Anda di halaman 1dari 27

KMB III

ASKEP SISTEM INDERA PENG


LIHATAN

ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Anggota Kelompok 1
DELLA RELYANA
01 14220170001

RINDIANI
02 14220170005

NUR INTAN ANA SOFIAN


03 14220170011

ADINDA MERY ASHARI


04 14220170012

ENDANG ASTUTI
05 14220170023
ANATOMI
FISIOLOGI INDERA
PENGLIHATAN
Apparatus Lakrimalis
Kelenjar air mata terletak pada sudut luar sebelah atas
rongga orbita. Kelenjar tsb mengeluarkan air mata yang
dituangkan ke kantung kojungtiva dari duktus ekskretori.
Bila mengedip maka air mata akan membasahi
permukaan mata.Sebagian menguap, sebagian dialirkan
ke kantus medialis menuju saluran lakrimalis memasuki
hidung.

Kelopak Mata (Palpebrae)


Melindungi mata terhadap lingkungan, trauma dan cahaya serta menjaga kornea tetap lembut dengan menyapukan air mata setiap saat.
Terdiri dari  palpebrae superior dan palpebrae inferior.Lapisannya terdiri dari kulit luar, lapisan medial yang terdiri dari otot dan jaringan
pembentuk, serta lapisan dalam yang merupakan jaringan yang lembut.
Otot pada lapisan tengah mengontrol gerakan kelopak mata, terdiri dari otot-otot sirkular (m. orbikularis okuli) yang bertugas menutup kelopak
mata dan m. levator palpebrae yang bertugas mengangkat kelopak mata.Lapisan dalam sangat lembut dan licin karena adanya pelumas yang
diproduksi kelenjar meibomian.
Konjungtiva
Merupakan selaput transparan yang melapisi bagian dalam kelopak mata serta menutupi bagian depan sklera. Bersambung dengan selaput
lendir yang melapisi saluran air mata, kantung air mata dan saluran nasolakrimal sehingga berfungsi melumasi mata.
.
Next…

Otot-Otot Bola Mata


Ada 6 otot bola mata yang mengontrol pergerakan bola mata.Terletak sebelah dalam orbita menempel pada dinding tulang
orbita dan dikaitkan pada pembungkus sklerotik mata di belakang kornea. Otot lurus terdiri dari m. rektus superior, inferior,
medial dan lateral, menggerakkan mata ke atas, ke bawah, ke dalam dan ke sisi luar secara bergantian. Otot oblik terdiri
dari superior menggerakkan mata ke bawah dan sisi luar, inferior menggerakkan mata ke atas sisi luar. Otot-otot  mata
dipersarafi oleh nervus kranialis III (n. okulomotorius), IV (n. trokhlearis) dan VI (n. abdusens).
Next…
Bola Mata (Bulbus Oculi)
Bagian-Bagian Bola Mata 
Kornea          
Disebut juga selaput bening mata, jika mengalami
kekeruhan akan sangat mengganggu penglihatan dan
bisa diganti dengan jaringan kornea dari donor mata
(pencangkokan kornea). Kornea merupakan selaput yang
tembus cahaya, melalui kornea kita dapat melihat
membran pupil dan iris. Penampang kornea lebih tebal
dari sklera, terdiri dari 5 lapisan epitel kornea, 2 lamina
elastika anterior (bowmen, 3 substansi propia, 4 lamina
elastika posterior, dan 5 endotelium. Kornea tidak
mengandung pembuluh darah peralihan, antara kornea
ke sklera disebut selero corneal junction. Kornea juga
merupakan jalan masuk cahaya pada mata dengan
Sklera            menempatkannya pada retina.
Lapisan berwarna putih di bawah konjungtiva serta merupakan bagian dengan konsistensi yang relatif lebih keras untuk
membentuk bola mata.
Camera Oculi Anterior (COA)
Merupakan ruangan antara kornea dengan iris yang membentuk rongga yang berisi cairan (humor aquous) yang
memudahkan iris untuk bergerak.
Camera Oculi Posterior (COP)          
Merupakan ruangan yang terdapat antara lensa dengan iris berisi humor aquos
Next…
Uvea
Terdiri dari 3 bagian yaitu iris, badan siliar dan koroid. Iris
adalah lapisan yang dapat bergerak untuk mengatur
banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Badan siliar
berfungsi menghasilkan cairan yang mengisi bilik mata.
Sedangkan koroid merupakan lapisan yang banyak
mangandung pembuluh darah untuk memberi nutrisi pada
bagian-bagian mata.
Pupil
Merupakan suatu "lubang" tempat cahaya masuk ke dalam
mata, dimana lebarnya diatur oleh gerakan iris.
Lensa Kristalina
Sesuai dengan namanya, berfungsi untuk memfokuskan
cahaya yang masuk agar diperoleh penglihatan yang jelas.
Jika mengalami kekeruhan akan menyebabkan kaburnya
Badan Siliar (Corpus Ciliaris) penglihatan seperti pada penyakit katarak.
Terdapat di belakang iris, merupakan tempat menempelnya zonula zonii. Berfungsi memproduksi humor aquous.Berperan dalam proses akomodasi
lensa.
Badan Vitreus
Bagian terbesar yang mengisi bola mata, disebut juga sebagai "badan kaca" karena konsistensinya yang berupa gel dan bening dapat meneruskan
cahaya yang masuk sampai ke retina.
Retina
Merupakan merupakan reseptor saraf yang peka terhadap cahaya (fotoreseptor). Rangsang cahaya akan diubah menjadi arus listrik untuk disalurkan
melalui saraf optik (saraf mata).
Koroid
Merupakan lapisan antara retina dan sklera.Terdiri dari pembuluh darah yang memberi nutrisi kepada mata. Koroid berhubungan dengan badan siliar
dan bagian belakang dengan nervus optikus.
Apa yang dikaji?
RIWAYAT KESEHATAN
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Riwayat Kesehatan

Data Demografi Keluhan Utama


Usia Kasus Katarak, Mata Kering, Retinal Yang paling sering : perubahan
penglihatan; berkurang atau hilang. Kurang
Detachment, Glaukoma, entropion,
spesifik : sakit kepala (headache), nyeri
ectropion, akan meningkat dengan pada mata.
bertambahnya usia. Sex Laki-laki
mempunyai resiko lebih tinggi daripada
laki mempunyai resiko lebih tinggi
daripada perempuan mengalami
gangguan penglihatan secara herediter.
Contoh : Color Blind.
Gejala-Gejala

Gejala abnormal pada


mata dapat dibagi 01 Abnormal Penglihatan

menjadi 3 kategori, yaitu:

02 Abnormal appearance

Abnormal Sensasi. 03
Abnormal Vision
Perubahan atau kehilangan penglihatan dapat terjadi akibat ketidaknormalan pada ma
ta atau sepanjang pathway penglihatan, spt.

3 Steps

4 Steps
1

Kelainan refraksi Lid ptosis Kekeruhan pada malfungsi retina,


kornea, lensa, saraf optikus
rongga
aqueous/vitreous
. Abnormal
Appearance
Yang paling sering :
1. mata merah bisa
disebabkan oleh iritasi
ringan, kongesti
vaskuler, perdarahan sub
conjunctiva, infeksi,
alergi, trauma.
2. Keadaan lain : lesi,
edema, abnormal posisi.

Contents
1. Nyeri mata : Sulit ditentukan
lokasinya seperti ditarik, seperti
ditekan, sakit kepala
2. Rasa nyeri bisa : periokuler,
okuler, retrobulbar.
3. Nyeri tajam superfisial : benda
asing.
4. Nyeri bagian dalam : Glaukoma,
Abnormal inflamasi, muscle spasm,
infeksi.
Sensation 5. Nyeri alis dan photophobia,
meiosis : spasme muskulus
siliaris dan iris akibat adanya
inflamasi.
6. Mata gatal : reaksi alergi.
7. Mata berair : iritasi, gangguan
sistem lakrimalis.
8. Sekresi ↑↑ : iritasi, infeksi,
alergi.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat Kesehatan Masa Lalu Pengkajian difokuskan pada status kesehatan
secara umum. Secara khusus :
1. kaji tentang kelainan sistemik yang berhubungan dengan manifestasi
okuler seperti DM, hipertensi, gangguan thyroid
2. Masa kecil dan Penyakit infeksi. Major ilnesses and hospitalization.
Pengobatan. Alergi.
Beberapa keadaan yang mempunyai tendensi dengan
keluarga terhadap kelainan okuler:
Riwayat Kesehatan Keluarga 1. Strabismus
2. Glaukoma
3. myopia (nearsightedness) dan hyperopia
(Farsightedness).

Riwayat Psikososial dan Pola Hidup Riwayat


psikososial dan pola hidup yang dapat mempengaruhi
kesehatan mata, a.l.: Riwayat Psikososial dan Pola Hidup Riwayat
1. Pekerjaan psikososial dan pola hidup
2. hoby,
3. leisure activity (kegiatan di waktu luang).
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Mata External Pemeriksaan Motilitas Bola Mata
a. Posisi mata. a. Fungsi : u/ mendapatkan mata tentang otot
b. Alis mata (eyebrows) luar bola mata, orbita, saraf kranial III, IV dan
c. Palpebra (eyelid) & Bulu mata (eyelashes). VI, brainstem dan korteks serebral.
d. Berkedip (reflex blinking). b. Normal: ke 2 bola mata bergerak mengikuti
e. Bola mata. mengikuti “Six Cardinal Direction of “Six
f. Aparatus lakrimalis Cardinal Direction of Gaze” ( Pandangan 6
g. Conjunctiva dan sklera. arah). Gaze” ( Pandangan 6 arah).
h. Cornea. Reflex cornea.
i. Anterior chamber.
j. Iris dan pupil.
Pemeriksaan Penglihatan
1. Visual Acuity (Ketajaman Penglihatan) Pemeriksaan V.A. merupakan metoda yang rutin & standar untuk menentukan
keadaan media okuler (cornea, lensa dan vitreous) dan fungsi pathway penglihatan dari retina sampai ke otak.
2. Visual Fields ( Lapangan Pandang) Pemeriksaan lapangan pandang dilakukan untuk mengevaluasi penglihatan perifer.
Normal visual fields adalah : 50 ° arah superior. arah superior. 90 ° arah lateral. arah lateral. 70 ° arah inferior. arah
inferior. 60 ° arah medial.

Pemeriksaan Mata Internal


1. Opthalmoscopy Untuk memeriksa bola mata bagian dalam / fundus mata. \
2. Goniometry Untuk menentukan tekanan bola mata. Normal : 8 – 21 mmHg. 21 mmHg.
3. Slit lamp (Lampu Celah) Untuk memeriksa penyakit / kelainan pada kelopak mata dan bola mata yang
tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Pemeriksaan visus

SNELLEN CARD
Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan, maka minta klien untuk tutup dengan penutup mata atau
telapak tangan tanpa menekan bolamata
Pasien disuruh membaca huruf SNELLEN dari baris paling atas ke bawah. Hasil pemeriksaan dicatat,
kemudian diulangi untuk mata sebelahnya.
HASIL :
VOD 6/6 &VOS 6/6
6/6 pasien dapat membaca seluruh huruf dideretan 6/6 pada snellen chart
6/12 pasien bisa membaca sampai baris 6/12 pada snellen chart
6/30 pasien bisa membaca sampai baris 6/30 pada snellen chart

HITUNG JARI
•Apabila tidak bisa membaca huruf Snellen pasien diminta menghitung jari pemeriksa pada jarak 3 meter
- 3/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 3 meter.
•1/60 bila klien dapat membaca pada jarak 1 meter
PERGERAKAN JARI
•Tidak bisa hitung jari, maka dilakukan pemeriksaan gerakan tangan didepan pasien dengan latar
belakang terang. Jika pasien dapat menentukan arah gerakan tangan pada jarak 1 m:
•VISUS 1/300 (Hand Movement/HM) kadang kala sdh perlu menentukan arah proyeksinya
Next…

PENYINARAN
•Jika tidak bisa melihat gerakan tangan dilakukan penyinaran dengan penlight ke arah mata pasien.
•Apabila pasien dapat mengenali saat disinari dan tidak disinari dari segala posisi
(nasal,temporal,atas,bawah) maka tajam penglihatan V = 1/ ~ proyeksi baik (Light Perception/LP).
•Jika tidak bisa menentukan arah sinar maka penilaian V = 1/ ~ (LP, proyeksi salah).
•Bila tidak dapat melihat sinar senter disebut BUTA TOTAL (tulis 00/000)
PEMERIKSAAN DENGAN PINHOLE
•Bila responden tidak dapat melanjutkan lagi bacaan huruf di kartu Snellen atau kartu E maka pada mata
tersebut dipasang PINHOLE
•Dengan pinhole responden dapat melanjutkan bacaannya sampai baris normal (20/20) berarti responden
tersebut GANGGUAN REFRAKSI
•Bila dengan pinhole responden tidak dapat melanjutkan bacaannya maka disebut KATARAK
PEMERIKSAAN BUTA WARNA
•Pasien diminta menyebutkan berapa angka yang tampak di kartu
•Orang normal mampu meyebutkan angka 74 buta waran merah hijau menyebutkan angka 21
PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
• Klien duduk tegak, melirik ke bawah dan menutup mata
•Jari telunjuk kanan dan kiri pemeriksa bergantian menekan bola mata pada kelopak atas ke arah bawah
(45º) dengan halus. Tiga jari yang lain bersandar pada tulang pipi, bandingkan kanan dan kiri
•Hasil TN, TN+1, TN+2, TN+3, TN-1 , TN-2 , TN-3 B.
PEMERIKSAAN OBJEKTIF
•Persiapan Alat :Tonometer ditera dg meletakkan di perm datar, jarum menunjukkan angka 0, Perm
Tonometer dibersihkan dg kapan alkohol
Refleks pupil

Gunakan penlight dan sinari mata kanan kiri dari lateral ke medial. Amati respon pupil
langsung. Normalnya jika terang, pupil mengecil dan jika gelap pupil membesar.
Amati ukuran lebar pupil dengan melihat symbol lingkaran yang ada pada badan penlight
dan bagaimana reflek pupil tersebut, isokor atau anisokor.
Interpretasi:
• Normal : Bentuk pupil (bulat reguler)
• Ukuran pupil : 2 mm – 5 mm
• Posisi pupil ditengah-tengah, pupil kanan dan kiri Isokor
• Reflek cahaya langsung (+) dan Reflek cahaya konsensuil atau pada cahaya redup (+)
• Kelainan : Pintpoin pupil, Bentuk ireguler, Anisokor dengan kelainan reflek cahaya
dan ukuran pupil kecil atau besar dari normal (3-4 mm)
Pemeriksaan Lapang Pandang

Dasarnya lapang pandang klien normal jika sama dengan pemeriksa. Maka sebelumnya, pemeriksa harus
memiliki lapang pandang normal. LP klien = LP pemeriksa
Normalnya benda dapat dilihat pada: 60 derajat nasal, 90 derajat temporal, 50 derajat , dan atas 70 derajat
bawah.
Cara pemeriksaan :
• Klien menutup mata salah satu, misalnya kiri tanpa menekan bola mata.
• Pemeriksa duduk di depan klien dg jarak 60cm sama tinggi dengan klien. Pemeriksa menutup mata
berlawanan dengan klien, yaitu kanan. Lapang pandang pemeriksa dianggap sebagai referensi (LP
pemeriksa harus normal)
• Objek digerakkan dari perifer ke central (sejauh rentangan tangan pemeriksa) dari delapan arah pada
bidang ditengah pemeriksa dan klien
• Lapang pandang klien dibandingkan dengan pemeriksa. Lalu lanjutkan pada mata berikutnya
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Fundus Photography.
 Specular Micrography.
 Exophthalmometry.
 Opthalmic Radiology.
 Magnetic Resonance Imaging ( M R I )
 Ultrasonography
 Ophthalmodynamometry
 Electroretinography
 Visual Evoked Response ( V E R ).
 Fluoroscein Angiography.
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS

• GANGGUAN PRESEPSI SENSORI : PENGLIHATAN


• CEMAS B/D KERUSAKAN SENSORI
• RESIKO CEDERA
• NYERI AKUT B/D TRAUMA PD MATA, PENINGKATAN TIO
• DEFISIT SELF CARE
• PK: INFEKSI
• ISOLASI SOSIAL B/D KETERBATASAN KEMAMPUAN UNTK
BERPARTISIPASI DLM AKTIVITAS SOSIAL KARENA
GANGGUAN PENGLIHATAN
INTERVENSI

Gangguan presepsi sensori : penglihatan

Meminimalisasi rangsangan
Observasi :
Periksa status mental, status sensori, dan tingkat kenyamanan (mis, nyeri, kelelahan
Terapeutik :
Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori (mis, terlalu bising, terlalu terang)
Batasi stimulus lingkungan (mis, cahaya, suara, aktivitas )
Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
Kombinasikan prosedur/tindakan dalam satu waktu, sesuai kebutuhan
Edukasi
Ajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis, mengatur pencahayaan ruangan, mengurangi kebisingan,
membatasi kunjungan
Kolaborasi
Kolaborasi dan meminimalkan prosedur/tindakan
Kolaborasi pemberian obat yang memperngaruhi presepsi stimulus
DAFTRA PUSTAKA

Menkes RI. Situasi Gangguan Penglihatan dan Kebutaan: Infodatin. Pusat Data Informasi Kementrian
Kesehatan RI ; 2014.

Anas Tamsuri. 2011. Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta: EGC.

Ilyas SH,. 2009. Ihtisar ilmu Penyakit Mata.. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI

Istiqomah, I. (2004). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta; EGC

Evelin, Pearce, C. 2000. Anatomi Dan FisiologiUntuk Para Medis.alihbahasa muhammad.


Gramedia : Jakarta
Thank you

Anda mungkin juga menyukai