Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DASAR KASUS KISTA DAN ASUHAN YANG

DIBERIKAN SESUAI WEWENANG BIDAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


''Masalah dan Gangguan dalam Sistem Reproduksi''

Disusun Oleh:
Kelompok 5 (Lima)

1. Ayu Larasati (22251007P)


2. Endah Putri Sari (22251016P)
3. Herlita Susanti (22251021P)
4. Iin Karlina (22251024P)
5. Rasmi Ida Marlia (22251043P)

Dosen Pengampu:
Martina, SST,M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN KHUSUS


UNIVERSITAS KADER BANGSA
PALEMBANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa dan Pengatur semesta alam ini. Hanya
atas izin-Nya lah, Laporan tugas makalah ini telah terselesaikan. Selain itu penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam
merumuskan dan menyelesaikan tugas makalah. Secara singkat makalah ini dibuat
untuk membahas mengenai Konsep dasar Kasus Kista dan Asuhan yang diberikan
Sesuai Wewenang Bidan.
Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak sekali kekurangan
yang dilakukan oleh penulis. Maka, segala saran, kritik dan masukan akan sangat
membantu penulis untuk semakin menyempurnakan makalah ini. Dan semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi kami dan semua orang yang membaca makalah ini. Aamiin Ya
Robbal Alamiin.
Terimakasih, Penulis ucapkan kepada Dosen Pengampu yang telah memberikan
amanah sebuah tugas dan kepada semua teman-teman yang telah membantu penulis
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Palembang, Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................................3

1.4 Manfaat................................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................4

2.1 Konsep Dasar Kista............................................................................................................................4

1. Pengertian..................................................................................................................................5

2. Sifat Kista....................................................................................................................................5

3. Jenis-jenis Kista...........................................................................................................................7

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Kasus Kista...................................................................11

2.3 Kewenangan Bidan..........................................................................................................................23

BAB III PENUTUP..............................................................................................................................36

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................................36

3.2 Saran..................................................................................................................................................36

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan, kesadaran akan pola hidup
yang sehat terkadang masih terabaikan. Sehingga banyak gejala dan penyakit yang timbul akibat
pola hidup dan pola makan yang tidak teratur, Seiring dengan perkembangan zaman dalam
penggunaan teknologi beradiasi, perubahan gaya hidup menyebabkan pergeseran dari
berkurangnya penyakit menular dan bertambahnya penyakit tidak menular. Oleh karena itu,
perhatian terhadap penyakit tidak menular semakin hari semakin meningkat karena
meningkatnya frekuensi kejadiannya kepada masyarakat (Hanifa, 2009).

Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen kesehatan reproduksi.


Permasalahan dalam bidang kesehatan reproduksi salah satunya adalah masalah reproduksi yang
berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi. Hal ini mencakup infeksi, gangguan
menstruasi, masalah struktur, keganasan pada alat reproduksi wanita, infertilitas dan lain-lain
(Hanifa, 2009).

Salah satu kasus ginekologi yaitu kista. Kista adalah setiap rongga atau kantong tertutup,
baik normal maupun abnormal, yang dilapisi epitel, biasanya mengandung cairan atau
materisemi padat. Ada berbagai jenis kista diantaranya kista bartolini, kista ovarium, kista
endometriosis, kista corpus luteum, kista policistic ovarium desease, kista folikel dan kista
payudara.

Salah satu bahaya yang ditakuti ialah kista menjadi ganas. Bahaya lain dari kista adalah
terpuntir, kejadian ini akan menimbulkan rasa sakit yang sangat dan memerlukan tindakan
darurat untuk mencegah kista jangan sampai pecah. Dalam jangka waktu tertentu, kista terus
tumbuh hingga diameter mencapai puluhan sentimeter. Sebenarnya tidak ada patokan mengenai
ukuran besarnya kista sehingga berpotensi untuk pecahnya kista dapat menyebabkan pembuluh
darah menjadi rusak dan menimbulkan terjadinya pendarahan yang berakibat fatal. Bentuknya
kistik dan ada pula yang berbentuk seperti anggur. Kista dapat berisi udara, cairan kental,
maupun nanah (Chyntiam, 2010).
Oleh karena itu masalah penyakit kista merupakan masalah penting yang menyangkut
kualitas kesehatan reproduksi wanita, maka penulis merasa tertarik untuk menjadikan makalah
dengan judul “Konsep Dasar Kasus Kista dan Asuhan Yang Diberikan Sesuai Dengan
Wewenang Bidan”.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja konsep dasar kista?

2. Apa saja konsep dasar asuhan kebidanan pada kasus kista?

3. Apa saja wewenang bidan?

1.3 Tujuan Penulisan

Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan penulis dan pembaca mengenai konsep dasar kasus
kista dan asuhan yang diberikan sesuai dengan wewenang bidan.

1.4 Manfaat

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan dijadikan sumber pengetahuan
bagi tenaga pelayanan khususnya bidan untuk memberikan asuhan kebidanan pada wanita
usia subur yang mengalami kista

2. Bagi Penulis

Makalah ini diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan informasi tentang konsep
dasar kasus kista dan asuhan yang diberikan sesuai dengan wewenang bidan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Kista


a. Pengertian
Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus oleh selaput semacam jaringan di organ
reproduksi wanita. Bentuknya kistik, berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk
anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahanbahan lainnya.
Kista adalah penyakit penyakit tumor jinak yang terbungkus selaput semacam jaringan.
Kumpulan sel-sel ini terpisah dengan jaringan normal yang ada di sekitarnya sehingga
tidak akan mengganggu sel- sel lainnya apa bila dilakukan pembedahan. Makanya
penderita kista apabila sudah melakukan pembedahan pengangkatan kista masih bisa
kemungkinan punya keturunan asalkan sel telurnya tidak ikut diangkat

b. Sifat Kista
Sari, Indrawati dan Harjanto (2012) mengatakan bahwa, kista bersifat jinak tetapi bisa
juga berubah menjadi ganas. Beberapa kista bisa mengecil dan ada juga yang
menghilang dengan sendirinya. Kista memiliki berbagai macam sifat, ada beberapa kista
yang memiliki sifat bisa mengecil dan ada juga yang dapat menghilang dengan
sendirinya. Kista tidak memiliki gejala namun ketika kista sudah membesar, kista dapat
membuat gangguang pada bagian bawah perut.

c. Jenis-jenis Kista
1. Kista Bartolini
a. Pengertian
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya,
pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa
berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang
memerah. (Wiknjosastro, 2014)
b. Etiologi
Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh :
Virus : kondiloma akuminata dan herpes simpleks.
Jamur : kandida albikan.
Protozoa : amobiasis dan trikomoniasis. Bakteri : neiseria gonore.

1
Infeksi alat kelamin wanita bagian atas
Virus : klamidia trakomatis dan parotitis epidemika.
Jamur : asinomises
Bakteri : neiseria gonore, stafilokokus dan E.coli
c. Tanda dan Gejala
(1) Pada vulva : perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam
kelenjar, nyeri tekan
(2) Kelenjar bartolin membengkak,terasa nyeri sekali bila penderia
berjalan atau duduk,juga dapat disertai demam.
(3) Kebanyakkan wanita dengan penderita ini datang ke rumah sakit dengan
keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan suami,
rasa sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin.
Terdapat abses pada daerah kelamin.
(4) Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur
dengan darah.
d. Pengobatan
Pengobatan yang cukup efektif saat ini adalah dengan: antibiotika
golongan cefadroxyl 500 mg, diminum 3×1 sesudah makan, selama
sedikitnya 5-7 hari, dan asam mefenamat 500 mg (misalnya: ponstelax,
molasic, dll), diminum 3×1 untuk meredakan rasa nyeri dan pembengkakan,
hingga kelenjar tersebut mengempis (Wikjosastro, 2014).

2. Kista Ovarium
a. Pengertian
Kista ovarium adalah tumor ovarium yang bersifat neoplastic dan non
neoplastic. Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang
besar, kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam
kehamilan tumor ovarium yang paling sering dijumpai ialah kista dermoid,
kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat
menyebabkan kelainan letak janin dalam Rahim atau dapat menghalang-
halangi masuknya kepala kedalam panggul (Wiknjosastro, 2014).
Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya
yang berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium) (Nugroho, 2014).
b. Jenis dan Karakter Kista
Berdasarkan tingkat keganasan, kista terbagi dua, yaitu nonneoplastic dan
neoplastik. Kista nonneoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis

1
sendiri setelah 2 atau 3 bulan. Sementara kista neoplastic umumnya harus
operasi namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya
Menurut Sofian (2012), kista ovarium neoplastic jinak diantaranya :
 Kistoma ovarii simpleks
Merupakan kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista berisi cairan
jernih yang serosa dan berwarna kuning. Penatalaksanaan dengan
pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
 Kistadenoma ovarii musinosum
Merupakan kista bentuk multilokular dan biasanya unilateral, dapat
tumbuh sangat besar. Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista
dan perubahan degenerative sehingga timbul peleketan kista dengan
omentum, usus-usus dan peritoneum perietale. Penatalaksanaan dengan
pengangkatan kista in tito tanpa pungsi terlebih dulu dengan atau tanpa
salphingo- ooforektomi tergantung besarnya kista.
 Kistadenoma ovarii serosum
Merupakan kista bentuk unillokular, tapi jika multilokular perlu dicurigai
adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar kista
musinosum. Selain teraba massa intraabdominal juga dapat timbul asites.
Penatalaksanaan umumnya sama dengan kistadenoma ovarii musinosum.
 Kista dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak. Bentuk cairan kista ini seperti
mentega. Kandungannya tidak hanya berupa cairan tapi juga ada partikel
lain seperti rambut, gigi, tulang atau sisa-sisa kulit. Konsistensi sebagian
kristik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat menjadi ganas. Gambaran
klinis adalah nyeri mendadak di perut bagian bawah karena torsi tangkai
kista dermoid. Dinding kista dapat rupture sehingga isi kista keluar di
rongga peritoneum. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dermoid
bersama seluruh ovarium.

Menurut Wiknjosastro (2014), kista nonneoplastik terdiri dari :


 Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak sampai berovulasi, namun
tumbuh terus menjadi kista folikel, atau beberapa folikel primer yang
setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses
atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Bisa didapat satu

1
kista atau lebih, dan besarnya biasanya dengan diameter 1 – 15 cm. Kista
folikel ini bias menjadi sebesar jeruk nipis. Cairan dalam kista berwarna
jernih dan sering kali mengandung estrogen.
Oleh sebab itu, kista kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid.
Kista folikel lambat laun dapat mengecil dan menghilang spontan, atau
bias terjadi rupture dan kistapun menghilang.
 Kista korpus luteum
Kista ini berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Kista
korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorea
diikuti oleh pendarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula
menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan pendarahan yang
berulang dalam kista data menyebabkan rupture. Rasa nyeri di dalam perut
yang mendadak dengan adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan
dalam diagnosis diferensial dengan kehamilan ektopik yang terganggu.
 Kista lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma dan kadang- kadang tanpa adanya
kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista
biasanya bilateral dan bias sebesar ukuran tinju. Tumbuhnya kista ini
ialah akibat pengaruh hormone koriogonadotropin yanag berlebihan, dan
dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan.
 Kista inklusi germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian- bagian kecil dari
epitel germinativum pada permukaan ovarium. Kista ini lebih banyak
terdapat pada wanita yang lanjut umurnya, dan besarnya jarang melebihi
diameter 1 cm. Kista terletak dibawah permukaan ovarium dan isinya
cairan jernih dan serus.
 Kista endometriosis
Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan
selaput dinding rahim yang tumbuh diluar rahim) menempel di ovarium
dan berkembang menjadi kista. Kista ini sering disebut juga sebagai kista
coklat endometriosis karena berisi darah coklat kemerahan. Kista ini
berhubungan dengan penyakit endometriosis yang menimbulkan nyeri
haid atau nyeri senggama. Gejala kista ini sangat khas karena berkaitan
dengan haid. Seperti diketahui, saat haid tidak semua darah akan tumpah
dari rongga Rahim ke liang vagina, tapi ada yang memercik ke rongga
perut. Kondisi ini merangsang sel-sel rusak yang ada di selaput perut

1
mengidap penyakit baru yang dikenal dengan endometriosis. Karena sifat
penyusupannya yang perlahan, endometriosis sering disebut kanker jinak.
 Kista stein-leventhal
Ovarium tampak pucat membesar 2 sampai 3 kali, polikistik dan
permukaannya licin. Kapsul ovarium menebal. Kelainan ini terkenal
dengan nama sindrom stein-leventhal dan kiranya disebabkan gangguan
keseimbangan hormonal. Umumnya pada penderita terhadap gangguan
ovulasi, oleh karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen,
hyperplasia endometrii sering ditemukan
c. Etiologi
Kista ovarium menurut Nugroho (2014) disebabkan oleh ganguan
(pembentukan) hormone pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium. Beberapa
teori menyebutkan bahwa penyebab tumor adalah bahan karsinogen seperti
rokok, bahan kimia, sisa-sisa pembakaran zat arang, bahan-bahan tambang.
Beberapa faktor risiko pembentukan kista ovarium menurut Shannong (2017)
ialah sebagai berikut.
 Perawatan Infertilitas – Pasien yang dirawat karena infertilitas dengan
induksi ovulasi dengan gonadotropin atau agen lain seperti clomiphene
citrate atau letrozole dapat berkembang menjadi kista sebagai bagian
dari sindrom hiperstimulasi ovarium
 Tamoxifen – Tamoxifen dapat menyebabkan kista ovarium fungsional
jinak yang biasanya hilang setelah pengobatan dihentikan
 Kehamilan – Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk di
trimester kedua, ketika kadar hCG mencapai puncak.
 Hypothyroidism – Karena kesamaan antara subunit alpha thyroid-
stimulating hormone (TSH) dan hCG, hypothyroidism dapat
menstimulasi ovarium dan pertumbuhan kista.
 Gonadotropin ibu – Efek transplasental dari ibu gonadotropin dapat
menyebabkan perkembangan kista ovarium neonatal dan janin.
 Merokok – Risiko kista ovarium fungsional meningkat dengan merokok,
risiko dari merokok mungkin meningkat lebih lanjut dengan indeks
massa tubuh yang menurun.
 Tubal ligation – Fungsional kista telah dikaitkan dengan sterilisasi tuba
ligase
d. Tanda dan Gejala
Sebagian besar kelainan ovarium tidak menimbulkan gejala dan tanda, terutama

1
pada tumor yang kecil. Tanda dan gejala yang biasanya timbul disebabkan
oleh efek massa yang menekan organ-organ abdomen, aktifitas endrokin, atau
akibat dari komplikasi yang terjadi, misalnya perdarahan, infeksi, dan putaran
tangkai tumor (Rasjidi, 2010).
Kebanyakan pasien dengan kista ovarium tidak bergejala, namun ada beberapa
keadaan kista ovarium menimbulkan berbagai gejala dari ringan sampai berat.
Beberapa tanda dan gejala kista ovarium menurut Shannon (2017) adalah
 Nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bawah
 Nyeri hebat akibat torsi atau ruptur kista: Ruptur kista ditandai dengan
nyeri pelvis yang mendadak, tajam, unilateral, hal ini dapat dikaitkan
dengan trauma, olahraga, atau hubungan seksual. Ruptur kista dapat
menyebabkan tanda peritoneum seperti distensi abdomen dan perdarahan.
 Rasa tidak nyaman ketika hubungan seksual, terutama penetrasi yang
dalam.
 Perubahan buang air besar seperti konstipasi
 Tekanan panggul menyebabkan tenesmus atau frekuensi kencing
 Ketidakaturan menstruasi
 Pubertas sebelum waktunya dan menarche dini pada anak-anak muda
 Rasa sebah di perut dan kembung
 Gangguan pencernaan, mulas, atau cepat kenyang.
 Endometrioma
 Takikardia dan hipotensi: Perdarahan yang disebabkan oleh rupture kista
menyebabkan hemodinamik tidak stabil.
 Hiperpireksia: Torsio kista menyebabkan inflamasi dan peningkatan suhu
tubuh.
 Nyeri gerak adneksa atau serviks
 Curiga keganasan apabila terdapat beberapa gejala yang mendasari seperti
kenyang lebih awal, penurunan berat badan/cachexia, limfadenopati, atau
sesak napas terkait dengan asites atau efusi pleura.

e. Penatalaksanaan medis
Apabila kista sudah terlanjur tumbuh dan didiagnosa sebagai kista ovarium
yang berbahaya, biasanya tindakan medis perlu dilakukan. Operasi
pengangkatan biasanya akan dilakukan untuk mencegah kista ovarium
tumbuh lebih besar. Penyembuhan dari kista juga tergantung pada jenisnya
masing-masing. Kista ovarium neoplastic memerlukan operasi dan kista

1
nonneoplasti tidak. Jika menghadapi kista yang tidak memberi gejala atau
keluhan pada penderita dan yang besar kistanya tidak melebihi jeruk nipis
dengan diameter kurang dari 5 cm, kemungkinan besar kista tersebut adalah
kista folikel atau kista korpus luteum, jadi merupakan kista nonneoplastik.
Tidak jarang kista-kista tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan
menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah beberapa minggu
dapat ditemukan ovarium yang kira-kira besarnya normal. Oleh sebab itu,
dalam hal ini perlu menunggu selama 2 sampai 3 bulan, sementara mengadakan
pemeriksaan ginekologik berulang. Jika selama waktu observasi dilihat
peningkatan dalam pertumbuhan kista tersebut, maka dapat mengambil
kesimpulan bahwa kemungkinan besar kista ini bersifat neoplastic dan dapat
dipertimbangkan satu pengobatan operatif (Winjosastro, 2014).
Tindakan operasi pada kista ovarium neoplastic yang tidak ganas ialah
pengangkatan kista dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung kista. Akan tetapi, jika kistanya besar atau ada komplikasi, perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba
(Salphingo- ooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus diperiksa
untuk mengetahui apakah ditemukan pada satu atau pada dua ovarium
(Winjosastro, 2014).
Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka, untuk
mengetahui apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu
pada waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen
section) oleh seorang ahli patologi anatomic untuk mendapatkan kepastian
apakah kista ganas atau tidak. Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah
histerektomi dan salphingo-ooforektomi bilateral. Akan tetapi wanita muda
yang masih ingin mendapatkan keturunan dan tingkat keganasannya kista yang
rendah (misalnya kista sel granulosa), dapat dipertanggung-jawabkan untuk
mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal
(Winjosastro, 2014).

3. Kista endometriotits
Endometriosis atau juga disebut Endometrium adalah kista yang merupakan kista
yang terjadi dikarenakan ada nya endometrium yang berada diluar rahim. Jenis kista
ini menimbulkan nyeri yang sangat hebat pada saat wanita menstruasi.
4. Kista Corpus Luteum.
Jenis kista ini tidak menimbulkan gejala yang menonjol. Kista ini bisa berukuran 2-
6 cm.

1
5. Kista Policistic Ovarium Desease.
Kista ini merupakan kista yang terjadi di sekeliling ovarium. Jenis kista ini
berukuran kecil, kista ini bisa mengganggu kesuburan wanita dikarenakan bisa
menghambat proses ovulasi jumlahnya yang banyak bisa menutupi dinding
ovarium.
6. Kista Folikel.
Kista folikel ini terjadi akibat gangguan pada sel telur. Sehingga terjadi
pembengkakan penuh dengan cairan dan akan menghilang dalam beberapa minggu
(Wirawan, 2013)
7. Kista Payudara
Kista payudara yang sederhana bisa saja berukuran besar bila dibandingkan dngan
kista multipel kecil-kecil pada penyakit fibroistik. Kista dapat bermanifestasi
sebagai benjolan yang muncul mendadak. Seringkali sewaktu payudara ditandai,
kista tampak banyak (multipel), ini paling sering dijumpai pada perempuan dalam
usia tiga puluh atau empat puluhan, yang saat ini lebih sering menjadi periode usia
hamil ketimbang zaman nenek moyang kita dahulu. Kami beramsumsi bahwa alasan
mengapa kista tidak dijumpai dalam kehamilan sebanyak dalam populasi kaum
perempuan yang tidak hamil adalah karena kista sederhana pada intinya merupakan
perubahan degeneratif pada payudara, berlawanan dengan apa yang terjadi dalam
kehamilan (Hollingwort, 2012).
Secara klinis bentuknya bulat seperti telur, ditemukan pada kurang lebih 30% pada
perempuan usia 35 sampai dengan 50 tahun. Dapat berupa kista kecil, subklinis
hanya kelihatan pada sonografi atau mikroskop, akan tetapi kurang lebih 25% dapat
berupa kista besar, bulat seperti telur dengan konsistensi kistik dan relatif dapat
digerakkan(Anwar, 2011)
Galaktokel lebih sering dijumpai dalam kehamilan dan bermanifestasi sebagai
benjolan lonjong dengan permukaan rata sama seperti kista sederhana. Diagnosis
pada keduanya ditegakkan dengan pungsi jarum dan aspirasi (Hollingwort, 2012).

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Kasus Kista


Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan tanggung jawab bidan dalam
pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan dan atau masalah kebidanan
(kehamilan, persalinan, nifas,bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi wanita,
dan pelayanan kesehatan masyarakat (Soepardan, 2008: 66).
Dalam asuhan kebidanan pada kasus kista ada beberapa asuhan yang harus dilakukan meliputi :
a. Subjektif
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Hellen Varney langkah

1
pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh dari anamnesis.
Contohnya pada kasus kista ovarium didapatkan ibu mengalami kista ovarium dengan
keluhan menstruasi yang datang terlambat dan di sertai rasa nyeri, nyeri menstruasi hebat
dan terus menerus, terjadi pembesaran perut, serangan rasa nyeri yang tajam yang muncul
mendadak pada perut bagian bawah, pembengkakan tungkai bawah yang tidak disertai rasa
sakit (Eny, 2009).
Ini menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien penderita terlihat
kesakitan di bagian perut bawah, haid tidak teratur, sakit pada saat haid, dan terdapat oedema
pada ekstremitas bawah.
b. Objektif
Data objektif adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan (Rukiyah, 2013). Pada kasus kista
pengumpulan data objektif terdiri dari :
 Pemeriksaan umum (keadaan umum, kesadaran pasien, keadaan emosional).
 Memperhatikan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu).
 Melakukan pemeriksaan fisik contohnya pada kasus kista ovarium pemeriksaan fisik
yang dilakukan dengan memeriksa abdomen apakah ada pembesaran atau tidak dan ada
nyeri saat di tekan pada perut bagian bawah.
 Pemeriksaan penunjang ultrasonografi (Eni, 2009).
c. Analisa Data
Analisa data yaitu hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan (Hidayat, 2008:
88). Untuk menegakkan diagnosa kista, harus dilihat dengan pemeriksaan secara berkala
dan teratur, pada tingkat awal, kista memang tidak menimbulkan gejala baru setelah kista
membesar, penderita mengalami rasa sakit atau nyeri yang luar biasa.
Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasikan (Hidayat, 2008:
87). Masalah potensial pada kista memiliki resiko yaitu mengalami degenerasi keganasan
menjadi kanker. Antisipasinya adalah mengidentifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan
setelah diagnosis dan masalah di tegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi,
kolaborasi, dan melakukan rujukan (Hidayat, 2008: 83). Antisipasi dalam kasus kista adalah
kolaborasi dengan dokter Sp. OG
d. Penatalaksanaan
Langkah ini merupakan kelanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi dan
diantisipasi. Pada penatalaksanaan ini terdapat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
(Rukiyah, 2013: 23). Menurut Eni (2009: 79) penatalaksanaan kista yaitu:
 Pencegahan terhadap kista perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerangan
tentang melakukan pola hidup sehat, seperti pola makan yang baik dan berolahraga

1
secara teratur.
 Diperlukan sikap wait and see karena mayoritas kista adalah kista fungsional yang akan
menyusut dengan sendirinya dalam 2-3 bulan, dan lakukan terus pemeriksaan secara
berkala.
 Apabila dengan cara tersebut diatas kista makin membesar, maka alternatif terapi dapat
dilakukan misalnya pada kasus kista ovarium dapat diberikan pil KB dengan maksud
menekan proses kupulasi, dengan sendirinya kista pun tidak akan tumbuh.
 Berkolaborasi dengan dokter obgyen untuk dapat memberi penanganan dan pencegahan
komplikasi.
 Jika kista membesar dengan ukuran di atas 4cm harus dilakukan pembedahan

2.3 Kewenangan Bidan


Kewenangan bidan pengelolaan oleh bidan sesuai dengan kompetensi bidan di Indonesia
memiliki kemandirian untuk melakukan asuhan dalam PEMENKES Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010.Tentang izin dan penyelenggaraan praktek bidan. Dalam kasus ini
pelayanan kebidanan sesuai dengan pasal 9 dan pasal 12 yang isinya :
1. Pasal 9 :
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi :
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan reproduksi dan keluarga berencana
2. Pasal 12 :
Bidan dalam pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 9 berwenang untuk:
a. Memberikan penyuluhan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom

1
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Kista adalah setiap rongga atau kantong tertutup, baik normal maupun abnormal,
yang dilapisi epitel, biasanya mengandung cairan atau materisemi padat. Ada berbagai
jenis kista diantaranya kista bartolini, kista ovarium, kista endometriosis, kista corpus
luteum, kista policistic ovarium desease, kista folikel dan kista payudara.

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan tanggung jawab bidan
dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan dan atau masalah
kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas,bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan
reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan masyarakat (Soepardan, 2008: 66).

Dalam asuhan kebidanan pada kasus kista ada beberapa asuhan yang harus dilakukan
meliputi pemeriksaan subjektif, objektif, analisa data, dan pelaksanaan yang harus sesuai
dengan wewenang bidan yang tercantum dalam PEMENKES Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010.

1.2 Saran

Bidan diharapkan dapat berperan dalam menangani kasus kista sesuai dengan
wewenangnya yaitu dengan melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada wanita usia
reproduksi, melakukan asuhan kesehatan reproduksi, memberikan pendidikan dan
penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat tentang
penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang berhubungan kista, memberikan
asuhan kebidanan secara komprehensif yang mencakup segala kebutuhan klien, baik
biopsikososisal dan spiritual serta mampu mengatasi masalah yang mungkin timbul pada
pasien yang mengalami tindakan operasi, sehingga pasien dapat kembali melakukan
aktivitasnya.

1
DAFTAR PUSTAKA

Hanifa, W. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Prawiharajo, Sarwono, 2009. Kesehatan Reproduksi. Jakarta. Yayasan Bina


Pustaka
Sastrawinata, Sulaiman. 2009. Obstetri Fisiologi. Bandung: Eleman
Setiati, Eni. 2009. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. (Internet) tersedia dalam
http://respository.usu.ac.id Diakses Pada Tanggal 5 Desember 2022.
Soepardan, Suryani. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.
Varney, Helen, Gegor, Carolin. 2007. Asuhan Kebidanan (Varrney’s Midwifery).
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai