Anda di halaman 1dari 15

Tugas keperawatan

jiwa "Resiko perilaku


kekerasan"
Here is where your presentation begins
Kelompok 2B Resiko Perilaku Kekerasan

1. Lisa Umi kholfah (20201561)


2. Maulida Ainur Rahmatika ( 20201562)
3. Niken Ayu Anggun Safitri ( 20201566)
4. Rizka Maulidya (20201572)
5. Rizki Abdul Ghani (20201573)
6. Thomas Dwi Nurpriyanto ( 20201577)
7. Ulin Oktaviana ( 20201578)
8. Windy Kharisma ( 20201580)
9. Yovie Audina Septia Dewanti ( 20201581)
Pengertian Perilaku Kekerasan

Stuart dan Laraia (2005), menyatakan Perilaku kekerasan adalah suatu


bahwa perilaku kekerasan adalah hasil dari bentuk perilaku yang bertujuan untuk
marah yang ekstrim (kemarahan) atau melukai seseorang secara fisik
ketakutan (panik) sebagai respon terhadap maupun psikologis (Keliat, 2002).
perasaan terancam baik berupa ancaman
serangan fisik atau konsep diri.
Respon adaptif adalah respon individu dalam
penyesuaian masalah yang dapat diterima oleh norma-
norma social dan kebudayaan, sedangkan respon
maladaptif, yaitu respon individu dalam penyelesaian
masalah yang menyimpang dari norma-norma social
dan budaya lingkungannya.
Respon Adaptif dan Respon Maladaptif
Assertif 01 02 Agresif
Mengungkapkan marah tanpa
Sikap agresif adalah sikap
menyakiti, melukai perasaan
membela diri sendiri dengan
orang lain, tanpa merendahkan
melanggar hak orang lain
harga diri orang lain.

Frutasi 03 04 Pasif
Adalah respon yang timbul respon dimana individu tidak mampu
akibat gagal mencapai tujuan mengungkapkan perasaan yang dialami ,
atau keinginan. sifat tidak berani mengemukakan
keinginan dan pendapat sendiri, tidak
ingin terjadi konflik karena takut akan
Kekerasan 05 tidak disukai atau menyakiti perasaan
orang lain.
Disebut sebagai gaduh
gelisah atau amuk
Menurut Direja (2011,132), ada beberapa faktor penyebab perilaku
kekerasan seperti :

1. Faktor predisposisi 2. Faktor presipitasi


a. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian menyenagkan atau perasaan ditolak, dihina, dianiaya, a. Klien : kelemahan fisik, keputusan,
atau sanksi penganiayaan. ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
b. Perilaku reinforcement
agresif dan masa lalu yang tidak
Yang diterima saat melakukan kekerasan, dirumah atau di luar
rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi menyenangkan.
perilaku kekerasan. b. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan
c. Teori psikoanalitik orang yang berarti,
Menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya ego dan membuat konsep konflik, merasa terancam baik internal maupun
diri yang rendah. Agresi dapat meningkatkan citra diri serta eksternal.
memberikan arti dalam hidupnya .
Tanda dan Gejala

1. Data subjektif

a. Ungkapan berupa
macam- macam

b. Ungkapan kata – kata


kasar

c. Ungkapan ingin
memukul
2. Data objektif
a. Wajah memerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Mengatup rahang dengan kuat
e. Mengepalkan tangan
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Berdebat
i.Mondar – mandir
j,.memaksakan kehendak
k.Memukul jika tidak senang
l.Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit.
m.Halusinasi dengar dengan perilaku kekerasan tetapi tidak semua
pasien berada pada resiko tinggi.
n.Memperlihatkan permusuhan
o.Melempari atau memukul benda atau orang lain
Penatalaksanaan Medis

1.1. Terapi Medis


Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa. Menurut Depkes
RI (2000), jenis obat psikofarmaka adalah :
a. Clormromazine (CPZ, Largactile)
Indikasi untuk mensupresi gejala-gejala psikosa : agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham dan gejala-gejala
lain yang biasanya terdapat pada penderita skizoprenia, mania depresif,
gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa kecil.
b. Haloperidol (Haldol, Serenace)
Indikasinya yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma
gilles de la Tourette pada anak-anak dan dewasa maupun pada
gangguan perilaku berat pada anak-anak. Dosis oral untuk
dewasa 1-6 mg sehari yang terbagi 6-15 mg untuk keadaan
berat. Kontraindikasinya depresi system saraf pusat atau
keadaan koma, penyakit Parkinson, hipersensitif terhadap
haloperidol. Efek sampingnya sering mengantuk, kaku, tremor,
lesu, letih, gelisah.
c. Trihexiphenidyl (THP, Artane, Tremin)
Indikasi untuk penatalaksanaanya manifestasi psikosa
khususnya gejala skioprenia.
d. ECT ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
granmall secara artificial dengan melewatkan aliran
listrik melalui electrode yang dipasang satu atau dua
temples. Terapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia
yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau
injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
Tindakan keperawatan

a. Latihan secara non verbal / perilaku c. Metode TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)
Arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah Secara umum fungsi kelompok adalah sebagai berikut.
rusak dan tidak menyebabkan cedera pada klien itu ● Setiap anggota kelompok dapat bertukar
sendiri seperti bantal, kasur, dst. pengalaman.
● Berupaya memberikan pengalaman dan
b. Latihan secara social atau verbal bantu klien relaksasi
penjelasan pada anggota lain.
misalnya latihan fisik maupun olahraga. Latihan
pernapasan 2 x / hari, tiap kali 10 kali tarikan dan
hembusan napas. Kemudian berteriak, menjerit untuk
melepaskan perasaan marah. Bisa juga mengatasi marah
dengn dilakukan tiga cara, yaitu : mengungkapkan,
meminta, menolak dengan benar. Bantu melalui humor.
Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi
muka orang yang menjadi sasaran dan diskusi cara
umum yang sesuai.
Merupakan proses menerima umpan balik.

Terapi aktivitas kelompok itu sendiri


mempermudah psikoterapi dengan
sejumlah pasien dalam waktu yang sama.
Manfaat terapi aktivitas kelompok yaitu agar
pasien dapat belajar kembali bagaimana
cara bersosialisasi dengan orang lain,
sesuai dengan kebutuhannya
memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-
hal yang sederhana dan memberikan
respon terhadap pertanyaan yang lain
sehingga pasien dapat berinteraksi dengan
orang lain dan dapat merasakan arti
berhubungan dengan orang lain (Bayu,
2011).
“MATUR SUWUN”

Anda mungkin juga menyukai