1
KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD Hj. ANNA LASMANAH BANJARNEGARA
Nomor : 445 / /TAHUN 2022
TENTANG
PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF DI RSUD Hj. ANNA LASMANAH
BANJARNEGARA
2
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 290 Tahun 2008 tentang
persetujuan tindakan kedokteran pada pasien dan keluarga.
8. Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2006 Komunikasi Efektif
Dokter – Pasien
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Ditetapkan di : Banjarnegara
Pada tanggal : Jumat, 7 Januari 2022
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah suatu institusi dengan tingkat kompleksitas yang
cukup tinggi. Kompleksitas itu meliputi dari banyaknya orang yang terlibat,
beragam profesi yang melayani, beragam informasi yang diberikan, serta orang
yang berkunjung di rumah sakit adalah orang yang sedang bermasalah secara
fisik yang tentu berpengaruh pada kondisi mental/emosinya. Tingkat
Kompleksitas yang cukup tinggi akan sangat berpotensi untuk terjadinya
kesalahan berkomunikasi di institusi Rumah sakit. Oleh karena itu
Komunikasi Yang efektif tentu menjadi hal yang sangat dibutuhkan untuk
dapat diterapkan di Institusi Rumah sakit.
Kesalahan dalam berkomunikasi (mis komunikasi ) di rumah sakit akan
berakibat yang fatal, yaitu dapat berupa kesalahan tindakan yang dapat
berdampak pada kecacatan atau bahkan pasien dapat meninggal. Terjadinya
mis komunikasi yang berakibat kesalahan tindakan juga dapat berdampak
munculnya konflik yang berujung pada gugatan/tuntutan hukum.
Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas maka sudah menjadi
keharusan bahwa institusi rumah sakit wajib menerapkan komunikasi yang
efektif dalam setiap kegiatannya. Dari hasil riset juga mengatakan bahwa
keberhasilan pelayanan Institusi publik ditentukan seberapa baik tingkat
komunikasi yang diberikannya, Sehingga hal ini memperkuat alasan tentang
penting komunikasi efektif dilakukan di institusi rumah sakit.
B. DEFINISI
5
BAB II
RUANG LINGKUP
6
BAB III
TATALAKSANA
7
Komunikasi lisan melalui telepon dengan pihak eksternal/ masyarakat
yang menghubungi pihak rumah sakit yang membutuhkan informasi
terkait rumah sakit.
2. Melalui Tulisan
Komunikasi secara tertulis antara rumah sakit dengan pihak luar
/masyarakat dapat berupa komunikasi tertulis melalui media :
a. Baliho
b. Brosur/Leaflet
c. Papan Informasi
d. Kotak Saran
e. Whatshapp dan SMS
f. Media Sosial : Website, Instagram, Facebook, Twitter
Melalui media tulisan ini rumah sakit berkomunikasi dengan masyarakat
untuk menginformasikan tentang Jenis Layanan di rumah sakit, cara
bagaimana masyarakat mengakses layanan rumah sakit, layanan
aduan/komplain serta penyampaian materi pendidikan kesehatan/edukasi
kepada masyarakat.
1) Definisi PPA (Profesional Pemberi Asuhan) adala mereka yang secara langsung
memberikan asuhan kepada pasien, antara lain dokter, perawat, bidan, ahli
gizi, apoteker, Psikolog Klinis , Fisioterapis, dsb
Alasan Pentingnya dilaksanakan komunikasi efektif antara PPA dengan Pasien
dan keluarga adalah karena adanya perbedaan yang sangat jauh kondisi
sebagai berikut :
1. PPA :
a. Menjalani pendidikan bertahun – tahun
b. Kompeten
c. Memiliki Kewenangan
d. Pelayanan Pasien dijalankan dengan standar
e. Rutin/Homogen/serba jelas
f. Aktifitas individu PPA hanya 1 Shift
2. Pasien dan Keluarga :
a. Sangat belum/tidak mengenal Area Rumah Sakit
b. Relatif banyak yang tidak jelas
c. Pengalaman semua baru
d. Pasien tidak pernah memalui pendidikan untuk menjadi pasien
e. Relatif tidak punya kewenangan ikut abil keputusan
f. Ada rasa cemas, bingung dan takut yang cukup tinggp
g. Pasien menjalani 3 shift setiap harinya
Sehingga sangat mutlak diperlukan komunikasi efektif antara keduanya.
8
a. PPA yang mau mendengarkan, menghormati dan menghargai
pandangan dan pilihan pasien & keluarga.
b. Pengetahuan , nilai-nilai , kepercayaan , latar belakang kultural
pasien& keluarga dimasukkan dalam perencanaan pelayanan dan
pemberian pelayanan kesehatan.
c. PPA mau mengkomunikasikan dan berbagi informasi secara lengkap
kepada pasien & keluarga.
d. Pasien & keluarga menerima informasi tepat waktu, lengkap dan
akurat.
e. Pasien dilakukan 3 asesmen yaitu metode edukasi, kebutuhan edukasi
dan konfirmasi edukasi yang sudah diberikan.
f. Pasien dan Keluarga didorong dan didukung untuk berpartisipasi dalam
asuhan pengambilan keputusan
g. Pimpinan pelayanan kesehatan bekerjasama dengan pasien & keluarga
dalam pengembangan, implementasi dan evaluasi kebijakan dan
program
2. Dari Perpektif PPA
a. PPA harus berpartner dengan pasien, yaitu dalam bentuk keputusan
klinis berdasarkan nilai-nilai pasien. Ada rasa empati dari PPA bahwa
Bila Pasien Itu Saya (BPIS)
b. PPA merupakan tim interdisiplin dengan berkolaborasi interpersonal
c. DPJP adalah Clinical Leader yang menyusun kerangka asuhan,
melakukan koordinasi, kolaborasi, sintesis, interpretasi, review dan
mengintegrasikan asuhan pasien
9
Contoh Komunikasi Lisan :
1. Memperkenalkan diri (Identifikasi pasien)
2. Menjelaskan Edukasi Pasien dan Keluarga Terintegrasi
3. Melakukan anamneses pasien
4. Menginformasikan asuhan yang diberikan
5. Menginformasikan pergantian shift
6. Menginformasikan rencana tindakan
7. Menangani Komplain
8. Komunikasi via telfon
Etika Bertelepon di RSUD Hj Anna Lasmanah Banjarnegara
sebagai berikut :
1. Menerima telepon :
a. Segera diangkat maksimal 3x dering
b. Berikan salam (selamat pagi/selamat siang/selamat malam)
c. Sebutkan nama dan unit kerja
d. Tanyakan dengan siapa dan dari unit mana
e. Sampaikan yang bisa kita lakukan(mis: ada yang bisa kami
bantu?)
f. Dengarkan dengan baik
g. Berikan jawaban yang efisien
h. Buat catatan pembicaraan bila perlu
i. Biarkan lawan bicara menutup gagang telepon terlebih dahulu
2. Bila menelepon :
a. Menjawab salam
b. Sebutkan nama dan unit kerja
c. Menyampaikan keperluannya
d. Mendengarkan konfirmasi balik dari penerima telepon
e. Mengucapkan terimakasih
f. Menutup gagang telepon.
10
4) Komunikasi Terapeutik :
Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang dipersembahkan untuk pasien
dan keluarga yang akan menimbulkan dampak terapeutik .
Ada 4 fase yang harus dilakukan saat komunikasi teraputik
1. Fase Pra Interaksi
Yaitu Fase dimana belum terjadi kontak antara PPA dengan pasien dan
keluarga .
Hal yang harus dipersiapkan adalah :
a. Persiapkan Diri (Perhatikan Kondisi Emosi dan perhatikan kelebihan dan
kekurangan diri).
b. Persiapkan materi yang akan disampaikan ( Tentang Edukasi atau tentang
tindakan medis/keperawatan)
c. Ketahui Informasi lebih awal tentang pasien , latar belakang pendidikan,
sosial ekonomi sehingga dapat digunakan untuk menentukan gaya
komunikasi yang tepat sesuai tingkat kemampuan pasien daan keluarga
2. Fase Interaksi
a. Perhatikan penambilan diri yang terbaik
b. Lakukan Salam Terapeutik : TSB, Tatap, Senyum Bicara
c. Evaluasi Validasi (menanyakan kabar pasien untuk identifikasi pasien)
d. Kontrak (Sampaikan informasi / tindakan yang akan disampaikan/
dilakukan dan berapa lama waktunya)
3. Fase Kerja
a. Melakukan tindakan keperawatan/ medis
Saat melakukan tindakan sambil selalu lakukan Sikap Terapeutik :
1) Perhatikan kontak mata
2) Jadilah pendengar yang baik
3) Lakukan sentuhan lembut
b. Melakukan edukasi murni yang harus dilakukan :
1. Lakukan komunikasi efektif dengan prinsip berkomunikasi yaitu tepat
dari segi kontext dan kontentnya.
2. Lakukan Salam Terapeutik (TSB :Tatap, Senyum, Bicara)
3. Lakukan hal –hal yang harus dilakukan saat berkomunikasi :
- Dengarkan sampai tuntas
- Empati
- Gunakan Bahasa yang membumi
- Singkat padat dan jelas
4. Fase Terminal
a. Lakukan Evaluasi Hasil Tindakan
- Subyektif ( contohnya : tayakan keluhan saat habis melakukan TTV)
- Obyektif (Tanyakan ulang informasi edukasi yang telah diberikan)
b. Lakukan Rencana Tindak lanjut (kontrak yang akan datang)
c. Ucapkan Salam sesuai yang disepakati salam Institusi rumah sakit.
11
5) Pelaksanaan Pemberian Edukasi Pasien dan Keluarga
a. Pengertian
Informasi dan edukasi pasien dan keluarga adalah pengetahuan yang
diperlukan oleh pasien dan keluarga selama proses asuhan maupun
pengetahuan yang dibutuhkan setelah pasien dipulangkan ke pelayanan
kesehatan lain atau ke rumah. Pendidikan pasien dapat mencakup informasi
sumber-sumber di komunitas untuk tambahan pelayanan dan tindak lanjut
pelayanan apabila diperlukan, serta bagaimana akses ke pelayanan
emergensi bila dibutuhkan.
b. Tujuan
1) Sebagai pedoman dalam melakukan edukasi kesehatan kepada pasien dan
keluarga.
2) Memahami bagaimana cara dan proses melakukan edukasi kesehatan di
rumah sakit. Sehingga edukasi kesehatan (pendkes) dapat berjalan lancar
dan sesuai prosedur yang ada.
3) Agar pasien & keluarga berpartisipasi dalam keputusan perawatan dan
proses perawatan. Sehingga dapat membantu proses penyembuhan lebih
cepat.
c. Tata Cara assesmen kemampuan, kemauan, dan kebutuhan edukasi pasien
dan keluarga
Dalam pemberian edukasi yang akan diberikan kepada sasaran harus
disesuaikan dengan kemampuan, kemauan dan kebutuhan pasien dan
keluarga.
1) Proses assessmen kemampuan edukasi dan informasi pasien dan
keluarga adalah dilakukan dengan :
a) Melakukan wawancara untuk mengetahui kemampuan edukasi
pasien dan keluarga
b) Melakukan identifikasi terhadap kemampuan membaca, tingkat
pendidikan, status ekonomi, keterbatasan fisik dan bahasa yang
digunakan pasien dan keluarga
c) Menentukan kesiapan pasien dan keluarga dalam pemberian
informasi dan edukasi
d) Menentukan hambatan yang didapatkan dalam pemberian informasi
dan edukasi pasien dan keluarga
e) Melakukan identifikasi terhadap tingkat pengetahuan pasien dan
keluarga
f) Menentukan metode belajar terhadap rencana pemberian edukasi
yaitu: Demonstrasi, Diskusi, Leaflet
2) Proses assessmen kemauan edukasi dan informasi pasien dan keluarga
adalah dilakukan dengan :
a) Melakukan wawancara untuk mengetahui kemauan edukasi pasien
dan keluarga
b) Melakukan identifikasi terhadap kemauan edukasi pasien dan
keluarga. Apakah pasien dan keluarga bersedia atau tidak untuk
dilakukan edukasi pada saat itu
c) Menentukan kesiapan pasien dan keluarga dalam pemberian
informasi dan edukasi
12
d) Menentukan hambatan yang didapatkan dalam pemberian
informasi dan edukasi pasien dan keluarga
e) Melakukan identifikasi terhadap tingkat pengetahuan pasien dan
keluarga
f) Menentukan metode belajar terhadap rencana pemberian edukasi
yaitu: Demonstrasi, Diskusi, Leaflet
3) Proses assessment kebutuhan edukasi dan informasi pasien dan
keluarga adalah dilakukan dengan :
a) Melakukan wawancara untuk mengetahui kebutuhan edukasi pasien
dan keluarga
b) Melakukan identifikasi terhadap kebutuhan dalam pemberian
informasi dan edukasi pasien dan keluarga
c) Menentukan kesiapan pasien dan keluarga dalam pemberian
informasi dan edukasi
d) Menentukan hambatan yang didapatkan dalam pemberian informasi
dan edukasi pasien dan keluarga
e) Melakukan identifikasi terhadap tingkat pengetahuan pasien dan
keluarga
f) Menentukan metode belajar terhadap rencana pemberian edukasi
yaitu: Demonstrasi, Diskusi, Leaflet
Semua proses tersebut di laksanakan dalam bentuk Form
Assesmen Kemampuan, Kemauan Dan Kebutuhan Edukasi Dan
Informasi.
d. Penentuan Strategi Edukasi berdasarkan hasil Assesmen
Proses komunikasi saat memberikan informasi dan edukasi kepada
pasien atau keluarganya berkaitan dengan kondisi kesehatannya :
1) Tahap pengumpulan informasi pasien (Assesment pasien)
Assesmen merupakan proses pengumpulan, menganalisis dan
menginterpretasikan data atau informasi tentang pasien/keluarga dan
lingkungannya. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran
tentang berbagai kondisi individu dan lingkungannya sebagai dasar
untuk memahami individu dan untuk pengembangan program
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan. Sebelum
melakukan edukasi petugas menilai dulu kebutuhan edukasi pasien
dan keluarga berdasarkan :
a) Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga (nilai-nilai budaya,
suku, agama, dan kepercayaan)
Dalam pelaksanaan assesmen pendidikan pasien dan keluarga,
petugas menanyakan kepada pasien dan keluarga tentang Nilai-
Nilai Kepercayaan yang dianut oleh pasien. Apakah pasien dan
keluarga memiliki suatu kepercayaan tentang proses dari
pelayanan kesehatan atau tidak.
b) Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa
yang digunakan.
c) Hambatan emosional dan motivasi (emosional : depresi, senang,
marah).
d) Keterbatasan fisik dan kognitif.
e) Kesediaan pasien untuk menerima informasi.
13
2) Tahap penyampaian informasi dan edukasi yang effektif setelah melalui
tahap assesment pasien, kemungkinan ditemukan :
a) Pasien dalam kondisi fisik dan emosional yang baik, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
b) Jika pada tahap assesment pasien ditemukan hambatan fisik
(tuna rungu dan tuna wicara) maka komunikasi yang efektif
adalah memberikan leaflet pada pasien dan keluarga sekandung
(istri, anak atau ayah atau ibu dan saudara sekandung) dan
menjelaskan kepada mereka.
c) Jika pada tahap assesment pasien ditemukan hambatan
emosional pasien (pasien marah atau depresi), maka komunikasi
yang efektif adalah memberikan materi edukasi dan menyarankan
pasien membaca leaflet, apabila pasien tidak mengerti materi
edukasi, pasien bias menghubungi edukator yang berkaitan
dengan informasi dan edukasi yang diperlukan.
3) Tahap verifikasi (memastikan pasien dan keluarga menerima edukasi
yang diberikan)
a) Apabila pasien dalam kondisi baik dan dapat menerima informasi
dan edukasi, maka verifikasi yang dilakukan adalah menanyakan
kembali eduksi yang telah diberikan (pertanyaannya adalah “Dari
materi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bapak atau ibu
bias pelajari”
b) Apabila pasien mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya
adalah dengan pihak keluarganya dengan pertanyaan yang sama
(“Dari materi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bapak
atau ibu bisa pelajari”
c) Apabila pasien mengalami hambatan emosional (marah atau
depresi), maka verifikasinya adalah dengan menanyakan kembali
sejauh mana pasien mengerti tentang materi edukasi yang
diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bias via telepon atau
dating langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.
d) Apabila pasienmerupakan difabel (defferent abilities people atau
orang dengan kemampuan berbeda), maka verifikasinya dengan
pendamping pasien.
e) Apabila pasien dan keluarga telah memahami informasi dan
edukasi yang disampaikan, maka pada tahap pemberian informasi
dan edukasi dapat dilakukan kembali untuk menilai kebutuhan
edukasi yang lainnya. Apabila pasien dan keluarga belum
memahami materi edukasi yang diberikan, maka pemberian
edukasi dapat dilakukan pada waktu lain sambil mengkaji
hambatan yang ada.
Dengan memberikan informasi dan edukasi pasien diharapkan
komunikasi yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh
pasien. Dengan pasien mengikuti arahan dari rumah sakit, diharapkan
mempercepat proses penyembuhan pasien.
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi
pasien, wajib untuk mengisi lembar pemberian informasi dan
edukasi, serta ditandatangani oleh kedua belah pihak antara dokter
14
atau tenaga kesehatan lainnya atau dengan pasien atau keluarga
pasien, hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga
pasien sudah diberikan informasi dan edukasi yang benar.
Dalam asessmen terdapat topik wajib yang perlu dikaji tentang
kebutuhan pasien dan keluarga terhadap informasi dan edukasi pada
rawat inap dan rawat jalan, yaitu :
1) Rawat Inap
1. Assesment awal IGD
a. Pemberi edukasi adalah dokter IGD.
b. Waktu pemberian edukasi adalah ketika pasien masuk di
IGD.
c. Tempat dilakukan pemberian edukasi di ruang IGD.
2. Assesmen awal rawat inap
a. Pemberi edukasi adalah dokter DPJP.
b. Waktu pemberian edukasi adalah ketika pasien masuk ke
ruang pelayanan rawat inap.
c. Tempat dilakukan pemberian edukasi di ruang pelayanan
rawat inap.
3. Penjelasan Ringkasan Pulang
a. Pemberi edukasi adalah dokter DPJP.
b. Waktu pemberian edukasi adalah ketika pasien ketika
pasien akan pulang/meninggalkan rumah sakit.
c. Tempat dilakukan pemberian edukasi di ruang pelayanan
rawat inap.
4. Keselamatan Pasien
a. Pemberi edukasi adalah perawat/bidan yang berada di
ruang pelayanan rawat inap.
b. Waktu pemberian edukasi adalah ketika pasien masuk ke
ruang pelayanan rawat inap.
c. Tempat dilakukan pemberian edukasi di ruang pelayanan
rawat inap.
5. Pencegahan & Pengendalian Infeksi
a. Pemberi edukasi adalah perawat/bidan yang berada di
ruang pelayanan rawat inap.
b. Waktu pemberian edukasi adalah ketika pasien masuk ke
ruang pelayanan rawat inap.
c. Tempat dilakukan pemberian edukasi di ruang pelayanan
rawat inap.
6. Fasilitas Ruangan
a. Pemberi edukasi adalah perawat/bidan yang berada di
ruang pelayanan rawat inap.
b. Waktu pemberian edukasi adalah ketika pasien masuk ke
ruang pelayanan rawat inap.
c. Tempat dilakukan pemberian edukasi di ruang pelayanan
rawat inap.
15
7. Tata Laksana Rumah Sakit
a. Pemberi edukasi adalah perawat/bidan yang berada di
ruang pelayanan rawat inap.
b. Waktu pemberian edukasi adalah ketika pasien masuk ke
ruang pelayanan rawat inap.
c. Tempat dilakukan pemberian edukasi di ruang pelayanan
rawat inap.
8. Manajemen Nyeri
a. Pemberi edukasi adalah perawat/bidan yang berada di
ruang pelayanan rawat inap.
b. Waktu pemberian edukasi adalah ketika pasien masuk ke
ruang pelayanan rawat inap.
c. Tempat dilakukan pemberian edukasi di ruang pelayanan
rawat inap.
9. Penggunaan Peralatan Medis
a. Pemberi edukasi adalah perawat/bidan yang berada di
ruang pelayanan rawat inap.
b. Waktu pemberian edukasi adalah ketika pasien masuk ke
ruang pelayanan rawat inap.
c. Tempat dilakukan pemberian edukasi di ruang pelayanan
rawat inap.
10. Konsultasi & Terapi Gizi
a. Pemberi edukasi adalah Dokter Spesialis Gizi Klinik atau
Dietisien.
b. Waktu pemberian edukasi adalah ketika pasien sudah
mendapat diagnose dari DPJP dan membutuhkan edukasi
gizi sesuai dengan lembar screening Gizi.
c. Tempat dilakukan pemberian edukasi di ruang pelayanan
rawat inap.
11. Penggunaan & Pelayanan Obat
a. Pemberi edukasi adalah apoteker, jika apoteker berhalangan
memberikan edukasi dapat didelegasikan melalui surat
delegasi kepada perawat/bidan.
b. Waktu pemberian edukasi adalah ketika pasien telah
dinyatakan pulang
c. Tempat dilakukan pemberian edukasi di ruang pelayanan
rawat inap ketika pasien mendapatkan obat pulang.
12. Teknik Rehabilitasi Medik
a. Pemberi edukasi adalah Dokter Spesialis Kedokteran Fisik
dan Rehabilitasi atau fisiotherapis sesuai advice DPJP.
b. Waktu pemberian edukasi adalah ketika pasien memulihkan
kondisi akibat kecacatan atau berkurangnya fungsi fisik.
c. Tempat dilakukan pemberian edukasi di ruang pelayanan
rawat inap.
16
13. Penunjang Medik
a. Pemberi edukasi adalah Radiografer /analis, jika analis
berhalangan memberikan edukasi dapat didelegasikan
melalui surat delegasi kepada perawat/bidan.
b. Waktu pemberian edukasi adalah ketika pasien akan
dilakukan tindakan penunjang medik.
c. Tempat dilakukan pemberian edukasi di ruang pelayanan
rawat inap / di Instalasi Radiologi.
2) Rawat Jalan
1. Assesmen awal rawat jalan/IGD
a. Pemberi edukasi adalah Dokter IGD / DPJP.
b. Waktu pemberian edukasi adalah ketika pasien baru
pertama kali konsultasi / tatap muka dengan suatu
diagnosa tertentu.
c. Tempat dilakukan pemberian edukasi di ruang pelayanan
rawat jalan/IGD.
2. Manajemen Nyeri
a. Pemberi edukasi adalah perawat/bidan yang berada di
ruang pelayanan rawat jalan.
b. Waktu pemberian edukasi adalah ketika pasien masuk ke
ruang pelayanan rawat jalan.
c. Tempat dilakukan pemberian edukasi di ruang pelayanan
rawat jalan.
3. Penundaan Pelayanan
a. Pemberi edukasi adalah perawat/bidan yang berada di
ruang pelayanan rawat jalan.
b. Waktu pemberian edukasi adalah ketika pasien masuk ke
ruang pelayanan rawat jalan.
c. Tempat dilakukan pemberian edukasi di ruang pelayanan
rawat jalan.
4. Konsultasi Terapi Gizi
a. Pemberi edukasi adalah Dokter Spesialis Gizi Klinik atau
Dietisien.
b. Waktu pemberian edukasi adalah ketika pasien sudah
mendapat diagnose dari DPJP dan membutuhkan edukasi
gizi sesuai dengan lembar screening Gizi.
c. Tempat dilakukan pemberian edukasi di ruang pelayanan
rawat jalan.
5. Teknik Rehabilitasi Medik
a. Pemberi edukasi adalah Dokter Spesialis Kedokteran Fisik
dan Rehabilitasi atau fisiotherapis sesuai advice DPJP.
b. Waktu pemberian edukasi adalah ketika pasien memulihkan
kondisi akibat kecacatan atau berkurangnya fungsi fisik.
c. Tempat dilakukan pemberian edukasi di Instalasi
Rehabilitasi Medik.
2.
17
6. Jadwal Kontrol
a. Pemberi edukasi adalah perawat/bidan yang berada di
ruang pelayanan rawat jalan.
b. Waktu pemberian edukasi adalah ketika pasien masuk ke
ruang pelayanan rawat jalan.
c. Tempat dilakukan pemberian edukasi di ruang pelayanan
rawat jalan.
3) Evaluasi
Petugas menanyakan kembali kepahaman pasien dan keluarga tentang
edukasi yang telah diberikan dan meminta pasien dan keluarga untuk
menjelaskan kembali edukasi yang telah diberikan.
4) Dokumentasi
Pemberian edukasi didokumentasikan melalui Formulir edukasi pasien
dan keluarga terintegrasi ranap untuk pasien rawat inap dan dan melalui
Formulir edukasi pasien dan keluarga terintegrasi ranap untuk pasien rawat
jalan.
Adapun untuk topik edukasi pasien dan keluarga selain yang tertuang
di Formulir Edukasi Pasien dan Keluarga Terintegrasi di dokumentasikan di
Lembar Pemberian Pendidikan Kesehatan Pasien lanjutan
5) Cara evaluasi pemberian edukasi
Setelah pendidikan pasien dan keluarga dilakukan, perlu dilakukan
verifikasi untuk memastikan pasien dan keluarga menerima dan memahami
pendidikan yang diberikan.
Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami
edukasi yang diberikan:
a) Apabila pasien pada tahap cara memberi edukasi dan informasi kondisi
pasien baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah:
Menanyakan kembali edukasi yang telah diberikan. Pertanyaannya
adalah: “Dari materi edukasi yang telah disampaikan kira-kira apa yang
bpk/ibu bisa pelajari?”.
b) Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi,
pasiennya mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan
pihak keluarganya dengan pertanyan yang sama: “Dari materi edukasi
yang telah disampaikan kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari?”.
c) Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada
hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah
dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang
materi edukasi yang diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bias
via telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah pasien
tenang.
d) Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan
komunikasi yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh
pasien. Dengan pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit,
diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien.
e) Proses pertanyaan ini bias via telepon atau datang langsung ke kamar
pasien setelah pasien tenang. Dengan diberikannya informasi dan
edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang disampaikan dapat
dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti semua
18
arahan dan rumah sakit, diharapkan mempercepat proses
penyembuhan pasien.
6) Sarana pendukung edukasi
Metode pendidikan mempertimbangkan nilai-nilai dan pilihan pasien dan
keluarga, dan memperkenankan interaksi yang memadai antara pasien,
keluarga dan staf agar pembelajaran dapat dilaksanakan. Pembelajaran
akan terlaksana apabila memperhatikan metode yang digunakan untuk
mendidik pasien dan keluarga. Rumah sakit menyediakan media sebagai
pembelajaran pasien dan keluarga seperti leaflet, LCD, notebook, alat peraga
pendidikan, sound system, dll.
7) Materi pendidikan dapat dibagi menjadi tiga katagori utama:
a) Bahan tertulis.
Secara praktis bahan tertulis dapat didistribusikan secara bebas bagi
semua orang di rumah sakit untuk diambil dan digunakan sesuai
keperluan. Seperti leaflet, brosur, dll. Penggunaan leaflet harus dicacat
untuk penomoran sesuai dengan urutan yang sudah ditentukan oleh
rumah sakit.
b) Bahan audiovisual.
Materi ini tidak tersedia secara mudah untuk digunakan di rumah sakit
seperti speaker dan televisi yang terkoneksi dengan bagian humas dan
unit promosi kesehatan rumah sakit. Bahan lainnya sumber dan bahan
materi ini adalah peralatan-peralatan dan materi- materi yang
digunakan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pengajaran.
8) Sumber bahan materi edukasi
a) Unit Promosi Kesehatan Rumah Sakit memiliki wewenang untuk
memproduksi bahan tertulis secara luas yang tersedia di rumah sakit.
b) Unit Promosi Kesehatan Rumah Sakit berkoordinasi dengan Instalasi
pelayanan kesehatan untuk pemenuhan materi yang diperlukan dalam
edukasi.
c) Pada materi-materi tertentu juga diproduksi oleh Pemerintah, Lembaga
Swadaya Masyarakat, yayasan dan organisasi ahli.
d) Bahan ini harus diproduksi secara menarik dan baik, sesuai dengan
target populasi.
19
(1) Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, komunikasi dapat
dilakukan secara langsung atau dengan sarana komunikasi seperti
telepon. Pemberi pesan harus memperhatikan kosa kata yang
digunakan, intonasi, kekuatan suara (tidak besar dan tidak kecil), jelas
singkat dan padat.
(2) Penerima pesan mencatat isi pesan tersebut (CATAT). Untuk
menghindari adanya pesan yang terlewat maka penerima pesan harus
mencatat pesan yang diberikan secara lengkap dan jelas. Isi pesan
dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima pesan(BACA).
Tujuannya agar tidak terjadi kesalahan dan pesan dapat diterima
dengan baik.
(3) Penerima pesan mengkonfirmasi kembali isi pesan kepada pemberi
pesan (KONFIRMASI). Pemberi pesan harus mendengarkan pesan yang
dibacakan oleh penerima pesan dan memberikan perbaikan jika pesan
tersebut masih ada yang kurang atau salah
(4) Jika pesan tertulis di rekam medis pasien maka harus diberi stampel
konfirmasi yang di verifikasi oleh pemberi informasi.
Baca / BA
(Komunikan)
Konfirmasi / K
(Komunikator): Ya Benar
20
Dokter Spesialis : “baik, lanjutkan infusnya, nebulisasi dijadwalkan tiap
enam jam dengan ventolin dan pulmicort satu banding satu, kemudian
berikan injeksi terfacef satu gram tiap dua belas jam, kemudian berikan
obat oralnya paracetamol tablet lima ratus miligram tiap delapan jam, dan
pectosil tiap 8 jam, sementara itu dulu, sisanya nanti tunggu saya visit
pasien beberapa jam lagi”
(perawat mendengarkan sambil menulis advis dari dokter di
kertas) Catat (CA)
Perawat IGD : “baik dok, saya ulangi lagi ya dok, advis dokter antara lain
lanjutkan infusnya, nebulisasi dijadwalkan tiap enam jam dengan
ventolin dan pulmicort satu banding satu, kemudian berikan injeksi
terfacef satu gram tiap dua belas jam, kemudian berikan obat oralnya
paracetamol tablet lima ratus miligram tiap delapan jam, dan pectosil
tiap 8 jam, sementara itu dulu, sisanya nanti menunggu dokter akan visit
pasien tersebut beberapa jam lagi, apakah sudah benar dok?”read
back/baca ulang (BA)
Dokter Spesialis: “ya sudah benar“. konfirmasi (K)
Perawat IGD: “baik dokter, terima kasih”
Perawat kemudian memindahkan catatan advis dokter ke Lembar Catatan
Harian Terintegrasi, disertai pembubuhan stempel. Perawat menuliskan
tanggal, jam pelaporan, nama dokter pemberi instruksi namanya sendiri
dan membubuhkan paraf.
2. Contoh komunikasi Perawat dengan Petugas Laboratorium
Perawat meminta pemeriksaan laboratorium pasien kepada petugas
laboratorium.
Contoh Percakapan :
Perawat Ruangan : “Selamat Pagi “ ini dari Perawat ruang Dahlia mau
menanyakan hasil pemeriksaan HB terakhir pasien nyonya Sa’adah
umur 55 tahun dengan alamat Kutabanjar, Banjarnegara, yang dirawat di
Ruang rawat inap klas 3
Petugas laborat : “ Selamat pagi saya bacakan hasilnya yaa.... Hasil
pemeriksaan hemoglobin pasien nyonya Sa’adah umur 55 tahun dengan
alamat Kutabanjar, Banjarnegara, yang dirawat di Ruang Dahlia Rawat
Inap klas 3 adalah tujuh koma dua mbak.
(perawat menulis hasil di kertas) Catat(CA)
Perawat Bangsal :”saya bacakan ulang hasilnya ya, bahwa betul yang
diperiksa adalah pasien hemoglobin pasien nyonya Sa’adah umur 55 tahun
dengan alamat Kutabanjar, Banjarnegara yang dirawat di bangsal rawat
inap, hasilnya adalah tujuh koma dua ya mbak (read back/baca ulang
hasil(BA))
Petugas Lab: “ya benar” (konfirmasi (K) hasil lab)
3. Contoh komunikasi Perawat dengan Petugas Farmasi
Perawat Bangsal : “selamat pagi petugas farmasi.... ini dari Perawat
bangsal rawat inap mau memberitahukan bahwa pasien tuan Ahmad
umur 63 th dengan alamat Kutabanjar, Banjarnegara dirawat di bangsal
rawat inap 3, untuk obat oral Lodia di stop dan ada tambahan injeksi
ceftriaxone dua kali satu gram. Mohon bisa dilayani sekarang”
21
(petugas farmasi mendengarkan sambil menulis isi pesan catat (CA)
Petugas Farmasi: “selamat pagi saya ulang yaa ..... pasien tuan Ahmad
umur 63 th dengan alamat Kutabanjar, Banjarnegara yang dirawat di
bangsal rawat inap 3, untuk obat oral Lodia-nya di stop dan dapat
tambahan injeksi ceftriaxone dua kali satu gram. (read back/baca ulang
(BA))
Perawat Bangsal : “ya sudah benar, terima kasih” (konfirmasi (K))
2) Pengejaan NATO
a. Pengertian pengejaan NATO
Alfabet fonetik NATO adalah huruf fonetik atau huruf ejaan
internasional. Penyebutan abjad yakni dengan menyebutkan sebuah kata
spesifik yang dimulai dari abjad yang dimaksud. Misalnya : Alfa untuk A,
Beta untuk B, Charlie untuk C, dst.
Alfabet fonetik sangat penting untuk mengatasi gangguan-gangguan
komunikasi, terutama bila pesan yang disampaikan memiliki kombinasi
abjad-abjad yang tidak biasa bagi penerima pesan.
22
HURUF TELEPHONY PENGUCAPAN
A Alpha Alfa
B Bravo Bravo
C Charlie Carli
D Delta Delta
E Echo Ekho
F Foxtrot Foxtrot
G Golf Golf
H Hotel Hotel
I India India
J Juliet Juliet
K Kilo Kilo
L Lima Lima
M Mike Maik
N November November
O Oscar Osker
P Papa Papa
Q Quebec Kibek
R Romeo Romeo
S Sierra Sierra
T Tango Tenggo
U Uniform Yuniform
V Victor Victor
W Whiskey Wiski
X Xray Eksrei
Y Yankee Yengki
Z Zulu Zulu
1 One Wan
2 Two Tu
3 Three Tri
4 Four Fower
5 Five Faif
6 Six Six
7 Seven Seven
8 Eight Eit
9 Nine Nainer
0 Zero Ziro
NB :
Ekho, “E” seperti E pada “Era”, dan “O” seperti O pada “Bakso”
Osker, “O” seperti O pada “Kompor”, dan “E” seperti E pada
“Mengapa”
Kibek, Eksrei, Yengki, Tenggo, “E” seperti E pada “Rem”
Tenggo, “O” seperti O pada “Bakso”
Nainer, “E” seperti E pada “Mengapa”.
c. Kapan digunakan pengejaan NATO
23
Penggunaan alfabeth internasional digunakan saat melakukan
klarifikasi hal-hal sebagai berikut:
1. Nama obat yang tergolong sebagai Sound Alike atau ucapan mirip.
Contoh :
Obat Cycloserine memiliki kemiripan ucapan dengan Cyclosporin, yang
apabila diucapkan dengan cepat, atau didengar dalam kondisi lingkungan
yang bising, keduanya bisa sangat mirip. Maka hal tersebut dicegah
dengan mengeja dengan ejaan NATO.
Cycloserine = Charlie Yankee Charlie Lima Oscar Sierra Echo Romeo
India November Echo (baca:Carli Yengki Carli Lima Osker Sierra
Ekho Romeo Indoa November Ekho)
Cyclosporin= Charlie Yankee Charlie Lima Oscar Sierra Papa Oscar
Romeo India November (baca: Carli Yengki Carli Lima Osker Sierra Papa
Osker Romeo India November).
2. Kata-kata lainnya yang sulit dieja, contoh diagnosis yang asing, atau
pemeriksaan penunjang yang asing dan jarang.
3. Saat-saat dimana ejaan yang tepat, dibutuhkan untuk menghindari
kesalahan komunikasi.
d. Contoh penggunaan pengejaan NATO
- Contoh aplikasi penggunaan pengejaan NATO saat mengucapkan obat
Sound Alike ( Komunikasi Perawat Bangsal dengan Petugas Farmasi)
Perawat Bangsal: “assalamu’alaikum.... dengan petugas farmasi.... ini
pasien nyonya Pariyem dirawat dibangsal ranap 3 dapat tambahan
terapi obat oral celebrex dua kali satu, saya eja ya celebrex nya soalnya
sound alike ini obatnya..., carli ekho lima ekho bravo romeo ekho
eksrei“.
Read Back
Petugas Farmasi :“waalaikumsalam... saya ulang yaa..pasien nyonya
Pariyem dirawat di bangsal ranap 3 tambahan obat oral celebrex, carli
ekho lima ekho bravo romeo ekho eksrei dua kali satu ya” Perawat
Bangsal : “ya benar, terima kasih”.
(keterangan: yang dicetak tebal adalah ejaan NATO)
- Contoh aplikasi penggunaanNATO saat mengeja istilah yang asing
atau sulit
Dokter: “mbak, nanti pasien tuan Woro usia 40 tahun dengan alamat
nguter, sukoharjo, tolong di cek gamma gt ya”
Perawat:”mohon maaf dok, gama apa njih?”
Dokter” saya eja, dicatat ya,...gamma gt, golf alfa maik maik alfa
spasi golf tenggo”
Perawat:”oh, gamma gt, baik dokter, terima kasih”
29
a. CABAK
Dalam kondisi darurat di ICU dan IGD untuk penanganan pasien
yang memerlukan tindakan yang cepat karena tidak
memungkinkan untuk CABAK bisa dimodifikasi tanpa menulis,
tapi dengan diingat, dan tetap wajib dilakukan langkah read
back/baca ulang dan konfirmasi dari kebenaran informasi yang
diterima. Setelah selesai melakukan tindakan baru kita melakukan
pencatatan/ menulis hasil perintah di lembar yang tersedia.
b. Ejaan NATO
Ejaan NATO tetap digunakan apabila komunikan (penerima
informasi) merasa kurang jelas tentang kata yang diucapkan,
namun apabila komunikan merasa sudah jelas, Ejaan NATO tidak
perlu digunakan. Apabila komunikan (penerima informasi) merasa
kurang jelas, maka komunikator (pemberi informasi) wajib
mengeja kata-kata yang dimaksud dengan Ejaan NATO.
Komunikan tetap wajib me-read back obat LASA yang
dikomunikasikan, ataupun diagnosa, dan pemeriksaan penunjang
yang dilakukan, walaupun dalam kasus dimana Ejaan NATO tidak
digunakan.
c. SBAR
Dalam kondisi darurat, komunikasi SBAR dilaksanakan dengan
cara sesingkat-singkatnya namun tetap memperhatikan
isi/subtansi informasi yang penting, contoh:
Perawat: Dok, pasien ini tensinya turun (S), sekarang hanya 80
per 50 (B), nampaknya pasien mengalami syok (A), apakah
sebaiknya kita guyur dengan cairan? (R)
4) Hand Over
(1) Pengertian
Hand over atau serah terima asuhan pasien adalah teknik atau cara
untuk menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Serah terima asuhan pasien harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang
tindakan mandiri yang telah dilakukan, tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan/ belum dilakukan dan perkembangan pasien saat ini.
Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga berkesinambungan
antar pemberi asuhan dan dapat berjalan dengan sempurna
(2) Tujuan
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi
yang penting
Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
Menyampaikan hal yang sudah/ belum dilakukan dalam asuhan
kepada pasien
(3) Manfaat
Meningkatkan komunikasi antar pemberi asuhan
30
Menjalin hubungan kerjasama antar pemberi asuhan
Pelaksanaan asuhan terhadap pasien yang berkesinambungan
Petugas dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna
(4) Macam-macam serah terima asuhan pasien (hand over) di dalam rumah
sakit
antar profesional pemberi asuhan (PPA) seperti antar staf medis dan
staf medis, antar staf medis dan staf keperawatan atau dengan staf
klinis lainnya, atau antar PPA dan PPA lainnya pada saat pertukaran
sif (shift), dan didokumentasikan di buku hand over masing –
masing bagian.
antar berbagai tingkat layanan di dalam rumah sakit yang sama
seperti jika pasien dipindah dari unit intensif ke unit perawatan, dan
didokumentasikan dilembar transfer internal dengan teknik SBAR atau
dari unit darurat ke kamar operasi, dan didokumentasikan di catatan
keperawatan perioperatif
dari unit rawat inap ke unit layanan diagnostik atau unit tindakan
seperti radiologi atau unit terapi fisik, dan didokumentasikan di
catatan perkembangan pasien terintegrasi.
(5) Prosedur serah terima asuhan pasien (hand over) saat pertukaran shif
petugas yang akan mengoperkan ke petugas berikutnya harus
menuliskan informasi medis terkait pasien untuk dioperkan ke shift
berikutnya paling lambat satu jam sebelum shift berakhir dan
mencatatkan operan tersebut dibuku hand over dengan tehnik SBAR,
dan menuliskan informasi terkait perkembangan pasien untuk
dioperkan ke shift berikutnya diform catatan perkembangan pasien
terintegrasi dengan format SOAP.
Serah terima dilaksanakan setiap pergantian shift/ operan.
Serah terima dilaksanakan di ruang perawatan pasien
Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien yang
dilakukan timbang terima khususnya pasien yang memiliki
permasalahan yang belum/ dapat teratasi serta yang membutuhkan
observasi lebih lanjut.
PPJA menyampaikan timbang terima kepada PPJA (yang menerima
pendelegasian) berikutnya, hal yang perlu disampaikan dalam
timbang terima:
Aspek umum yang meliputi jumlah tenaga dan kendala yang
dihadapi selama shift
Jumlah pasien
Identitas pasien dan diagnosis medis
Data pasien (keluhan/ subyektif dan obyektif)
Masalah keperawatan yang masih muncul
Intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
Intervensi kolaboratif dan dependen
Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan penunjang, dan program lainnya)
Penyampaian harus singkat, jelas dan padat oleh petugas jaga
31
Petugas jaga selanjutnya dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab
dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah disampaikan
dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas
Pasien dan keluarga juga dilibatkan pada saat serah terima
pasien. Pasien dapat menyampailkan masalah atau keluhannya.
PPJA dapat menanyakan kepada pasien kebutuhan dasar
pasien yang belum terpenuhi, mengkaji langsung secara penuh
terhadap kebutuhan yang belum terpenuhi.
Pelaporan untuk serah terima asuhan pasien dituliskan secara
langsung pada format serah terima asuhan pasien yang
ditandatangani oleh PPJA yang jaga saat itu dan PPJA yang
jaga berikutnya.
(6) Prosedur serah terima asuhan pasien (hand over) antar unit
Serah terima pasien antar unit di rumah sakit atau disebut juga
dengan transfer internal pasien adalah memindahkan pasien dari satu
ruangan keruangan perawatan/ ruang tindakan lain didalam rumah sakit
(intra rumah sakit). Selama dirawat dirumah sakit, pasien mungkin
dipindah dari satu pelayanan atau dari satu unit rawat inap ke berbagai
unit pelayanan lain atau unit rawat inap lain. Jika profesional pemberi
asuhan (PPA) berubah akibat perpindahan ini maka informasi penting
terkait asuhan harus mengikuti pasien dan di dokumentasikan di form
transfer internal. Yang meliputi:
Rekam medis pasien harus disertakan pada waktu pasien
dipindahkan dan diserahkan kepada tim asuhan yang menerima pasien.
Ringkasan informasi yang ada di rekam medis pasien juga
disertakan. Ringkasan memuat sebab pasien masuk dirawat, temuan
penting, diagnosis prosedur atau tindakan, obat yang diberikan dan
keadaan pasien waktu pindah.
Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat trasfer pasien meliputi :
Indikasi pasien masuk rawat inap
Riwayat kesehatan
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
Diagnosis pasien
Prosedur yang sudah dilakukan
Obat yang diberikan dan tindakan lain yang dilakukan
Keadaan pasien pada waktu dipindah
35
7. Pelaporan dicatat petugas radiologi dalam buku register Pelaporan
Hasil Kritis Radiologi.
8. Catat waktu dan identitas penerima laporan dengan jelas :
a.) Tanggal dan jam hasil terbaca
b.) Tanggal dan jam pelaporan
c.) Nama penerima laporan
9. Pada kondisi tertentu petugas dari ruangan/ dokter yang meminta
pemeriksaan dapat melihat radiograf secara langsung di layar
monitor pada peralatan imaging.
10.Hasil resmi dapat keluar setelah ekspertise tertulis dan legalisasi
diberikan oleh Dokter Spesialis Radiologi.
11.Petugas radiologi menelepon petugas ruangan untuk mengambil
hasil radiografi dan hasil ekspertisenya.
12.Petugas ruangan melaporkan hasil ekspertise ke DPJP
13.Hasil ekspertise disimpan di buku rekam medis pasien
36
oleh pemberi instruksi (DPJP/Dokter konsultan)dalam kurun waktu 2 x
24 jam
8. Dokter Konsulen yang menerima laporan tentang hasil kritis tersebut
bertanggungjawab terhadap interpretasi hasil dan pengambilan
tindakan terhadap pasien.
37
BAB IV
DOKUMENTASI
38
BAB V
PENUTUP
Demikian Panduan Komunikasi Efektif di RSUD Hj. Anna Lasmanah ini dibuat
sebagai standar berkomunikasi bagi petugas di Rumah Sakit Umum Daerah Hj.
Anna Lasmanah Banjaregara. Mudah-mudahan dengan adanya panduan ini, dapat
lebih memudahkan semua pihak yang terkait dengan pelayanan pasien dan
hubungan antar manusia
39