Skenario 2
1. Perempuan 20 tahun
- 2. Kemerahan pada wajah
setelah piknik ke pantai
3. Kemerahan menetap
sampai sekarang
4. Kaku sendi kaki dan
tangan, pagi hari
5. Kaku berkurang
menjelang siang
6. RD:nyeri sendi rematik(-)
7. RPK(-)
8. Berat badan menurun
2 bulan terakhir
9. mulut luka,tidak bisa
makan
Penyakit -
penyakit Definisi
1. Etiologi
2. Patofisologi Autoiminitas Toleransi
3. gejala klinis
4. Pemeriksaan
penunjang
5. Tatalaksana
6. Prognosis
7. Edukasi
Sentral Perifer
Pertanyaan
1. Jelaskan autoimun
2. Sebutkan dan jelaskan toleransi imun sentral
3. Sebutkan dan jelaskan toleransi imun perifer
4. Jelaskan patomekanisme autoimun
5. Sebutkan dan jelaskan jenis penyakit autoimun(penyakit SLE)
a. Patomekanisme
b. Gejala klinis
c. Etiologi
d. Penatalaksanaan
e. Edukasi dan Pencegahan
6. Sebutkan dan jelaskan jenis penyakit autoimun(penyakit RA)
a. Patomekanisme
b. Gejala klinis
c. Etiologi
d. Penatalaksanaan
e. Edukasi dan Pencegahan
7. Jelaskan WD,DD,Prognosis
8. Mengapa pada skenario terjadi kekakuan pada sendi dan berat
badanya menurun
9. Pemeriksaan penunjang (SLE)
10. Pemeriksaan penunjang (RA)
Definisi autoimun
Penyakit autoimun (auto artinya "sendiri").
Suatu keadaan ketika sistem imun gagal
untuk mengenali dan menoleransi antigen-
diri serta melakukan serangan yang merusak
terhadap satu atau lebih jaringan tubuh
sendiri.
Sentral
diinduksi oleh pengenalan
self-Ag oleh limfosit immature
di organ limfoid generative.
Self tolerance
Perifer
diinduksi oleh pengenalan
self-Ag oleh limfosit mature
di organ limfoid perifer.
Mekanisme utama toleransi limfosit:
□ Delesi: kematian sel akibat apoptosis.
□ Anergi: inaktivasi fungsi tanpa kematian sel.
□ Penekanan aktivasi limfosit dan fungsi efektor
oleh limfosit regulator.
2019/11/11
TOLERANSI SEL B
A. Toleransi Sentral
Sel B imatur yang merupkan sel terdini dalam perkembangan sel, mengekspresikan BCR.
Seleksi sel B autoeaktif mulai terjadi pada stadium ini dan terjadi di sumsum tulang. BCR
berfungsi mengikat molekul ekstraselular dan mengawali sinyal sitoplasmik yang antigen
spesifik. Sel B imatur yang terpajan dengan antigen ekstraselular, akan meningkatkan
sinyal melalui BCR untuk berhenti berkembang. Sel B tersebut akan menginisiasi proses
untuk mengedit reseptor/ memproduksi BCR dengan spesifisitas untuk dapat mengikat
antigen baru. Bila BCR tidak dapat diubah dengan efekif, sel B imatur akan disingkirkan
melalui proses apoptosis.
B. Toleransi Perifer
Setealh meninggalkan susmsum tulang, sel B yang relatif imatur, bermigrasi ke zona sel
T uar dalam limpa. Sel B dengan selektif negatif menempati limpa, diproses untuk
induksi anergi, dicegah bermigrasi ke sel folikel sel B dan apoptosis ditingkatkan.
2019/11/11
Patogenesis Autoimunitas akibat Faktor
Genetik
Peranan Infeksi dan Jejas Jaringan pada
Autoimunitas
Etiologi Hingga kini penyebab Lupus belum diketahui dengan jelas. Namun diperkirakan berkaitan
erat dengan beberapa faktor, antara lain autoimun, kelainan genetik, faktor lingkungan,
obat-obatan
Gejala klinik Secara khas,penderita adalah wanita muda dengan sebagian,tetapi kadang-kadang
semuanya. Dari gejala berikut : ruam menyerupai kupu-kupu di wajah,demam,nyeri dan
pembengkakan pada satu atau lebih sendi perifer ( tangan dan pergelangan
tangan,lutut,kaki,pergelangan kaki,siku,bahu), nyeri dada karena pleuritis dan
fotosensitivitas(perubahan warna kulit karena cahaya matahari).
Pada kelainan autoimun yg bersifat sistemik biasanya dijumpai kelainan konstitusional
seperti : cepat lelah dan nafsu makan menurun.
Patogenesis SLE
Penatalaksanaan 1. Edukasi/konseling
Pada dasarnya pasien SLE memerlukan informasi dan dukungan dari sekitarnya dengan
maksud agar dapat hidup mandiri. Pasien memerlukan pengetahuan akan masalah
aktivitas fisik,mengurangi atau mencegah kekambuhan anatara lain melindungi kulit dari
paparan sinar matahari,melakukan latihan secara teratur,dll.
2. Program rehabilitasi
Secara garis besar,tujuan dari program rehabilitasi ini indikasi dan teknis
penatalaksanaannya melibatkan beberapa maksud,yaitu :
Istirahat,terapi fisik,terapi dengan modalitas,ortotik,dll.
3. Terapi medikamentosa
Beberapa jenis obat yang dapat dipakai pada SLE antara lain : OAINS(Obat Anti
Inflamasi Non Steroidal),Kortikosteroid,Klorokuin,dll.
Pencegahan 1. Hindari stress dan trauma fisik. Stress dapat mencetuskan SLE pada pasien yang
sudah memiliki kecenderungan akan penyakit ini.
2. Hindari merokok.
3. Hindari perubahan cuaca karena akan mempengaruhi proses inflamasi.
4. Cukuplah beristirahat. Kelelahan dan aktivitas fisik yang berlebih bisa memicu
kambuhnya SLE.
5. Diet sesuai kelainan. Misalnya: jika hiperkolesterol, maka pasien harus diet rendah
lemak.
6. Hindari infeksi. Pasien SLE cenderung mudah mendapat infeksi, dan kadang-kadang
penyakit ini kambuh setelah infeksi.
7. Hindari pajanan sinar matahari, khususnya pukul 09.00-15.00 karena pasien SLE
cenderung sensitive terhadap sinar ultraviolet. Kulit yang terkena sinar matahari dapat
menimbulkan kelainan kulit seperti timbulnya bercak kemerahan yang menonjol/ menebal.
REUMATOID ARTRITIS
Menurut bahasa Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi.
Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya
sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).
Walau pemicu terjadinya rheumatoid arthritis masih belum diketahui, namun ada
beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terkena rheumatoid arthritis, antara
lain:
Usia.
Jenis kelamin.
Genetika.
Merokok.
E.Patofisiologi
OAINS
STEROI
PEMBERIAN OBAT
D
DMARDs
Pengaturan
REHABILITASI aktivitas dan
istirahat
perbaikan tendon
WD : SLE
DD : RA
2019/11/11
Prognosis
SLE
Perjalanan penyakit ini dapat ringan atau berat, secara terus menerus,
dengan kekambuhan yang menimbulkan kerusakan jaringan akibat proses
radang yang ditimbulkannya. Sekitar 80 % kelainan melibatkan jaringan
persendian, kulit dan darah ; 30-50 % menyebabkan kelainan ginjal,
jantung dan sistem saraf, serta 10-20 % menyebabkan trombosis arteri
dan vena
RA
Perjalanan penyakit mengalami relaps dan remisi
Setelah 5-10 tahun,remisi mulai sulit dipertahankan
Diagnosis dan pengobatan yang terlambat dapat membahayakan
pasien. Sekitar 40% pasien rheumatoid arthritis ini menjadi cacat setelah
10 tahun. Akan tetapi, hasilnya sangatlah bervariasi. Beberapa pasien
menunjukkan progresi yang nampak seperti penyakit yang akan sembuh
dengan sendirinya, sedangkan pasien lain mungkin menunjukkan
progresi penyakit yang kronis (Temprano, 2011).
2019/11/11
Mekanisme nyeri
Penurunan Berat Badan
Pemeriksaan penunjang
SLE
• pemeriksaan laboratorium darah (trombosit, leukosit, laju
endap darah, hemoglobim, eritrosit)
• pemeriksaan anti-nuclear antibodi
tes ini digunakan untuk memeriksa keberadaan sel antibodi
tertentu dalam darah, yaitu antibodi anti-nuklir. jenis
antibodi ini merupakan ciri utama SLE. sekitar 95%
penderita SLE memiliki antibodi ini.
• pemeriksaan anti-dsDNA
pemeriksaan ini merupakan tes spesifik untuk SLE, jarang
didapatkan pada penyakit lain dan spesifitasnya hampir
100%. Titer (kadar) anti-dsDNA yang tinggi hampir pasti
menunjukan diagnosis SLE dibandingkan dengan titer yang
rendah.
RA
Untuk menyokong diagnosa (ingat bahwa ini terutama merupakan
diagnosa klinis)
1. Tes serologic
a) faktor rematoid – 70% pasien bersifat seronegatif.
Catatan: 100% dengan factor rematoid yang positif jika terdapat nodul
atasindroma Sjogren
b) Antibodi antinukleus (AAN)- hasil yang positif terdapat pada
kira-kira 20 kasus
2. Foto sinar X pada sendi-sendi yang terkena. Perubahan-
perubahan yang dapat di temukan adalah:
a) pembekakan jaringan lunak
b) penympitan rongga sendi
c) erosi sendi
d) osteoporosis juksta artikuler
2019/11/11
Untuk menilai aktivitas penyakit:
1. Erosi progresif pada foto sinar X serial.
2. LED. Ingat bahwa diagnosis banding dari LED
yang meningkat pada artritis reumatoid meliputi :
a) penyakit aktif
b) amiloidosis
c) infeksi
d) sindroma Sjorgen
3. Anemia – berat ringannya anemia normakromik
biasanya berkaitan dengan aktifitas.
4. Titer factor rematoid – makin tinggi titernya
makin mungkin terdapat kelainan ekstra artikuler.
Faktor ini terkait dengan aktifitas artritis.
2019/11/11
Daftar Pustaka
Baratawidjaja, Karnen Garna, Iris Renggani. 2010. Imunologi Dasar
FK UI ed 10. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Sudoyo, Aru W. dkk.2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III
Edisi IV.Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam.