KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT JIWA NAIMATA KUPANG
NOMOR : UPDINKES.441.3/RSJNK/ /I/2022
TENTANG
Panduan Komunikasi Efektif (Internal Dan Eksternal)
Di Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Kupang
Pada tanggal : 04 Januari 2022
DIREKTUR RS JIWA NAIMATA KUPANG
Halaman
JUDUL....................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 3
A. LATAR BELAKANG............................................................................................. 3
B. TUJUAN PANDUAN............................................................................................ 4
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN......................................................................... 4
D. BATASAN OPERASIONAL.................................................................................. 5
E. LANDASAN HUKUM........................................................................................... 5
BAB II TATA LAKSANA PELAYANAN KOMUNIKASI FEKTIF............................ 6
A. PRINSIP KOMUNIKASI EFEKTIF........................................................................ 6
B. TATALAKSANA KOMUNIKASI EFEKTIF............................................................. 7
7
1. Komunikasi Efektif Dokter dan Pasien...........................................................
2. Komunikasi dengan Pasien dan Keluarga..................................................... 7
3. Komunikasi antar Pemberi Layanan (Dokter, Tenaga Keperawatan, dan 10
tenaga kesehatan lainnya).............................................................................
14
4. Komunikasi dengan Masyarakat....................................................................
15
5. Komunikasi Asuhan dan Edukasi..................................................................
17
6. Pelaksanaan Komunikasi Efektif..................................................................
BAB III KESELAMATAN PASIEN.......................................................................... 22
A. LATAR BELAKANG
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang bertujuan agar komunikan dapat
memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator dan komunikan memberikan
umpan balik yang sesuai dengan pesan. Umpan balik yang sesuai dengan pesan tidak
selalu berupa persetujuan. Komunikan dapat saja memberikan umpan balik berupa
ketidaksetujuan terhadap pesan, yang terpenting adalah dimengertinya pesan dengan
benar oleh komunikan dan komunikator memperoleh umpan balik yang menandakan
bahwa pesannya telah dimengerti oleh komunikan.
E. LANDASAN HUKUM
Kegiatan komunikasi efektif di Rumah Sakit merupakan upaya kesehatan
bersama, sebagai landasan hukum pelayanan komunikasi efektif meliputi :
c. Isi pesan dibacakan kembali ( Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan
d. Penerima pesan memverifikasi isi pesan kepada pemberi pesan
e. Penerima pesan mengklarifikasi ualng bila ada perbedaan pesan dengan hasil
verifikasi
6. Instruksi/Informasi dan hasil tes penting (misalnya hasil tes CITO, Laborium klinik)
di rumah sakit dapat diberikan melalui metode lisan maupun telepon, penerima
instruksi/informasi bertanggung jawab untuk mencatat dengan benar
instruksi/informasi yang diperoleh, membacakan kembali hasil catatan dan
informasi yang diterima dan menginformasikan apakan yang telah ditulis dan
dibaca ulang itu sudah tepat pada keadaan darurat atau dalam sebuah oprasi
dimana tidak memungkinkan penerima instruksi melakukan pencatan, maka
instruksi yang diberikan tetap dibacakan ulang dan kompirmasi tetap dilakukan
oleh pemberi instruksi pencatatan dapat dilakukan setelah keadaan gawat darurat
atau oprasi telah selesai.
Sebagai contoh kasus demam pada anak usia 2 tahun, dokter menerangkan ke
orang tua pasien, apabila anak panas berikan obatnya. Dokter perlu mencari
cara untuk memastikan si ibu mempunyai pemahaman yang sama, misalnya
dengan menggunakan termometer. Dokter mengajarkan cara penggunaan
thermometer untuk mengetahui keadaan anaknya. Si ibu diminta untuk
memberikan obat yang telah diresepkan dokter kepada anaknya apabila suhu
tubuh anak mencapai angka tertentu yang dimaksud dokter mengalami “panas”.
a. Dokter IGD dengan Pasien dan Keluarga
1) Dokter menjelaskan diagnose atau perkiraaan diagnose serta
pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan setelah pasien melakukan
pemeriksaan (anamnesa dan pemeriksaan fisik).
2) Dokter menjelaskan tujuan pemeriksaan, hasil yang diharapkan dari
pemeriksaan penunjang tersebut untuk menegakkan diagnose.
3) Untuk mengetahui besarnya biaya pemeriksaan penunjang yang akan
dilakukan, pasien atau keluarga diminta ke bagian kasir secara langsung
untuk mendapatkan informasi atau informasi dari perawat yang
sebelumnya sudah konfirmasi dengan kasir.
4) Apabila keluarga pasien setuju, pemeriksaan dapat dilakukan Apabila
keluarga dan pasien tidak setuju maka pemeriksaan tidak dilakukan dan
keluarga menandatangani surat penolakan
5) Setelah hasil pemeriksaan penunjang (Radiologi, lab, USG, EKG) sudah
selesai kemudian dokter menjelaskan ke keluarga pasien.
b. Informasi Dokter DPJP dengan Pasien dan Keluarga
1) DPJP wajib memberikan pendidikan kepada pasien tentang kewajibannya
terhadap rumah sakit antara lain:
memberi informasi yang benar, jelas danjujur
Mengetahui kewajibannya dan tanggung jawab pasien dan keluarga
Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
Memahami konsekuensi pelayanan
Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit
Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
2) DPJP wajib membuat rencana pelayanan, menuliskan rencana pelayanan:
Pendaftaran pasien
o Jenis pelayanan
o Fasilitas Ruangan/Pelayanan
Petugas menuliskan terhadap isi penjelasan dari poin 2 pada
dokumen rekam medis dan apabila hal-hal yang dijelaskan sudah
dimenegerti dan disetujui oleh pasien/keluarga pasien maka
dokumen rekam medis ditandatangani oleh pasien/keluarga pasien
dan petugas pendaftaran yang memberikan informasi. Data rekam
medis dimasukkan ke list pasien.
Jika terjadi perubahan kriteria tindakan dari ruang tindakan akan
menginformasikan kepada keluarga pasien
1) Teknik SBAR
Dalam memberikan pelayanan di rumah sakit, antar pemberi layanan
melakukan komunikasi dengan teknik SBAR yang dipergunakan dalam
melakukan identifikasi terhadap pasien sehingga mampu meningkatkan
kemampuan komunikasi antara perawat dengan dokter, bidan dengan dokter,
dokter umum dengan dokter spesialis dengan komunikasi SBAR ini, maka
pemberi laporan mengenai kondisi pasien lebih informative dan terstruktur.
Situation (Situasi)
Mengawali suatu komunikasi diperlukan pengenalan antara penyampai
berita dan penerima berita dalam halini identitas petugas dan unit
pelayanan kesehatan diinformasikan setelah itu sampaikan permasalahan
yang ada pada pasien diawali dengan menyebutkan nama pasien, umur,
dan lokasi, setelah itu sampaikan masalah yang ingin disampaikan tanda-
tanda vital pasien, dan kekhawatiran petugas terhdap kondisi pasien.
Recommendation (Rekomendasi)
Merupakan usulan sebagai tindak lanjut apa yang perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah pasien saat ini dengan menanyakan
2) Teknik TBAK
Dalam berkomunikasi di rumah sakit, petugas dan tenaga medis harus
melakukan proses verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan tulis,
baca kembali dan konfirmasi ulang (TBaK),Yaitu:
Komunikasi lisan dan tertulis yang dilakukan pada saat serah terima pasien.
petugas medis dan non medis menyampaikan informasi kesehatan pasien
pada saat pergantian shift kepada petugas medis shift berikutnya lalu
membubuhkan tanda tangan pada stempel operan.
d. Brosur danflyer
Brosur tentang pelayanan rumah sakit
e. Komunikasi langsung
Penyuluhan kesehatan dalam safari kesehatan ke masyarakat
sekitar/perusahaan
Seminar kesehatan
5. Komunikasi Asuhan dan Edukasi
Memperlihatkan sikap non verbal ( raut wajah, mimic, gerak/ bahasa tubuh
dan pasien)
Menawarkan kembali bantuan kepada pasien (“Ada lagi yang bisa kami
bantubapak/ibu?)
3) Tahap verifikasi
Rumah sakit menyediakan ruangan poliklinik untuk pasien rawat jalan yang
memerlukan konsultasi atau ingin mendapatkan informasi. Konsultasi
dilayani oleh dokter spesialis, dokter umum, bidan dan konselor.
Pihak yang paling berpengaruh terhadap pasien rawat jalan adalah orang
yang mengantarkannya ke rumah sakit. Mereka tidak dalam keadaan sakit,
sehingga memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari berbagai media
komunikasi yang tersedia di poliklinik. Oleh karena itu, di setiap poliklinik,
khususnya ruang tunggu, dipasang poster-poster, disediakan leaflet,
dipasang televisi yang dirancang untuk menayangkan informasi tentang
kesehatan.
Pada saat pasien telah masuk ke ruang rawat inap, umumnya pasien sangat
ingin mengetahui seluk-beluk penyakitnya. Sementara pasien dengan
penyakit kronis dapat menunjukkan reaksi yang berbeda-beda seperti apatis,
agresif,atau menarik diri. Hal ini disebabkan penyakit kronis umumnya
memberikan pengaruh fisik dan kejiwaan serta dampak social kepada
penderitanya. Kepada pasien seperti ini, kesabaran dari petugas rumah sakit
sangat diharapkan, khususnya dalam pelaksanaan komunikasi
pemberdayaan. Beberapa cara komunikasi pemberdayaan dapat dilakukan
melalui konseling sebagai berikut :
Prosesnya :
a) Assesmen pasien
Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan edukasi
pasien dan keluarga berdasarkan data yang didapat dari rekam medis
yaitu :
KESELAMATAN PASIEN
Komunikasi efektif antar pemberi asuhan staf klinis dalam cppt harus
menggunakan SBAR. SBAR merupakan kerangka acuan dalam bentuk
pelaporan kondisi pasien yang memerlukan perhatian dan tindakan segera.
Teknik SBAR terdiri dari unsur Situation, Background, Assesment,
Recommendation. Pada prinsipnya SBAR merupakan komunikasi standard
yang ingin menjawab pertanyaan, yaitu apa yang terjadi, apa yang diharapkan
oleh perawat dari dokter yang dihubungi dan kapan dokter harus mengambil
tindakan.