SUMARNI MEWAR
A1C119097
CI INSTITUSI CI LAHAN
B. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan Epigastric pain syndrome (EPS) adalah :
1. Gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal dari saluran
pencernaan bagian atas (esofagus, lambung dan usus halus bagian
atas).
2. Menelan terlalu banyak udara atau mempunyai kebiasaan makan salah
(mengunyah dengan mulut terbuka atau berbicara).
3. Menelan makanan tanpa dikunyah terlebih dahulu dapat membuat
lambung terasa penuh atau bersendawa terus.
4. Mengkonsumsi makanan/minuman yang bisa memicu timbulnya
dispepsia, seperti minuman beralkohol, bersoda (soft drink), kopi.
Minuman jenis ini dapat mengiritasi dan mengikis permukaan
lambung.
5. Obat penghilang nyeri seperti Nonsteroid Anti Inflamatory Drugs
(NSAID) misalnya aspirin, Ibuprofen dan Naproven (Rani, 2019).
6. Pola makan di pagi hari kebutuhan kalori seseorang cukup banyak
sehingga bila tidak sarapan, lambung akan lebih banyak memproduksi
asam. Tuntutan pekerjaan yang tinggi, padatnya lalu lintas, jarak
tempuh rumah dan kantor yang jauh dan persaingan yang tinggi sering
menjadi alasan para profesional untuk menunda makan.
7. Faktor stres erat kaitannya dengan reaksi tubuh yang merugikan
kesehatan. Pada waktu stres akan menyebabkan otak mengaktifkan
sistem hormon untuk memicu sekresinya. Proses ini memicu terjadinya
penyakit psychosomatik dengan gejala dispepsia seperti mual,
muntah, diare, pusing, nyeri otot.
C. Tanda Dan Gejala
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan atau gejala yang
dominan, terbagi menjadi 3 tipe :
1. Epigastric pain syndrome (EPS) dan keluhan seperti ulkus (ulcus-like
dyspepsia), dengan gejala :
a. Nyeri epigastrium terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid
c. Nyeri saat lapar
2. Epigastric pain syndrome (EPS) dengan GFI seperti dismotilitas
(dysmotility-like dyspepsia), dengan gejala :
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Epigastric pain syndrome (EPS) nonspesifik (tidak ada gejala seperti
kedua tipe diatas)
D. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,
zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat
gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCl yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan.
E. Komplikasi
Penderita sindroma epigastrik pain selama bertahun-tahun dapat
memicu adanya komplikasi yang tidak ringan. Adapun beberapa
komplikasi tersebut, antara lain:
1. Perdarahan
2. Kanker lambung
3. Muntah darah
4. Ulkus peptiku
F. Pemeriksaan Penunjang
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama,
seperti halnya pada sindrom ini, oleh karena epigastrik pain hanya
merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka
perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu
dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu
diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan
untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis
kronik, diabets mellitus, dan lainnya.
POLA MAKAM TIDAK
TERATUR
Stimulus nervus
vagus
Reflek enterick
dinding lambung
Hormone gastrin
Peningkatan asam
Stimulus sel periental
lambung
Iritasi mukosa
lambung
Aktevitas lambung
Kurangnya
Atrofi gaster/ meningkat
informasi
mukosa
menipis Kontaksi otot
KURANGNYA lambung
Kehilangan fungsi PENGETAHUAN
kelenjar fundus
Anoreksia mual,
Masuknya nutrient munta.
Factor intrinsik in adekuat
Masukan cairan
penurunan absorbs PERUBAHAN tidak adekuat/
vitamin B12 NUTRISI kehilangan cairan
KURANG DARI .
KEBUTUHAN
TUBUH
RESIKO NUTRISI
Anemia pernisiosa
KURANG DARI
KEBUTUHAN
TUBUH
Penurunan volume
darah
Penurunan suplai
O2 ke jaringan
Kelemahan fisik
INTOLERANSI
AKTIVITAS
2. Radiologi
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit
di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan
radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya
menggunakan kontras ganda.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (D0077)
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
muntah.(D0019)
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan disfungsi intestinal
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan (D0056)
5. Kurang pengetahuan
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan SDKI I. 08238
dengan angen tindakan keperawatan Observasi :
cederah (SDKI selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi lokasi
D.0077) diharapkan nyeri yang di karakteristik, durasi,
rasakan berkurang frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non
verbal
Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab periode
dan pemicu nyeri
2. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik
2 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan SDKI I 03119
kurang dari tindakan keperawatan Observasi :
kebutuhan selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi kebutuhan
berhubungan dengan diharapkan Status nutrisi kalori dan jenis nutrien
mual muntah. anak adekuat Kriteria 2. Monitor asupan makanan
(D0019) Hasil : 3. Monitor berat badan
1. Anak mengkonsumsi Terapeutik :
makanan setidaknya 1. Sajikan makanan secara
habis 80% sekali menarik dan suhu yang
makan sesuai
2. Berat badan dapat 2. Berikan makanan tinggi
dipertahankan atau serat untuk mencegah
ditingkatkan konstipasi
3. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
4. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
Edukasi :
Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
3 Kekurangan volume Setelah dilakukan SDKI I 03098
cairan berhubungan tindakan keperawatan Observasi :
dengan disfungsi selama 3 x 24 jam 1. Monitor status hidrasi
intestinal (SDKI D. diharapkan Kekurangan 2. Monitor berat badan harian
0130) volume anak tidak terjadi Terapeutik :
pada anak dengan 1. Berikan asupan cairan,
Kriteria Hasil : sesuai kebutuhan
1. Output urin 1-2 2. Berikan cairan intravena,
ml/kg/jam. jika perlu
2. Turgor kulit baik. Kolaborasi :
3. Waktu pengisian Kolaborasi pemberian diuretic,
kapiler 3-5 detik. jika perlu.
D. Implementasi
Pelaksanaan tindakan atau intervensi yang sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah di buat dengan menerapkan rencana tersebut
dalam tindakannya kepada pasien.
E. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
rencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien
keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Andra. (2017). Diabetes Mellitus. Pendekatan Invasif Dini atau Konservatif.
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=197. Diakses di
Akut. http://nursingbrainriza.blogspot.com/2007/05/tinjauan-pustaka-konsep-