DAFTAR ISI.................................................................................................................1
BAB 1. PENDAHULUAN...........................................................................................2
1.1 Latar Belakang............................................................................................2
1.2 Tujuan Penulisan.........................................................................................2
1.3 Batasan Masalah.........................................................................................3
1.4 Metode Penulisan........................................................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................4
2.1. Definisi.......................................................................................................4
2.2 Epidemiologi..............................................................................................4
2.3. Etiologi.......................................................................................................5
2.4 Klasifikasi..................................................................................................6
2.5. Patofisiologi...............................................................................................9
2.6. Gambaran Klinis......................................................................................13
2.7. Diagnosis..................................................................................................13
2.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................16
2.6. Tatalaksana ..............................................................................................16
2.7. Komplikasi...............................................................................................18
2.8. Prognosis..................................................................................................19
BAB 3. KESIMPULAN.............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................21
BAB 1
0
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Sekitar
80-90% ditemukan pada laki-laki dan 10% pada perempuan. Hampir 75% dari
hernia abdominalis merupakan hernia ingunalis.1 Sebesar 60% hernia terjadi pada
sisi kanan, sebesar 20-25% di sisi kiri, dan sebesar 15% terjadi bilateral. 2 Tahun
2004 di Indonesia, hernia inguinalis menempati urutan ke-8 dengan jumlah 18.145
kasus.3 Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, jumlah kasus
hernia inguinalis yang dirawat inap pada tahun 2010 - 2011 yaitu 410 kasus. Ini
merupakan jumlah dari kasus hernia inguinalis yang terjadi di 6 rumah sakit yang ada
di Sulawesi Tengah. Rumah Sakit Umum Anutapura Palu merupakan rumah sakit
yang memiliki jumlah kasus hernia inguinalis yang dirawat inap periode 2010 2011
Pada hernia inguinalis keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat
paha yang timbul pada waktu mengejan, batuk, atau mengangkat beban berat dan
merupakan kasus akut abdomen yang harus segera ditangani oleh karena dapat
2 Tujuan Penulisan
3 Batasan Masalah
1
Batasan penulisan ini membahas mengenai, epidemiologi, etiologi dan
BAB 2
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah
suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek)
yang diliputi oleh dinding. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai lokasi
Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL)
dan Hernia Ingunalis Medialis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain
yaitu hernia indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding
abdomen. Selain hernia indirek nama yang lain adalah hernia oblique yang artinya
kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke medial bawah. Hernia ingunalis
lateralis sendiri mempunyai arti pintu keluarnya terletak disebelah lateral vasa
meskipun ada yang didapat.6. Hernia inguinalis medialis (HIM) atau hernia direk
2.2 Epidemiologi
Hernia lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan rasio 4-
8:1. Tidak terdapat predileksi ras pada hernia inguinalis.3 Hampir 75% dari hernia
abdominalis merupakan hernia ingunalis.1 Sebesar 60% hernia terjadi pada sisi
kanan, sebesar 20-25% di sisi kiri, dansebesar 15% terjadi bilateral. Tahun 2004 di
Indonesia, hernia inguinalis menempati urutan ke-8 dengan jumlah 18.145 kasus.2
3
2.3. Etiologi
1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian dalam
hidup.
2. Akibat dari pembedahan sebelumnya.
3. Kongenital
a. Hernia congenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat tempattertentu.
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai defek pada
tempat tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah
lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan
4. Aquisial adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain :
Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien yang sering
sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena
2.4. Klasifikasi
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL)
dan Hernia Ingunalis Medialis (HIM). Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama
4
lain yaitu hernia indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding
abdomen. Selain hernia indirek nama yang lain adalah Hernia oblique yang artinya
Kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke medial bawah. Hernia ingunalis
lateralis sendiri mempunyai arti pintu keluarnya terletak disebelah lateral Vasa
Hubungan Dibungkus
dengan vasa oleh fascia Onset biasanya
Tipe Deskripsi
epigastrica spermatica pada waktu
inferior interna
Penojolan melewati cincin
inguinal dan merupakan
Hernia kegagalan penutupan cincin Kongenital
ingunalis ingunalis interna pada waktu Lateral Ya Dan bisa pada
lateralis embrio setelah penurunan waktu dewasa.
testis
5
Kelas 3 : hernia indirek yang besar atau hernia direk.
1. Hernia Indirek
2. Hernia Direk
Gilbert membagi hernia menjadi 5 tipe. Tipe 1, 2, and 3 merupakan hernia indirek,
6
merupakan hernia divertikuler primer. Pada hernia ini tidak terdapat
Hernia tipe 5 kantung peritoneal.
Nyhus membuat klasifikasi berdasarkan ukuran cincin interna dan integritas dinding
posterior, meliputi:10
1. Kantong hernia
intertitialis.
2. Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya
3. Pintu hernia
7
4. Leher hernia
2.5 Patofisiologi
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus
internus yang cukup lebar, sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain
itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang
sudah terbuka cukup lebar itu. Pada orang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat
mencegah terjadinya hernia inguinalis antara lain, kanalis inguinalis yang berjalan
miring, struktur otot oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis
ketika berkontraksi, dan fasia transversa kuat yang menutupi trigonum Hesselbach
terjadinya hernia. Faktor yang dipandang berperan adalah adanya prosesus vaginalis
yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga abdomen, dan kelemahan dinding
lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu
tahun sekitar 30% prosesus vaginalis belum tertutup. Akan tetapi, kejadian
8
hernia pada umur ini hanya beberapa persen. Tidak sampai 10 % anak dengan
prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih dari separuh populasi
mengangkat barang yang sangat berat, mendorong, batuk, atau mengejan dengan
Hal ini didukung bukti histologis dan hubungan antara hernia dan penyakit lain
pembentukan hernia.13
9
Kelemahan otot dinding perut
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus
internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan
kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya, bila otot dinding perut
proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena
daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang
bersin yang kuat, mengangkat barang barang berat dan mengejan, kanal yang sudah
tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena
Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia. Ukuran defek dapat
bervariasi, mungkin sangat kecil atau sangat luas. Defek kecil dengan dinding yang
kaku akan membuat isi hernia terperangkap, sehingga mencegah pergerakan isi
Isi hernia bisa berupa jaringan dari rongga ekstraperitoneal seperti vesika
urinaria pada hernia ingunalis medial atau direk. Jika hernia meluas maka
peritoneum bisa juga tertarik kedalam isi hernia bersama struktur intraperitoneal
seperti usus atau omentum, dikenal sebagai sliding type hernia inguinal.
10
Pada umumnya ketika peritoneum berada dalam dibawah otot abdomen yang
subkutan membentuk kantong. Kantong ini akan membawa usus dan omentum
melalui defek. Pada kebanyakan kasus, organ intraperitoneal dapat bergerak bebas
keluar masuk hernia yang disebut hernia reducible/reponible, tetapi jika terbentuk
adhesi atau defeknya kecil, usus dapat terperangkap dan tidak dapat kembali ke
tinggi.
Bagian tersempit dari kantong pada defek dinding abdomen disebut leher
kantong. Ketika jaringan terperangkap didalam hernia, leher sempit ini bertindak
sebagai cincin kontraksi yang menghambat aliran balik vena dan meningkatkan
tekanan didalam hernia, sehingga menyebabkan ketegangan dan memicu nyeri. Jika
hernia berisi usus maka akan menyebabkan obstruksi secara total atau parsial dan
menunjukan gejala ileus obstruksi. Jika tekanan meningkat, darah arteri tidak dapat
masuk ke hernia dan isi hernia menjadi iskemik bahkan infark, sehingga dikatakan
hernia telah mengalami strangulasi. Dinding usus akan perforasi, melepaskan agen
memiliki leher kecil dan kaku. Istilah inkarserata tidak didefinisikan secara jelas dan
Gejala utama dari hernia inguinalis adalah benjolan atau pembengkakan pada
daerah lipat paha. Beberapa pasien mengeluhkan rasa nyeri yang muncul tiba-tiba
11
dan penonjolan yang timbul saat mengangkat benda berat atau mengedan. Rasa nyeri
dapat menjalar hingga skrotum. Hernia sering ditemukan pada pemeriksaan medis
rutin. Gejala yang ditimbulkan oleh hernia inguinalis direk lebih ringan dan
kemungkinan terjadinya hernia inkarseta atau strangulata lebih kecil. 16 Pada hernia
strangulasi, dimana aliran darah ke isi hernia terganggu akan timbul rasa tegang,
bengkak, panas, memerah pada daerah sekitar benjolan, dan tanda-tanda inflamasi,
2.7 Diagnosis
Anamnesis
Uraian lebih lanjut tentang keluhan utama, misalnya bagaimana sifat keluhan,
dimana lokasi dan kemana penjalarannya, bagaimana awal serangan dan urutan
keluhan lain yang berhubungan perlu ditanyakan dalam diagnosis. Gejala dan tanda
klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pasien sering mengeluh
tidak nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan dapat dihilangkan dengan reposisi
manual ke dalam kavitas peritonealis, tetapi dengan berdiri atau terutama dengan
paha yang muncul waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang
setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di
daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena renggangan pada
12
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri
yang disertai mual muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau
Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Adanya keadaan asimetris pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia
dalam posisi berdiri dan posisi berbaring. Pasien diminta mengedan atau
yang timbul mulai dari regio inguinalis dan mencapai labium majus atau
b. Palpasi
Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya,
diantaranya:
Finger test
Gunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan kiri untuk
hernia sisi kiri. Dengan jari kelingking kulit scrotum diinvaginasikan, jari
tersebut digeser sampai kuku berada diatas spermatic cord dan permukaan
13
spermatic cord kearah proksimal maka akan terasa jari tersebut masuk
lateralis, terasa impuls pada ujung jari, bila hernia inguinalis medialis
lapis kantong hernia, maka akan terasa seperti sensasi gesekan dua
permukaan sutera.
Tes Visibel
Pasien disuruh untuk mengedan, dan perhatikan benjolan yang keluar.
depan dan berbentuk bulat, maka itu disebut hernia inguinalis medial.
c. Auskultasi
Terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi
obstruksi usus.14
d. Perkusi
Jika isi kantung hernia adalah gas, maka akan terdengar bunyi timpani.14
hidrokel dan hernia inguinal. Pada hidrokel, akan ditemukan gambaran kantong yang
terisi cairan. Namun, pada hernia inguinal inkarserata, USG tidak lagi sensitif untuk
14
Selain USG, herniografi juga dapat digunakan dengan cara menyuntikkan
kontras larut air ke dalam kavum peritoneum melalui injeksi infraumbilikal dengan
dengan bantuan gravitasi. Selanjutnya, dilakukan foto inguinal pada menit ke-5, 10,
dan 45 secara serial. Herniografi dapat dilakukan untuk memeriksa hidrokel, hernia
femoralis.19
2.8 Penatalaksanaan
a. Konservatif
hernia dapat kambuh lagi. Reposisi adalah suatu usaha atau tindakan untuk
atau abdomen secara hati-hati dan dengan tekanan yang lembut dan pasti.
Reposisi ini dilakukan pada hernia inguinalis yang reponibel dengan cara
memakai kedua tangan. Tangan yang satu memegang lekuk yang sesuai
tersebut.1
b. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.1 Pada
Kantong dibuka, dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian
15
hernioplasti, dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
dan ligamentum inguinale. Teknik ini dapat diterapkan baik pada hernia direk
maupun indirek. Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa
teknik ini banyak dipakai. Pada teknik ini digunakan mesh prostesis untuk
2.9 Komplikasi
16
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel, ini dapat terjadi
kalau isi hernia terlalu besar atau terdiri dan omentum, organ ekstra peritoneal
(hernia geser atau hernia akreta). Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa
benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi
Sumbatan dapat terjadi total atau parsial. Jepitan cincin hernia akan
menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada pemulaan terjadi bendungan
vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia dan transudasi
kedalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia
makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia
menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa serosanguinus.
Kalau isi hernis terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang dapat menimbulkan
abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.1
2.10 Prognosis
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong
hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit
pasca bedah seperti nyeri pasca herniorafi, atrofi testis, dan rekurensi hernia
17
18
BAB 3
KESIMPULAN
Hernia adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah
yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Hernia diberi nama sesuai lokasi
Hampir 75% dari hernia abdominalis merupakan hernia ingunalis. Hernia ingunalis
dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan Hernia Ingunalis
Medialis (HIM). Sebesar 60% hernia terjadi pada sisi kanan, sebesar 20-25% di sisi
baik terjadi secara kongenital maupun didapat. Faktor yang dipandang berperan
adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga
abdomen, dan kelemahan dinding abdomen karena usia. Hernia inguinalis dapat
ingunalis adalah adanya benjolan/bengkak di lipat paha, kadang disertai pula dengan
nyeri. Pada hernia strangulata dapat timbul rasa tegang, bengkak, panas, memerah
pada daerah sekitar benjolan, dan tanda-tanda inflamasi, selain itu perasaan sakit
Terapi hernia inguinalis dapat berupa konservatif dan operatif, yaitu berupa
dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong hernia.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad C. Hernia. In: Sjamsuhidayat R, Jong WD, editors. Buku Ajar Ilmu
Bedah (Edisi ke-3). Jakarta: EGC, 2010; p. 619-29.
2. Luthfi A, Thalut K. Dinding perut, hernia, retroperitoneum, dan omentum.
Dalam (Sjamsuhidajat R, Karnadiharja W, Prasetyono TOH, et al, ed) Buku Ajar
Ilmu Bedah edisi 3. Hal. 615-41. 2007. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Mayasari I & Ahram A. Karakteristik Penderita Hernia Inguinalis yang Dirawat
Inap di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu Tahun 2012. Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako. 2012
4. Aru W, Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III (Edisi V). Jakarta:
Interna Publishing. 2009.
5. Sherman V, Macho JR, Brunicardi FC. Inguinalis hernias. In: Brunicardi FC,
Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, et al, editors.
Schwartzs Principles of Surgery (9th ed.). New York: McGraw-Hill Companies,
2010; p. 1305-42
6. Inguinal Hernia: Anatomy and Management Accesed on 14 June 2012 Available
at http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
7. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17 th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-217.
8. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery.
Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-94.
9. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
10. Inguinal Hernia: Anatomy and Management Accesed on 1st January 2011
Available at http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
11. Widjaja, H. Anatomi abdomen, Jakarta, EGC, 2007.
12. Petroze RT, Groen RS, Niyonkuru F. Estimating operative disease prevalence
in low income country results of nationwide population survey surgery. 2012.
13. American College of Surgeons. Pediatric hernia inguinal and femoral repair.
Tersedia dari: http://www.facs.com.
14. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2000.
15. C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I.
Penerbit GEM Foundation. 2004.
20
16. Doherty GM. Current surgical diagnosis and treatment. 12th ed. McGraw-Hill:
2006
17. Ellis H. The abdomen and pelvis. Dalam Clinical Anatomi: A revision and
applied anatomy for clinical students, 11th ed. Hal. 51-64. USA: Blackwell
Publishing Ltd.2006
18. Kingsnorth AN, Giorgobiani G, Bennett DH. Hernias, umbilicus, and
abdominal wall. Dalam (Williams NS, Bulstrode CJK, OConnel PR, ed.) Bailey
and loves: Short Practice of Surgery 25th ed. Hal. 968-90. 2008. London:
Edward Arnold Ltd.
19. Glick, P.L., & Boulanger, S.C. Inguinal Hernias and Hydroceles. In A.G.
Coran, N.S. Adzick, & T.M. Krummel, Pediatric Surgery.2012. (pp. 985-1001).
Philadelphia, USA: Elsevier Saunders.
20. Cameron, J. L, Terapi Bedah Mutakhir, edisi IV, 709- 713, Binarupa Aksara,
Jakarta. 1997.
21