ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Anggota Kelompok 1
DELLA RELYANA
01 14220170001
RINDIANI
02 14220170005
ENDANG ASTUTI
05 14220170023
ANATOMI
FISIOLOGI INDERA
PENGLIHATAN
Apparatus Lakrimalis
Kelenjar air mata terletak pada sudut luar sebelah atas
rongga orbita. Kelenjar tsb mengeluarkan air mata yang
dituangkan ke kantung kojungtiva dari duktus ekskretori.
Bila mengedip maka air mata akan membasahi
permukaan mata.Sebagian menguap, sebagian dialirkan
ke kantus medialis menuju saluran lakrimalis memasuki
hidung.
02 Abnormal appearance
Abnormal Sensasi. 03
Abnormal Vision
Perubahan atau kehilangan penglihatan dapat terjadi akibat ketidaknormalan pada ma
ta atau sepanjang pathway penglihatan, spt.
3 Steps
4 Steps
1
Contents
1. Nyeri mata : Sulit ditentukan
lokasinya seperti ditarik, seperti
ditekan, sakit kepala
2. Rasa nyeri bisa : periokuler,
okuler, retrobulbar.
3. Nyeri tajam superfisial : benda
asing.
4. Nyeri bagian dalam : Glaukoma,
Abnormal inflamasi, muscle spasm,
infeksi.
Sensation 5. Nyeri alis dan photophobia,
meiosis : spasme muskulus
siliaris dan iris akibat adanya
inflamasi.
6. Mata gatal : reaksi alergi.
7. Mata berair : iritasi, gangguan
sistem lakrimalis.
8. Sekresi ↑↑ : iritasi, infeksi,
alergi.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat Kesehatan Masa Lalu Pengkajian difokuskan pada status kesehatan
secara umum. Secara khusus :
1. kaji tentang kelainan sistemik yang berhubungan dengan manifestasi
okuler seperti DM, hipertensi, gangguan thyroid
2. Masa kecil dan Penyakit infeksi. Major ilnesses and hospitalization.
Pengobatan. Alergi.
Beberapa keadaan yang mempunyai tendensi dengan
keluarga terhadap kelainan okuler:
Riwayat Kesehatan Keluarga 1. Strabismus
2. Glaukoma
3. myopia (nearsightedness) dan hyperopia
(Farsightedness).
SNELLEN CARD
Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan, maka minta klien untuk tutup dengan penutup mata atau
telapak tangan tanpa menekan bolamata
Pasien disuruh membaca huruf SNELLEN dari baris paling atas ke bawah. Hasil pemeriksaan dicatat,
kemudian diulangi untuk mata sebelahnya.
HASIL :
VOD 6/6 &VOS 6/6
6/6 pasien dapat membaca seluruh huruf dideretan 6/6 pada snellen chart
6/12 pasien bisa membaca sampai baris 6/12 pada snellen chart
6/30 pasien bisa membaca sampai baris 6/30 pada snellen chart
HITUNG JARI
•Apabila tidak bisa membaca huruf Snellen pasien diminta menghitung jari pemeriksa pada jarak 3 meter
- 3/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 3 meter.
•1/60 bila klien dapat membaca pada jarak 1 meter
PERGERAKAN JARI
•Tidak bisa hitung jari, maka dilakukan pemeriksaan gerakan tangan didepan pasien dengan latar
belakang terang. Jika pasien dapat menentukan arah gerakan tangan pada jarak 1 m:
•VISUS 1/300 (Hand Movement/HM) kadang kala sdh perlu menentukan arah proyeksinya
Next…
PENYINARAN
•Jika tidak bisa melihat gerakan tangan dilakukan penyinaran dengan penlight ke arah mata pasien.
•Apabila pasien dapat mengenali saat disinari dan tidak disinari dari segala posisi
(nasal,temporal,atas,bawah) maka tajam penglihatan V = 1/ ~ proyeksi baik (Light Perception/LP).
•Jika tidak bisa menentukan arah sinar maka penilaian V = 1/ ~ (LP, proyeksi salah).
•Bila tidak dapat melihat sinar senter disebut BUTA TOTAL (tulis 00/000)
PEMERIKSAAN DENGAN PINHOLE
•Bila responden tidak dapat melanjutkan lagi bacaan huruf di kartu Snellen atau kartu E maka pada mata
tersebut dipasang PINHOLE
•Dengan pinhole responden dapat melanjutkan bacaannya sampai baris normal (20/20) berarti responden
tersebut GANGGUAN REFRAKSI
•Bila dengan pinhole responden tidak dapat melanjutkan bacaannya maka disebut KATARAK
PEMERIKSAAN BUTA WARNA
•Pasien diminta menyebutkan berapa angka yang tampak di kartu
•Orang normal mampu meyebutkan angka 74 buta waran merah hijau menyebutkan angka 21
PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
• Klien duduk tegak, melirik ke bawah dan menutup mata
•Jari telunjuk kanan dan kiri pemeriksa bergantian menekan bola mata pada kelopak atas ke arah bawah
(45º) dengan halus. Tiga jari yang lain bersandar pada tulang pipi, bandingkan kanan dan kiri
•Hasil TN, TN+1, TN+2, TN+3, TN-1 , TN-2 , TN-3 B.
PEMERIKSAAN OBJEKTIF
•Persiapan Alat :Tonometer ditera dg meletakkan di perm datar, jarum menunjukkan angka 0, Perm
Tonometer dibersihkan dg kapan alkohol
Refleks pupil
Gunakan penlight dan sinari mata kanan kiri dari lateral ke medial. Amati respon pupil
langsung. Normalnya jika terang, pupil mengecil dan jika gelap pupil membesar.
Amati ukuran lebar pupil dengan melihat symbol lingkaran yang ada pada badan penlight
dan bagaimana reflek pupil tersebut, isokor atau anisokor.
Interpretasi:
• Normal : Bentuk pupil (bulat reguler)
• Ukuran pupil : 2 mm – 5 mm
• Posisi pupil ditengah-tengah, pupil kanan dan kiri Isokor
• Reflek cahaya langsung (+) dan Reflek cahaya konsensuil atau pada cahaya redup (+)
• Kelainan : Pintpoin pupil, Bentuk ireguler, Anisokor dengan kelainan reflek cahaya
dan ukuran pupil kecil atau besar dari normal (3-4 mm)
Pemeriksaan Lapang Pandang
Dasarnya lapang pandang klien normal jika sama dengan pemeriksa. Maka sebelumnya, pemeriksa harus
memiliki lapang pandang normal. LP klien = LP pemeriksa
Normalnya benda dapat dilihat pada: 60 derajat nasal, 90 derajat temporal, 50 derajat , dan atas 70 derajat
bawah.
Cara pemeriksaan :
• Klien menutup mata salah satu, misalnya kiri tanpa menekan bola mata.
• Pemeriksa duduk di depan klien dg jarak 60cm sama tinggi dengan klien. Pemeriksa menutup mata
berlawanan dengan klien, yaitu kanan. Lapang pandang pemeriksa dianggap sebagai referensi (LP
pemeriksa harus normal)
• Objek digerakkan dari perifer ke central (sejauh rentangan tangan pemeriksa) dari delapan arah pada
bidang ditengah pemeriksa dan klien
• Lapang pandang klien dibandingkan dengan pemeriksa. Lalu lanjutkan pada mata berikutnya
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Fundus Photography.
Specular Micrography.
Exophthalmometry.
Opthalmic Radiology.
Magnetic Resonance Imaging ( M R I )
Ultrasonography
Ophthalmodynamometry
Electroretinography
Visual Evoked Response ( V E R ).
Fluoroscein Angiography.
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
Meminimalisasi rangsangan
Observasi :
Periksa status mental, status sensori, dan tingkat kenyamanan (mis, nyeri, kelelahan
Terapeutik :
Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori (mis, terlalu bising, terlalu terang)
Batasi stimulus lingkungan (mis, cahaya, suara, aktivitas )
Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
Kombinasikan prosedur/tindakan dalam satu waktu, sesuai kebutuhan
Edukasi
Ajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis, mengatur pencahayaan ruangan, mengurangi kebisingan,
membatasi kunjungan
Kolaborasi
Kolaborasi dan meminimalkan prosedur/tindakan
Kolaborasi pemberian obat yang memperngaruhi presepsi stimulus
DAFTRA PUSTAKA
Menkes RI. Situasi Gangguan Penglihatan dan Kebutaan: Infodatin. Pusat Data Informasi Kementrian
Kesehatan RI ; 2014.
Anas Tamsuri. 2011. Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta: EGC.
Ilyas SH,. 2009. Ihtisar ilmu Penyakit Mata.. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI