Anda di halaman 1dari 24

SISTEM KARDIOVASKULER

INFARK MIOKARD AKUT


DOSEN PEMBIMBING
Ns. RATNA DEWI, S.Kep, M.Kep, Sp.KMB

KMB

NANI CAHYA NN
NIM 20200305010

www.esaunggul.ac.id
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFINISI
M. Black, Joyce, Nandam
2014 : 343 2015 : 23

• Infark miokard akut • Infark miokard akut aatau yang


sekarang dikenal dengan sindrom
adalah penyakit coroner akut ( SKA ) adalah suatu
jantung yang istilah atau erminologi yang
digunakan untuk
disebabkan oleh karena menggambarkan spectrum
sumbatan pada arteri keadaan atau kumpulan proses
koroner. Sumbatan akut penyakit yang meliputi angina
pectoris tidak stabil / APTS
terjadi oleh karena ( unstable angina /UA ), infark
adanya aterosklerotik miokard gelombang non Q atau
infark miokard tanpa ST elevasi
pada dinding arteri segmen ST ( Non ST elevation
koroner sehingga myocardial infraction / NSTEMI )
menyumbat aliran dan infark miokard gelobang Q
atau infark miokard dengan
darah ke jaringan otot elevasi segmen ST ( ST Elevation
jantung myocardial infraction / STEMI )

www.esaunggul.ac.id
INFARK MIOKARD AKUT

Angina tidak stabil

NSTEMI

STEMI

www.esaunggul.ac.id
ETIOLOGI
EXT
INT
PREDISPOSISI

Suplai O2 ke
miokard Faktor Biologis
berkurang

Faktor Resiko
Curah Jantung
yg dapat
Meningkat
diubah

Kebutuhan O2
miokard
meningkat

www.esaunggul.ac.id
MANIFESTASI KLINIS
Lokasi substernal, rerosternal dan precordial

Sifat nyeri : rasa sakit seperti ditekan, rasa terbakar, rasa


tertindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas dan dipelintir

Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan
lengan atas kiri.

Nyeri membaik dengan istirahat atau dengan obat nitrat

Faktor pencetus : latigahn fisik, stress emosi, udara dingin, dan


sesudah makan

Gejala yang menyertai : keringat dingin, mual, muntah, sulit


bernafas, cemas dan lemas.

Dyspnea

www.esaunggul.ac.id
PATOFISIOLOGIS

www.esaunggul.ac.id
PATHWAY KEP

www.esaunggul.ac.id
www.esaunggul.ac.id
www.esaunggul.ac.id
PENATALAKSANAAN

www.esaunggul.ac.id
Daerah infark Perubahan EKG
PX PENUNJANG
a. Fase Hiperakut ( beberapa jam permulaan
Anterior Elevasi segmen ST pada lead V3 -V4, perubahan serangan)
resiprokal (depresi ST) pada lead II, III, aVF.
- Elevasi yang curam dari segmen ST
- Gelombang T yang tinggi dan lebar
Inferior Elevasi segmen T pada lead II, III, aVF, perubahan
resiprokal (depresi ST) V1 – V6, I, aVL. - VAT memanjang
- Gelombang Q tampak
Lateral Elevasi segmen ST pada I, aVL, V5 – V6. a. Fase perkembangan penuh ( 1-2 hari kemudian )
Posterior Perubahan resiprokal (depresi ST) pada II, III, aVF, - Gelombang Q patologis
terutama gelombang R pada V1 – V2.
- Elevasi segmen ST yang cembung keatas
- Gelombang T yang terbalik ( arrowhead )
Ventrikel kanan Perubahan gambaran dinding inferior
a. Fase resolusi ( beberapa minggu / bulan kemudian )
- Gelombang Q patologis tetap ada
- Segmen ST mungkin sudah kembali iselektris
- Gelombang T mungkin sudah menjadi normal

www.esaunggul.ac.id
PX LAB
Enzim Meningkat Puncak Kembali normal

CK 3 – 8 jam 10 – 30 jam 2 – 3 hari


CK - MB 3 – 6 jam 10 – 24 jam 2 – 3 hari

CK - MB 1 – 6 jam 4 – 8 jam 12 – 48 jam


2
LDH 14 – 24 jam 48 – 72 jam 7 – 14 hari

LDH 1 14 – 24 jam 48 – 72 jam 7 – 14 hari

www.esaunggul.ac.id
PENGKAJIAN FOKUS
 Px Fisik Acut
1. Pasien tampak pucat, berkeringat, dan gelisah akibat aktivitas
simpatis berlebihan. Pasien juga tampak sesak. Demam derajat sedang
(< 38 C) bisa timbul setelah 12-24 jam pasca infark.
2. Denyut Nadi dan Tekanan Darah Sinus takikardi (100-120 x/mnt)
terjadi pada sepertiga pasien, biasanya akan melambat dengan
pemberian analgesic yang adekuat 
3. Pemeriksaan jantung, terdengar bunyi jantung S4 dan S3 , atau mur-
mur. Bunyi gesekan perikard jarang terdengar hingga hari ke dua atau
ketiga atau lebih lama lagi (hingga 6 minggu) sebagai gambatan
dari sindrom Dressler   
4. Pemeriksaan paru, Ronkhi akhir pernafasan bisa terdengar,
walaupun mungkin tidak terdapat gambaran edema paru pada radiografi.
Jika terdapat edema paru, maka hal itu merupakan komplikasi infark luas,
biasanya anterior.

     

www.esaunggul.ac.id
 Pengkajian Primer
o Airways
- Sumbatan atau penumpukan secret
- Wheezing atau krekles
o Breathing
- Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
- RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
- Ronchi, krekles
- Ekspansi dada tidak penuh
- Penggunaan otot bantu nafas
o Circulation
- Nadi lemah , tidak teratur
- Takikardi
- TD meningkat / menurun
- Edema
- Gelisah
- Akral dingin
- Kulit pucat, sianosis
- Output urine menurun

www.esaunggul.ac.id
 Pengkajian Sekunder
1. Keluhan Utama
2. Riwayat Kesehatan
3. Pemeriksaan Fisik ( Head To Toe )
4. Pemeriksaan Penunjang

www.esaunggul.ac.id
DIAGNOSA KEP
 Nyeri akut berhubungan dengan iskhemia jaringan sekunder 
terhadap sumbatan arteri koroner ditandai dengan : penurunan
curah jantung.
 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan faktor –
faktor listrik, penurunan karakteristik miokard
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemia / nekrosis jaringan
miokard
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran
darah ke alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran
alveolar – kapiler ( atelektasis, kolaps jalan nafas / alveolar edema
paru / efusi, sekresiberlebihan / perdarahan aktif )
 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan / penyumbatan
pembuluh darah arteri koronaria.
 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
tentang fungsi jantung / implikasi penyakit jantung, ditandai dengan
kecemasan.

www.esaunggul.ac.id
PERENCANAAN KEP
 Nyeri akut berhubungan dengan iskhemia jaringan sekunder 
terhadap sumbatan arteri koroner ditandai dengan : penurunan
curah jantung.
Tujuan :
o Setelah dilakukan tindakan keperawatan Nyeri berkurang / hilang
Kriteria hasil :
o Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan )
o Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri
o Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang stelah nyeri berkurang
Rasional :
o Observasi secara keseluruhan dilakukan untuk menentukan tingkat kenyamanan
serta untuk mennetukan perawatan tepat guna
o Keluhan nyeri dapat diamati melalui tanda – tanda vital serta reaksi non verbal
o Evaluasi dilakukan untuk mengukur keberhasilan perawatan yang dilakukan pada
klien serta untuk menentukan rencana berikutnya

www.esaunggul.ac.id
 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
faktor – faktor listrik, penurunan karakteristik miokard
Tujuan :
o Setelah dilakukan tindakan keperawatan, resiko penurunan curah jantung dapat
diminimalisir
Kriteria Hasil :
o Tanda vital dalam rentang normal ( TD, N, RR, Sh )
o Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
o Tidak ada edema paru, perifer dan tidak ada asites
o Tidak ada penurunan kesadaran
Rasional :
o Cardiac output akan sangat berpengaruh terhadap sistemik tubuh, mencatat itu
berguna dalam memberikan pengarahan dalam melakukan tindakan keperawatan
o Perawat atau tenaga medis bisa memberikan penanganan dan pengobtaan yang
tepat
o Untuk melihat keterbatasan klien yang diakibatkan penyakit yang diderita klien dan
dapat ditegakkan grade dari suatu gangguan klien

www.esaunggul.ac.id
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemia /
nekrosis jaringan miokard
Tujuan :
o Setelah dilakukan tindakan keperawatan, kecukupan energy psikologis atau fisiologis untuk
melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan terpenuhi.
Kriteria hasil :
o Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
o Mampu melakukan aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
o Tanda – tanda vital normal
o Energy psikomotor
o Level kelemahan
o Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
o Status kardiopulmunari adekuat
o Sirkulasi status baik
o Status respirasi pertukaran gas dan ventilasi adekuat
Rasional :
o Menelaah kemampuan aktifitas klien untuk membantu aktifitas klien yang dibutuhkan
o Mengidentifikasi hambatan dan kekurangan dalam penggunanaan energy dalam beraktifitas
o Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual mengurangi resiko kelelahan saat beraktifitas.

www.esaunggul.ac.id
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke
alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar – kapiler
( atelektasis, kolaps jalan nafas / alveolar edema paru / efusi,
sekresiberlebihan / perdarahan aktif )
Tujuan :
o Tidak terjadi resiko kelebihan atau deficit pada oksigenasi dan atau eliminasi karbon dioksida
pada membrane alveolar – kapiler
Kriteria hasil :
o Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
o Memelihara kebersihan paru dan bebas dari tanda – tanda distress pernafasan
o Mendemonstrasikanbatuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidaka ada cyanosis dan dyspnoe
( mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, ttidak ada pursed lips )
o Tanda – tanda vital dalam rentang normal
Rasional :
o Observasi dan monitoring respon klien dan tanda – tanda vital untuk menentukan tindakan
keperawatan yang tepat
o Mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskuler, pernafasan dan suhu tubuh untuk
menentukan dan mencegah komplikasi
o Bantuan ventilasi meningkatkan pola pernafasan spontan yang optimal dalam memaksimalkan
pertukaran oksigen dan karbondioksida di paru
o Bantuan oksigenasi memberikan oksigen dan memantau efektivitasnya

www.esaunggul.ac.id
 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan / penyumbatan
pembuluh darah arteri koronaria.
Tujuan :
o Tidak terjadi penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu
kesehatan
Kriteria hasil :
o Mendemonstrasikan status sirkulasi normal
o Mendemonstrasikan kemampuan kognitif
o Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh
Rasional :
o Untuk mengetahui faktor – faktor yang dapat ,mempengaruhi terjadinya
penurunan sirkulasi darah ke perifer sehingga dapat merencanakan
intervensi keperawatan yang tepat
o Untuk mengetahui perubahan status sirkulasi normal sehingga dapat
mengantisipasi intervensi pencegahan yang baik

www.esaunggul.ac.id
 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
tentang fungsi jantung / implikasi penyakit jantung, ditandai
dengan kecemasan.
Tujuan :
o Kebutuhan akan kurangnya informasi yang berkaitan dengan penyakitnya,
terpenuhi.
Kriteria hasil :
o Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi
dan prognosis dan program pengobatan
o Pasien dan keluarga mampu melaksanakanprosedur yang dijelaskan
secara benar
o Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat / tim kesehatan lainnya.
Rasional :
o Dengan mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman klien atau
keluarga, dapat memberikan intervensi teknik edukasi yang tepat untuk
pasien dan keluarga.

www.esaunggul.ac.id
 CASE DAN ASKEP

IMA TUGAS INDIVIDU BU RATNA.docx

www.esaunggul.ac.id
www.esaunggul.ac.id

Anda mungkin juga menyukai