ABSES HEPAR
OLEH:
CI INSTITUSI CI LAHAN
(……………………………) (…..………………………..)
2. Klasifikasi
Secara umum, abses hati terbagi 2, yaitu abses hati amebik (AHA)
dan abses hati piogenik (AHP). AHA merupakan salah satu komplikasi
amebiasis ekstraintestinal yang paling sering dijumpai di daerah
tropik/subtropik, termasuk Indonesia. AHP dikenal juga sebagai hepatic
abscess, bacterial liver abscess, bacterial abscess of the liver, bacterial
hepatic abscess. AHP ini merupakan kasus yang relatif jarang, pertama
ditemukan oleh Hippocrates (400 SM) dan dipublikasikan pertama kali
oleh Bright pada tahun 1936 (Paramitha, 2020).
3. Etiologi
Bakteri ini bisa sampai ke hati melalui:
a. Kandung kemih yang terinfeksi
b. Luka tusuk atau luka tembus
c. Infeksi di dalam perut.
2
d. Infeksi dari bagian tubuh lainnya yang terbawa oleh aliran darah
(Laksmana, 2021).
4. Patofisiologi
Pengaruh Abses Hepar terhadap kebutuhan manusia. Amuba yang
masuk menyebabkan peradangan Hepar sehingga mengakibatkan infeksi.
Kerusakan jaringan Hepar menimbulkan perasaan nyeri. Infeksi pada
Hepar menimbulkan rasa nyeri sehingga mengalami gangguan tidur atas
pola tidur. Abses menyebabkan metabolisme di hati menurun sehingga
menimbulkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan. Metabolism di hati
menurun menyebabkan produksi energy menurun sehingga dapat
intoleransi aktivitas Fisik (Hidayati, 2018).
3
5. Pathway
Infeksi Kuman
Hepar
Intoleransi Aktivitas
Deficit Nutrisi
4
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinik Keluhan awal: demam/menggigil, nyeri
abdomen, anokresia/malaise, mual/muntah, penurunan berat badan,
keringan malam, diare, demam, hepatomegali, nyeri tekan kuadran kanan
atas, ikterus, asites, serta sepsis yang menyebabkan kematian (Sadewa,
2021).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium, untuk mengetahui kelainan hematologi antara lain
hemoglobin, leukosit, dan pemeriksaan faal hati.
b. Foto dada, dapat ditemukan berupa diafragma kanan, berkurangnya
pergerakan diafragma, efusi pleura, kolaps paru dan abses paru.
c. Foto polos abdomen, kelainan dapat berupa hepatomegali, gambaran
ileus, gambaran udara bebas diatas hati.
d. Ultrasonografi, mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma.
e. Tomografi, melihat kelainan di daerah posterior dan superior, tetapi
tidak dapat melihat integritas diafragma.
f. Pemeriksaan serologi, menunjukkan sensitifitas yang tinggi terhadap
kuman (Hadinata, 2017).
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara konvensional adalah dengan drainase
terbuka secara operasi dan antibiotik spektrum luas oleh karena bakteri
penyebab abses terdapat di dalam cairan abses yang sulit dijangkau dengan
antibiotik tunggal tanpa aspirasi cairan abses. Penatalaksanaan saat ini
adalah dengan menggunakan drainase perkunancus abses intra abdominal
dengan tuntunan abdomen ultrasound atau tomografi computer.
Komplikasi yang bisa terjadi adalah perdarahan, perforasi organ intra
abdominal, infeksi, ataupun terjadi kesalahan dalam penempatan kateter
untuk drainase (Mahendra, 2021).
5
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama :
Usia : tahun
Jenis kelamin :
Status pernikahan :
Alamat :
Suku :
Pekerjaan :
No. RM :
Tanggal MRS :
Tanggal pengkajian :
b. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas/istirahat
Menunjukkan adanya kelemahan, kelelahan, terlalu lemah,latergi,
penurunan massa otot/tonus.
2) Sirkulasi
Menunjukkan adanya gagal jantung kronis, distritmia, bunyi
jantung ekstra, distensi vena abdomen.
3) Eliminasi
Diare, Keringat pada malam hari menunjukkan adanya flatus,
distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus, feses warna
tanah liat, melena, urine gelap pekat.
4) Makanan/cairan
Menunjukkan adanya anoreksia, tidak toleran terhadap
makanan/tidak dapat mencerna, mual/muntah, penurunan berat
badan dan peningkatan cairan, edema, kulit kering, turgor buruk,
ikterik.
6
5) Neurosensori
Menunjukkan adanya perubahan mental, halusinasi, koma, bicara
tidak jelas.
6) Nyeri/kenyamanan
Menunjukkan adanya nyeri abdomen kuadran kanan atas, pruritas,
sepsi perilaku berhati-hati/distraksi, focus pada diri sendiri.
7) Pernapasan
Menunjukkan adanya dispnea, takipnea, pernapasan dangkal, bunyi
napas tambahan, ekspansi paru terbatas, asites, hipoksia.
8) Keamanan
Menunjukkan adanya pruritas, demam, ikterik, ekimosis, patekis,
angioma spider, eritema.
9) Seksualitas
Menunjukkan adanya gangguan menstruasi, impotent, atrofi testis.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (inflamasi pada
hepar)
c. Defisit Nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (PPNI, 2017).
7
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosis Intervensi Rasional
Keperawatan
Kolaborasi
8. Kolaborasi
pemberian analgetik,
8
jika perlu
Defisit nutrisi b.d Manajemen Nutrisi 1. Dapat mengetahiu
ketidakmampuan observasi status nutrisi pasien
mengabsorbsi 1. Identifikasi alergi dan sehingga dapat
nutrien intoleransi makanan melakukan intervensi
2. Identifikasi kebutuhan yang tepat
kalori dan nutrien 2. Mencukupi kalori
3. Monitor asupan sesuai kebutuhan
makanan pasien dapat
Terapiotik membantu proses
4. Lakukan orah hygien penyembuhan dan
sebelum makan menghindari
5. Fasilitasi pedoman terjadinya komplikasi
pedoman diet 3. Membantu dalam
Edukasi identivikasi malnutrisi
6. Ajarkan diet yang di protein-kalori pasien.
programkan Khususnya bila berat
Kolaborasi badan kurang dari
7. Kolaborasi dengan ahli normal.
gizi untuk menetukan 4. Mulut yang bersih
jumlah kalori dan jenis dapat meningktakna
nutrien yang nafsu makan
dibutuhkan, bila perlu 5. Memenuhi kebutuhan
protein yang hilang
dan membantu
meringankan kerja
hepar dalam
memproduksi protein
6. Meningkatkan rasa
keterlibatanya,
memberikan
9
informasi kepada
keluarga untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi pasien
7. Sangat penting dan
bermanfaat dalam
perhitungan dan
penyesuaian diet
untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
pasien dilakukan oleh
tenaga profesiona
yang tepat.
4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi
merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien. Implementasi merupakan tahap ke empat dari
proses keperawatan (Yulianingsih, 2015).
5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya.evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
10
tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan. Tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai (Yulianingsih,
2015).
11
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, A. N., & Akbar, I. A. (2018). Gawat Darurat Medis dan Bedah (A. N.
Rasyid (ed.); 1st ed.). Airlangga University Press.
Mahendra, M., & Prasetyo, A. D. (2021). Abses Hepar : Sebuah Laporan Kasus.
Collaborative Medical Journal (CMJ), 4(1), 1–7.
https://doi.org/10.36341/cmj.v4i1.2138
Paramitha, A. D., & Setyoboedi, B. (2020). perbedaan Profil Abses Hati Pyogenic
Dengan Amoebic pada Pasien Abses Hati Rawat Inap di RSUD Dr Soetomo
Tahun 2016-2019. Jurnal Kesehatan Andalas, Vol 9, No. 3
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Tim PPNI (ed.); 1st
ed.). Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Yulianingsih, kodim. (2015). Konsep Dasar Keperawatan (I. Taufik (ed.); 1st
ed.). CV. Trans Info Media.
12