Anda di halaman 1dari 8

NAMA : YUDA YARAZAQ

NIM :22086141
JURUSAN : PENDIDIKAN OLAHRAGA

Catatan
1. Ringkasan materi Maksimal 3 halaman
2. tulisannya time new roman, font 12, spasi 1
3. Analisis kasus sesuaikan dengan materi boleh dari tulisan internasional

JENIS-JENIS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING


1. Layanan Orientasi, adalah layanan yang Bimbingan dan Konseling di sekolah
untuk mengenalkan kehidupan baru siswa di lingkungan sekolah yang baru,
biasanya layanan orientasi ini diberikan dalam Masa Orientasi Sekolah (MOS) bagi
siswa baru pada awal tahun ajaran sebelum Proses Belajar Mengajar. Tujuan layanan
orientasi adalah memperkenalkan siswa mengenai kehidupan sekolah yang baru
dimasuki termasuk di dalamnya lingkungan sekolah, tata cara belajar, siswa lainnya,
para guru, staf sekolah, dan tata nilai sekolah, sehingga layanan orientasi ini menjadi
peta atau kompas bagi siswa baru selama menempuh pendidikan di sekolah tersebut.
2. Layanan informasi, merupakan layanan yang diberikan oleh guru Bimbingan
dan Konseling kepada siswa terkait dengan informasi-informasi yang ada di sekolah
maupun luar sekolah. Informasi yang ada di sekolah, yakni mengenai tata cara atau
aturan dalam sekolah dan kegiatan-kegiatan di sekolah, sedangkan informasi di luar
sekolah terkait dengan kehidupan di masyarakat, isu-isu terkini tentang situasi sosial
yang ada, informasi dunia kerja dan karir.
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran, merupakan layanan komunikatif antara
guru Bimbingan dan Konseling dengan siswa sehubungan dengan minat, bakat, dan
pemilihan karir yang berujung pada pada masa depan siswa. Layanan ini juga
berfungsi sebagai penempatan dan penyaluran siswa dalam kelompok belajar
berdasarkan kemampuan dan tingkat sosialisasi yang dimiliki siswa.
4. Layanan konseling perorangan, merupakan layanan yang diberikan kepada
setiap individu berdasarkan data ataupun kerelaan siswa untuk hadir bersama guru
pembimbing atau konselor dalam wawancara tatap muka yang membantu siswa
yang ada dalam permasalahan untuk mengenal apa yang menjadi masalahnya,
kekuatan dirinya untuk mencari solusi atas setiap masalahnya.
5. Layanan bimbingan kelompok, adalah layanan yang membahas topik-topik
berkenaan dengan perlunya mengambil keputusan untuk berbagai hal yang penting
secara berkelompok.
6. Layanan konseling kelompok, merupakan layanan yang diberikan guna
mengentaskan masalah-masalah yang indentik yang dialami oleh beberapa siswa,
sehingga peserta didik yang mengalami masalah yang sama tersebut dapat saling
memberikan masukan untuk memperoleh jalan keluar atau solusi.
7. Layanan Penguasaan Konten, adalah layanan yang sangat membantu siswa
dalam menguasai sebuah konten, misalnya kompetensi tertentu ataupun kebiasaan
yang sangat bermanfaat. Sehingga, menjadi pribadi dengan kemampuan yang lebih
baik baik di lingkungan sekolah, masyarakat, dan juga keluarga.
8. Layanan konsultasi, yaitu layanan dimana para siswa bisa memperoleh
pemahaman, pengetahuan, dan berbagai cara yang perlu dilakukan supaya bisa
menangani masalah atau kondisinya. Konsultasi pada program BK yaitu proses
dalam bimbingan teknis bagi konselor, orang tua, konselor dan administrator supaya
bisa melakukan identifikasi dan juga perbaikan masalah.
9. Layanan Mediasi, memiliki tujuan supaya siswa bisa menyelesaikan masalah,
perselisihan, serta perbaikan hubungan antar siswa. Mediator dalam layanan tersebut
yaitu konselor.

Daftar Pustaka

Universitas123. 2022. “10 Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah”


https://www.universitas123.com/news/jenis-layanan-bimbingan-dan-konseling-dsekolah (
diakses tanggal 30 Oktober 2023, pukul 15.36 )

Materi Konseling. 2021. " Jenis-jenis Layanan Bimbingan dan Konseling"


https://www.materikonseling.com/2021/10/jenis-jenis-layanan-bimbingan-dan.html?m=1 (
diakses tanggal 30 Oktober 2023, pukul 15.41 )

Nurihsan, A.J. (2005). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Refika
Aditama. Nursalim, M & Suradi. (2002). Layanan Bimbingan dan Konseling. Surabaya: Unesa
University Press.
ANALISIS KASUS ATAU FENOMENA DARI ARTIKEL ILMIAH MULAI TAHUN
2015 KEATAS

No Nama Jurnal Tujuan Penelitian Metode Hasil Prapase atau analisis


temuan dari hasil temuan
artikel
1 Jurnal Ilmiah Counsellia Penelitian ini Metode yang Temuan dari PENYELENGGARAAN
bertujuan untuk digunakan penelitian LAYANAN KONSELING
mengetahui dalam menunjukkan PERORANGAN DENGAN
penyelenggaraan penelitian ini bahwa guru PENDEKATAN
layanan konseling adalah bimbingan
perorangan dengan metode konseling JUDUL : KONSELING
pendekatankonseling penelitian telah RASIONAL EMOTIF
rasional emotif survai. membuat BEHAVIOR
behavior di SMA Dengan rencana untuk
Negeri se- pengambilan layanan Nama Penulis : Aldila Fitri
Kabupaten populasi konseling Radite Nur Maynawati, Awik
Sukoharjo diSMA perorangan Hidayati
mulaidari Negeri se- berdasarkan
perencanaan, Kabupaten rasional Jurnal Ilmiah Counsellia,
pelaksanaan, Sukoharjo. emotif Volume 7 No. 2, Nopember
evaluasi, serta Penelitian ini behavior, 2017 : 110 - 116
hambatan- menggunakan tetapi rencana
hambatannya. teknik ini Pendahuluan
clustersampling disesuaikan Dibagian pendahuluan di
(area dengan jelaskan bahwa siswa remaja
sampling) masalah yang menghadapi berbagai
teknik ini dihadapi oleh tantangan selama masa
digunakan siswa. transisi menuju dewasa,
karena daerah Namun, saat termasuk penggunaan obat-
atau melakukan obatan, alkohol, perilaku
stratadigunakan konseling, seks bebas, konflik,
untuk guru intimidasi, bolos, dan
menentukan bimbingan masalah nilai akademik.
sampel objek konseling Konseling individu
yang akan tidak selalu merupakan salah satu bentuk
diteliti atau mengikuti bimbingan yang dapat
sumber langkah- diberikan baik di dalam
datasangat langkah maupun di luar sekolah,
luas. konseling fokus pada perkembangan
rasional siswa. Konseling individu
emotif yang bertujuan membantu siswa
ada dan tidak menggali potensi mereka.
memiliki Untuk mencapai hasil yang
pemahaman diharapkan, perencanaan,
yang cukup pelaksanaan, dan evaluasi
tentang layanan konseling
teknik-teknik perorangan harus terstruktur
yang terlibat dengan baik. Guru
dalam bimbingan konseling
konseling bertanggung jawab atas
tersebut. penyelenggaraan layanan ini,
Selain itu, tetapi di beberapa SMA di
mereka masih Kabupaten Sukoharjo, guru
perlu bimbingan konseling belum
meningkatkan dapat menyediakan
upaya dalam konseling individu dengan
mengevaluasi pendekatan rasional emotif
layanan behavior. Pendekatan ini
konseling dianggap sulit untuk
perorangan diterapkan oleh guru
berbasis bimbingan konseling di sana,
rasional sehingga layanan tersebut
emotif cenderung tidak sesuai
behavior, dengan rencana. Sebagai
meskipun akibatnya, kemampuan guru
mereka telah bimbingan konseling dalam
melaporkann memberikan berbagai jenis
ya kepada layanan, termasuk konseling
Kepala individu dengan pendekatan
Sekolah. rasional emotif behavior,
Beberapa menjadi kurang optimal di
hambatan sekolah tersebut.
dalam
pelaksanaan Hasil dan Pembahasan
layanan Berdasarkan hasil evaluasi
tersebut dari kuesioner yang
termasuk dilakukan terhadap guru
masalah jam bimbingan konseling di SMA
mengajar dan Negeri se-Kabupaten
fasilitas Sukoharjo pada tahun
sekolah yang 2016/2017 tentang
terbatas. pelaksanaan layanan
konseling perorangan dengan
pendekatan rasional emotif
behavior, terlihat bahwa
guru-guru tersebut memiliki
dasar pengetahuan dalam
bidang bimbingan dan
konseling. Namun, pada
tahap awal sebelum
konseling, mereka mengajak,
merekrut, dan meyakinkan
siswa untuk mengikuti
layanan konseling
perorangan dengan
pendekatan tersebut.
Meskipun demikian, mereka
belum mampu
mengidentifikasi masalah
siswa yang cocok untuk
layanan konseling
perorangan dengan
pendekatan tersebut.

Selain itu, dalam


menentukan jadwal
konseling, guru bimbingan
konseling di Kabupaten
Sukoharjo tidak selalu
mengikuti jadwal yang telah
ditetapkan. Mereka mampu
menentukan ruang konseling
dan menciptakan lingkungan
yang nyaman bagi siswa
selama sesi konseling, tetapi
ada beberapa guru yang tidak
memberitahu kepala sekolah
tentang kegiatan layanan
konseling perorangan. Guru
bimbingan konseling juga
kurang memperhatikan
biodata siswa yang
mengikuti layanan konseling
perorangan.

Meskipun guru-guru ini telah


berhasil membangun
hubungan baik dengan siswa
dan mengidentifikasi
masalah awal, mereka masih
menghadapi kendala dalam
mengidentifikasi peristiwa
pemicu dan menggali
keyakinan siswa selama
tahap pelaksanaan konseling.
Mereka juga tidak selalu
memberikan contoh ABC
(Activating Event, Belief,
Consequence) dalam konteks
kasus sehari-hari. Guru
bimbingan konseling tidak
selalu membantu siswa
dalam mengatasi gangguan
perilaku dan emosi dengan
mengubah pemikiran
irasional mereka.

Walaupun ada langkah-


langkah positif dalam proses
konseling, seperti merinci
konsekuensi negatif pada
perilaku emosi dan berdialog
dengan siswa tentang tujuan
konseling dan pemahaman
keyakinan irasional mereka,
guru bimbingan konseling
belum menerapkan langkah-
langkah ini secara konsisten.
Selama pelaksanaan
konseling, guru bimbingan
konseling juga menggali
perubahan keyakinan
irasional siswa dan
mendiskusikannya dengan
siswa. Namun, evaluasi
konseling, baik verbal
maupun non-verbal, belum
optimal dilakukan oleh guru
bimbingan konseling.

Berdasarkan hasil kuesioner


yang diberikan kepada siswa,
terlihat bahwa mereka diajak
dan didekati oleh guru
bimbingan konseling untuk
mengikuti layanan konseling
perorangan dengan
pendekatan rasional emotif
behavior. Namun, sebagian
siswa merasa kurang nyaman
dengan guru bimbingan
konseling dan merasa waktu
pelaksanaan konseling tidak
sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan.

Siswa juga merasa bahwa


proses pelaksanaan konseling
kurang transparan karena
mereka tidak diberitahu
tentang biodata peserta lain
dalam layanan konseling.
Guru bimbingan konseling
seharusnya memberi
informasi ini sebelum sesi
konseling dilakukan. Siswa
juga kurang mengetahui
tujuan sebenarnya dari
konseling perorangan dengan
pendekatan rasional emotif
behavior, yaitu untuk
membantu mereka menjadi
mandiri.

Selain itu, informasi dari


wawancara dengan guru
bimbingan konseling
menunjukkan bahwa mereka
menghadapi kendala, seperti
jadwal pelajaran yang tidak
selalu sesuai untuk konseling
perorangan rasional emotif
behavior. Beberapa guru juga
lebih sering menggunakan
pendekatan konseling
behavior daripada rasional
emotif behavior. Kurangnya
fasilitas sekolah, seperti
ruang konseling perorangan
yang kondusif, juga menjadi
kendala dalam melaksanakan
konseling perorangan dengan
pendekatan tersebut.

Simpulan
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa guru

bimbingan konseling telah


mengadopsi perencanaan
dalam memberikan layanan
konseling perorangan
berdasarkan pendekatan
rasional emotif behavior,
walaupun penyesuaian
dilakukan sesuai dengan
masalah yang dihadapi oleh
siswa. Namun, dalam
pelaksanaan, sebagian guru
bimbingan konseling belum
sepenuhnya mengikuti
tahap- tahap konseling
rasional emotif yang
ditentukan, dan mungkin
belum menguasai teknik-
teknik yang diperlukan
dalam konseling tersebut.
Evaluasi terhadap layanan
konseling perorangan
rasional emotif behavior juga
masih kurang intensif,
meskipun telah dilaporkan
kepada Kepala Sekolah.
Beberapa hambatan dalam
pelaksanaan layanan tersebut
meliputi keterbatasan waktu
mengajar dan fasilitas
sekolah.

Anda mungkin juga menyukai