Oleh :
Preseptor :
dr. Drajad Priyono, Sp.PD-KGH, FINASIM
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
BAB 3
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS
Nama : KS
No. MR : 98
Umur : 18 tahun
Nama Ibu :
Alamat : Muko-muko
ANAMNESIS
Agustus 2017 dengan keluhan sembab seluruh tubuh sejak 1 bulan yang lalu.
- Sembab seluruh tubuh sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya sembab dirasakan
didaerah mata pagi hari, berlanjut ke wajah, tangan lalu seluruh tubuh.
- Buang air kecil berwarna kuning, berbuih (+) , urin berdarah tidak ada, urin
- Nyeri ulu hati tidak ada, nyeri sendi berpindah tidak ada.
- Sebelumnya pasien telah dibawa ke Rumah Sakit Aro Suka Solok dirawat
Nefrotik.
Riwayat keluarga :
- Rumah semi permanen, lantai semen, dinding papan, kegiatan MCK di sungai
dekat rumah.
PEMERIKSAAN FISIK :
Pemeriksaan Umum
Kesadaran : CMC
Pernapasan : 25 x / menit
Suhu : 37,0 oC
Berat badan : 54 kg
Edema : Ada
Kulit : teraba hangat, turgor kulit normal, striae (+) pada beberapa
bagian tubuh
Dada
Paru-paru:
Jantung :
Abdomen
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-) nyeri lepas (-)
Ekstremitas : udem pretibia +/+ pitting, akral hangat, palmar eritem (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah :
Hb : 10,8 gr/dl
Leukosit : 12.940/mm3
Trombosit : 635.000/mm3
Ht : 32 %
Dc : 0/7/0/63/24/1
Retikulosit : 1,0 %
Creatinin ↑, Albumin ↓
Serologi:
HbsAg : negatif
Urinalisa
Warna : kuning
Protein : +++
TATALAKSANA :
Terapi :
- Istirahat / Diet SN
- Koreksi Albumin
- Inj. Cefoperazon 2 x 1
- Inj. Lasix 1 x 20 mg
- Captopril 2 x 6,25 mg
Rencana Pemeriksaan :
- Kimia darah
- USG Ginjal
BAB 4
DISKUSI
Dalam Pria RSUP M Djamil Padang sejak tanggal 7 Agustus 2017 dengan diagnosa
Sindroma nefrotik dd/ RPGN yang ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik
Dari anamnesis didapatkan sembab seluruh tubuh 1 bulan yang lalu. Sembab
sumbatan pembuluh limfe dan lainnya. Untuk mengarahkan penyebab sembab perlu
informasi mengenai sifat, durasi, onset sembab. Pada pasien ini sembab dirasakan
pada wajah, tungkai atas, tungkai bawah dan skrotum, yang mana semua penemuan
ini menunjukkan terjadinya udem anasarka. Selain itu dari anamnesis didapatkan
juga bahwa riwayat buang air kecil berbuih. Hal ini mengarahkan pada gejala
langsung terjadinya edema. Selain itu, hipovolemi akibat penurunan aliran plasma
hormon). Garam dan air diretensi oleh ginjal sebagia mekanisme kompensasi
darah 180/100 mmHg, nadi 102x/menit, nafas 25x/menit, suhu 37,0⁰C. Kelopak mata
dan wajah sembab, pada perkusi thorak ditemukan pekak setinggi RIC V-VI LMCS
didapatkan adanya asites yang ditandai dengan shifting dullness (+) dan terdapat
pitting udem pada kedua tungkai. Udem yang terjadi selain mengenai tungkai juga
mengisi ronnga abdomen (sites) dan rongga pleura (efusi) sehingga pasien menjadi
sesak. Dari pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan kadar albumin 1,5 gr/dl
proteinuria masif dengan akibat penurunan tekanan onkotik plasma. Proteinuria yang
molekul (size barrier) dan yang kedua berdasarkan muatan listrik (charge barrier).
Pada sindrom nefrotik kedua mekanisem penghalang tersebut ikut terganggu. Selain
itu konfigurasi molekul protein juga menetukan lolos tidaknya protein melalui
MBG.1
Pada pasien diberikan tatalaksana Istirahat / Diet SN, koreksi albumin, Inj.
Cefoperazon 2 x 1, Inj. Lasix 1 x 20 mg, Captopril 2 x 6,25 mg. Tirah baring dan
diet pada sindrom nefrotik berupa rendah garam yang dibatasi sekitar 2 gram natrium
per hari dapat mengontrol edema.1 Pemberian diet tinggi protein merupakan
mengurangi proteinuria.1 Restriksi cairan dianjurkan selama ada udem berat yaitu
dengan pemberian loop diuretic seperti furosemid (lasix). Sebelum pemberian lasix
enzim konversi angiotensin (ACE-I) dapat menurunkan tekanan darah dan memiliki
1. Lydia A, Marbun M.B. Sindrom Nefrotik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Setiasi S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam
AF. Editor. Jilid II. Edisi VI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2014:2080-86.
2. Konsensus sindrom nefrotik pada anak. UKK Nefrologi Ikatan Dokter
Indonesia. Edisi kedua. Jakarta: Balai Penerbit Ikatan Dokter Indonesia.
2015:hal 5.
3. Prabu O.G, Shatri H. Penggunaan ACE-Inhibitor untuk mengurangi
protrinuria pada sindrom nefrotik. E-Jurnal kedokteran Indonesia. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2015:3(2):135.