Anda di halaman 1dari 20

PNEMONIA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pengampu : Alvi Ratna Yuliana,S.Kep.Ns,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Erlin Nur Khamdannah (20201551)


2. M. Taufiqi Shofianto (20201564)
3. Pandu Wibowo Dwi Nugroho (20201568)
4. Rizki Abdul Ghani (20201573)
5. Thomas Dwi Nur Priyanto (20201577)

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA


TAHUN AJARAN 2021/202

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,karunia,serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang fisioterapi dada pada bayi ini
dengan baik, meskipun masih banyak kekurangan didalamnya .
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita mengenai penyakit pnemonia. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik,saran,dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tudak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang telah membacanya. Sekiranya laporan yang
telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya

Kudus ,19 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.................................................................................................

B. Rumusan Masalah...........................................................................................

C. Tujuan Masalah...............................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori.........................................................................................

1.Pengertian.....................................................................................................

2.Etiologi.........................................................................................................

3.Patofisiologi.................................................................................................

4.Phatway Pneumonia.....................................................................................

5.Klasifikasi....................................................................................................

6. Faktor Risiko...............................................................................................

7. Manifestasi klinis.........................................................................................

8. Pemeriksaan Diagnostik..............................................................................

9. Penatalaksanaan .........................................................................................

10. Komplikasi................................................................................................

11. Pencegahan................................................................................................

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pneumonia..............................................

1.Pengkajian....................................................................................................

2.Diagnosa keperawatan.................................................................................

3.Intervensi Keperawatan................................................................................

4.Implementasi Keperawatan..........................................................................

5.Evaluasi Keperawatan..................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut yang menyerang paru-paru. Paru-paru terdiri
dari kantung-kantung kecil yang disebut alveoli, yang terisi udara ketika orang sehat bernafas.
Ketika seseorang menderita pneumonia, alveoli dipenuhi dengan nanah dan cairan, yang membuat
pernafasan terasa menyakitkan dan membatasi asupan oksigen (WHO, 2019)..
Pneumonia adalah penyebab kematian menular tunggal terbesar pada anak-anak di seluruh dunia.
Pneumonia membunuh 808.694 anak di bawah usia 5 tahun pada tahun 2017, terhitung 15% dari
semua kematian anak di bawah usia lima tahun. Pneumonia menyerang anak-anak dan keluarga di
mana-mana, tetapi paling umum di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara. Anak-anak dapat
dilindungi dari pneumonia, dapat dicegah dengan intervensi sederhana seperti diberikan vaksin,
dan dirawat dengan biaya rendah, pengobatan dan perawatan berteknologi rendah (WHO, 2019).
Pneumonia dapat disebabkan karena infeksi berbagai bakteria, virus dan jamur. Namun, penyakit
pneumonia yang disebabkan karena jamur sangatlah jarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
70% penyakit pneumonia disebabkan oleh bakteria. Bakteri penyebab pneumonia tersering adalah
Hemophilus influenzae (20%) dan Streptococcus pneumoniae (50%). Bakteri penyebab lain adalah
Staphylococcus aureaus dan Klebsiella pneumoniae (Kartasasmita, 2010).
Menurut WHO pada tahun 2018 pneumonia merenggut nyawa lebih dari 800.000 anak balita di
seluruh dunia, atau 39 anak per detik. Separuh dari kematian balita akibat pneumonia tersebut di
lima negara meliputi Nigeria (162.000), India (127.000), Pakistan (58.000), Republik Demokratik
Kongo (40.000), dan Ethiopia (32.000). Pneumonia juga merupakan penyebab kematian Balita
terbesar di Indonesia. Pada tahun 2018, diperkirakan sekitar 19.000 anak meninggal akibat
pneumonia. Estimasi global menunjukkan bahwa satu jam ada 71 anak di Indonesia yang tertular
pneumonia (WHO, 2019).
Berdasarkan data laporan rutin Subdit ISPA Tahun 2018, didapatkan insiden (per 1000 balita) di
Indonesia sebesar 20,06% hampir sama dengan data tahun 2017 yaitu 20,56%. Salah satu upaya
yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu dengan meningkatkan penemuan
pneumonia pada balita. Perkiraan kasus pneumonia secara nasional sebesar 3,55% namun angka
perkiraan kasus pneumonia di masing-masing provinsi menggunakan angka yang berbeda-beda
sesuai angka yang telah ditetapkan (Kemenkes RI, 2019).
Balita mudah terserang pneumonia karena daya tahan tubuhnya paling rendah. Menurut
(Kartasasmita, 2010) bahwa ketahanan tubuh balita akan menurun sejak mereka tidak lagi
menyusu/disapih, maka saat itulah kondisi balita paling rentan. Kejadian pneumonia akan
meningkat pada usia balita. Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi tertinggi pneumonia pada
kelompok usia < 5 tahun dan terjadi peningkatan dari 1,6% pada tahun 2013 menjadi 2% dari
populasi balita yang ada di Indonesia pada tahun 2018.
Terdapat berbagai faktor resiko yang menyebabkan tingginya mortalitas pneumonia pada anak
balita di negara berkembang. Faktor resiko tersebut adalah pneumonia yang terjadi pada masa
bayi, berat badan lahir rendah (BBLR), tidak mendapat imunisasi, tidak mendapat ASI yang
adekuat, malnutrisi, defisiensi vitamin A, tingginya prevalensi kolonisasi bakteri patogen di
nasofaring, dan tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi industri atau asap rokok) (Said,
2010).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulzan pneumonia adalah suatu penyakit bentuk
infeksi pernapasan akut yang menyerang paru-paru yang ditularkan memalui bakteri Hemophilus
influenzae dan Streptococcus pneumonia pada anak balita usia dibawah 5 tahun.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pnemonia ?
2. Apa etiologi dari pneumonia ?
3. Bagaimana etiologi dari Pnemonia?
4. Bagaimana manifestasi klinis pneumonia ?
5. Bagaimana patofisiologi dari Pneumonia ?
6. Bagaimana tanda dan gejala dari Pneumonia ?
7. Bagaimana periksaan diagnostik dari pneumonia ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari Pneumonia ?
9. Apa saja komplikasi dari Pneumonia ?
10. Bagaimana pencegahan dari Pneumonia ?
11.
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui definisi Pnemonia
2. Dapat mengetahui patofisiologi Pnemonia
3. Dapat mengetahui etiologi Pneumonia
4. Dapat mengetahui manifestasi klinis Pneumonia
5. Dapat mengetahui patofisioologis Pneumonia
6. Dapat mengetahui tanda dan gejala Pneumonia
7. Dapat mengetahui pemeriksaan diagnostic Pneumonia
8. Dapat mengetahui penatalasanaan Pneumonia
9. Dapat mengetahui komplikasi Pneumonia
10. Dapat mengettahui pencegahan Pneumonia
11.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR TEORI


a) Pengertia Pneumonia
Pneumonia adalah inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat yang
mengisi alveoli dan bronkiolus (Terry & Sharon, 2013). Menurut Mutaqin, 2008, Pneumonia
adalah keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh karena infeksi atau iritasi bahan kimia
sehingga alveoli terisi oleh eksudat peradangan. Sedangkan menurut Ngastiyah, 2015,
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing. Dan menurut Nugroho 2011, Pneumonia adalah
peradangan pada baru yang tidak saja mengenai jaringan paru tapi dapat juga mengenai
jaringan paru tapi dapat juga mengenai bronkioli.

Berdasarkan data WHO tahun 2015, pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena
angka kematian- nya sangat tinggi, tidak saja di Indonesia dan negara-negara berkembang
tetapi juga di Negara maju seperti Amerika, Kanada dan Negara- Negara Eropa lainya. Di
Amerika pneumonia merupakan penyebab kematian nomor satu setelah kardiovaskuler dan
TBC.

b) Etiologi Pneumonia
Penyebab pneumonia pada orang dewasa dan usia lanjut umumnya adalah bakteri. Penyebab
paling umum pneumonia di Amerika Serikat yaitu bakteri Streptococcus pneumonia, atau
Pneumococcus.Sedangkan pneumonia yang disebabkan karena virus umumnya adalah
Respiratory Syncytial Virus, rhinovirus, Herpes Simplex Virus, Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) (Nursalam, 2016).
a. Bakteri
Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu
1) Typical organisme
Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :
a) Streptococcus pneumonia
merupakan bakteri anaerob fakultatif. Bakteri patogen ini di temukan pneumonia
komunitas rawat inap di luar ICU sebanyak 20-60%, sedangkan pada pneumonia
komunitas rawat inap di ICU sebanyak 33%.
b) Staphylococcus aureus
bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien yang diberikan obat secara intravena
(intravena drug abusers) memungkan infeksi kuman ini menyebar secara hematogen
dari kontaminasi injeksi awal menuju ke paruparu. Apabila suatu organ telah
terinfeksi kuman ini akan timbul tanda khas, yaitu peradangan, nekrosis dan
pembentukan abses.
c) Enterococcus (E. faecalis, E faecium)
2) Atipikal organisme
Bakteri yang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp, chlamedia sp, Legionella sp.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet, biasanya menyerang pada
pasien dengan imunodefisiensi. Diduga virus penyebabnya adalah cytomegali virus, herpes
simplex virus, varicella zooster virus.
c. Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur oportunistik, dimana spora
jamur masuk kedalam tubuh saat menghirup udara. Organisme yang menyerang adalah
Candida sp, Aspergillus sp, Cryptococcus neoformans.
d. Lingkungan
Faktor lingkungan termasuk faktor yang sangat mempengaruhi untuk terjadinya
pneumonia salah satunya yaitu pencemaran udara. Pencemaran udara dalam rumah
dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain, bahan bangunan (misal; asbes), struktur
bangunan (misal; ventilasi), bahan pelapis untuk furniture serta interior (pada pelarut
organiknya), kepadatan hunian, kualitas udara luar rumah (ambient air quality), radiasi
dari Radon (Rd), formaldehid, debu, dan kelembaban yang berlebihan. Selainitu,
kualitas udara juga dipengaruhi oleh kegiatan dalam rumah seperti dalam hal
penggunaan energi tidak ramah lingkungan, penggunaan sumber energi yang relative
murah seperti batu bara dan biomasa (kayu, kotoran kering dari hewan ternak, residu
pertanian), perilaku merokok dalam rumah, penggunaan pestisida, penggunaan bahan
kimia pembersih, dan kosmetika. Bahan-bahan kimia tersebut dapat mengeluarkan
polutan yang dapat bertahan dalam rumah untuk jangka waktu yang cukup lama
(Kemenkes RI, 2011).

c) Patofisiologi Pneumonia
Patofisiologi menurut Nursalam, 2016 :
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran
respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan
penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi,
yaitu terjadi serbukan fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli.
Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah,
terdapat fibrin dan leukosit di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini
disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan
mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut
stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal
Apabila kuman patogen mencapai bronkioli terminalis, cairan edema masuk ke dalam alveoli,
diikuti oleh leukosit dalam jumlah banyak, kemudian makrofag akan membersihkan debris sel
dan bakteri. Proses ini bisa meluas lebih jauh lagi ke lobus yang sama, atau mungkin ke bagian
lain dari paru- paru melalui cairan bronkial yang terinfeksi. Melalui saluran limfe paru, bakteri
dapat mencapai aliran darah dan pluro viscelaris. Karena jaringan paru mengalami konsolidasi,
maka kapasitas vital dan comliance paru menurun, serta aliran darah yang mengalami
konsolidasi menimbulkan pirau/ shunt kanan ke kiri dengan ventilasi perfusi yang mismatch,
sehingga berakibat pada hipoksia. Kerja jantung mungkin meningkat oleh karena saturasi
oksigen yang menurun dan hipertakipnea. Pada keadaan yang berat bisa terjadi gagal nafas
d) Phatway Pneumonia
PNEUMONIA Intoleransi Aktivitas

Bakteri, jamur, dan virus


Suplai O2

Terhirup
Compliance paru

Masuk ke alveoli

Proses peradangan Pola Nafas Tidak


Efektif

Suhu tubuh Infeksi Cairan Eksudat masuk


kedalam alveoli Difusi

Berkeringat, nafsu makan & Kerja sel goblet Sputum


Hipertermia Gangguan
minum Produksi sputum Tertelan ke Pertukaran Gas
lambung

Cairan
Resiko Hipovolemia menek
Konsolidasi cairan sputum Konsolidasi cairan an
di jalan nafas sputum di lambung syaraf
freniku
s
Nyeri Akut
Bersihan Jalan Nafas Tidak Asam lambung Mual & muntah Defisit
Efektif
Nutrisi

Bagan 2.1 Phatway Pneumonia

(Sumber: (Mansjoer & Suriadi dan rita Y, 2006) dan (Tim Pokja

SDKI DPP PPNI, 2017)).


e) Klasifikasi Pneumonia
Menurut Nurarif (2015), klasifikasi pneumonia terbagi berdasarkan anatomi dan
etiologis dan berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia :
1. Pembagian anatomis
a. Pneumonia lobularis, melibat seluruh atau suatu bagian besar dari satu atau
lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena maka dikenal sebagai pneumonial
bilateral atau ganda.
b. Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus,
yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak
konsulidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia
lobularis.
c. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di dalam
dinding alveolar (interstinium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.

2. Pembagian etiologis
a. Bacteria: Diploccocus pneumonia, pneumococcus, streptokokus hemolytikus,
streptococcus aureus, Hemophilus infuinzae, Bacilus Friedlander,
Mycobacterium tuberculosis.
b. Virus: Respiratory Syncytial Virus, Virus Infuinza, Adenovirus.
c. Jamur: Hitoplasma Capsulatum, Cryptococus Neuroformans, Blastornyces
Dermatitides
d. Aspirasi: Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,benda
asing
e. Pneumonia Hipostatik
f. Sindrom Loeffler
3. Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia:
a. Usia 2 bulan – 5 tahun
- Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat dengan
adanya tarikan dinding dada bagian bawah.

- Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia 2
bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5 tahun
40 x/menit atau lebih.

- Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat disertai
dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah dan tanpa
adanya nafas cepat.
a. Usia 0 – 2 bulan
- Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau nafas
cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.

- Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah dan
tidak ada nafas cepat.
f) Faktor Resiko
Dengan mempunyai pengetahuan tentang faktor-faktor dan situasi yang umumnya menjadi
faktor predisposisi individu terhadap pneumonia akan membantu untuk mengidentifikasi
pasien-pasien yang beresiko terhadap pneumonia. Memberikan perawatan antisipatif dan
preventif adalah tindakan keperawatan yang penting (Brunner & Suddarth, 2013).
a. Setiap kondisi yang menghasilkan lendir atau obstruksi bronkial dan mengganggu
drainase normal paru (misalnya kanker, penyakit obstruksi paru menahun)
meningkatkan kerentanan pasien terhadap pneumonia.
b. Pasien imunosupresif dan mereka yang neutrofil rendah (neutropeni)
c. Individu yang merokok berisiko, karena asap rokok mengganggu baik aktivitas
mukosiliari dan makrofag.
d. Setiap individu yang mengalami depresi reflex batuk (karena medikasi, keadaan yang
melemahkan, atau otot-otot pernafasan yang lemah), telah menginspirasi benda asing
kedalam paru-paru selama priode tidak sadar (cedera kepala, anesthesia) atau
mempunyai mekanisme menelan abnormal.
e. setiap orang yang menerima pengobatan dengan peralatan terapai pernafasan dapat
mengalami pneumonia jika alat tersebut tidak dibersihkan dengan tepat.
g) Manifestasi Klinis
Menurut Nursalam 2016, gejala klinis yang terjadi sebgai berikut :
1. Gejala klinis dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non
produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah),
sakit dada karena pleuritis dan sesak.
2. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring pada yang sakit dengan lutut
tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding
dada bagian bawah saat pernafas, takipneu, kenaikan atau penurunan taktil fremitus,
perkusi redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, dan
ronki.

h) Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Mutaqin (2008), pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada orang
dengan masalah pneumonia adalah:
a. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat
juga menyatakan abses.
b. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
c. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
d. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
e. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
f. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
g. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
i) Penatalaksanaan Pneumonia
Penatalaksanaan kasus pneumonia menurut Mutaqin (2008) antara lain:
a. Manajemen Umum
1. Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan berlebihan.
2. Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2 <60 mmHg.
3. Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonenia pasti; pasien
harus didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk
memaksimalkan kemampuan ventilator.
4. Hidrasi: Pemantauan asupan dan keluaran; cairan tambahan untuk
mempertahankan hidrasi dan mencairkan sekresi.
b. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin diperlukan jika masalah
sekunder seperti empiema terjadi.
c. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu
perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya: Penicillin G untuk
infeksi pneumonia staphylococcus, amantadine, rimantadine untuk infeksi
pneumonia virus. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk infeksi
pneumonia.
j) Komplikasi Pneumonia
Menurut Mutaqin (2008), komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan pneumoni
adalah:
a. Pleurisi
b. Atelektasis
c. Empiema
d. Abses paru
e. Edema pulmonary
f. Infeksi super perikarditis
g. Meningitis
h. Arthritis
k) Pencegahan Pneumonia
Menurut Kemenkes (2010) pencegahan pneumonia selain dengan menghindarkan atau
mengurangi faktor risiko dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu dengan
pendidikan kesehatan di komunitas, perbaikan gizi, pelatihan petugas kesehatan dalam hal
memanfaatkan pedoman diagnosis dan pengobatan pneumonia, penggunaan antibiotika yang
benar dan efektif, dan waktu untuk merujuk yang tepat dan segera bagi kasus yang pneumonia
berat. Peningkatan gizi termasuk pemberian ASI eksklusif dan asupan zinc, peningkatan
cakupan imunisasi, dan pengurangan polusi udara didalam ruangan dapat pula mengurangi
faktor risiko. Penelitian terkini juga menyimpulkan bahwa mencuci tangan dapat mengurangi
kejadian pneumonia. (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Usaha untuk mencegah pneumonia ada 2 menurut Kementerian Kesehatan RI, 2010 yaitu:
a. Pencegahan Non spesifik, yaitu:
1) Meningkatkan derajat sosio-ekonomi
2) Lingkungan yang bersih, bebas polusi
b. Pencegahan Spesifik
1) Cegah BBLR
2) Pemberian makanan yang baik/gizi seimbang
3) Berikan imunisasi

B. KONSEP KEPERAWATAN
a) Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara subjektif
(data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa dan data
objektif (data hasil pengukuran atau observasi). Menurut Nurarif (2015), pengkajian
yang harus dilakukan adalah :
a. Indentitas: Nama, usia, jenis kelamin,
b. Riwayat sakit dan kesehatan
1) Keluhan utama: pasien mengeluh batuk dan sesak napas.
2) Riwayat penyakit sekarang: pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya
akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus purulen kekuning-kuningan,
kehijau- hiajuan, kecokelatan atau kemerahan, dan serring kali berbau busuk. Klien
biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan
berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada pleuritits, sesak napas, peningkatan frekuensi
pernapasan, dan nyeri kepala.
3) Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit seperti ISPA,
TBC paru, trauma. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisi.
4) Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang disinyalir sebagai penyebab pneumoni seperti Ca paru, asma, TB paru dan
lain sebagainya.
5) Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap beberapa oba,
makanan, udara, debu.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas
2) Kesadaran: tergantung tingkat keprahan penyakit, bisa somnolen
3) Tanda-tand vital:
- TD: biasanya normal
- Nadi: takikardi
- RR: takipneu, dipsneu, napas dangkal
- Suhu: hipertermi
4) Kepala: tidak ada kelainan
Mata: konjungtiva bisa anemis
5) Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping hidung Paru:
- Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris, ada penggunaan otot bantu
napas
- Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada daerah yang terkena.
- Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani
- Auskultasi: bisa terdengar ronchi.
6) Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan
7) Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi, kelemahan
b) Dianosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang di alaminya baik yang berlangsung aktual
maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja
SIKI DPP PPNI, 2018).

Diagnosa keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan phatway, diagnosa yang mungkin
muncul yaitu :
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahanD.0001
b) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-kapiler
D.0003
c) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas D.0005
c) Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan
pada pengetahuan dan penilaian kelinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan
buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia sebagai berikut:
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi tertahan D.0001
- Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas
meningkat L.01001
- Kriteria hasil: L.01001
1) Batuk efektif meningkat
2) Produksi sputum menurun
3) Mengi menurun
4) Wheezing menurun
5) Dispnea menurun
6) Sianosis menurun
7) Frekuensi nafas membaik
8) pola nafas membaik
- Intervensi keperawatan:
Latihan batuk efektif 1.01006
1. Observasi
a. Identifikasi kemampuan batuk
b. Monitor adanya retensi sputum
c. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
d. Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan karakteristik)
2. Terapeutik
a. Atur posisi semi-fowler atau fowler
b. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
c. Buang sekret pada tempat sputum
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mecucu (dibulatkan) selam 8 detik
c. Anjurkan tarik nafas dalam hingga 3 kali
d. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ke-3
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
b) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-kapiler
D.0003
- Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pertukaran gas meningkat
L.01003
- Kriteria hasil: L.01003
1. Dispnea menurun
2. Bunyi nafas tambahan menurun
3. Pusing menurun
4. Penglihatan kabur menurun
5. Nafas cuping hidung menurun
6. Takikardi membaik
7. Sianosis membaik
8. Pola nafas membaik
- Intervensi keperawatan:
Pemantauan respirasi 1.01014
1. Observasi
a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
b. Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi)
c. Monitor kemampuan batuk efektif
d. Monitor adanya produksi sputum
e. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
f. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
g. Auskultasi bunyi nafas
h. Monitor saturasi oksigen
i. Monitor AGD
j. Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
a. Atur interval pemantuan respirasi sesuai kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauaan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
c) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas D.0005
- Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas membaik
L.010004
- Kriteria hasil: L.010004
1. Kapasitas vital meningkat
2. Tekanan ekspirasi meningkat
3. Tekanan inspirasi meningkat
4. Dispnea menurun
5. Penggunaan otot bantu nafas menurun
6. Pernafasan cuping hidung menurun
7. Frekuensi nafas membaik
8. Kedalaman nafas membaik
9. Ekskursi dada membaik
- Intervensi keperawatan:
Manajemen jalan nafas 1.01011
1) Observasi
a. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
b. Monitor bunyi nafas tambahan (misalnya gurgling, mengi, wheezing, ronki)
c. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2) Terapeutik
a. Posisikan semi-fowler atau fowler
b. Berikan minum hangat
c. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
d. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
e. Berikan oksigen, jika perlu
3) Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
b. Ajarkan teknik batuk efektif
4) Kolaborasi
a. kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik. jika perlu

d) Implementasi keperawatan
Impelementasi adalah pelaksanaan dari rencanaan intervensi untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditunjukkan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari
implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
memfasilitasi koping (Nursalam, 2011).
Menurut (Kozier et al., 2011) pada proses keperawatan, implementasi terdiri atas melakukan
dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan khusus yang diperlukan untuk
melaksanakan intervensi (atau program keperawatan). Perawat melaksanakan tindakan
keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan lalu mengakhiri tahap
implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respon klien terhadap tindakan yang
diberikan.
e) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan, pada tahap ini perawat membandingkan
hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai
apakah masalah yang terjadi telah teratasi seluruhnya, teratasi sebagian, atau belum teratasi
semuanya (Debora, 2013).
Mengevaluasi juga merupakan menilai atau menghargai, dalam konteks ini evaluasi dadalah
aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika klien dan professional kesehatan
menemukan kemajuan klien menuju pencapaian/tujuan hasil, dan keefektifan dari rencana
asuhan keperawatan. Evaluasi juga menjadi aspek penting proses keperawatan karena
kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah rencana /intervensi keperawatan
harus diakhiri, dilanjutkan atau diubah (Kozier et al., 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Anwar A. 2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 8 No 8.


Brunner & Suddarth.2000. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 1.
Jakarta:EGC
Bulechek,dkk. 2013. Nursing Intervention Classification Edisi 6.Elsevier
Christian T. 2016 . Gambaran Karakteristik Pneumonia Pada Anak Vol 4 No 2.
Jurnale-Clinic
Moorhead S, dkk. 2013. Nursing Outcome Classification Edisi 5.Elsevier
Ngastiyah. 2015. Perawatan Anak Sakit ed 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran(EGC).
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI
PPNI, T. Pokja S.D.K.I (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia: Indikasi dan indikator Diagnostik (Cetakan II). Jakarta
Nugroho T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah,
Penyakit Dalam cetakan 1. Yogyakarta : Penerbit Nuha Medika

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Pernapasan, Salemba Medika, Jakarta.

Riskesdas, 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Departemen Kesehatan. Diunduh dari
http://www.docstoc.com/docs/19707850/Laporan-Hasil-Riset
Kesehatan- Dasar-(RISKESDAS)-Nasional-2018
Teery & Sharon. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik ed
3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Anda mungkin juga menyukai