Anda di halaman 1dari 16

STROK NON HEMORAGIK (SNH)

LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Stroke atau cedera serebrovascular (CVA), adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak. Sering ini
adalah kulminasi penyakit serebrovasculer selama beberapa tahun.( Jenifer P.
2011)
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak.
Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark
serebrum. (Elizabeth, J, Corwin. 2009). Stroke non hemorargik yaitu
tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah keotak sebagian
atau keseluruhannya terhenti. ( Jenifer P. 2011)

B. ETIOLOGI
Stroke non hemorargik dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Trombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab
utama trombosis serebral, yang adalah penyebab paling umum dari stroke.
2. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang dibawa ke
otak dari bagian tubuh yang lain. Abnormalitas patologik pada jantung kiri,
seperti endokarditis infektif, penyakit jantung reumatik dan infark miokard,
serta infeksi pulmonal, adalah tempat-tempat di asal emboli.
3. Iskemia serebral (insufisiensi suplay darah ke otak) terutama karena
kontriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
Faktor pencetus stroke adalah sebagai berikut:
1. Fibrilasi Atrium atau juga dikenal dengan sebutan FA merupakan bentuk
gangguan irama jantung, yang sering disebut aritmia, yang paling umum
ditemui di dunia. Ketidakteraturan denyut jantung (aritmia) yang berbahaya
ini menyebabkan ruang atas jantung (atrium), bergetar dan tidak berdenyut
sebagaimana mestinya, sehingga darah tidak terpompa sepenuhnya, yang
pada gilirannya dapat menyebabkan pengumpulan dan penggumpalan darah.

1
Gumpalan ini dapat terbawa sampai ke otak, menyumbat pembuluh arteri,
dan mengganggu pasokan darah ke otak. Situasi ini seringkali menjadi awal
dari serangan stroke yang gawat dan mematikan. FA meningkatkan
kemungkinan terjadinya serangan stroke iskemik (stroke akibat
penyumbatan pembuluh darah) sampai dengan 500% yang berpotensi
melumpuhkan bahkan mematikan.
2. Diabetes mellitus, meningkatkan kemungkinan aterosklerosis pada arteri
koronaria, femoralis dan serebral, sehingga meningkatkan pula
kemungkinan stroke sampai dua kali lipat bila dibandingkan dengan pasien
tanpa diabetes.
3. Hipertensi adalah Peningkatan tekanan darah yang ringan atau sedang
(borderline) sering dikaitkan dengan kelainan kardiovaskuler, sedangkan
pada peningkatan tekanan darah yang tinggi, stroke lebih sering terjadi.
4. Merokok merupakan faktor resiko tinggi terjadinya serangan jantung dan
kematian mendadak, baik akibat stroke sumbatan maupun perdarahan.
Resiko terjadinya stroke, dan infark otak pada khususnya, meningkat seiring
dengan peningkatan jumlah rokok yang dikonsumsi, baik pada laki-laki
ataupun wanita. ( Jenifer P. 2011)

C. PATOFISIOLOGI
Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang
terjadi pada stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan
kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif
total).
Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan
pada aliran darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas
kritis terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri
otak akan menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal
sekitarnya yang masih mempunyai pendarahan yang baik berusaha membantu
suplai darah melalui jalur-jalur anastomosis yang ada. Perubahan awal yang
terjadi pada korteks akibat oklusi pembuluh darah adalah gelapnya warna darah
vena, penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit dilatasi arteri serta

2
arteriole. Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah ini. Selama
berlangsungnya peristiwa ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga aliran
darah mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan darah arteri..
Berkurangnya aliran darah serebral sampai ambang tertentu akan memulai
serangkaian gangguan fungsi neural dan terjadi kerusakan jaringan secara
permanen. ( Jenifer P. 2011)

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda yang sering dijumpai pada penderita stroke adalah :
1. Adanya serangan defisit neurologis/ kelumpuhan fokal, seperti :
hemiparesis (lumpuh sebelah badan yang kanan atau yang kiri saja).
2. sebelah badan terasa kesemutan atau terbakar.
3. Mulut atau lidah mencong jika diluruskan.
4. Sukar bicara atau bicara tidak lancar dan tidak jelas.
5. Kesulitan melihat, menelan, berjalan, menulis, membaca, serta tidak
memahami tulisan.
6. Kecerdasan menurun dan sering mengalami vertigo (pusing atau sakit
kepala).
7. Penglihatan terganggu, sebagian lapangan pandangan tidak terlihat,
gangguan pandangan tanpa rasa nyeri, penglihatan gelap atau ganda sesaat
(hemianopsia).
8. Tuli satu telinga atau pendengaran berkurang.
9. Emosi tidak stabil, seperti mudah menangis dan tertawa.
10. Kelopak mata sulit dibuka dan selalu ingin tertidur.
11. Gerakan tidak terkoordinasi, seperti : kehilangan keseimbangan.
12. Biasanya diawali dengan Transient Ischemic Attack (TIA) atau serangan
stroke sementara.
13. Gangguan kesadaran seperti pingsan bahkan sampai koma.
( Jenifer P. 2011)

3
E. PATHWAY

4
F. KOMPLIKASI
1. Depresi, Inilah dampak yang paling menyulitkan penderita dan orang
orang yang berada di sekitarnya. Oleh karena keterbatasan akibat lumpuh,
sulit berkomunikasi dan sebagainya, penderita stroke sering mengalami
depresi
2. Darah beku mudah terbentuk pada jaringan yang lumpuh terutama pada
kaki sehingga menyebabkan pembengakakan yang mengganggu. Selain
itu, pembekuan darah juga dapat terjadi pada arteri yang mengalirkan
darah ke paru-paru sehingga penderita sulit bernafas dalam beberapa kasus
mengalami kematian.
3. Memar, Jika penderita stroke lumpuh, tidak maslah seberapa parah,
penderita harus sering di pindahkan dan di gerakkan secara teratur agaar
bagian pinggul, pantat, sendi kaki, dan tumit tidak terluka akibat terhimpit
alas tempat tidur. Bila luka-luka tidak di rawat bisa terjadi infeksi.
4. Otot mengerut dan sendi kaku, Kurang gerak dapat menyebabkan sendi
menjadi kaku dan nyeri, jika otot otot betis mengkerut, kaki terasa sakit
ketika berdiri dengan tumit menyentuh lantai, Hal ini biasanya di tangani
oleh tenaga fisioterapi.
5. Pneumonia ( radang paru- paru ), Ketidakmampuan untuk bergerak setelah
mengalami srtoke membuat pasien mungkin mengalami kesulitan menelan
dengan sempurna atau sering terbatu-batuk sehingga cairan terkumpul di
paru paru dan selanjutnya terjadi pnumonia. (Elizabeth, J, Corwin. 2009)

G. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi
a. CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel,
atau menyebar ke permukaan otak.
b. MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
c. Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler.

5
d. Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung,
apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu
tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Fungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian
berangsur-angsur turun kembali.
c. Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah.
(Elizabeth, J, Corwin. 2009)

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, diagnose medis.
b. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat
klien sedang melakukanaktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,disamping gejala
kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala,kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-
obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obatadiktif, kegemukan.

6
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes militus.
f. Pengkajian Fokus:
1) Aktivitas/istirahat:
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan,
hilangnya rasa, paralisis,hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
2) Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF,
polisitemia. Dan hipertensiarterial.
3) Integritas Ego
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
4) Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine,
anuria, distensi kandungkemih, distensi abdomen, suara usus
menghilang.
5) Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan,
dysfagia
6) Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan
intrakranial. Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan
penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang menyempit.
Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian
ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
7) Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada
otak/muka
8) Respirasi

7
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara
nafas, whezing, ronchi.
9) Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury.
Perubahan persepsi dan orientasi. Tidak mampu menelan sampai
ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak
mampumengambil keputusan.
10) Interaksi social
Gangguan dalam bicara, ketidakmampuan berkomunikasi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hambatan mobilitas fisik
b. Gangguan Citra Tubuh
c. Defisit Perawatan Diri (mandi, berpakaian, makan, eliminasi)
d. Defisiensi Pengetahuan
e. Resiko Jatuh

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Intervensi
Hasil
1. Hambatan NOC NIC
mobilitas fisik Ambulasi Aktifitas Keperawatan Tingkat 2
Definisi : Pergerakan Terkoordinasi Kaji kebutuhan belajar klien
Keterbatasan Mobilitas Kaji kebutuhan terhadap bantuan
dalam pergerakan pelayanan kesehatan dari lembaga
fisik mandiri danTujuan dan Kriteriakesehatan dirumah sakit dan alat
terarah pada tubuhHasil: kesehatan yang tahan lama
atau satuSetelah dilakukan Instrusikan klien untuk menyangga
ektremitas atautindakan keperawatan 2berat badannya
lebih. Tingkat 2 :x 24 jam mobilitas fisik Instrusikan dan dukung klien
memerlukan teratasi dengan indicatoruntuk menggunakan trapeze atau
bantuan dari orang: pemberat untuk meningkatkan serta

8
lain untuk Melakukan aktifitasmempertahankan kekuatan
pertolongan, kehidupan sehari-hariektremitas atas
pengawasan atausecara mandiri dengan Instrusikan klien untuk
pengajaran. alat bantu misalnya kursimemperhatikan kesejajaran tubuh
Batasan roda yang benar
Karakteristik : Meminta bantuan Gunakan ahli terapi fisik dan
Penurunan waktuuntuk aktifitasokupasi sebagai suatu sumber untuk
reaksi mobilisasi, jikamengembangkan perencanaan dan
Kesulitan diperlukan mempertahankan atau meningkatkan
membolak-balik Menggunakan kursimobilitas
posisi tubuh roda secara efektif Gunakan sabuk penyongkong saat
Dispnea saat memberikan bantuan ambulasi atau
beraktifitas perpindahan
Perubahan cara Awasi seluruh upaya mobilitas dan
berjalan (misalnya bantu klien jika diperlukan
penurunan aktifitas HE
dan kecepatan Ajarkan dan dukung klien dalam
berjalan, kesulitan latihan ROM aktif atau pasif untuk
untuk memulai mempertahankan atau meningkatkan
berjalan, langkah kekuatan dan ketahanan otot
kecil, berjalan 10. Ajarkan dan bantu klien dalam
dengan menyeret proses berpindah (misalnya dari
kaki, pada saat tempat tidur ke kursi roda) yang
berjalan badan aman
mengayuh ke 11. Ajarkan klien dan keluarga untuk
samping) miring kiri dan miring kanan setiap
Tremor yang 2 jam
diinduksi oleh
pergerakan
Ketidakstabilan
postur tubuh (saat
melakukan

9
rutinitas aktivitas
kehidupan sehari-
hari)
Melambatnya
pergerakan
Faktor yang
berhubungan :
Perubahan
metabolisme sel
Intoleran aktivitas
dan penurunan
kekuatan dan
ketahanan
Nyeri
Gangguan
neuromuscular
Kaku sendi atau
kontraktur
2. Gangguan CitraSetelah dilakukan askepPerkembangan anak
Tubuh …. jam klien mengalami
1. Identifikasi mekanisme koping
Definisi peningkatan body imageyang biasa digunakan oleh klien
Konfusi dalamdan menyesuaikan diri
2. Libatkan keluarga untuk
gambaran mentaldengan perubahanmemberikan dukungan sacara
tentang diri-fisikkehidupan klien denganmental dan spiritual
individu criteria : 3. Bantu klien dan keluarga untuk
Batasan Mau menerimamengidentifikasi kekuatan dan
karakteristik penampilannya mengenali keterbatasan mereka
Perilaku mengenaliPercaya diri Peningkatan Body Image
tubuh individu Kepuasan dengan
4. Tentukan harapan klien tentang
Perilaku keadaan tubuh citra tubuh berdasarkan tahap
menghindari tubuhMengenali perubahanperkembangan
individu aktual tubuh 5. Tentukan apakah persepsi

10
Perilaku memantau ketidaksukaan terhadap karakteristik
tubuh individu fisik tertentu membuat disfungsi
Respons nonverbal paralisis sosial pada remaja dan pada
terhadap perubahan kelompok resiko tinggi lainnya
aktual tubuh (mis; 6. Diskusikan dengan klien tentang
penampilan, perubahan dirinya
fungsi, tubuh) 7. Bantu klien dalam memutuskan
Respon nonverbal tingkat actual perubahan dalam
terhadap persepsi tubuh atau level fungsi tubuh
perubahan pada 8. monitor frekuensi pernyataan klien
tubuh (mis; 9. berikan dukungan dan suport
penampilan, mental serta spiritual.
struktur, fungsi) HE
Perubahan aktual 10. Ajarkan tentang cara merawat dan
pada fungsi perawatan diri , termasuk
Perubahan aktual komplikasi kondisi medis
pada struktur
Perubahan dalam
keterlibatan sosial
Batasan
karakteristik
Kognitif
Penyakit
psikososial
3. Defisit PerawatanSetelah dilakukanObservasi
Diri (Mandi,tindakan keperawatan
1. Kaji kemampuan untuk
Berpakaian, selama 2x24 jam klienmenggunakan alat bantu
Makan, mampu memenuhi
2. Kaji membran mukosa oral dan
Eliminasi) perawatan diri dengan
kebersihan tubuh setiap hari.
Definisi: criteria hasil (NOC):
Hambatan Klien terbebas dari bau3. Dukung kemandirian dalam

kemampuan untukbadan melakukan mandi dan higiene oral,

11
melakukan untukMenyatakan kenyamananbantu klien jika hanya diperlukan
memenuhi aktivitasterhadap kemampuan
4. Libatkan keluarga dalam
higiene. untuk melakukan
pemberian asuhan
Batasan aktivitas
Karakteristik: Dapat 5. Dukung klien untuk mengatur
melakukan
Ketidakmampuan aktivitas dengan bantuan langkahnya sendiri selama

untuk mandi perawatan diri

Ketidakmampuan Health Education:

untuk berpakaian 6. Anjurkan klien/keluarga untuk


penggunaan metode alternatif untuk
Ketidakmampuan
mandi dan higiene oral
untuk makan

Ketidakmampuan
untuk toileting

Faktor yang
Berhubungan:
Gangguan kognitif

Penurunan motivasi

Keletihan

Gangguan
muskuloskeletal

Gangguan
neuromuskular

Gangguan persepsi

Kelemahan
4. Defisiensi NOC Penyuluhan individual
pengetahuan Pengetahuan 1. Tentukan kebutuhan belajar pasien
Definisi 2. Lakukan penilaian terhadap tingkat
Tidak ada atauSetelah di lakukanpengetahuan pasien saat ini

12
kurang informasitindakan 3. Tentukan kemampuan pasien untuk
kognitif tentangkeperawatan ....x 24 jammempelajari informasi khusus
topik tertentu pasien dapat
4. Tentukan motivasi pasien untuk
Batasan menunjukkan mempelajari informasi tertentu
karakteristik pemahamannya tentangPenyuluhan : prosedur/terapi
ü Subjektif penyakit yang dapat
5. Beri informasi tentang sumber-
Mengungkapkan dibuktikan ; sumber komunitas yang dapat
masalah secara Pengetahuan: menolong pasien dalam
verbal Pasien dan keluarga akanmempertahankan program terapi
ü Objektif mengidentifikasi 6. Rencanakan penyesuaian dalam
Tidak mengikutikebutuhan terhadapterapi bersama pasien dan dokter
instruksi yanginformasi tambahanuntuk memfasilitasi kemampuan
diberikan secaratentang program terapi pasien untuk mengikuti program
akurat Pasien akanterapi
Perfoma uji tidakmemperlihatkan HE
akurat kemampuan 7. Beri penyuluhan sesuai dengan
Perilaku yang tidak tingkat pemahaman pasien
sesuai atau telalu 8. Bina hubungan saling percaya
berlebihan 9. Gunakan berbagai pendekatan
Faktor yang penyuluhan, rekomendasi, dan
berhubungan berikan umpan balik secara verbal
Keterbatasan dan tertulis
kognitif 10. Beri waktu pada pasien untuk
Kesalahan dalam mengajukan beberapa pertanyaan
memahami
informasi yang ada
Kurang pengalaman
Kurang perhatian
didalam belajar
Kurang kemampuan
mengingat kembali
Kurang familier

13
dengan sumber-
sumber informasi
5. Resiko Jatuh Tujuan: Eye Care
Definisi Sensory Function : Vision
1. Monitor kemerahan, atau ulserasi
Peningkatan Kriteria Hasil: 2. Menginstruksikan pasien untuk tid
kerentanan untukSetelah dilakukan tindak akmenyentuh mata
jatuh yang dapatan keperawatan 3x24Fall Prevention
menyebabkan jam 3. Indentifikasi deficit kognitif dan
bahaya fisik diharapkan klien dapatm physical dari pasien yang
Faktor resiko emperlihatkan : menunjukkan potensial terjadinya
Anak-anak Sensory Function :Vision jatuh, pada lingkungan
Umur < 2 tahun Dengan indicator 4. Identifikasi hal-hal dan factor
Lokasi tempat tidurKetajaman penglihatanpenyebab terjadinya jatuh
di dekat jendela pusat(kiri) (5) 5. Identifikasi karakteristik
Kurang Ketajaman penglihatanlikngkungan dimana terjadi
pengendalian pusat (kanan)(5) potensial terjatuh
pergerakan Ketajaman penglihatan
6. Anjurkan pasien untuk
Ketiadaan pintuperipheral (kiri) (5) menggunanakan tongkat, yang
pada tangga Ketajaman sesuai
Kurangnya penglihatan (kanan) (5)
7. Instruksikan pasien bagiamana
pengawasan Bidang penglihatanmenggunakan tongkat
orangtua pusat(kanan) (5) Medication Administration : Eye
Laki-laki ketika < 1Bidang penglihatan pusat
8. Catat riwayat kesehatan pasien
tahun (kiri) (5) 9. Memberitahukan kepada pasien
Bayi tidak terawatBidang penglihatantentang metode pemberian, serta
pada permukaanperipheral (kanan) (5) meberitahukan kepada pasien
alasnya ( mis:Bidang penglihatantentang pengetahuan medikasi
tempat tidur bayi,peripheral (kiri) (5) 10. Memposisikan pasien
ganti alas Respons visual terhadapsupinasi atau duduk diatas kursi
meja stimulus (5) dengan kepela ditengadahkan
Kognitif Cahaya lampu (5) 11. Menginstruksikan kepada
Status mentalCahaya “halo” di sekitarpasien untuk menutup maata secara

14
berkurang (5) lembut untuk membantu distribusi
Lingkungan Penglihatan kabur (5) medikasi
Kekacauan Kabur siang hari(5) 12. Monitor untuk local,
Lingkungan Sakit kepala(5) sistemik, dan efek kurang baik dari
Ruangan yangKeterangan: [1 : deviasipengobatan
samar parah dari rentang
13. Dokumentasi pemberian
Ruangan yang tidaknormal , 2 : deviasi berat medikasi dan respon pasien.
dikenal dari rentang normal , 3 :Environmental Management :
Fisiologis devias sedang dariComfort
Penurunan kekuatanrentang normal , 414.: Tentukan tujuan utama
secara ekstrim deviasi ringan darikeluarga dan pasien untuk
Kesulitan berjalan rentang normal; 5 :memanajemen lingkungan dan
Masalah-masalah Tidak ada deviasi darikenyamanan
pada kaki rentang normal ] 15. Menyediakan ruangan
Kesulitan-kesulitan tersendiri untuk pasien dan keluarga
mendengar untuk tidur yang lebih tenang
Lemahnya 16. Menyesuaikan pencahayaan
keseimbangan dan menghindari langsung cahaya
Lemahnya mobilitas padamata
fisik 17. Memberikan hal yang
Kesulitan-kesulitan relevan dan memberikan pendidikan
visual mengenai manajemen cedera kepada
pasien dan keluarga, sesuaikan
HE
18. Ajari pasien untuk
meminimalisir injury jika terjatuh
19. Edukasi pada anggota
keluarga tentang factor
resikoterjadinya jatuh dan
bagaimana mereka dapat
mengurangi resikonya
20. Ajari dan monitor tekhnik

15
administrasi sendiri, yang sesuai
Kolaboratif :
21. Memberikan obat mata/
tetesmata yang sesuai

DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J, Corwin. (2009). Buku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.

Gloria. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC), Jakarta: Mocomedia

Jenifer P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi, Jakarta: EGC

Moorhead Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), Jakarta:


Mocomedia

T. Heather. 2018. NANDA-I Diagnosa Keperawataan : Definisi Dan Klarifikasi


2018-2020, Jakarta: EGC

16

Anda mungkin juga menyukai