KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM PELITA HUSADA
Nomor :1.02/SK.SKP/RSPH/X/2018
TENTANG
PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF DAN PEMBERIAN EDUKASI
PADA PASIEN DAN KELUARGA
MEMUTUSKAN
Menetapkan :PERATURAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN
KOMUNIKASI EFEKTIF DAN PEMBERIAN EDUKASI PADA
PASIEN DAN KELUARGA DI RSU PELITA HUSADA
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1) Komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau
informasi.
2) Informasi adalah pesan yang disampaikan seseorang komunikator kepada
komunikan.
3) Edukasi Kesehatan adalah kegiatan upaya meningkatkan pengetahuan kesehatan
perorangan paling sedikit mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit, perilaku
hidup bersih dan sehat dalam upaya meningkatkan status kesehatan peserta,
mencegah timbulnya kembali penyakit dan memulihkan penyakit.
4) PPA yaitu Profesional Pemberi Asuhan yang terdiri dari Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan (DPJP) dan Perawat Penanggung Jawab Asuhan (PPJA).
5) Staf klinis adalah tenaga kesehatan yang memberikan asuhan langsung kepada
pasien yang terdiri dari ahli gizi, apoteker, analis, radiografer, dan terapis.
6) Hasil diagnostik kritis yaitu hasil pemeriksaan yang diperoleh dan berada diluar
rentan secara mencolok akan menunjukkan keadaan yang berisiko tinggi atau
mengancam jiwa.
7) Tulbakon/ TBK adalah suatu pesan yang disampaikan oleh pemberi pesan
(komunikator) yang diterima oleh penerima pesan (komunikan) dituliskan secara
lengkap isi pesan tersebut oleh si penerima pesan lalu isi pesan dibacakan kembali
(Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan kemudian penerima pesan
mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan.
8) Alfabet internasional adalah huruf ejaan internasional. Penyebutan abjad yakni
dengan menyebutkan sebuah kata spesifik yang dimulai dari abjad yang dimaksud.
9) SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting
yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan pemikiran antara pemberi
pelayanan di rumah sakit dan juga SBAR merupakan kerangka acuan dalam
pelaporan kondisi pasien yang memerlukan perhatian dan tindakan segera.
Pasal 2
Pelaksanaan Komunikasi Efektif dan Pemberian Edukasi pada Pasien dan Keluarga di
RSU Pelita Husada meliputi:
1) Komunikasi antara rumah sakit dengan masyarakat
2) Komunikasi antara rumah sakit dengan pasien dan keluarga
3) Komunikasi antar staf klinis
Pasal 3
Komunikasi antara Rumah sakit dengan pihak eksternal meliputi Lisan dan Tulisan.
Pasal 4
Komunikasi antara rumah sakit dengan pasien dan keluarga dilakukan dengan tahapan
:Identifikasi kemampuan komunikasi antara pemberi layanan kesehatan rumah sakit
dengan pasien dan keluarga pasien
1) Melihat hambatan dalam komunikasi efektif antara pemberi layanan kesehatan
rumah sakit dengan pasien dan keluarga
2) Strategi Komunikasi Efektif antara pemberi layanan kesehatan rumah sakit dengan
pasien dan keluarga
Pasal 5
Pelaksanaan edukasi pasien internal rumah sakit berisi topik- topik wajib diantaranya :
1) Pendidikan kesehatan pengelolaan obat-obatan yang digunakan
2) Pendidikan kesehatan penggunaan peralatan medis
3) Potensi interaksi antara obat yang diresepkan dan obat lainnya termasuk obat yang
tidak diresepkan serta makanan.
4) Pendidikan kesehatan diet dan nutrisi
5) Pendidikan kesehatan manajemen nyeri
6) Pendidikan kesehatan teknik rehabilitasi
7) Pendidikan kesehatan cara cuci tangan yang benar
Pasal 6
Komunikasi antar staf klinis di RSU Pelita Husada antara lain dengan:
1) Dengan prinsip TBaK (Tulis, Baca dan Konfirmasi)
2) Pengejaan Alfabetik internasional
3) Dengan Metode SBAR
4) Tata cara pelaporan hasil kritis
Pasal 7
Komunikasi antar unit/ antar pejabat di rumah sakit menerapkan beberapa komunikasi
efektif, diantaranya:
1) Etika komunikasi antar pejabat di rumah sakit
2) Bentuk-bentuk komunikasi yang berupa lisan dan tulisan
Pasal 8
Dokumentasi komunikasi efektif meliputi :
1) Berkas Rekam Medik
2) Lembar edukasi terintegrasi
3) Informed consent
4) Leaflet atau brosur
Pasal 9
Pelaksanaan komunikasi efektif dan pemberian edukasi pada pasien dan keluarga, di RSU
Pelita Husada selanjutnya wajib mengacu pada dokumen Pedoman Komunikasi efektif
dan pemberian edukasi pada pasien dan keluarga sebagaimana tercantum pada lampiran
peaturan dirketur utama ini.
Pasal 10
Peraturan Direktur ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Gunungkidul
Pada tanggal, 01 Oktober 2018
DIREKTUR RSU PELITA HUSADA,
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR:1.02/SK.SKP/RSPH/X/2018
TANGGAL : 01 Oktober 2018
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Terlaksananya komunikasi efektif antara dokter dengan pasien adalah salah
satu pilar dalam keberhasilan terapi. Komunikasi yang efektif tentu dipastikan
sangat menunjang keakuratan diagnosis, dan selanjutnya memberikan ketepatan
terapi, juga meningkatkan kepatuhan pasien untuk mentaati nasihat dari dokter.
Komunikasi Efektif antara dokter dengan pasien dapat terlaksana salah
satunya melalui pemberian informasi medis oleh dokter kepada pasien, yaitu
kegiatan untuk menyampaikan diagnosis, usulan pengobatan, hasil yang diharapkan
maupun yang tidak, prognosis, resiko atau komplikasi yang mungkin timbul,
kesimpulan hasil pengobatan, alternatif pengobatan, saran pengobatan selanjutnya,
dan lain sebagainya.
Pasien dan keluarga sebagai konsumen jelas sangat mengharapkan dokter
yang merawat memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya tentang penyakit yang
diderita, dan juga tentang rencana pengobatan yang akan dilakukan. Hal ini sesuai
dengan implementasi dari hak-hak pasien dan keluarga, yaitu pasien dan keluarga
berhak untuk terlibat penuh dalam pelaksanaan pengobatan. Keterlibatan di sini
adalah melalui persetujuan atau penolakan pengobatan yang diajukan oleh dokter.
Melalui komunikasi yang efektif dalam pemberian informasi medis oleh
dokter kepada pasien juga, kita berupaya untuk menghilangkan prasangka buruk
yang dapat melahirkan niatan-niatan untuk menuntut tenaga medis ataupun rumah
sakit apabila terjadi hasil yang tidak diharapkan dalam proses pengobatan. Dimana
salah satu etika ilmu kedokteran adalah tenaga medis tidak pernah menjanjikan
kesembuhan. Hal inilah yang perlu dimengerti oleh baik pasien dan keluarganya,
yang apabila dokter yang merawat tidak mau atau tidak mampu menjelaskan dengan
baik, maka ketidakpuasan pasien dan keluarga, tidak jarang berkembang menjadi
tuntutan kepada staf medis (dokter) yang bersangkutan, maupun kepada rumah
sakit.
Tidak jarang saat ini, beberapa tuntutan hanya diawali ketidakpuasan atas
pelayanan dan ditambah dengan tidak adanya kesempatan bagi pasien dan keluarga
untuk berdiskusi dan bertanya tentang penyakit dan pengobatan yang dijalani,
sehingga timbul prasangka buruk dan miss komunikasi.
Kemampuan komunikasi yang baik dan efektif juga dapat memberikan rasa
nyaman dan tentram pada pasien dan juga keluarganya. Dimana rasa was-was atau
ketidaktahuan pasien dan keluarga dapat sirna manakala seorang dokter yang
merawat mampu menjelaskan dan memberikan informasi medis yang dapat
dijadikan pegangan bagi pasien dan keluarganya.
B. PENGERTIAN
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi berasal dari kata "communicare" yang berarti berpartisipasi
atau memberitahukan dan "communis" yang berarti milik bersama. Menurut
Liliweri A, 2008, Komunikasi mengandung beberapa pengertian komunikasi,
yaitu:
a. Pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa
saling mengerti serta saling percaya demi terwujudnya hubungan yang
baik antara seseorang dengan orang lainnya.
b. Pertukaran fakta gagasan, opini atau emosi antar dua orang atau lebih.
c. Suatu hubungan yang dilakukan melalui surat, kata-kata, simbol atau
pesan yang bertujuan agar tiap manusia yang terlibat dalam proses dapat
saling tukar menukar anti dan pengertian terhadap sesuatu.
Komunikasi adalah suatu hubungan kontak antar manusia baik
individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak
komunikasi menjadi bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Dari
semenjak seorang manusia dilahirkan ke dunia, sudah berkomunikasi dengan
lingkungannya berupa tangisan dan gerakan. Komunikasi memiliki peranan
yang penting dalam hidup manusia. Komunikasi menyentuh segala aspek
kehidupan kita. Sebuah penelitian (Applboum, 1974 : 63) menyebutkan
bahwa tiga perempat (70%) waktu bangun kita digunakan untuk
berkomunikasi membaca, menulis dan mendengarkan.
Secara lebih detail dan spesifik, komunikasi memiliki beberapa
definisi, antara lain yaitu:
a. Proses pengiriman ide atau pikiran dari satu orang kepada orang lain,
dengan tujuan untuk menciptakan pengertian dalam diri orang lain yang
menerimanya (Brown).
b. Proses pengiriman dan penerimaan berita atau sinyal (Chaplin).
c. Proses penyaluran informasi dan pengertian dari satu orang ke orang
lain
(Davis).
Dalam menjalin sosialisasi dan rasa kemanusiaan yang akrab
diperlukan saling pengertian antara sesama anggota masyarakat. Dalam hal
ini faktor komunikasi memainkan peranan penting, terutama bagi manusia
modern. Kegiatan rasional berdasarkan logika akan terselenggara dengan baik
akibat adanya komunikasi.
Berhasilnya suatu komunikasi adalah apabila kita mengetahui dan
mempelajari unsur-unsur yang terkandung dalam proses komunikasi. Unsur-
unsur itu adalah sumber (resource), pesan (message), saluran (channel media)
dan penerima (receiver/audience).
Dalam proses komunikasi diusahakan adanya tukar menukar
pendapat, penyampaian pesan informasi, serta perubahan sikap dan perilaku.
Diluar unsur- unsur yang telah disebutkan sebelumnya, hal yang penting
lainnya adalah unsur pengaruh/effect dan umpan balik (feedback). Efek yang
diharapkan dalam komunikasi adalah adanya perubahan yang terjadi pada
penerima (komunikan atau khalayak), sebagai akibat pesan yang diterima
baik langsung maupun tidak langsung. Komunikasi dikatakan efektif yaitu
bila pendengar (penerima berita) menangkap dan menginterpretasikan ide
yang disampaikan dengan tepat seperti apa yang dimaksud oleh pembicara
(pengirim berita).
Sesuai dengan penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa secara
sederhana, komunikasi juga memiliki beberapa ciri sendiri, yaitu :
a. Komunikasi melibatkan ORANG dan memahami bagaimana orang
berhubungan.
b. Komunikasi meliputi PERTUKARAN ARTI
c. Komunikasi adalah SIMBOL (gerak-gerik, suara, angka, kata-kata).
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan
sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu
(Hardjana, 2003). Komunikasi yang efektif terjadi bila pendengar (penerima
berita) menangkap dan menginterpretasikan ide yang disampaikan dengan
tepat seperti apa yang dimaksud oleh pembicara (pengirim berita). Terdapat
beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk mengupayak.an proses
komunikasi yang efektif, yaitu antara lain :
a. Sensitifitas kepada penerima komunikasi. Sensitivitas ini sangatlah
penting dalam penentuan cara komunikasi serta pemilihan media
komunikasi. Hal-hal yang bersifat penting dan pribadi paling baik
dibicarakan secara langsung atau tatap muka, dan dengan demikian
mengurangi adanya kecanggungan serta kemungkinan adanya
miskomunikasi.
b. Kesadaran dan pengertian terhadap makna simbolis. Hal ini menjadi
penting dalam seseorang mengerti komunikasi yang disampaikan.
Komunikasi seringkali disampaikan secara non verbal atau lebih
dikenal dengan body language. Pengertian akan body language, yang
bisa berbeda sesuai dengan kultur, ini akan memberikan kelebihan
dalam komunikasi.
c. Penentuan waktu yang tepat. Hal ini sangatlah penting terutama dalam
mengkomunikasikan keadaan yang bersifat sensitif.
d. Umpan balik. Umpan balik menjadikan komunikasi lebih efektif karena
dapat memberikan kepastian mengenai sejauh mana komunikasi yang
diadakan oleh seseorang sumber (source) dapat diterima oleh
komunikan (receiver)
e. Komunikasi tatap muka. Komunikasi semacam ini memungkinkan kita
untuk melihat dengan baik lawan bicara kita, melihat body language,
melihat mimik lawan bicara, serta menghilangkan panjangnya rantai
komunikasi yang memungkinkan terjadinya mis komunikasi.
Untuk mencapai tujuan tersebut beberapa langkah yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Teliti tujuan sebenarnya dalam setiap berkomunikasi.
b. Pertimbangkan keadaan fisik dan psikis orang lain dalam
berkomunikasi.
c. Perhatikan tekanan nada dan ekspresi wajah sesuai dengan isi pesan
yang disampaikan.
d. Perhatikan konsistensi dalam berkomunikasi.
e. Jadilah pendengar yang baik dalam berkomunikasi.
Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang
ditimbulkan oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan
bahwa mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita
waktu dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat
membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak
hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi
pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter.
Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya.
Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh
menjalankan petunjuk dan nasehat dokter karena yakin bahwa semua yang
dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter
tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya.
Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak
memerlukan waktu lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih
sedikit waktu karena dokter terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak
hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis, adanya komunikasi
yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang diharapkan
sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan
bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien.
Namun disadari bahwa dokter dan dokter gigi di Indonesia belum
disiapkan untuk melakukannya. Dalam kurikulum kedokteran dan kedokteran
gigi, membangun komunikasi efektif dokter-pasien belum menjadi prioritas.
Untuk itu dirasakan perlunya memberikan pedoman (guidance) untuk dokter
guna memudahkan berkomunikasi dengan pasien dan atau keluarganya.
Melalui pemahaman tentang hal-hal penting dalam pengembangan
komunikasi dokter–pasien diharapkan terjadi perubahan sikap dalam
hubungan dokter-pasien. Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan
pasiennya adalah untuk mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit
lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan
demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya (Kurtz, 1998). Menurut
Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang
digunakan:
a. Disease centered communication style atau doctor centered
communication style.
Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan
diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda
dan gejala.
b. Illness centered communication style atau patient centered
communication style Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan
pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan
pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatiran,
harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang
dipikirkannya.
Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan,
kecemasan serta kebutuhan pasien, patient centered communication style
sebenarnya tidak memerlukan waktu lebih lama dari pada doctor centered
communication style.
2. Pengertian Informasi dan Edukasi
Informasi dan edukasi pasien dan keluarga adalah pengetahuan yang
diperlukan oleh pasien dan keluarga selama proses asuhan maupun
pengetahuan yang dibutuhkan setelah pasien dipulangkan ke pelayanan
kesehatan lain atau ke rumah. Pendidikan pasien dapat mencakup informasi
sumber-sumber di komunitas untuk tambahan pelayanan dan tindak lanjut
pelayanan apabila diperlukan, serta bagaimana akses ke pelayanan emergensi
bila dibutuhkan.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan kepada petugas rumah sakit mengenai cara
berkomunikasi dengan masyarakat, pasien dan keluarga pasien, dan antar
pemberi layanan sehingga tercipta keterbukaan dan kepercayaan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengurangi tingkat kesalahan antar pemberi layanan.
b. Memastikan semua informasi terkini tentang status kesehatan pasien
disampaikan dengan tepat dan benar.
c. Memastikan keakuratan semua informasi.
d. Mengungkapkan apa yang disampaikan seseorang.
e. Menjelaskan perihal hasil pemeriksaan.
f. Menyelesaikan sebuah masalah.
g. Mencapai sebuah tujuan.
h. Sebagai pedoman dalam melakukan edukasi kesehatan kepada pasien dan
keluarga.
i. Memahami bagaimana cara dan proses melakukan edukasi kesehatan di
rumah sakit. Sehingga edukasi kesehatan (pendkes) dapat berjalan lancar
dan sesuai prosedur yang ada.
j. Agar pasien & keluarga berpartisipasi dalam keputusan perawatan dan
proses perawatan. Sehingga dapat membantu proses penyembuhan lebih
cepat.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pada sebuah organisasi khususnya rumah sakit, proses komunikasi adalah proses
yang pasti dan selalu terjadi. Komunikasi adalah sarana untuk mengadakan koordinasi
antara berbagai sub bagian dalam organisasi. Organisasi yang berfungsi baik, ditandai
oleh adanya kerjasama secara sinergi dan harmonis dari berbagai komponen. Suatu
organisasi dikonstruksi dan dipelihara dengan komunikasi. Artinya ketika proses
komunikasi antar komponen dapat diselenggarakan secara harmonis, maka organisasi
tersebut semakin kokoh dan kinerja organisasi akan meningkat.
Secara umum, jenis komunikasi antar petugas yang dapat terjadi di suatu
organisasi layanan kesehatan yang besar dapat dikategorikan dalam beberapa hal.
Komunikasi efektif dan pemberian edukasi yang diterapkan di RSU Pelita Husada terdiri
dari :
1) Komunikasi antara rumah sakit dengan masyarakat
2) Komunikasi antara rumah sakit dengan pasien dan keluarga
3) Komunikasi antar staf klinis
Jenis-jenis komunikasi tersebut tentunya bisa lebih banyak lagi bergantung
kepada besarnya organisasi dan banyaknya jenis pelayanan yang diberikan. Semakin
banyak jenis komunikasi yang ada pada suatu organisasi tersebut, kemungkinan
terjadinya gangguan komunikasi juga lebih besar, pemahaman terhadap jenis komunikasi
di organisasi layanan kesehatan, bagaimana komunikasi dilaksanakan, identifikasi
masalah komunikasi, penyebab hambatan komunikasi dan bagaimana mengatasi
hambatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan.
Pada banyak proses pelayanan di rumah sakit, komunikasi dan edukasi sangat
berperan penting dalam peningkatan keselamatan pasien. Proses transfer pasien, proses
operan antara perawat, proses pemberian instruksi dokter, dan masih banyak lagi proses-
proses di rumah sakit yang memerlukan komunikasi efektif dan edukasi pada pasien dam
keluarga yang melibatkan petugas kesehatan dan pemberi asuhan lainnya.
BAB III
TATA LAKSANA
b. Komunikasi Internal
1) Pengertian
Komunikasi internal merujuk pada pertukaran informasi dan gagasan
antara pemberi layanan kesehatan dengan pasien dan keluarga di rumah
sakit.
2) Edukasi dan informasi kepada pasien dan keluarga
Informasi dan edukasi pasien dan keluarga adalah pengetahuan yang
diperlukan oleh pasien dan keluarga selama proses asuhan maupun
pengetahuan yang dibutuhkan setelah pasien dipulangkan ke pelayanan
kesehatan lain atau ke rumah. Pendidikan pasien dapat mencakup
informasi sumber-sumber di komunitas untuk tambahan pelayanan dan
tindak lanjut pelayanan apabila diperlukan, serta bagaimana akses ke
pelayanan emergensi bila dibutuhkan.
Pemberian edukasi dan informasi kepada pasien dan keluarga yang
dilakukan oleh professional pemberi asuhan dan perawat penanggung
jawab pasien. Rumah Sakit menyediakan media sebagai pembelajaran
pasien dan keluarga seperti leaflet, sound system atau melalui cara
demonstrasi.
3) Pemberian informasi tindakan medis
Pemberian informasi tindakan medis adalah pemberian informasi yang
diberikan kepada pasien dan keluarga sebelum terjadinya persetujuan
tindakan medis yang dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien.
Persetujuan tertulis biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang
mengandung risiko besar, sebagaimana ditegaskan dalam PERMENKES
No. 585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3 ayat (1) dan SK PB-IDI No.
319/PB/A.4/88 butir 3, yaitu setiap tindakan medis yang mengandung
risiko cukup besar, mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah
sebelumnya pihak pasien memperoleh informasi adekuat tentang
perlunya tindakan medis serta risiko yang berkaitan dengannya. Setelah
mendapatkan informasi yang jelas, pasien dan keluarga dapat
menandatangani pernyataan persetujuan dan penolakan. Informasi yang
perlu didapatkan oleh pasien dan keluarga dalam memperoleh tindakan
medis diantaranya:
a) Diagnosis dan nama tindakan
b) Indikasi tindakan
c) Tujuan
d) Tata cara tindakan
e) Komplikasi
f) Resiko
g) Alternatif tindakan dan resikonya
h) Prognosis
i) Penandatanganan Persetujuan dan penolakan tindakan medis
Dalam pemberian informasi tindakan medis perlu di dokumentasikan
dalam lembar pemberian informasi tindakan kedokteran dan form inform
consent.
2. dentifikasi Hambatan dalam Komunikasi Antara Pemberi Layanan
Kesehatan Dengan Pasien Dan Keluarga Pasien
Dalam komunikasi dengan pasien dan keluarga terdapat beberapa
hambatan yang dialami oleh petugas kesehatan. Berikut dipaparkan beberapa
hambatan yang dijumpai dalam berkomunikasi dengan pasien dan keluarga :
a. Konflik Peran
Dilema komunikasi yang dirasakan oleh petugas kesehatan yaitu
terkait sikap yang ditunjukkan oleh pasien dan keluarga pasien saat
berhadapan dengan mereka, yaitu sikap kurang komunikatif ketika diajak
berinteraksi perihal kondisi pasien. Dan juga kondisi psikologis dan fisik
mereka seperti ketika mereka sedang lelah atau saat sedang ada masalah
pribadi terkadang dapat menjadi penghambat petugas kesehatan dalam
berkomunikasi dengan pasien dan keluarga pasien.
Beberapa petugas kesehatan menyatakan bahwa terkadang keluarga
meninggalkan pasien atau tidak ada ditempat sehingga hal tersebut
menyulitkan petugas dalam memberikan informasi. Dalam hal ini tentunya
dibutuhkan komunikasi yang efektif mengingat keluarga sebagai jembatan
penghubung antara perawat dengan pasien.
Keadaan tidak menyenangkan yang dialami oleh petugas kesehatan
dapat menimbulkan stres bagi petugas kesehatan yang nantinya akan
berujung pada terjadinya kejenuhan kerja (burnout). Ketidaknyamanan
yang dialami petugas kesehatan akan berdampak pada pelayanan yang
diberikan. Padahal komunikasi non verbal seperti senyuman dan juga
ekspresi wajah sangatlah penting dalam menciptakan komunikasi yang
efektif antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarga (Xu, Staples,
& Shen, 2012).
Hal ini disebabkan oleh kelelahan yang mereka alami dan masalah
pribadi yang mereka hadapi sehingga berdampak pada penampilan mereka
seperti menjadi jarang senyum saat menyampaikan informasi kepada
pasien dan keluarga pasien.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Loghmani et al
(2014) yang menyebutkan bahwa masalah pribadi yang terjadi dapat
mengganggu interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien dan
keluarga pasien selain hal itu, kekurangan staf ditambah dengan beban
kerja yang tinggi menyebabkan petugas kesehatan tidak mempunyai waktu
yang cukup untuk pasien dan keluarga pasien sehingga terjadilah interaksi
negatif antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarga (Loghmani,
Borhani, & Abbaszadeh, 2014).
Ketidaksesuaian jumlah petugas kesehatan dengan jumlah pasien yang
harus mereka rawat membuat petugas harus dapat beradaptasi dengan
keadaan tersebut. Adaptasi yang terjadi bersifat buruk dikarenakan petugas
kesehatan akan terbiasa dengan hal itu sehingga petugas akan lupa untuk
berkomunikasi dengan pasien dan keluarga pasien sekalipun mereka sedang
tidak sibuk. Petugas kesehatan dituntut untuk selalu dapat bersikap
profesional dalam berkomunikasi baik itu secara verbal maupun nonverbal.
b. Keterbatasan Fisik Pasien dan Keluarga Pasien
Dalam pelayanan kesehatan, petugas kesehatan akan menemui hambatan
fisik pasien dan keluarga pasien seperti tuna rungu, tuna wicara, dan tuna netra.
Petugas kesehatan harus dapat menempatkan diri dan bijak dalam
berkomunikasi. Dalam berkomunikasi dengan pasien atau keluarga yang
mempunyai hambatan fisik tuna rungu dan tuna wicara dapat menggunakan
media cetak seperti brosur yang diberikan kepada pasien dan keluarga pasien.
Brosur harus berisi bahasa sederhana dan gambar yang mudah dipahami oleh
pasien dan keluarga pasien. Dalam berkomunikasi dengan pasien atau keluarga
yang mempunyai hambatan fisik tuna netra, petugas kesehatan dapat
menggunakan media audio, tanya jawab dan diskusi.
c. Faktor Demografi Pasien dan Keluarga Pasien
Terkait faktor demografi yang berhubungan dalam komunikasi antara
petugas kesehatan dengan pasien dan keluarga pasien yaitu usia, pendidikan, dan
ekonomi.
1) Usia
Usia menjadi salah satu faktor demografi yang mempengaruhi
komunikasi. Hal ini dikarenakan cara kita berkomunikasi dengan
orang lain tentunya disesuaikan dengan faktor demografi orang
tersebut salah satunya adalah usia.
Dalam hal ini kita sebagai petugas kesehatan harus bisa
menyesuaikan dan menempatkan diri dengan adanya perbedaan usia
antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarga pasien baik itu
kepada yang lebih muda, sebaya, maupun kepada yang lebih tua.
Petugas kesehatan mengalami kesulitan dalam hal usia terlebih
apabila berkomunikasi dengan keluarga pasien yang usianya lebih
tua. Penelitian yang dilakukan oleh Callinan dan Brandt (2015)
menyebutkan bahwa hambatan petugas kesehatan dalam
berkomunikasi dengan orang lanjut usia dikarenakan adanya
gangguan kognitif. Oleh karena itu dibutuhkan teknik berkomunikasi
yang sesuai dengan keadaan mereka seperti menggunakan bahasa
yang sederhana dan berbicara dengan perlahan- lahan.
2) Pendidikan
Selain usia, status pendidikan juga sangat mempengaruhi
komunikasi yang ada. Adanya perbedaan tingkat pendidikan
seseorang menjadikan setiap individu memiliki pemahaman yang
berbeda dalam mencerna informasi yang diberikan.
Latar belakang pendidikan keluarga pasien mempengaruhi
pemahaman mereka dalam mencerna informasi yang diberikan oleh
petugas kesehatan. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam penelitian
Astutik dan Widodo (2011) bahwa semakin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin mudah ia dalam menerima informasi yang
diberikan petugas kesehatan begitupun sebaliknya.
3) Status Ekonomi
Salah satu status sosial yang dapat mempengaruhi komunikasi
yang ada adalah ekonomi. Hal ini dikarenakan dibutuhkan banyak
pemikiran dan pertimbangan apabila menyangkut tentang
pembiayaan mengingat hal ini merupakan sesuatu yang sensitif bagi
pasien dan keluarga pasien.
b) Patient’s Perseption
Sebelum menyampaikan kabar buruk kepada pasien,
dokter atau perawat sebaiknya memperhatikan dan mengetahui
persepsi pasien terhadap kondisi medis pada dirinya sendiri dan
harapan pasien terhadap hasil medikasi yang ditempuh. Tujuan
mengetahui kedua aspek tersebut bukan hanya untuk
mengetahui persepsi pasien yang sesuai dengan kenyataan
melainkan sebagai jalan untuk menilai kesenjangan antara
persepsi dan harapan pasien dengan kenyataan (sebagai
pertimbangan, penyampaian kabar buruk agar tidak terlalu
membuat pasien terguncang).
h. Dokumentasi
Edukasi kepada pasien dan keluarga dapat didokumentasikan di
Formulir Dokumentasi Pemberian Edukasi Terintegrasi, form assesmen
kemampuan, kemauan dan kebutuhan edukasi, serta lembar pemberian
informasi tindakan kedokteran.
i. Sarana pendukung edukasi
Metode pendidikan mempertimbangkan nilai-nilai dan pilihan
pasien dan keluarga, dan memperkenankan interaksi yang memadai
antara pasien, keluarga dan staf agar pembelajaran dapat dilaksanakan.
Pembelajaran akan terlaksana apabila memperhatikan metode yang
digunakan untuk mendidik pasien dan keluarga.
Rumah sakit menyediakan media sebagai pembelajaran pasien
dan keluarga seperti leaflet, LCD, notebook alat peraga pendidikan
sound system dll.
1) Materi pendidikan dapat dibagi menjadi tiga katagori utama :
a) Bahan tertulis.
Secara praktis bahan tertulis dapat didistribusikan secara bebas
bagi semua orang di rumah sakit untuk diambil dan digunakan
sesuai keperluan. Seperti leaflet, brosur, dll. Penggunaan leaflet
harus dicacat untuk penomoran sesuai dengan urutan yang
sudah ditentukan oleh rumah sakit.
b) Bahan audiovisual.
Materi ini tidak tersedia secara mudah untuk digunakan
dirumah sakit seperti speaker dan televisi yang terkoneksi
dengan bagian humas dan panitia promosi kesehatan rumah
sakit.
c) Bahan Lainnya
Sumber dan bahan materi ini adalah peralatan-peralatan dan
materi-materi yang digunakan pelayanan kesehatan untuk
meningkatkan pengajaran.
d) Sumber bahan materi edukasi
i. Humas dan panitia Promosi Kesehatan Rumah Sakit
memiliki wewenang untuk memproduksi bahan tertulis
secara luas yang tersedia di rumah sakit.
ii. Humas dan Promosi Kesehatan Rumah Sakit
berkoordinasi dengan Instalasi pelayanan kesehatan untuk
pemenuhan materi yang diperlukan dalam edukasi.
iii. Pada materi-materi tertentu juga di produksi oleh
Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, yayasan dan
organisasi ahli.
iv. Bahan ini harus diproduksi secara menarik dan baik,
sesuai dengan target populasi.
f. Bentuk-bentuk Komunikasi
Bentuk-bentuk komunikasi yang digunakan di RSU Pelita Husada,
diantaranya adalah :
1) Bentuk Lisan
Koordinasi antar bagian dibentuk melalui kegiatan – kegiatan
rapat. Jenis-jenis rapat di RSU Pelita Husada adalah sebagai berikut:
a) Majelis Reboan
Rapat antara Dewan Pengawas, Direksi, Manajemen, Kepala
Unit yang diselenggarakan pada Hari Rabu setiap bulannya.
Majelis Reboan merupakan majelis tertinggi yang membahas
seluruh koordinasi dan penentu keputusan atas seluruh aspek
kegiatan dan pekerjaan-pekerjaan strategis di RSU Pelita
Husada.
b) Rapat Unit
Rapat unit adalah rapat yg diselenggarakan rumah sakit dan
dihadiri oleh direksi dan seluruh staf unit terkait. Rapat unit
bersifat intern. Rapat diselenggarakan sesuai dengan kebijakan
unit yang telah diatur dalam pedoman pengorganisasian unit.
c) Rapat Lintas Unit
2) Bentuk tulisan
Sedangkan bentuk tulisan yang digunakan adalah dengan surat
edaran, memo intern, uraian tugas, panduan, laporan kegiatan dan
pedoman kebijakan. Seperti dibawah ini :
a) Naskah Produk Hukum
i. Pengertian
Naskah Produk Hukum adalah naskah yang dirumuskan
dalam susunan dan bentuk produk-produk hukum berupa
regulasi.
ii. Jenis-Jenis
i) Keputusan Direktur
(i) Pengertian
Keputusan Direktur adalah naskah yang bersifat
penetapan, dan memuat kebijakan yang berupa
pelaksanaan dari kebijakan umum dalam rangka
ketatalaksanaan, penyelenggaraan tugas umum dan
pembangunan, misalnya: penetapan organisasi dan
tata kerja Unit Pelaksana Teknis, penetapan
ketatalaksaan organisasi, program kerja dan
anggaran, pengangkatan dan pemberhentian staf,
pendelegasian kewenangan yang bersifat tetap.
(ii) Contoh Penggunaan
- Membuat dan mengesahkan peraturan
tentang kepegawaian.
- Membuat dan mengesahkan peraturan
tentang pencegahan dan pengendalian
infeksi.
- Membuat dan mengesahkan peraturan
tentang hak pasien.
- Memberlakukan sebuah dokumen.
- Pengangkatan dan pemberhentian
pegawai
- Pembentukan struktur unit
- Penetapan anggaran
- Penetapan program kerja
- Penetapan uraian tugas
ii) Standar Prosedur Operasional
(i) Pengertian
Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah naskah
yang memuat serangkaian petunjuk tentang cara
serta urutan suatu kegiatan operasional atau
administratif tertentu yang harus diikuti oleh
individu pejabat atau unit kerja.
(ii) Contoh Penggunaan
Saat dibutuhkan penyusunan langkah-langkah atau
instruksi kerja terperinci untuk suatu kegiatan,
misalnya SPO menjelaskan hak dan kewajiban
pasien, SPO memandikan jenazah, dan lain-lain.
iii) Perjanjian
(i) Pengertian
Surat perjanjian adalah naskah yang berisi
kesepakatan bersama tentang suatu objek yang
mengikat antara kedua belah pihak atau lebih untuk
melaksanakan suatu tindakan atau perbuatan
hukum yang telah disepakati bersama. Perjanjian
yang terbentuk bisa antara internal rumah sakit,
maupun dengan pihak ekternal.
(ii) Contoh
Penggunaan:
- Perjanjian Internal
- Perjanjian Kerja Pegawai
- Perjanjian Eksternal
- Perjanjian Kerja Sama dengan BPJS
- Perjanjian Kerja Sama dengan Vendor obat
b) Naskah Bukan Produk Hukum
(1) Pengertian
Naskah Bukan Produk Hukum adalah naskah yang dirumuskan
dalam bentuk bukan produk-produk hukum berupa surat.
i. Jenis-Jenis
i) Berkaitan Kedinasan Rumah Sakit
(i) Nota Dinas
Pengertian
Nota Dinas adalah bentuk naskah internal yang
dibuat oleh seorang pejabat/ pegawai dalam
melaksanakan tugas guna menyampaikan
pemberitahuan, pernyataan atau permintaan
pejabat lain. Nota Dinas memuat hal yang
bersifat rutin, berupa catatan ringkas yang tidak
memerlukan penjelasan yang panjang dan dapat
langsung dijawab dengan disposisi oleh pejabat
yang dituju. Dengan kata lain, nota dinas
merupakan bentuk korespondensi tertulis formal
antara pegawai satu dengan yang lain, baik
kepada atasan maupun bawahan. Nota dinas
bersifat personal, tidak untuk suatu kelompok
(merupakan korespondensi antar personal).
Contoh Penggunaan
Manajer Pelayanan & Penunjang Medis
memberikan nota dinas kepada Staf RT dan
Logistik bahwa dari unit rawat inap
membutuhkan pengadaan tensimeter.
Manajer Keperawatan & Kebidanan
memberikan nota dinas pada Ketua Komite
Keperawatan tentang adanya kasus yang
perlu dilakukan audit keperawatan.
(ii) Surat Keterangan
Pengertian
Surat Keterangan adalah naskah yang berisi
informasi mengenai hal atau seseorang untuk
kepentingan kedinasan. Surat Keterangan juga
dipakai untuk memberikan keterangan
pengalaman kerja bagi seseorang.
Contoh Penggunaan
Pada saat seseorang meminta keterangan
pengalaman kerja.
Pada saat seseorang meminta keterangan
aktif bekerja.
Untuk memberikan klarifikasi tertulis atas
suatu hal, khususnya pada pihak eksternal.
(iii) Surat Tugas
Pengertian
Surat Tugas adalah surat yang dikeluarkan oleh
Direktur untuk memberikan tugas khusus yang
spesifik, yang tidak rutin kepada seseorang, baik
staf maupun pejabat di lingkup RSU Pelita
Husada.
Contoh Penggunaan
Saat ada penugasan untuk pelaksanaan bakti
sosial pengobatan gratis.
Saat ada penugasan untuk mengikuti suatu
pertemuan.
(iv) Surat Pendelegasian
Pengertian
Surat Pendelegasian merupakan suatu bentuk
naskah surat yang dimaksudkan untuk
melimpahkan suatu wewenang dalam
penyelesaian suatu tugas yang spesifik yang
disebutkan di dalam surat tersebut, dari orang
yang kedudukan/jabatannya lebih tinggi kepada
orang yang kedudukan atau jabatannya lebih
rendah di lingkup RSU Pelita Husada.
Contoh Penggunaan
Dokter spesialis mendelegasikan tugas
informed consent kepada dokter umum.
(i) Surat Undangan
Pengertian
Surat Undangan adalah bentuk naskah surat yang
memuat undangan kepada pejabat/pegawai RSU
Pelita Husada, atau orang dari luar lingkungan
RSU Pelita Husada pada alamat tujuan untuk
menghadiri suatu acara tertentu, misalnya rapat,
pertemuan, dan sebagainya.
Contoh Penggunaan
Undangan rapat
Undangan pemateri dari luar untuk kuliah
internal
(ii) Pengumuman
Pengertian
Pengumuman adalah naskah yang berisi
informasi tertentu, dan penting untuk dapat
diketahui oleh bagian yang dituju di RSU Pelita
Husada. Pengumuman dapat dikeluarkan oleh
semua Pejabat di RSU Pelita Husada. Apabila
yang mengeluarkan pengumuman bukan
Direktur maka pengumuman wajib disahkan/
diketahui oleh Direktur dengan bukti berupa
tanda tangan di bagian bawah pengumuman.
Contoh Penggunaan
Saat Direkur mengumumkan bahwa akan
dilaksanakan penilaian akreditasi pada
tanggal tertentu.
Saat Kepala Unit Laboratorium
mengumumkan bahwa ada perubahan pada
tata cara pemeriksaaan tertentu kepada unit
dan staf terkait.
Saat Kepala Instalasi Farmasi
mengumumkan bahwa telah tersedia obat
tertentu di Instalasi Farmasi.
c) Surat Pengantar
Pengertian
Surat Pengantar adalah naskah yang berisikan
penjelasan singkat atau informasi mengenai
suatu pengiriman yang digunakan untuk
mengantar/menyampaikan barang atau naskah.
Contoh Penggunaan
Mengantarkan serum campak untuk
kegiatan surveilans Dinas Kesehatan.
Surat pengantar untuk memberikan
informasi tentang dokumen yang
dikirimkan.
d) Lembar Disposisi
Pengertian
Lembar disposisi adalah naskah singkat yang
dibuat oleh seorang atasan kepada bawahan yang
berisi informasi atau perintah untuk
melaksanakan sesuatu. Biasanya lembar
disposisi merupakan salah satu bentuk tindak
lanjut dari Pejabat atas sebuah surat yang
ditujukan kepadanya.
Contoh Penggunaan
BPJS mengirimkan surat berisi persyaratan
perpanjangan kerjasama dengan rumah sakit
kepada Direktur. Direktur berdasarkan isi surat,
memberikan perintah kepada pejabat dan
pegawai terkait untuk melengkapi persyaratan
yang dibutuhkan berdasarkan isi surat tersebut.
e) Berita Acara
Pengertian
Berita acara adalah naskah yang berisi
pernyataan yang bersifat pengesahan atas sesuatu
kejadian, peristiwa, perubahan status dan lain-
lain bagi suatu permasalahan baik berupa
perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian
kebijaksanaan pimpinan.
Contoh Penggunaan
Berita acara pengajuan klaim kepada BPJS
Kesehatan.
Berita acara pelaksanaan penggajian
karyawan.
f) Daftar Hadir
Pengertian
Daftar Hadir adalah Naskah yang dipergunakan
untuk mencatat dan mengetahui kehadiran
seseorang.
Contoh Penggunaan
Penggunaan daftar hadir untuk absensi rapat
rutin.
g) Notulen
Pengertian
Notulen adalah naskah yang memuat catatan
jalannya kegiatan sidang, rapat, mulai dari acara
pembukaan, pembahasan masalah sampai
dengan pengambilan peraturan serta penutupan.
Contoh
Pengguna
an Sudah
jelas
h) Sertifikat Pelatihan
Pengertian
Sertifikat adalah tanda bukti bahwa seseorang
telah menyelesaikan dan mengikuti kegiatan
tertentu (seringnya berupa pelatihan), yang
diadakan oleh RSU Pelita Husada.
Contoh Penggunaan
Sertifikat pelatihan penggunaan APAR.
Tulis/T
Komunikator1) Isi Pesan (Komunikator)
2) (Komunikan)
Baca/B
(Komunikan)
Konfirmasi/ K
Perawat UGD : “baik dok, saya ulangi lagi ya dok, advis dokter
antara lain lanjutkan infusnya, nebulisasi dijadwalkan tiap enam
jam dengan ventolin dan pulmicort satu banding satu, kemudian
berikan injeksi terfacef satu gram tiap dua belas jam, kemudian
berikan obat oralnya paracetamol tablet lima ratus miligram tiap
delapan jam, dan pectosil tiap 8 jam, sementara itu dulu, sisanya
nanti menunggu dokter akan visit pasien tersebut beberapa jam
lagi, apakah sudah benar dok?” read back/baca ulang (B)
HB : 15,7 gr/dl
Ht : 45 %
Leukosit : 6,3 ribu/mm3
Eritrosit : 5,4 ribu/mm3
Trombosit : 289 ribu/mm3
Gula darah sewaktu : 120 mg/dL
Ureum : 21 mg/dL
Creatinin : 1 mg/dL
v) Riwayat Alergi pasien tidak ada
Assessment (A) :
i) Permasalahan saat ini nyeri belum teratasi
ii) Resiko kekurangan volume cairan
Recommendation (R) :
i) Kaji skala nyeri kembali
ii) Motivasi makan dan minum sedikit tapi sering
iii) Tanyakan pada dokter untuk planning foto lumbal dan
pertimbangan konsul ke rehabilitasi medik
iv) Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
v) Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan prosedur
vi) Intervensi lainnya dilanjutkan
e) Saat komunikasi Perawat ke Dokter/ konsul
Situation (S) :
“Selamat pagi Dokter, saya Risa perawat RSU Pelita Husada.
Melaporkan pasien nama tuan Wagiman, umur 55 tahun mengalami
penurunan pengeluaran urine, yaitu hanya 40 cc/24 jam, dan
mengalami sesak napas”.
Background (B) :
i. Diagnosa medis gagal ginjal kronik, tanggal masuk 18 April
2018, program HD hari Senin-Kamis.
ii. Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah
terpasang dower kateter, pemberian oksigen 3 liter/menit sejak
15 menit yang lalu”.
iii. Terapi yang didapat Obat injeksi diuretic 3 x 1 amp
iv. TD 150/80 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 100 x/menit SPO2
88%, oedema ekstremitas bawah dan asites.
v. Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237
mg/dl, creatinin 10 mg/ dl.
vi. Kesadaran composmentis, bunyi nafas rongki.
i. Saya pikir masalahnya gangguan pola nafas dan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
ii. Pasien tampak gelisah
i. Haruskah saya mulai dengan pemberian oksigen NRM?
ii. Apa advise dokter? Perlukah peningkatan diuretic atau syringe
pump?
iii. Apakah dokter akan merujuk pasien ke ICU?
Laboratorium Hematologi
Waktu pengecekan sampai hasil keluar adalah < 20 menit. Jika ada
hasil kritis harus segera dilaporkan kepada dokter/DPJP/perawat/bidan.
JENIS BATAS BATAS ATAS SATUAN
PEMERIKSAAN BAWAH
Hb (bayi) 9 20 g/dl
Hb (dewasa) 6 17 g/dl
Hmt (Hematokrit) 27 45 %
Al (Leukosit) 1000 25.000 /mm
At (Trombosit) 60.000 600.000 /mm
CT - 20 Menit
BT - 15 Menit
DOKUMENTASI
PENUTUP