OLEH :
PO7120219021
3.A/S. TR KEPERAWATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
1. Definisi
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang
lain dan ideal diri yang tidak realistis.
- Faktor yang mempengaruhi peran.
Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan struktur sosial.
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan anak menjadi kurang
percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan
melakukan sesuatu. Control orang yang berat pada anak remaja akan menimbulkan
perasaan benci kepada orang tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang
berpengaruh pada identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan diakui oleh
kelompoknya,
- Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum,
yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh
kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan
pada pasien depresi kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif
dan tidak berdaya.
Faktor predisposisi:
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi
individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor dapat mempengaruhi
komponen.
Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuuh,
tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh,
proses tumbuh kembang prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan stressor yang
dapat mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang
penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat,
misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan
kegagalan berulang, cita-cita tidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab
sendiri. Stressor pencetus dapat berasal dari internal dan eksternal:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa
yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi.
Ada tiga jenis transisi peran:
- Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan
individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
- Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga
melalui kelahiran atau kematian.
- Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat ke keadaan sakit.
Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan dengan
tumbuh kembang normal. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen
konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri.
Rentang Respon
Keterangan:
Menurut fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Harga diri rendah situasional adalah keadaan di mana indvidu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan). Harga diri rendah
situasional adalah keadaan yang terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba). Pada klien
yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena:
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/ sakit/ penyakit.
d. Harga diri rendah kronik adalah keadaan di mana individu mengalami evaluasi diri
yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu yang lama. Harga diri
rendah kronik merupakan perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptif. Kondisi ini dapat ditemukan
pada klien dengan gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam
tinjauan life span history klien, penyebab Harga Diri Rendah adalah kegagalan
tumbuh kembang, misalnya sering disalahkan, kurang diharga, tidak dibei
kesempatan, dan tidak diterima dalam kelompok. (Yosep, 2007)
5. Gejala Klinis
c. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat.
d. Menunda keputusan.
e. Sulit bergaul.
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan halusinasi.
h. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klieb untuk mengakhiri hidup.
m. Penurunan produktivitas.
6. Pemeriksaan Penunjang
Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak yang dapat digunakan:
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan harga diri rendah dapat dilakukan dengan terapi modalitas antara
lain terapi individu, terapi keluarga, kelompok, lingkungan, komplementer dan terapi
somatoterapi. Adapun beberapa terapi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Terapi Somatoterapi
1. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, status
mental, suka bangsa, alamat, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. rekam
medik.
2. Alasan Masuk RS
Alasan yang menyebabkan pasien atau keluarga datang atau dirawat di rumah
sakit. Faktor pencetus perilaku kekerasan meliputi ancaman terhadap fisik,
ancaman internal dan ancaman eksternal.
3. Faktor Presdiposisi
4. Pemeriksaan Fisik
5. Keadaan Psikososial
6. Status Mental
7. Kebutuhan Persiapan Pulang
8. Mekanisme Koping
9. Masalah Psikososial dan Lingkungan
10. Pengetahuan
11. Aspek Medik
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan gangguan psikiatri dibuktikan
dengan menilai diri negatif (mis. Tidak berguna, tidak tertolong), merasa
malu/bersalah, merasa tidak mampu melakukan apapun, meremehkan kemampuan
mengatasi masalah, merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif,
melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri, menolak penilaian positif
tentang diri sendiri, enggan mencoba hal baru, berjalan menunduk, postur tubuh
menunduk, merasa sulit konsentrasi, sulit tidur, mengungkapkan
keputusasaan, kontak mata kurang, lesu dan tidak bergairah, berbiicara pelan dan
lirih, pasif, perilaku tidak asertif, mencari penguatan secara berlebihan, bergantung
pada pendapat orang lain, sulit membuat keputusan, sering kali mencari penegasan
2. Harga diri rendah situasional b.d perubahan citra tubuh, kegagalan hidup berulang,
riwayat kehilangan, riwayat penolakan, transisi perkembangan d.d menilai diri
negative, merasa malu/bersalah, melebih-lebihkan penilain negative tentang diri
sendiri, menoollak penilaian positif tentang diri sendiri, sulit berkonsentrasi,
berbicara pelan dan lirih, menolak berinteraksi dengan orang lain,
berjalanmenunduk,postur tubuh menunduk,kontak mata kurang, lesu dan tidak
bergairah,pasif, tidak mampu membuat keputusan
3. Risiko harga diri rendah kronis dibuktikan dengan gangguan psikiatri
INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi pendukung
Dukungan keyakinan
(I.09259)
Observasi
1. Identifikasi keyakinan,
masalah,
dan tujuan perawatan
2. Identifikasi kesembuhan
jangka panjang sesuai
kondisi pasien
3. Monitor kesehatan
fisik dan
mental pasien
Terapeutik
4. Integrasikan keyakinan
dalam rencana
perawatan sepanjang
tidak
membahayakan/beresik
o keselamatan, sesuai
kebutuhan
5. Berikan harapan yang
realistis
6. sesuai prognosis
Fasilitasi pertemuan
antara keluarga dan
tim kesehatan untuk
membuat keputusan
7. Fasilitasi memberikan
makna terhadap
kondisi kesehatan
Edukasi
8. Jelaskan bahaya atau risiko
yang terjadi akibat
keyakinan negative
9. Jelaskan alternatif
yang berdampak
positif untuk
memenuhi
keyakinan dan
perawatan
10. Berikan penjelasan yang
relevan dan mudah
dipahami
2 Harga diri rendah Setelah dilakukan Managemen perilaku ( I.12463) Managemen perilaku ( I.12463) Observasi
situasional b.d perubahan asuhan Observasi 1. Untuk mengetahui harapan untuk
citra tubuh, kegagalan keperawatan ...x… 1. Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku
hidup berulang, riwayat jam diharapkan mengendalikan perilaku Terapeutik :
kehilangan, riwayat Identitas diri 2. untuk dapat mendiskusikan tanggung jawab
penolakan, transisi (L.09070) Membaik Terapeutik : terhadap perilaku
perkembangan d.d dengan kriteria hasil: 2. Diskusikan tanggung jawab 3. Untuk dapat menjadwalkan kegiatan
menilai diri negative, 1. Pasien konsisten terhadap perilaku terstruktur
merasa malu/bersalah, meningkat 4. Untuk dapat menciptakan dan pertahankan
melebih-lebihkan 2. Hubungan yang lingkungan dan kegiatan perawatan
penilain negative tentang efektif meningkat 3. Jadwalkan kegiatan konsisten setiap dinas
diri sendiri, menoollak 3. Strategi koping terstruktur 5. Untuk dapat meningkatkan aktivitas fisik
penilaian positif tentang efektif meningkat sesuai kemampuan
diri sendiri, sulit 4. Penampilan peran 6. Untuk dapat membatasi jumlah pengunjung
berkonsentrasi, berbicara efektif meningkat 4. Ciptakan dan pertahankan 7. Untuk dapat membicara dengan nada rendah
pelan dan lirih, menolak 5. Perasaan fluktuatif lingkungan dan kegiatan dan tenang
berinteraksi dengan terhadap diri menurun perawatan konsisten setiap 8. Untuk dapat melakukan kegiatan pengalihan
orang lain, 6. Kebingungan dinas terhadap sumber agitasi
berjalanmenunduk,postur dengan nilai nilai 9. Untuk dapat mencegah perilaku pasif dan
tubuh menunduk,kontak budaya menurun egresif
mata kurang, lesu dan 7. Kebingungan 10. Untuk dapat memberi penguatan posistif
tidak bergairah,pasif, dengan tujuan hidup 5. Tingkatkan aktivitas fisik terhadap keberhasilar mengendalikan
tidak mampu membuat menurun sesuai kemampuan periaku
keputusan 8. Kebingungan 11. Untuk dapat melakukan pengekangan fisik
dengan jenis kelamin sesuai indikasi
menurun 6. Batasi jumlah pengunjung 12. Untuk dapat menghindari bersikap menyu
9. Kebingungan dutkan dan menghentik an pembicaraan
dengan nilai ideal 13. Untuk dapat menhindari sikap mengancam
menurun 7. Bicara dengan nada rendah dan berdebat
10. Persepsi terhadap dan tenang 14. Untuk dapat menhindan berdebat atau
diri membaik menawar batas perilaku yang telah
ditetapkan
Edukasi :
8. Lakukan kegiatan 15. Agar dapat menginfomasikan keluarga
pengalihan terhadap sumber bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan
agitasi 'kognitf
Intervensi pendukung
Dukungan Emosional (I.09256)
Observasi:
1. Identifikasi fungsi marah,
frustasi, dan amuk bagi
pasien
2. Identifikasi hal yang telah
memicu emosi
Terapeutik:
3. Fasilitasi mengungkapkan
perasaan cemas, marah, atau
sedih
4. Buat pernyataan suportif
atau empati selama fase
berduka
5. Lakukan sentuhan untuk
memberikan dukungan
(mis. Merangkul, menepuk
nepuk)
6. Tetap bersama pasien dan
pastikan keamanan selama
ansietas, jika perlu
7. Kurangi tuntutan berpikir
saat sakit atau lelah
Edukasi:
8. Jelaskan konsekuensi tidak
menghadapi rasa bersalah
dan malu
9. Anjurkan mengungkapkan
perasaan yang dialami (mis.
Merangkul, menepuk-
nepuk)
10. Anjurkan mengungkapkan
pengalaman emosional
sebelumnya dan pola
respons yang biasa
digunakan
11. Ajarkan penggunaan
mekanisme pertahanan yang
tepat
Kolaborasi:
12. Rujuk untuk konseling, jika
perlu
2. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
4. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan tahap akhir proses asuhan keperawatan. Pada tahap ini
kita melakukan penilaian terakhir terhadap kondisi pasien dan disesuaikan dengan
kriteria hasil sebelumnya yang telah dibuat. Dalam evaluasi asuhan keperawatan
menggunakan format SOAP seperti :
Elinia, Sury,.2016. Tinjauan Tero dan Konsep Harga Diri Rendah diakses dari
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Tim Pokja SLKI DPP PPNI . 2018. Standar Luaran Keperawatan Keperawatan
Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Pembimbing/CT
I Nengah Sumirta,SST.,S.Kep.Ns.M.Kes
NIP : 196502251986031002