Anda di halaman 1dari 21

www.medicastore.

com
Penyakit Osteoporosis
Pernahkah Anda melihat wanita tua bertubuh bongkok?
Wanita tua itu pasti menderita penyakit osteoporosis yang
menyebabkan tulang punggungnya melengkung.
Osteoporosis tidak menampakkan tanda-tanda fisik yang
nyata hingga terjadi keropos atau keretakan pada usia senja.

Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga


tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti
kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak mampu
mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih
rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.

Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita
muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon
estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.

Penyakit osteoporosis yang kerap disebut penyakit keropos tulang ini ternyata menyerang
wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri penyakit osteoporosis pada wanita ini
dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena gejala baru muncul setelah usia 50
tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini.

Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki
risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis
pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause,
sehingga osteoporosis datang lebih lambat.

Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu
1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta
akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Bayangkan betapa besar jumlah penduduk
yang dapat terancam penyakit osteoporosis.

Berikut ini fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat membukakan mata dan
meningkatkan kesadaran akan ancaman penyakit osteoporosis.

Studi di dunia:

• Satu diantara tiga wanita di atas usia 50 tahun dan satu diantara lima pria di atas
50 tahun menderita osteoporosis.
• Penderita osteoporosis di Eropa, Jepang, Amerika sebanyak 75 juta penduduk,
sedangkan China 84 juta penduduk.
• Ada 200 juta penderita osteoporosis di seluruh dunia.

Risiko kematian akibat patah tulang pinggul sama dengan kanker payudara. (Studi
Cummings et al, 1989)

Studi di Indonesia:

• Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak
18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita
53,6%, pria 38%.
• Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan
terjadi di Asia pada 2050. (Yayasan Osteoporosis Internasional)
• Mereka yang terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun. (Yayasan Osteoporosis
Internasional)
• Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang
osteoporosis atau keretakan tulang. (Yayasan Osteoporosis Internasional)
• Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis.
(DEPKES, 2006)
• Jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dari data terakhir
Depkes, yang mematok angka 19,7% dari seluruh penduduk dengan alasan
perokok di negeri ini urutan ke-2 dunia setelah China.

Jangan lewatkan wawancara eksklusif kami dengan dokter ahli penyakit osteoporosis
yaitu Prof. DR. dr. Ichramsjah A Rachman, Sp.OG (K) dan dr. Bambang Setiyohadi,
Sp.PD, KR.
Gejala Osteoporosis dan Diagnosa Osteoporosis
Penyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent disease karena proses kepadatan
tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis) dan
berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa disertai
adanya gejala.

Gejal-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti:

• patah tulang
• punggung yang semakin membungkuk
• hilangnya tinggi badan
• nyeri punggung

Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi hancur, maka akan
timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Hancurnya tulang belakang menyebabkan nyeri
punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami hancur secara spontan
atau karena cedera ringan.

Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung,
yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah
tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap
setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.

Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal
dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit.
Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau
karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul.

Hal yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah
persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu,
pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan.
Diagnosa Osteoporosis

Pada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis ditegakkan


berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan rontgen tulang. Pemeriksaan lebih lanjut
mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan lainnya penyebab osteoporosis yang
bisa diatasi.

Untuk mendiagnosa osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang dilakukan pemeriksaan


yang menilai kepadatan tulang. Di Indonesia dikenal 3 cara penegakan diagnosa penyakit
osteoporosis, yaitu:

1. Densitometer (Lunar) menggunakan teknologi DXA (dual-energy x-ray


absorptiometry). Pemeriksaan ini merupakan gold standard diagnosa
osteoporosis. Pemeriksaan kepadatan tulang ini aman dan tidak menimbulkan
nyeri serta bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit.

DXA sangat berguna untuk:

o wanita yang memiliki risiko tinggi menderita osteoporosis


o penderita yang diagnosisnya belum pasti
o penderita yang hasil pengobatan osteoporosisnya harus dinilai secara
akurat
2. Densitometer-USG. Pemeriksaan ini lebih tepat disebut sebagai screening awal
penyakit osteoporosis. Hasilnya pun hanya ditandai dengan nilai T dimana nilai
lebih -1 berarti kepadatan tulang masih baik, nilai antara -1 dan -2,5 berarti
osteopenia (penipisan tulang), nilai kurang dari -2,5 berarti osteoporosis (keropos
tulang). Keuntungannya adalah kepraktisan dan harga pemeriksaannya yang lebih
murah.
3. Pemeriksaan laboratorium untuk osteocalcin dan dioksipiridinolin, CTx. Proses
pengeroposan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan penanda biokimia
CTx (C-Telopeptide). CTx merupakan hasil penguraian kolagen tulang yang
dilepaskan ke dalam sirkulasi darahsehingga spesifik dalam menilai kecepatan
proses pengeroposan tulang. Pemeriksaan CTx juga sangat berguna dalam
memantau pengobatan menggunakan antiresorpsi oral.

Proses pembentukan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan penanda bioklimia N-


MID-Osteocalcin. Osteocalcin merupakan protein spesifik tulang sehingga pemeriksan
ini dapat digunakan saebagai penanda biokimia pembentukan tualng dan juga untuk
menentukan kecepatan turnover tulang pada beberapa penyakit tulang lainnya.
Pemeriksaan osteocalcin juga dapat digunakan untuk memantau pengobatan osteoporosis.

Di luar negeri, dokter dapat pula menggunakan metode lain untuk mendiagnosa penyakit
osteoporosis, antara lain:

1. Sinar x untuk menunjukkan degenerasi tipikal dalam tulang punggung bagian


bawah.
2. Pengukuran massa tulang dengan memeriksa lengan, paha dan tulang belakang.
3. Tes darah yang dapat memperlihatkan naiknya kadar hormon paratiroid.
4. Biopsi tulang untuk melihat tulang mengecil, keropos tetapi tampak normal.

Penyebab Osteoporosis dan Faktor Risiko Osteoporosis


Sebenarnya, apa yang menyebabkan terjadinya osteoporosis? Berikut ini beberapa
penyebab osteoporosis:

1. Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon


utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam
tulang pada wanita.

Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi
bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat.

Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis
postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita
penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium


yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan
hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru.

Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini
biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang
wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.

3. Osteoporosis sekunder dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang


disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan.

Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan
hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya
kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan).

Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan


osteoporosis.

4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang


penyebabnya tidak diketahui.

Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan
fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki
penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

Faktor Risiko Osteoporosis

1. Wanita
Osteoporosis lebih banyak terjadi
pada wanita. Hal ini disebabkan
pengaruh hormon estrogen yang
mulai menurun kadarnya dalam
Terapi dan Pengobatan Osteoporosis
Terapi dan pengobatan osteoporosis bertujuan untuk meningkatkan kepadatan tulang
untuk mengurangi retak tambahan dan mengontrol rasa sakit. Untuk terapi dan
pengobatan osteoporosis sebenarnya memerlukan suatu tim yang terdiri dari
multidisipliner minimal antara lain departemen bedah, departemen penyakit dalam,
departemen psikologi, departemen biologi, departemen obstetri dan ginekologi,
departemen farmakologi.

Penyakit osteoporosis selain mempengaruhi tubuh, juga mempengaruhi kondisi psikis


penderitanya terutama akibat patah tulang sehingga terapi dan pengobatan osteoporosis
pun melibatkan spesialis kejiwaan. Tidak hanya itu, departemen kedokteran olahraga juga
diperlukan dalam terapi dan pengobatan osteoporosis.

Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan kalsium dan


mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan hormon dalam jumlah yang
mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita
dan testosteron pada pria).

Oleh sebab itu Departemen gizi klinik juga memiliki peranan dalam terapi dan
pengobatan osteoporosis. Spesialis gizi klinik dapat membantu menjaga agar asupan gizi
penderita osteoporosis terutama kalsium dan vitamin D tercapai agar penyerapan kalsium
dari makanan dan pemasukan ke dalam tulang berlangsung optimal.

Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai kepadatan


maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara
perlahan. Oleh sebab itu, kepadatan tulang harus dijaga sejak masih muda agar saat
tuanya tidak menderita osteoporosis.

Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan
vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita pasca menopause yang menderita
osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron)
atau alendronat (golongan bifosfonat) yang bisa memperlambat atau menghentikan
penyakitnya.

Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin
D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak menyerap
kalsium dalam jumlah yang mencukupi.Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan
testosteron.

Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda
nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik. Penjepit punggung
mungkin penting untuk mendukung vertebra yang lemah dan operasi dapat memperbaiki
bweberapa keretakan. Pengobatan hormonal dan flouride dapat membantu. Penyakit
osteoporosis yang disebabkan oleh gangguan lain dapat dicegah melalui pengobatan yang
efektif pada gangguan dasarnya, seperti terapi kortikosteroid.

Menangani Patah Tulang Osteoporosis

Patah tulang osteoporosisyang paling sering terjadi adalah pada patah tulang vertebra
(tulang punggung), tulang leher femur dan tulang gelang tangan (patah tulang Colles).
Adapun frekuensi patah tulang leher femur adalah 20% dari total jumlah patah tulang
osteoporosis.

Dari semua patah tulang osteoporosis, yang paling memberikan masalah dibidang
morbiditas, mortalitas, beban sosisoekonomik dan kualitas hidup adalah patah tulang
leher femur sehingga bila tidak diambil tindakan untuk mengatasi penyakit osteoporosis
diperkirakan pada tahun 2050 jumlah patah tulang leher femur di seluruh dunia akan
mencapai 6,26 juta dan lebih dari separuhnya di Asia.

Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul biasanya diatasi
dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau diperbaiki
dengan pembedahan. Operasi ini dilakukan oleh spesialis bedah tulang (orthopaedi).
Setelah operasi, penderita harus menjalani fisioterapi untuk memulihkan kemampuan
tulang yang pernah patah.

Biaya tatalaksana patah tulang osteoporosis di Inggris tercatat 942 juta poundsterling per
tahun dan cenderung meningkat. Di Amerika, tatalaksana patah tulang osteoporosis
diperkirakan mencapai 10-15 milyar dolar pertahun. Sayangnya, belum ada yang meneliti
berapa jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan di Indonesia.

Penatalaksanaan patah tulang osteoporosis memerlukan biaya yang sangat besar sehingga
sebaiknya mencoba untuk mencegah agar jangan sampai terjadi patah tulang pada
penderita osteoporosis.

Ada dua macam pencegahan patah tulang osteoporosis yaitu dengan cara non-
farmakologis dan cara faramakologis. Cara non farmakologis atau tanpa obat-obatan
dengan memperbaiki dan meningkatkan mutu nutrisi dimana diperhatikan asupan
kalsium, vitamin D seumur hidup. Olahraga Tai-Chi ternyata berguna untuk memperbaiki
keseimbangan tubuh penderita osteoporosis.

Untuk lansia, penting untuk mencegah terjadinya jatuh di rumah/lingkungan rumah


karena hampir semua penderita patah tulang di rumah. Usahakan agar faktor-faktor yang
dapat mengakibatkan jatuh dihilangkan seperti lantai licin, karpet longgar, keadaan
tangga, pengobatan sedatif (membuat ngantuk).

Cara farmakologik menggunakan obat-obatan dimana yang paling sering dipakai adalah
obat golongan bifosfonat yang dikombinasikan dengan asupan kalsium dan vitamin D.
Obat-obatan lain seperti terapi sulih hormon, hormon paratiroid dan kalsitonin dan
SERM.

Latihan Fisik Mencegah & Mengobati Osteoporosis

Pada osteoporosis, latihan jasmani dilakukan untuk mencegah dan mengobati penyakit
osteoporosis. Latihan jasmani menggunakan beban berguna untuk melenturkan dan
menguatkan tulang. Latihan jasmani sebaiknya dilakukan sejak muda dan terus
dilanjutkan sampai tua.

Dr. Ade Tobing, Sp.KO mengenalkan latihan fisik yang baik, benar, terukur dan teratur
(BBTT). Latihan yang baik artinya latihan terbagi menjadi 3 sesi yaitu pemanasan &
peregangan selama 10-15 menit, latihan inti selama 20-60 menit,dan peregangan &
pendinginan selama 5-10 menit.

Latihan yang benar artinya memberikan latihan yang sesuai dengan tingkat kesehatan,
tingkat aktivitas fisik dan tingkat kebugaran masing-masing individu yang dapat
diketahui pada saat pemeriksaan pra latihan. Hal ini bertujuan agar masing-masing
individu terjawab kebutuhannya yang berbeda dengan yang lain.

Latihan yang terukur artinya mengukur jumlah detak jantung per menit untuk mengetahui
intensitas latihan. Detak jantung per menit maksimum adalah 220 dikurangi usia. Satu hal
yang tidak kalah penting adalah latihan yang teratur dan berkesimabungan dari anak-anak
sampai tua.

Latihan fisik (BBTT) bermanfaat tidak hanya dalam meningkatkan kekuatan dan
kelenturan tulang, tapi juga dapat meningkatkan keseimbangan, kebugaran jantung-paru,
dan dapat memelihara dan meningkatkan massa tulang.

Persatuan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) bersama Persatuan Warga Tulang Sehat


Indonesia (PERWATUSI) telah mengembangkan senam osteoporosis yang untuk
mencegah dan mengobati osteoporosis. Sosialisasi mengenai senam osteoporosis ini pun
sedang dilakukan kepada masyarakat.

Pilihan Obat Osteoporosis


Pengobatan osteoporosis dan penyakit tulang lainnya terdiri dari berbagai
macam obat (bifosfonat / bisphosphonates, terapi hormon estrogen,
selective estrogen receptor modulators atau SERMs) dan asupan kalsium
dan vitamin D yang cukup.

Obat untuk osteoporosis harus menunjukkan kemampuan melindungi dan


meningkatkan massa tulang juga menjaga kualitas tulang supaya
mengurangi resiko tulang patah. Beberapa obat meningkatkan ketebalan
tulang atau memperlambat kecepatan penghilangan tulang.

1. Golongan Bifosfonat

Bisfosfonat oral untuk osteoporosis pada wanita postmenopause khususnya, harus


diminum satu kali seminggu atau satu kali sebulan pertama kali di pagi hari
dengan kondisi perut kosong untuk mencegah interaksi dengan
makanan.Bisfosfonat dapat mencegah kerusakan tulang, menjaga massa tulang,
dan meningkatkan kepadatan tulang di punggung dan panggul, mengurangi risiko
patah tulang.

Golongan bifosfonat adalah Risedronate, Alendronate, Pamidronate, Clodronate,


Zoledronate (Zoledronic acid), Asam Ibandronate. Alendronat berfungsi:

o mengurangi kecepatan penyerapan tulang pada wanita pasca menopause


o meningkatakan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul
o mengurangi angka kejadian patah tulang.

Supaya diserap dengan baik, alendronat harus diminum dengan segelas penuh air
pada pagi hari dan dalam waktu 30 menit sesudahnya tidak boleh makan atau
minum yang lain. Alendronat bisa mengiritasi lapisan saluran pencernaan bagian
atas, sehingga setelah meminumnya tidak boleh berbaring, minimal selama 30
menit sesudahnya.

Asam Ibandronate adalah bifosfonat yang sangat poten dan bekerja secara selektif
pada jaringan tulang dan secara spesifik menghambat akjtivitas osteoklastanpa
mempengaruhi formasi tulang secara langsung. Dengan kata lain menghambat
resorpsi tulang. Dosis 150 mg sekali sebulan.

Selain untuk osteoporosis golongan bifosfonat juga digunakan untuk terapi


lainnya misalnya untuk hiperkalsemia, sebagai contoh Zoledronic acid.
Zoledronic acid digunakan untuk mengobati kadar kalsium yang tinggi pada darah
yang mungkin disebabkan oleh jenis kanker tertentu. Zoledronic acid juga
digunakan bersama kemoterapi kanker untuk mengobati tulang yang rusak yang
disebabkan multiple myeloma atau kanker lainnya yang menyebar ke tulang.

Zoledronic acid bukan obat kanker dan tidak akan memperlambat atu
menghentikan penyebaran kanker. Tetapi dapat digunakan untuk mengobati
penyakit tulang yang disebabkan kanker. Zoledronic acid bekerja dengan cara
memperlambat kerusakan tulang dan menurunkan pelepasan kalsium dari tulang
ke dalam darah.

2. Selective Estrogen Receptor Modulator (SERM)

Sementara terapi sulih hormon menggunakan estrogen pada wanita pasca


menopause, efektif mengurangi turnover tulang dan memperlambat hilangnya
massa tulang. Tapi pemberian estrogen jangka panjang berkaitan dengan
peningkatan resiko keganasan pada rahim dan payudara. Sehingga sekarang
sebagai alternatif pengganti estrogen adalah golongan obat yang disebut SERM
(Selective Estrogen Receptor Modulator). Obat ini berkhasiat meningkatkan
massa tulang tetapi tidak memiliki efek negatif dari estrogen, obat golongan
SERMs adalah Raloxifene.

3. Metabolit vitamin D

Sekarang ini sudah diproduksi metabolit dari vitamin D yaitu kalsitriol dan alpha
kalsidol. Metabolit ini mampu mengurangi resiko patah tulang akibat
osteoporosis.

4. Kalsitonin

Kalsitonin dianjurkan untuk diberikan kepada orang yang menderita patah tulang
belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan dalam bentuk suntikan atau
semprot hidung. Salmon Kalsitonin diberikan lisensinya untuk pengobatan
osteoporosis. Sekarang ini juga ada yang sintetiknya. Sediaan yang ada dalam
bentuk injeksi. Dosis rekomendasinya adalah 100 IU sehari, dicampur dengan
600mg kalsium dan 400 IU vitamin D. Kalsitonin menekan aksi osteoklas dan
menghambat pengeluarannya.

5. Strontium ranelate

Stronsium ranelate meningkatkan pembentukan tulang seperti prekursor osteoblas


dan pembuatan kolagen, menurunkan resorpsi tulang dengan menurunkan
aktivitas osteoklas. Hasilnya adalah keseimbangan turnover tulang dalam proses
pembentukan tulang. Berdasarkan hasil uji klinik, stronsium ranelate terbukti
menurunkan patah tulang vertebral sebanyak 41% selama 3 tahun.

Pencegahan Osteoporosis
Menurut dr. Bambang Setiyohadi, Sp.PD, KR pencegahan osteoporosis sebaiknya
dilakukan sejak masih dalam kandungan. Sang ibu harus mengkonsumsi kalsium dengan
cukup sehingga tulang bayi dalam kandungan tumbuh optimal dan tidak mengambil
cadangan kalsium dari tulang ibu.

Prof. DR. Dr. Ichramsjah A Rachman, Sp.OG (K) juga lebih menekankan pentingnya
pencegahan dibandingkan pengobatan. Hal yang paling penting adalah menyadari akan
kejadian osteoporosis yang mengancam terutama wanita.
Semua manusia di dunia pasti akan menjadi tua baik pria maupun wanita.Proses penuaan
telah terjadi sejak manusia dilahirkan ke dunia dan terus menerus terjadi sepanjang
kehidupannya. Khususnya pada wanita, proses ini mempunyai dampak tersendiri
berkaitan dengan proses siklik haid setiap bulannya yang mulaiu terganggu dan akhirnya
menghilang sama sekali.

Terganggunya atau sampai hilangnya proses haid (menopause dan pasca menopause)
disebabkan penurunana dan hilangnya hormon estrogen. Ini adalah hal yang normal dan
alamiah. Namun, penerimaannnya berbeda-beda diantara wanita.

Dengan turunnya kadar hormon estrogen maka proses osteoblas (pembentukan tulang)
terhambat dan dua hormon yang berperan dalam proses ini yaitu D, PTH pun turun
sehingga dimulai hilangnya kadar mineral tulang.

Apabila hal ini terus berlanjut dan akibat kelanjutan harapan hidup masih akan mencapai
keadaan osteoporosis yaitu kondisi dimana massa tulang demikian rendah sehingga
tulang mudah patah. Diketahui 85% wanita menderita osteoporosis yang terjadi sekitar 10
tahun setelah menopause, atau 8 tahun setelah pengangkatan kedua ovarium.

Jadi, para wanita perlu lebih waspada akan ancaman penyakit osteoporosis dibandingkan
pria. Karena penyakit ini baru muncul setelah usia lanjut, wanita muda harus sadar dan
segera melakukan tindakan pencegahan sebagai berikut, antara lain:

1. Asupan kalsium cukup


Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan
tulang dapat dilakukan dengan mengkonsumsi
kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan
tambahan vitamin D setiap hari, bisa
meningkatkan kepadatan tulang pada wanita
setengah baya yang sebelumnya tidak
mendapatkan cukup kalsium.

Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis


harian yang dianjurkan untuk usia produktif
adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan
untuk usia lansia dianjurkan 1200 mg per hari.

Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama


sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Pilihlah
makanan sehari-hari yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu,
keju dan kacang-kacangan.

2. Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore)


Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang
dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang. Untungnya, Indonesia
beriklim tropis sehingga sinar matahari berlimpah. Berjemurlah di bawah sinar
matahari selama 30 menit pada pagi hari sebelum jam 09.00 dan sore hari sesudah
jam 16.00.
3. Melakukan olah raga dengan beban
Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi
sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olah raga beban
misalnya berjalan dan menaiki tangga tetapi berenang tidak meningkatkan
kepadatan tulang.

Dr. Ade Tobing, Sp.KO kini mengenalkan yang disebut latihan jasmani yang baik,
benar, terukur dan teratur (BBTT). Latihan BBTT ternyata terbukti bermanfaat
dalam memelihara dan meningkatkan massa tulang. Oleh sebab itu, latihan fisik
(BBTT) dapat dilakukan untuk mencegah dan mengobati penyakit osteoporosis.

4. Gaya hidup sehat


Tidak ada kata terlambat untuk melakukan gaya hidup sehat. Menghindari rokok
dan alkohol memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan risiko
osteoporosis. Konsumsi kopi, minuman bersoda, dan daging merah pun dilakukan
secara bijak.
5. Hindari obat-obatan tertentu
Hindari obat-obatan golongan kortikosteroid. Umumnya steroid ini diberikan
untuk penyakit asma, lupus, keganasan. Waspadalah penggunaan obat antikejang.
Jika tidak ada obat lain, maka obat-obatan tersebut dapat dikonsumsi dengan
dipantau oleh dokter.
6. Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)
o Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan
sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen
paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru
dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa memperlambat
kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang.
o Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang
mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan
tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim.
o Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa
digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.

Wanita muda sasaran osteoporosis


20/03/2006 - Scientific medicastore

Sekitar 80% persen penderita osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang
mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Wanita ini bisa mengalami
kerapuhan tulang karena mereka memiliki tingkat estrogen yang lebih rendah, suatu
hormon yang membantu menyimpan kalsium. Dan masalah diperparah dengan diet yang
tidak cukup nutrisi terutama kalsium

Siapa sajakan wanita muda yang cenderung menjadi sasaran osteoporosis, dapat kita
lihat sebagai berikut:
1. Keturunan Penderita
Jika ada anggota keluarga yang menderita osteoporosis, maka berhati-hatilah.
Osteoporosis menyerang penderita dengan karakteristik tulang tertentu. Seperti kesamaan
perawakan dan bentuk tulang tubuh. Itu artinya dalam garis keluarga pasti punya struktur
genetik tulang yang sama. Jadi jagalah tulang anda mulai dari sekarang agar tidak
diwarisi penyakit itu.

2. Kurus dan Mungil


Perawakan kurus dan mungil memiliki bobot tubuh cenderung ringan, padahal tulang
akan giat membentuk sel asal ditekan oleh bobot yang berat. Karena posisi tulang
menyangga bobot maka tulang akan terangsang untuk membentuk massa pada area
tersebut. Terutama pada derah pinggul dan panggul. Jika bobot tubuh ringan maka massa
tulang cenderung kurang terbentuk sempurna.

3. Malas Olahraga
Wanita yang malas bergerak atau olahraga akan terhambat proses osteoblasnya. Selain itu
kepadatan massa tulang akan berkurang. Semakin banyak gerak dan olahraga maka otot
akan memacu tulang untuk membentuk massa.

4. Pola Makan dan Minum yang Buruk


Jangan terlalu banyak mengkonsumsi daging merah dan minuman bersoda, karena
keduanya mengandung fosfor yang meangsang pembentukan horman parathyroid,
penyebab pelepasan kalsium dari dalam darah.
Minuman berkafein dan beralkohol juga dapat menimbulkan tulang keropos, rapuh dan
rusak. Hal ini dipertegas oleh Dr.Robert Heany dan Dr. karen Rafferty dari creighton
University Osteoporosis Research Centre di Nebraska yang menemukan hubungan antara
minuman berkafein dengan keroposnya tulang. Hasilnya adalah bahwa air seni peminum
kafein lebih banyak mengandung kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses
pembentukan tulang. Selain itu kafein dan alkohol bersifat toksin yang menghambat
proses pembentukan massa tulang (osteoblas).

5. Mengkonsumsi Obat Kortikosteroid


Obat ini sering digunakan sebagai anti peradangan pada penyakit asma dan alergi. Jika
sering dionsumsi dalam jumlah tinggi akan mengurangi massa tulang. Sebab,
kortikosteroid menghambat proses osteoblas. Konsultasikan ke dokter sebelum anda
minum obat jenis ini agar dosisnya tepat dan tidak merugikan tulang.

6. Kurang Kalsium
Jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang akan
mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di tulang.
Cara Mencegah Osteoporosis

Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan kemungkinan terkena


osteoporosis, gangguan yang menyebabkan tulang menjadi keropos dan rapuh. Cara
paling tepat mengatasinya adalah memaksimalkan kepadatan tulang saat masih muda.

Umumnya, orang mulai mengalami kerapuhan dan kelemahan tulang pada umur 30
sampai 35. Idealnya, pencegahan osteoporosis sebaiknya dimulai sejak anak-anak. Tetapi
tidak masalah berapapun usia Anda kini, Anda masih dapat membuat pilihan makanan
dan gaya hidup berbeda untuk menjaga tulang tetap kuat.

• Orang dewasa perlu makan makanan yang kaya kalsium (1000-1200 mg per hari)
untuk mencegah osteoporosis. The National Institutes of Health menganjurkan
bahkan lebih banyak kalsium sampai 1.500 mg per hari untuk Anda yang berumur
diatas 65 tahun. Makanan yang kaya kalsium adalah susu, yogurt, keju, ikan
salmon, dan brokoli. Satu gelas susu mengandung sekitar 300 mg kalsium.
• Kalau anda beresiko terkena osteoporosis, dokter akan memberikan tablet
kalsium. Namun kalsium bisa berbahaya pada kondisi tertentu. Karena itu,
tanyakan kepada dokter sebelum minum suplemen kalsium dosis tinggi.
Suplemen kalsium dianjurkan bagi mereka yang tidak kuat dengan laktosa dan
bagi mereka yang tidak rutin mengkonsumsi tiga atau lebih makanan yang
mengandung kalsium sehari-hari
• Yang dibutuhkan untuk membantu menyimpan kalsium dalam tulang. kebutuhan
ini dapat tercukupi dari minum susu. Vitamin D yang murah dan gratis adalah
sinar matahari, karena tubuh membuat vitamin D ketika sinar ultra violet
menyentuh kulit.
• Rajin berjalan kaki, berdansa, senam atau joging.

Osteoporosis bukan hanya milik kaum wanita,


pria juga beresiko terkena osteoporosis
12/05/2004 -

Mungkin sedikit mengejutkan Anda bahwa pada kenyataannya osteoporosis (tulang


keropos) juga bisa menyerang kaum pria. Kita semua tahu bahwa osteoporosis
merupakan kasus yang cukup membahayakan fisik pada wanita bahkan dapat
menyebabkan kematian. Sekitar 20 % yang menderita patah tulang karena osteoporosis
akhirnya meninggal dalam kurun waktu setahun. Atau minimal dapat menyebabkan
ketidakmampuan fisik yang kronis akibat patah tulang karena osteoporosis.

Tapi kita (yang termasuk di dalamnya dokter, publik dan media) sepertinya tidak terlalu
memperhatikan bahwa sebenarnya osteoporosis merupakan ancaman juga bagi kehidupan
kaum pria. Padahal survei membuktikan bahwa satu dari tiga kasus osteoporosis terjadi
pada pria, dan untuk kasus patah tulang akibat osteoporosis angka kematian pada pria
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.

Berangkat dari kenyataan bahwa angka kesakitan karena patah tulang yang lebih tinggi
tersebut, penanganan yang harus dilakukan sebenarnya adalah mencegah terjadinya hal
tersebut dengan menangani osteoporosis lebih dini, baik pada wanita maupun pria.
Penelitian tersebut menuliskan, " Waktu yang tepat untuk menangani penderita adalah
sebelum mereka mendapatkan cedera patah tulang akibat osteoporosis".

Perlu diingatkan kembali bahwa osteoporosis merupakan penyebab kerusakan tulang, dan
kita semua (pria, wanita, tua maupun muda) perlu melakukan pencegahan dan
penanganan osteoporosis sedini mungkin.

Untuk melakukan pencegahan, kita harus tahu faktor-faktor apa saja yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis. Ada beberapa faktor yang berperan
terhadap terjadinya osteoporosis.

Pertama faktor keturunan atau ras, yang berarti kita tidak bisa terlalu banyak melakukan
intervensi dengan mengganti gen penyebabnya, misalnya. Biasanya resiko meningkat
pada ras kulit putih seperti Eropa atau Asia.

Yang kedua adalah faktor usia. Semakin tua seseorang akan semakin besar kemungkinan
terkena osteoporosis.

Kemudian yang ketiga adalah faktor lingkungan seperti misalnya:

• Mendapatkan pengobatan jangka panjang (misalnya kortikosteroid, antikejang)


• Efek dari penyakit lain seperti hipotiroidisme atau sindroma malabsobsi
• Mendapat menopause dini

Dari beberapa faktor yang telah disebutkan, terlihat agak sulit untuk menghindarinya.
Berita baiknya, ada beberapa faktor resiko yang mudah sekali dihindari untuk
mengurangi resiko terjadinya osteoporosis, yaitu:

• Hilangkan kebiasaan merokok


• Berolahraga yang dapat menguatkan otot karena sekaligus menguatkan tulang,
misalnya jalan, jogging, dll.
• Makanlah makanan yang banyak mengandung kalsium dan vitamin D (bagi Anda
yang telah berusia di atas 50 tahun atau memiliki faktor resiko besar, sebaiknya
mengkonsumsi suplemen kalsium dan vitamin D).
• Jangan terlalu banyak mengkonsumsi kafein ataupun alkohol
• Jangan terlalu kurus. Lebih gemuk seseorang, lebih rendah mendapatkan faktor
resiko terjadinya osteoporosis (tapi hati-hati jangan sampai menjadi obesitas).
Meskipun tidak ada kata terlambat untuk memulai memperkokoh tulang Anda, akan lebih
baik bila hal itu dilakukan pada usia muda karena penelitian menunjukkan bahwa pada
anak usia 10-11 tahun yang aktif berolahraga memiliki tulang yang lebih kuat ketika
dewasa. Setidaknya mereka meminimalkan resiko terkena osteoporosis.
Pada usia-usia ini penyerapan kalsium, yang merupakan komponen terbesar tulang, masih
sangat baik, apalagi bila disertai aktifitas olahraga dan makan-makanan yang banyak
mengandung kalsium dan vitamin D.

Lalu bagaimana bila Anda sudah berusia di atas 50 tahun. Osteroporosis Society of
Canada merekomendasikan bagi pria maupun wanita usia ini
untuk melakukan pemeriksaan tulang seperti bone scan, untuk
pencegahan atau kemudian mendapatkan terapi sebelum
terlambat (baca: terjadi patah tulang)

Tentu belakangan kita mendengar tentang terapi hormon bagi


penderita wanita. Namun sekarang banyak dokter yang kurang
suka menggunakannya karena efeknya yang kurang
menyenangkan. Mereka lebih suka menggunakan obat-obatan
seperti raloxifene, golongan biophophonate seperti
alendronate, juga untuk terapi osteoporosis pada pria.

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa lebih


baik sedini mungkin maksimalkan kepadatan tulang Anda selagi masih muda sebelum
terlambat.

Kurangi risiko patah tulang penderita


osteoporosis
21/05/2007 - Scientific Medicastore

Tidak banyak yang menyadari bahwa kini banyak orang lanjut usia di lingkungan sekitar
kita. Usia harapan hidup (UHH) penduduk Indonesia ternyata semakin meningkat dimana
UHH untuk tahun 2000-2005 sebesar 67,68 tahun dan proporsi jumlah penduduk usia
lanjut pun bertambah menjadi 8,1 %.

Data tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak penduduk usia lanjut di Indonesia.
Usia lanjut dimana ≥ 65 tahun merupakan salah satu faktor risiko penyakit osteoporosis
atau penyakit keropos tulang.

Osteoporosis adalah penyakit berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, yang


menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Penyakit keropos tulang ini lazim
diderita oleh orang lanjut usia.

Osteoporosis alami terjadi pada wanita menopause dimana produksi hormon estrogen
menurun sehingga tidak ada kontrol terhadap osteoklas yang berfungsi meresorpsi tulang.
Tidak hanya wanita, osteoporosis pun menyerang pria.

Namun sebenarnya pria juga bisa terkena osteoporosis. Pada pria, testosteron akan diubah
menjadi estrogen oleh enzim di dalam darah. Bedanya dengan wanita, pria tidak
mengalami menopause sehingga osteoporosis datang lebih lambat.

Penderita osteoporosis memiliki tulang yang rapuh sehingga rentan terjadinya fraktur
atau patah tulang. Tulang yang berisiko patah adalah tulang pada dengkul, jari tangan,
dan pinggul. Patah tulang pinggul pada wanita ternyata memiliki risiko kematian yang
serupa dengan penyakit lain seperti kanker payudara yaitu 2,8%.

Dr. Bambang Setyohadi, SpPD KR, ketua Divisi Reumatologi Departemen Penyakit
Dalam FKUI menjelaskan bahwa kematian yang terjadi bukan akibat patah tulang
melainkan karena infeksi paru-paru akibat terus berbaring. Biaya perawatan pun menjadi
mahal karena perawatan yang lama di RS.

Ada cara mudah untuk mengetahui progesivitas


osteoporosis yaitu dengan mengukur tinggi badan.
Penderita osteoporosis akan mengalami penurunan
tinggi badan akibat tulang leher yang menyambung ke
punggung menjadi semakin melengkung.

“Mencegah patah lebih baik daripada mengobati,”


ungkap Dr. Bambang Setyohadi, SpPD-KR yang lulus
dari spesialis penyakit dalam FKUI tahun 1994. Patah
tulang biasa terjadi setelah penderita osteoporosis jatuh,
sehingga mencegah jatuh pun menjadi penting.

Rumah yang ditempati sehari-hari pun bisa jadi menjadi Dr. Bambang Setyohadi, SpPD-
ancaman. Sebaiknya penderita osteoporosis KR
menghindari karpet yang melekuk, kabel yang
melintang, permukaan licin seperti di kamar mandi, ataupun alas kaki yang terlalu
longgar.

Selain itu, cara lain yang bisa dicoba adalah dengan memasang pegangan tangan (hand
rails) di kamar mandi, memperbaiki penglihatan misal dengan menggunakan kaca mata,
atau memperbaiki kekuatan otot dan keseimbangan dengan latihan.

Ada 4 tujuan penanganan osteoporosis, yaitu :

1. Mencegah berlanjutnya kehilangan massa tulang.


2. Menstimulasi pembentukan tulang.
3. Cegah terjadinya fraktur (patah tulang) dan mikrofraktur (keretakan tulang).
4. Mengatasi nyeri.
“Ada banyak obat untuk keropos tulang tapi golongan bifosfonat merupakan primadona
di dunia.,” ungkap Dr. Bambang Setyohadi, SpPD-KR dalam press conference REAL
Study di Hotel Borobudur, Jakarta.

Bifosfonat merupakan zat sintetik stabil yang bekerja menghambat kerja osteoklas dalam
meresorpsi dan pergantian (turnover) tulang. Bifosfonat menurunkan risiko patah tulang
sampai 30-50%.

Dalam sebuah studi yang bernama Studi Cohort Retrospektif , dievaluasi onset penurunan
patah tulang dengan terapi menggunakan risedronate dan alendronate di bawah kondisi
Real World. Real World adalah data observasi yang diambil dari praktek klinik sehari-hari
yang memberikan informasi hasil perngobatan pasien dalam kehidupan nyata.

Data Real World melengkapi data dari uji klinik acak terkontrol dengan menilai
kemampuan obat untuk mencapai efek yang diinginkan dalam kehidupan nyata pada
sejumlah besar pasien luas dalam praktek-praktek kesehatan (efektivitas).

Pasien yang dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu wanita berusia lebih dari 65 tahun dan
pengguna baru terapi sekali seminggu dengan baik alendronate atau risedronate.
Kemudian dinilai insidens fraktur nonvebtebral setelah 6 bulan dan 12 bulan.

Setelah tahun pertama terapi menggunakan risedronate, terjadi penurunan patah tulang
pinggul sebesar 43% dan patah tulang non-vertebral sebesar 18% dibandingkan
alendronate.

Studi tersebut menyimpulkan bahwa pasien menggunakan risedronat memiliki insiden


patah tulang nonvertebral dan pinggul yang lebih rendah dibandingkan pasien yang
menggunakan alendronate.

Jangan tunggu sampai kena osteoporosis. Sedari muda lakukan usaha untuk mencegah
penyakit keropos tulang. Berikut ini saran dari Dr. Bambang Setyohadi, SpPD-KR yang
telah mengambil subspesialis reumatologi FKUI agar masa tua terhindar osteoporosis:

1. Asupan kalsium yang cukup. Susu adalah sumber kalsium, tapi kalsium dapat
diperoleh dari mana saja seperi sayuran dan makanan lain. Kombinasi vitamin D
dan kalsium menurunkan risiko fraktur.
2. Latihan yang teratur. Latihan dapat meningkatkan kelenturan tulang.
3. Kenali defisiensi testosteron.
4. Hindari merokok dan alkohol.
5. Kenali penyakit kronik tertentu.
6. Hindari obat-obatan tertentu misal steroid.
7. Hindari risiko terjatuh.
Osteoporosis
Jumat, 19 Oktober 2007 - Dikirim oleh: rufina
Rubrik : Ensik Balita

Adalah suatu keadaan dimana kepadatan tulang mulai berkurang dan disertai kerusakan
mikroarsitektur tulang, sehingga tulang akan menjadi rapuh dan mudah patah.

Osteoporosis dapat terjadi baik pada pria maupun wanita. Namun resiko terjadinya osteoporosis
pada wanita lebih tinggi karena mengalami menopause (> 45 tahun). Yaitu masa dimana terjadi
penurunan kadar hormon estrogen dalam tubuh (= masa berhenti haid). Sedangkan pada pria
osteoporosis terjadi di usia lanjut ( > 70 th).

Osteoporosis disebabkan gangguan metabolisme tulang, yaitu kerja sel penghancur tulang
melebihi kerja sel pembentuk tulang. Akibatnya lama kelamaan tulang menjadi keropos.
Gangguan ini dapat terjadi secara fisiologis akibat proses penuaan yang disertai dengan
menurunnya hormon, kurang asupan kalsium dan vitamin D, disertai dengan faktor-faktor
pendukung lainnya.

Gejala yang timbul bervariasi, namun umumnya terjadi tanpa gejala, sehingga seringkali
seseorang tidak menyadari dirinya menderita osteoporosis sampai terjadinya patah tulang.

Untuk mengetahui secara dini terjadinya osteoporosis, dapat digunakan beberapa pemeriksaan 
seperti :
Pengukuran kepadatan massa tulang (Bone Mineral Density/BMD) dengan Densitometer.
Pemeriksaan Laboratorium dengan mengukur petanda biokimiawi untuk mengetahui
keseimbangan pembentukan dan penghancuran tulang.

Akibat yang ditimbulkan dari osteoporosis yaitu mudah terjadi patah tulang, meskipun hanya
karena trauma ringan ataupun saat mengangkat beban berlebih. Tubuh makin lama makin
membungkuk.

Untuk itu perlu diketahui cara mencegah terjadinya osteoporosis. Antara lain :
Kalsium yang cukup; kalsium diperlukan untuk pembentukan tulang, karena itu kebutuhan akan
kalsium harus dipenuhi. Sumber kalsium yang terbaik adalah makanan, tetapi bila tidak
mencukupi maka diperlukan tambahan kalsium dari suplemen kalsium.
Makanan yang banyak mengandung kalsium : susu, keju, yogurt. Kebutuhan kalsium usia > 50 th
: 800-1200 mg.
Vitamin D; diperlukan untuk membantu penyerapan kalsium pada usus, sehingga asupan kalsium
dapat digunakan tubuh dengan maksimal. Kebutuhan vitamin D usia > 50 th : 5 mcg.
Bifosfonat; obat golongan bifosfonat bekerja dengan cara menghambat kerja sel penghancur
tulang secara berlebihan. Berberapa jenis obat golongan bifosfonat seperti alendronate, dapat
digunakan untuk mencegah terjadinya osteoporosis.
Olahraga yang teratur; dianjurkan untuk melakukan weight bearing / olahraga yang memberikan
tekanan pada tulang.
Memperbaiki kebiasaan hidup; menghindari rokok, alkohol, dan kopi yang berlebihan karena
dapat mengganggu pembentukan tulang.
Pemeriksaan tulang; melakukan pemeriksaan tulang untuk mengetahui osteoporosis secara dini.
Pengobatan osteoporosis :
Terapi hormon pengganti; terapi hormon pengganti pada wanita post menopause. Terapi ini
selain dapat mengobati osteoporosis, juga dapat membantu meningkatkan kualitas hidup wanita.
Kalsium dan vitamin D; asupan kalsium dan vitamin D harus memenuhi kebutuhan tubuh.
Bifosfonat; obat golongan bifosfonat selain dapat digunakan untuk pencegahan osteoporosis juga
dapat digunakan untuk mengobati osteoporosis karena kerjanya yang spesifik menghambat
terjadinya pengeroposan tulang dengan cara menghambat kerja sel penghancur tulang.

(Sumber : buklet "Mengenal Osteoporosis", Novell Pharmaceutical Laboratories).

Anda mungkin juga menyukai