Pembuangan Sampah (TPS) dalam
jumlah yang cukup karena TPS yang disediakan hanya dua tempat yang terletak
dibagian depan pasar dan disamping kiri pasar persis terletak ditepi jalan.
Pengelolaan sampah dilingkungan pasar tersebut masih tergolong rendah karena
TPS sementara di dalam pasar tidak ada sehingga pedagang dan pengunjung juga
sulit untuk mengumpulkan sampah-sampah yang dihasilkannya. Hal ini akan
mempersulit tim kebersihan untuk membersihkan dan mengangkut sampah untuk
dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) karena masih terdapat sampah
yangberserakan di dalam pasar yang menyebabkan pasar akan tetap terlihat jorok
meskipun sampah telah diangkut.
Saluran drainase di lingkungan pasar tersebut sangat memprihatinkan
karena kurang berfungsi yang disebabkan oleh saluran tersumbat, dimensi saluran

2
drainase yang tergolong kecil, dan kondisinya yang rusak karena terbongkar dan
bongkahan tersebut menutup saluran drainase juga yang memperparah adalah
tidak adanya saluran keliling pasar yang akan mengalirkan air dari dalam pasar
hingga diteruskan ke saluran drainase jalan. Masalah tersebut sering terjadi pada
musim penghujan yang menimbulkan aroma tidak sedap yang diakibatkan oleh
genangan air di beberapa tempat baik di dalam pasar maupun di sekitar pasar di
tambah lagi karena kebocoran atap di dalam pasar.
Kondisi Mandi Cuci Kakus (MCK) yang kurang layak untuk digunakan dan
penataan letak MCK yang kurang strategis membuat masyarakat kesulitan jika
ingin Buang Air Kecil (BAK) dan Buang Air Besar (BAB). Ketersediaan air
bersih untuk MCK juga terbatas hal ini menyebabkan pihak yang menjaga MCK
harus membeli air bersih dengan harga Rp. 75.000/tangki.
Sehingga siapa saja yang akan menggunakan MCK tersebut wajib untuk
untuk membayar yakni BAK harus membayar Rp. 2.000 dan yang BAB harus
membayar Rp. 3.000 kepada pihak yang menjaga MCK. Oleh karena banyaknya
dampak yang terjadi dilingkungan Pasar Reda Mata Kabupaten Sumba Barat
Daya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi
Sanitasi Lingkungan Pasar Reda Mata Kabupaten Sumba Barat Daya”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas makam penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1.2.1 Kurangnya perhatian pengelola pasar untuk menyiapkan TPS dalam
jumlah yang tepat
1.2.2 Kesadaranpedagang dan pengunjung pasar untuk menertibkan sampah,
hal inimenimbulkan bau tak sedap bahkan wabah penyakit
1.2.3 Saluran drainase yang tidak efektif mengalirkan air dan mengalami
kerusakan
1.2.4 MCK yang kurang terawat dan kurang di perhatikan oleh pengelola
pasar yang menimbulkan bau tak sedap,

3
1.2.5 Terbatas nya ketersediaan air bersih karena pihak yang menjaga MCK
harus membeli air untuk keperluan MCK yakni Rp.75.000/tangki
1.2.6 Limbah atau Sampah yang tersebar kemana-mana membuat
pemandagan di pasar menjadi semrawut dan membuat pengunjung
tidak nyaman saat berkunjung di pasar.

1.3 BatasanMasalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, peneliti perlu membatasi masalah
yang akan diteliti disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, biaya, dan waktu
maka permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1.3.1 Tempat Pembuangan Sampah (TPS)
1.3.2 Prasarana saluran drainase
1.3.3 Mandi Cuci Kakus (MCK)
1.4 Rumusan Masalah
Dari batasan masalah diatas maka permasalahan yang akan diteliti dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.4.1 Bagaimana strategi penanganan Sampah dilingkungan pasar Reda
Mata?
1.4.2 Bagaimana strategi penanganan Prasarana saluran Drainase pasar Reda
Mata?
1.4.3 Bagaimana kondisi pelayanan Mandi Cuci Kakus (MCK) pasar Reda
Mata?

1.5 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Untuk menganalisis strategi penanganan Sampah dilingkungan
pasar Reda Mata.
1.5.2 Untuk menganalisis Prasarana saluran Drainase pasar Reda Mata.
1.5.3 Untuk menganalisis kondisi pelayanan Mandi Cuci Kakus (MCK)
pasar Reda Mata.

4
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari dilaksanakannya penelitian ini adalah :
1.6.1 Sebagai bahan informasi yang cukup dan referensi yang berguna
bagi Pemerintah setempat dalam merencanakan penanganan
sampah dan bagi masyarakat akan pentingnya menjaga kualitas
lingkungan pasar yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
1.6.2 Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah untukmenetapkan
program perbaikan prasarana saluran drainase pasar yang sesuai
peruntukannya.
1.6.3 Sebagai bahan informasi bagi pemerintah untuk memperhatikan
pelayanan MCK.

Anda mungkin juga menyukai