Anda di halaman 1dari 9

2.2.11.

Asuhan Keperawatan
-Pengkajian
Racun adalah zat yang ketika tertelan dalam jumlah yang relatif kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.Keracunan adalah
masuknya suatu zat toksik kedalam tubuh melalui sistem pencernaan baik kecelakan
maupun sengaja, yang dapat mengganggu kesehatan bahkan dapt menimbulkan
kematian. Zat – zat yang dapat menimbulkan keracunan pencernaan pada sistem
pencernaan dapt berupa zat ki,ia (baygon, alkohol, minyak tanah, bensin, dll),
makanan (jengkol, ikan, jamue dll), obat – obatan.

-Seseorang dicurigai keracunan bila :


a. Seseorang yang sehat mendadak sakit
b. Gejalanya tak sesuai dengan keadaan patologik tertentu
c. Gejalanya menjadi cepat karena dosis yang besar
d. Amnestik menunjukkan kearah keracunan, terutama pada kasus bunuh diri /
kecelakaan
e. Keracunan kronik dicurigai bila digunakan obat dalam jangka waktu lama
atau lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia

-Sifat racun dapat dibagi menjadi :


a. Korosif asam basa kuat (asam klorida, asam sulfat, natrium hidroksida)
b. Non korosif (makanan, obat – obatan)

-Survai Primer dan Resusitasi


a. Airway (jalan nafas)
Periksa kelancaran jalan nafas, gangguan jalan nafas sering terjadi pada klien
dengan keracunan baygon, botulisme karena klien sering mengalami depresi
pernafasan seperti pada klien keracunan baygon, botulinum. Usaha unutk
kelancaran jalan nafas dapat dilakukan chin lift / jaw thrust/ nasopharyngeal
airway/ pemasangan guedel. Cegah aspirasi isi lambung dengan posisi kepala
pasien diturunkan, menggunakan jalan nafas orofaring dan pengisap.Jika ada
gangguan jalan nafas maka dilakukan penanganan sesuai BHD (bantuan
hidup dasar).
b. Breathing (ventilasi)
Kaji ventilasi adekuat dengan observasi uasah ventilasi melalui gas darah atau
spirometri.Siapkan untuk ventilasi mekanik jika terjadi depresi
pernafasan.Tekanan ekspirasi positif diberikan pada jalan nafas, masker
kantong dapat membantu menjaga alveoli tetap mengembang.Berikan oksigen
pada klien yang mengalami depresi pernafasan, tidak sadar atau syok.
c. Circulation
Jika ada gangguan sirkulasi segera tangani kemungkinan syok yang tepat,
dengan memasang IV line.Mungin ini berhubungan dengan kerja kardio
depresan dari obat yang ditelan, pengumpulan aliran venadi extremitas
bawah, atau penurunan sirkulasi volume darah, sampai dengan meningkatnya
permeabilitas kapiler. Kaji tanda – tanda vital, kardiovaskuler dengan
mengukur nadi, tekanan darah, an tekanan vena central dan suhu. Stabilkan
fungsi kardiovaskuler dan pantu EKG.
d. Disability (evaluasi neurologis)
Pantau status neurologis secara cepat meliputi tingkat kesadaran dan GCS,
ukuran dan reaksi pupil serta tanda – tanda vital.Penurunan kesadaran dapat
terjadi pada klien dengan keracunan alkohol dan obat – obatan, penurunan
kesadaran dapat juga disebabkan karena penurunan oksigenasi, akibat depresi
pernafasan seperti pada klien keracunan baygon, botulinum.

-Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Keracunan Sistem Pernafasan


Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau menginaktifkan
racun sebelum diabsorsi, untuk memberikan perawatan pendukung untuk
memelihara sistem organ vital, menggunakan antidot spesifik untuk menetralkan
racun dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorpsi.
1) Tindakan Kedaruratan Keracunan Pencernaan Secara Umum
a. Menentukan zat yang meru[akan racun, jumlah, kapan waktu tertelan,
gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat. Hubungi pusat
kontrol racun di area jika agen toksik yang diketahui.
b. Tangani syok yang tepat. Mungkin ini berhubungan dengan kerja kardio
depresan dari obat yang tertelan, pengumpulan aliran vena di ekstremitas
bawah, atau penurunan sirkulasi volume darah, sampai dengan
meningkatnya permeabilitas kapiler.
c. Hilangkan atau kurngi absorbsi racun, hal berikut mungkin digunakan :
 Encerkan racun yang ada dalam lambung, sekaligus menghalangi
penyerapannya dengan cara memberikan cairan dalam jumlah banyak.
Cairan yang digunakan adalah air biasa, susu, norit yang telah
dilarutkan dengan air.
 Upayakan muntah, efektif dilakukan dalam 4 jalm setelah racun
tertelan. Dapat dilakukan dengan cara merangsang dinding faring
menggunakan jari. Dapat juga menggunakan sirup ipekak untuk
merangsang muntah. Upaya muntah tidak boleh dilakukan pada klien
dengan keracunan zat korosif dan pada klien tidak sadar.
 Sirup ipekak untuk merangsang muntah pada klien sadar bilas lambung,
simpan aspirasi lambung untuk penyaringan toksikologi.
 Karbon diaktivasi diberikan jika racun adalah salah satu yang dapat
diabsorbsi oleh karbon.
 Pemberian katartik sesuai indikasi.
d. Berikan terapi spesifik. Berikan antagonis kimia yang spesifik atau
antagonis fisiologis secepat mungkin untuk merubah atau menurunkan
efek toksin.
e. Monitor klien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu sistem
saraf pusat atau klien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak
adekuat.
f. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat
yang ditelan jika hal – hal diatas tidak efektif : diuresis untuk agens yang
dikeluarkan lewat jalur ginjal, dialisis dan karbon dosis ganda.
g. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
h. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit
i. Menurunkan peningkatan suhu.
j. Berikan analgesik yang sesuai untuk nyeri : nyeri berat menyebabkan
kolaps vasomotor dan penghambatan refleks fungsi fisiologik normal.
k. Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, sis lambung dan muntah.
l. Observasi dengan ketat pada klien koma : koma karena keracunan akibta
gangguan fungsi sel otal atau metabolisme.
m. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan
kejang.
2) Tindakan Kedaruratan Keracunan Baygon
a. Klien yang mengalami gangguan fungsi pernafasan resusitasi (ABC)
b. Posisi tidur klien semi fowler, untuk memaksimalkan ekspansi paru.
c. Lakukan penghisapan lendir, karena klien dengan keracunan baygon pada
umumnya mengalami hipersekresi hidung dan gangguan kesadaran
d. Beri oksigen yang adekuat, karena pada klien keracunan baygon pada
umumnya mengalami spasme larinks dan bronkho kontriksi
e. Anjurkan klien muntah jika kesadaran baik
f. Lakukan bilas lambung sebelum 4 jam setelah keracunan untuk
mengeluarkan racun yang ada dilambung
g. Buat rekaman EKG, untuk memonitor adanya aritmia jantung
h. Beri cairan parentral untuk mencegah atau terjadinya syok
3) Tindakan Kedaruratan Keracunan Alkohol
a. Upayakan muntah bila klien sadar
b. Pertahankan agar pernafasan baik
c. Beri minum kopi bila klien sadar
d. Lakukan pernafasan buatan, jika terjadi gagal nafas
4) Tindakan Kedaruratan Keracunan Jengkol
a. Minum air putih yang banyak
b. Berikan analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri
5) Tindakan Kedaruratan Keracunan Botulisme
a. Berikan cairan parentral untuk netralisir racun
b. Upayakan klien muntah
6) Tindakan Kedaruratan Keracunan Ikan Laut (makanan laut)
a. Berikan cairan parentral untuk netralisir racun
b. Upayakan klien muntah

-Survai Skunder Pada Klien Keracunan


A. Keracunan makanan secara umum.
Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan yang
dapat terjadi setelah menelan makanan atau minuman yang
terkontaminasi.Botulisme adalah keracunan makanan yang serius yang
memberikan surveilens terus menerus.
1) Menentukan sumber dan tipe keracunan
a. Dapatkan makanan yang dicurigai dan baea ke fasilitas kesehatan
1. Seberapa cepat gejala muncul makan yang mengandung racun ?
2. Kaji apa yang dimakan sebelum makan ?
Apakah makanan mempunyai bau atau rasa tidak biasa (banyak
makanan yang menyebabkan keracunan bakteri tidak mempunyai
bau atau rasa yang tidak biasa).
3. Kaji apakah orang lain menjadi sakit karena memakan makanan
yang sama
4. Kaji apakah terjadi mual dan muntah? Apa yang terlihat pada
muntahan ?
5. Kaji apakah terjadi diare ? (diare biasanya tidak ada pada botulisme
dan pada keracunan ikan atau kerang lain)
6. Kaji apakah ada gejala neurologik ? (hal ini terjadi pada klien pada
keracunan botulisme dan keracunan ikan, dll )
7. Kaji apakah klien demam ? (demam terlihat pada salmonella, dan
bebeapa ikan yang mengandung racun)
2) Kumpulkan makanan, isi lambung, muntah serum dan feses untuk
pemeriksaan
3) Kaji sistem pernafasan, kematian karena paralisis pernafasan dapat terjadi
pada botulisme, keracunan ikan dan sebagaiannya.
4) Kaji keseimbangan cairan dan elektrolit. Muntah berelbihan menyebabkan
alkalosis dan diare berlebihan menyebabkan asidosis : sejumlah besar
elektrolit dan air hilang melalui muntah dan diare. Kaji adanya syok
volemia karena kehilangan cairan dan elektrolit, kaji adanya letargi,
frekuensi nadi, tekanan darah, demam dan eletrolit darah.
5) Timbang berat badan klien. Pada klien yang mengalami kehilangan cairan
yang berlebihan akan mengalami penurunan berat badan.

B. Keracunan Baygon
Kaji adanya bau baygon dari mulut dan muntahan, sakit kepala,
sukar bicara, sesak nafas, tekanan darah menurun, kejamg – kejang, gangguan
pengelihatan, hipersekresi hidung, spasme larinks, bronkho kontriksi, aritmia
jantung dan syok.
C. Keracunan Alkohol

Kaji adanya bau alkohol pada mulut klien, kekacauan mental, gangguan
kesadaran, pupil mata dilatasi, sering muntah.
D. Keracunan Jengkol

Kaji adanya nafas bau jengkol, air kemih bau jengkol, sakit pinggang yang
disertai sakit perut (kolik ureter dan renal), nyeri waktu BAK dan kadang
kadang disertai darah (hematuria), oliguria dan kadang – kadang anuria.
E. Keracunan Botulisme

Kaji adanya masa laten, gangguan pengelihatan, klien nampak


lemah dan gangguan refleks pupil.

F. Keracunan Ikan Laut

Kaji adanya masa laten ½ sampai 4 jam, rasa panas disekitar


mulut, rasa baal pada ektremitas, klien lemah, keluhan mual, muntah, nyeri
perut dan diare.
-Diagnosa Keperawatan
-Gangguan pada pola nafas berhubungan dengan spasme larinks dan bronkho
kontriksi.
-Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan keracunan jengkol
-Resiko tinggi gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan output
yang berlebihan.

-Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa
No. Kriteria hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
1. Gangguan pada Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Untuk
asuhan pernafasan: mengobservasi
pola nafas
keperawatan frekuensi, pernafasan:
berhubungan selama ... x.... jam kedalaman, bunyi frekuensi,
diharapkan pola nafas dan kedalaman, bunyi
dengan spasme
nafas kembali penggunaan otot nafas dan
larinks dan normal. Dengan bantu pernafasan penggunaan otot
kriteria hasil : serta adanya bantu pernafasan
bronkho
1. frekuensi nafas apnue. serta adanya
kontriksi. 2. Posisi semi fowler apnue.
dalam batas normal
3. Kolaborasikan 2. Untuk
yaitu 16 – 20 x / dengan medis meningkatkan
dalam pemberian ekspensi paru
menit.
oksigen 3. Untuk
4. Kolaborasikan memperbaiki
dalam pemberian status pernafasan
antidotum. klien.

2. Gangguan rasa
Setelah dilakukan 1. Observasi tanda – 1. Untuk
asuhan tanda vital, mengetahui
nyaman nyeri
keperawatan terutama nadi dan keadaan umum
berhubungan selama ....x ... jam tekanan darah. pasien
diharapkan nyeri 2. Anjurkan banyak 2. Untuk
dengan
dapat terkontrol minum air putih 2 meningkatkan
keracunan atau hilang. – 2.5 liter. status kebutuhan
Dengan kriteria 3. Atur posisi tidur cairan pasien.
jengkol
hasil : klien sesuai 3. Untuk
1. Skala Nyeri dengan kondisi memberikan
klien untuk posisi yang
klien berkurang
mencapai rasa nyaman kepada
nyaman. pasien
4. Pasang kateter 4. Untuk
pada klien memperlancar
keracunan jengkol. pengeluaran
5. Lakukan kompres cairan tubuh.
hangat pada daerah 5. Untuk
pinggang dan mengurangi rasa
perut. nyeri.
6. Kolaborasikan 6. Untuk
dalam pemberian mempercepat
analgetik dan vit. proses
K penyembuhan
penyakit.

3. Resiko tinggi
Setelah dilakukan 1. Observasi intake 1. Untuk
asuhan dan output cairan mengetahui
gangguan
kepeeawatan serta tanda – tanda adanya tanda–
keseimbangan selama ... x ... jam kekurangan cairan. tanda dehidrasi.
diharapkan 2. Kaji adanya 2. Untuk
cairan
kebutuhan cairan keluhan mual dan mengetahui
berhubungan terpenuhi. Dengan muntah. gangguan pada
kriteria hasil : 3. Observasi kulit pasien.
dengan output
1. Tidak adanya kering berlebihan 3. Untuk
yang berlebihan. dan membrane mengetahui
tanda – tanda
mukosa, apakah klien
dehidrasi pada penurunan turgor kekurangan
kulit. cairan dengan
klien
4. Kolaborasikan mengamati
pemberian cairan sistem
parentral sesuai integument.
indikasi 4. Untuk membantu
dalam kebutuhan
cairan pasien
yang hilang.

-Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan.

-Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang
memungkinkan perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah
tercapai atau tidak dalam meningkatkan kondisi pasien. Dan ditulis dalam bentuk
SOAP.

Anda mungkin juga menyukai