OLEH :
SRI DAMAYANTI
21.04.033
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) (_________________________)
OLEH :
SRI DAMAYANTI
21.04.033
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) (_________________________)
G. Penatalaksanaan
Pengobatan pada pasien dengan diagnosa medis neoplasma ovarium
kistik dalam klasifikasi besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan
pembedahan. Jika ukuran lebar kista kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh
cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat
digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista
(Erivhani, 2016).
Apabila kista sudah terlanjur tumbuh dan didiagnosa sebagai
neoplasma ovarium kistik yang berbahaya, biasanya tindakan medis perlu
dilakukan. Operasi pengangkatan biasanya akan dilakukan untuk mencegah
kista ovarium tumbuh lebih besar. Penyembuhan dari kista juga tergantung
pada jenisnya masing-masing. Kista ovarium neoplastik memerlukan operasi
dan kista non-neoplastik tidak. Jika menghadapi kista yang tidak memberi
gejala atau keluhan pada penderita dan yang besar kistanya tidak melebihi
jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm, kemungkinan besar kista
tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum, jadi merupakan kista
non-neoplastik. Tidak jarang kista-kista tersebut mengalami pengecilan secara
spontan dan menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah
beberapa minggu dapat ditemukan ovarium yang kira-kira besarnya normal.
Oleh sebab itu, dalam hal ini perlu menunggu selama 2 sampai 3 bulan,
sementara mengadakan pemeriksaan ginekologik berulang (Erivhani, 2016).
Jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan
kista tersebut, maka dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar
kista itu bersifat neoplastik, dan dapat dipertimbangkan satu pengobatan
operatif. Tindakan operasi pada kista ovarium neoplastik yang tidak ganas
ialah pengangkatan kista dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium
yang mengandung kista. Akan tetapi, jika kistanya besar atau ada komplikasi,
perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan
pengangkatan tuba (salpingo-ooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium
harus diperiksa untuk mengetahui apakah ditemukan pada satu atau pada dua
ovarium.
Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka, untuk
mengetahui apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu
pada waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen
section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapatkan kepastian
apakah kista ganas atau tidak. Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat
ialah histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral. Akan tetapi, wanita
muda yang masih ingin mendapat keturunan dan tingkat keganasan kista yang
rendah (misalnya kista sel granulosa), dapat dipertanggung- jawabkan untuk
mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal
(Erivhani, 2016).
Terapi bergantung pada ukuran dan konsistensi kista dan
penampakannya pada pemeriksaan ultrasonografi. Mungkin dapat diamati
kista ovarium berdiameter kurang dari 80 mm, dan skening diulang untuk
melihat apakah kista membesar. Jika diputuskan untuk dilakukan terapi, dapat
dilakukan aspirasi kista atau kistektomi ovarium. Kista yang terdapat pada
wanita hamil, yang berukuran >80 mm dengan dinding tebal atau semisolid
memerlukan pembedahan, setelah kehamilan minggu ke 12. Kista yang
dideteksi setelah kehamilan minggu ke 30 mungkin sulit dikeluarkan lewat
pembedahan dan dapat terjadi persalinan prematur. Keputusan untuk
melakukan operasi hanya dapat dibuat setelah mendapatkan pertimbangan
yang cermat dengan melibatkan pasien dan pasangannya. Jika kista
menimbulkan obstruksi jalan lahir dan tidak dapat digerakkan secara digital,
harus dilakukan seksio sesaria dan kistektomi ovarium.Pada wanita di atas
usia 40 tahun pilihan utamanya adalah histertektomi dan salfingo-
ooforektomi bilateral walaupun tidak ada tanda-tanda keganasan (Erivhani,
2016).
H. Komplikasi
Salah satu hal yang paling ditakutkan dari penyakit ini adalah kista
tersebut berubah menjadi ganas dan banyak terjadi komplikasi. Komplikasi
dari kista ovarium yang dapat terjadi adalah (Erivhani, 2016):
PRIMARY SURVEY
1. Airway dan breathing : prioritas pertama adalah menjamin airway yang
paten dengan cukupnya pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberikan
tambahan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%.
2. Sirkulasi : kontrol perdarahan termasuk dalam prioritas adalah
mengendalikan perdarahan yang jelas terlihat, memperoleh akses intra vena
yang cukup, dan menilai perfusi jaringan. Perdarahan dari luka luar
biasanya dapat dikendalikan dengan tekanan langsung pada tempat
pendarahan. PASG (Pneumatick Anti Shock Garment) dapat digunakan
untuk mengendalikan perdarahan dari patah tulang pelvis atau ekstremitas
bawah, namun tidak boleh menganggu resusitasi cairan cepat. Cukupnya
perfusi jaringan menentukan jumlah cairan resusitasi yang diperlukan.
Mungkin diperlukan operasi untuk dapat mengendalikan perdarahan
internal.
3. Disability : pemeriksaan neurologi dilakukan pemeriksaan neurologi
singkat untuk menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata dan respon
pupil, fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini bermanfaat dalam menilai
perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan neurologi dan meramalkan
pemulihan.perubahan fungsi sistem saraf sentral tidak selalu disebabkan
cidera intra kranial tetapi mungkin mencerminkan perfusi otak yang
kurang. Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak harus dicapai sebelum
penemuan tersebut dapat dianggap berasal dari cidera intra kranial.
4. Exposure : pemeriksaan lengkap setelah mengurus prioritas- prioritas untuk
menyelamatkan jiwanya, penderita harus ditelanjangi dan diperiksa dari
ubun-ubun sampai jari kaki sebagai bagian dari mencari cidera. Bila
menelanjangi penderita, sangat penting mencegah hipotermia.
SECONDARY SURVEY
A. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada pasien dengan neoplasma
ovarium kistik yaitu (Ariyanti, 2015):
1. Data Fokus
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama
dan alamat, serta penanggung jawab
b. Keluhan Utama
Pada pasien dengan diagnosa neoplasma ovarium kistik biasanya
keluhan utama yang dirasa adalah nyeri pada daerah perut dan massa di
daerah abdomen, menstuasi yang tidak berhenti-henti.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan yang dirasakan klien nyeri pada daerah abdomen bawah, ada
pembesaran perut dan pembengkakan pada daerah perut, menstruasi
yang tidak teratur dan tidak kunjung berhenti, rasa mual muntah.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan, tetapi pada riwayat kebiasaan terkait
siklus menstuasi biasanya terdapat data keluhan nyeri saat haid
(digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea) sering muncul pada
anamnesa kesehatan dahulu.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada keluarga adakah yang mengalami penyakit sistemik hereditas
seperti diabetes melitus, hipertensi ataupun riwayat kanker dan riwayat
penyakit menular.
f. Data Sosial
Neoplasma ovarium kistik dapat terjadi pada semua golongan
masyarakat dan berbagai tingkat umur, baik sebelum pubertas ataupun
setelah menopouse.
g. Data Spiritual dan Psikologi
Kecenderungan memandang penyakit dalam keyakinan umat beragama,
gangguan psikologi mungkin muncul terkait dengan ovarium
merupakan bagian dari organ reproduksi wanita yang paling penting
dimana ovarium sebagai penghasil ovum atau sel telur, menginggat
fungsi ovarium tersebut sementara mengalami gangguan dan masalah
maka psikologi mental klien cenderung terganggu was-was terhadap
ancaman kemandulan.
h. Pola Daily Aktivity
Biasanya klien dengan neoplasma ovarium kistik mengalami gangguan
dalam beraktvitas dan tidur karena nyeri.
Seringkali untuk tanda-tanda kembung, peningkatan ukuran perut,
sulit makan atau merasa cepat kenyang dan sering berkemih merupakan
tanda-tanda yang samar dan tidak terdeteksi oleh dokter. Untuk memperjelas
diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan fisik yakni:
a. Deteksi massa adneksa pada pemeriksaan panggul.
b. Pada tingkat lanjut ditemukan massa panggul imobil berukuran besar,
asites yang terasa tegang, dan lingkaran usus yang melekat.
2. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Kepala
Kebersihan rambut dan keadaan rambut : adanya ketomb, parasit, scar,
hematom, benjolan pada kulit rambut, distribusi rambut merata atau
tidak, adanya kerontokan rambut, warna teksture rambut,
b. Mata
Sklera ikterik/tidak, konjungtiva anemis/ tidak, mata simetris/tidak
c. Leher
Distensi kelenjar tyroid dan vena jugularis, warna, teksture dan ada
tidaknya scar hematome atau benjolan lain pada kulit leher.
d. Dada
1) Jenis, pola, frekuensi pernafasan
2) Inspeksi pergerakan dinding dada atau penarikan sela iga,
kesimetrisan, kondisi kulit dan penggunaan otot bantu nafas
3) Auskultasi suara paru adakah suara tambahan
4) Palpasi taktil premitus, permukaan dada
e. Abdomen
1) Nyeri tekan dan lepas disetiap kuadran abdomen
2) Teraba massa abdomen
3) Terkadang tampak benjolan, dan warna kulit abnormal
4) Ukuran abdomen abnormal, lingkar perut abnormal
f. Ekstremitas
1) Nyeri ekstremitas bawah pada panggul, punggung bawah, paha dan
kaki pada saat beraktivitas
2) Terkadang disertai kelemahan atau penurunan tonus otot
g. Eliminasi
1) Adanya konstipasi
2) Adanya urgensi urine dan kesulitan berkemih
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut PPNI dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) (2018) diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien sebagai
berikut:
1. Nyeri Akut
a. Defenisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan
b. Penyebab:
1) Agen pencedera fisiologis
2) Agen pencedera kimiawi
3) Agen pencedera fisik
c. Batasan karakteristik
1) Gejala dan tanda mayor
Subjektif
a) Mengeluh nyeri
Objektif
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
2) Gejala dan tanda minor
Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
a) Tekanan darah meningkat
b) Pola napas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berpikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Diaforesis
2. Risiko Infeksi
a. Definisi
Beresiko mengalami pengingkatan terserang organisms patogenik
b. Faktor Risiko
1) Penyakit kronis
2) Efek prosedur invasive
3) Melnutrisi
4) Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
5) Ketidakadekutan pertahanan tubuh primer
a) Gangguan peristaltic
b) Kerusakan integritas kulit
c) Perubahan sekresi pH
d) Merokok
6) Ketidakadekutan pertahanan tubuh sekunder
a) Penurunan hemoglobin
b) Imununosupresi
c) Leukopenia
3. Risiko Perdarahan
a) Defenisi: Berisiko mengalami kehilangan darah baik internal (terjadi di
dalam tubuh) mauoun eksternal (terjadi di luar tubuh).
b) Faktor Risiko
1) Aneurisma
2) Gangguan gastrointestinal
3) Gangguan fungsi hati
4) Komplikasi kehamilan
5) Komplikasi pasca partum
6) Gangguan koagulasi
7) Efek agen farmakologis
8) Tindakan pembedahan
9) Trauma
10) Kurang terpapar informasi
11) Proses keganasan
4. Risiko Defisit Nutrisi
a. Defenisi: Berisiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme.
b. Faktor Risiko:
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4) Peningkatan kebutuhan metabolism
5) Faktor ekonomi
6) Faktor psikologis
C. Luaran dan Intervensi Keperawatan
Menurut PPNI dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) (2018) luaran dan
intervensi keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan tumor colli
sebagai berikut:
1. Nyeri Akut
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka tingkat nyeri menurun
dengan kriteris hasil:
1) Keluhan nyeri menurun (5)
2) Meringis menurun (5)
3) Kesulitan tidur menurun (5)
b. Manajemen nyeri
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
R/ Mengakaji nyeri dengan komprehensif
b) Identifikasi faktor yang memperberat dan meringankan nyeri
R/ mengetaui batas toleransi nyeri klien
2) Terapeutik
a) Fasilitasi istirahat dan tidur
R/ membrikan rasa nyaman kepada klien
b) Berikan terapi non farmakologis
R/ membantu mengalihkan nyeri yang dirasakan
3) Edukasi
a) Jelaskan strategi meredakan nyeri
R/ Memberikan edukasi kepada pasien tantang cara mengontrol
nyeri
b) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
R/ Memberikan edukasi kapada pasien mengenai khas nyeri
yang dialami
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik
R/ analgetik sebagai obat yang berfungsi untuk meredakan nyeri
2. Risiko Infeksi
a. Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan: Mengidentifikasi dan menurunkan risiko terserang organisme
patogenik.
Kriteria Hasil: Tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil:
1) Demam menurun
2) Nyeri menurun
3) Kadar sel darah putih membaik
b. Intervensi Keperawatan dan rasional
1) Observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi
Rasional :mengetahui tanda dan gejala adanya infeksi
2) Terapeutik
a) Cuci tangan sesudah dan sebelum kontak dengan pasien
Rasional : mengurangi risiko kontaminasi mikroorganime
b) Pertahankan teknik aseptik
Rasional :mengurangi kontaminasi mikroorganisme
3) Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Rasional: Memberikan infoemasi kepada pasien terkait tanda dan
gejala infeksi
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi
3. Risiko Perdarahan
a. Tujuan dan kriteria hasil:
Keseimbangan cairan meningkat dengan kriteria hasil:
1) Perdarahan pasca operasi menurun (5)
2) Hb membaik (5)
3) Kelembaban membran mukosa meningkat(5)
4) Ht membaik (5)
b. Pencegahan Perdarahan
1) Observasi
a) Monitor tanda dan gejala perdarahan
R/ memantau lebih dini kondisi tubuh
b) Monitor koagulasi (missal protrombin time: PT, partial
tromboplastin time: PTT, fibrinogen, degradasi fibrin/platelet)
R/ merupakan indikator lab yang penting dalam terjadinya
perdarahan
2) Terapeutik
a) Pertahankan bedrest selama perdarahan
R/ memaksimalkan tubuh untuk beristirahat dan mengurangi
pergerakan
b) Batasi tindakan invasif
R/ mencegah kemungkinan perdarahan
3) Edukasi
a) Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari
konstipasi
R/ membantu dalam mencegah terjadinya konstipasi
b) Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vit.K
R/ nutrisi sangat penting untuk mencegah efek samping
perdarahan
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian produk darah
R/ alternatif penambah darah
Nyeri
Akut
Meningkatnya kebutuhan metabolism tubuh
Malas makan/anoreksia