Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN EPIGASTRIC PAIN DI RUANGAN

WALET RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR

SUMARNI MEWAR
A1C119097

CI INSTITUSI CI LAHAN

UNIVERSITAS MEGA REZKY FAKULTAS KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI ( NERS )
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN EPIGASTRIC PAIN

I. KONSEP DASAR TEORI


A. Definisi
Epigastric pain syndrome (EPS) merupakan kumpulan keluhan/gejala
klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang
menetap atau mengalami kekambuhan.
Epigastric pain syndrome (EPS) adalah suatu penyakit saluran cerna
yang disertai dengan nyeri ulu hati (epigastrium), mual, muntah, kembung,
rasa penuh atau rasa cepat kenyang dan sendawa. Epigastric pain
syndrome (EPS) sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, keluhan
ini sangat bervariasi, baik dalam jenis gejala yang ada maupun intensitas
gejala tersebut dari waktu-kewaktu (Kapita Selekta Kedokteran, 2018).

B. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan Epigastric pain syndrome (EPS) adalah :
1. Gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal dari saluran
pencernaan  bagian atas (esofagus, lambung dan usus halus bagian
atas).
2. Menelan terlalu banyak udara atau mempunyai kebiasaan makan salah
(mengunyah dengan mulut terbuka atau berbicara).
3. Menelan makanan tanpa dikunyah terlebih dahulu dapat membuat
lambung terasa penuh atau bersendawa terus.
4. Mengkonsumsi makanan/minuman yang bisa memicu timbulnya
dispepsia, seperti minuman beralkohol, bersoda (soft drink), kopi.
Minuman jenis ini dapat mengiritasi dan mengikis permukaan
lambung.
5. Obat penghilang nyeri seperti Nonsteroid Anti Inflamatory Drugs
(NSAID) misalnya aspirin, Ibuprofen dan Naproven (Rani, 2019).
6. Pola makan di pagi hari kebutuhan kalori seseorang cukup banyak
sehingga  bila tidak sarapan, lambung akan lebih banyak memproduksi
asam. Tuntutan  pekerjaan yang tinggi, padatnya lalu lintas, jarak
tempuh rumah dan kantor yang jauh dan persaingan yang tinggi sering
menjadi alasan para profesional untuk menunda makan.
7. Faktor stres erat kaitannya dengan reaksi tubuh yang merugikan
kesehatan. Pada waktu stres akan menyebabkan otak mengaktifkan
sistem hormon untuk memicu sekresinya. Proses ini memicu terjadinya
penyakit  psychosomatik dengan gejala dispepsia seperti mual,
muntah, diare, pusing, nyeri otot.
C. Tanda Dan Gejala
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan atau gejala yang
dominan, terbagi menjadi 3 tipe :
1. Epigastric pain syndrome (EPS) dan keluhan seperti ulkus (ulcus-like
dyspepsia), dengan gejala :
a. Nyeri epigastrium terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid
c. Nyeri saat lapar
2. Epigastric pain syndrome (EPS) dengan GFI seperti dismotilitas
(dysmotility-like dyspepsia), dengan gejala :
a. Mudah kenyang  
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Epigastric pain syndrome (EPS) nonspesifik (tidak ada gejala seperti
kedua tipe diatas)
D. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,
zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat
gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCl yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan.

E. Komplikasi
Penderita sindroma epigastrik pain selama bertahun-tahun dapat
memicu adanya komplikasi yang tidak ringan. Adapun beberapa
komplikasi tersebut, antara lain:
1. Perdarahan
2. Kanker lambung
3. Muntah darah
4. Ulkus peptiku

F. Pemeriksaan Penunjang
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama,
seperti halnya  pada sindrom ini, oleh karena epigastrik pain hanya
merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka
perlu dipastikan  penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu
dilakukan beberapa  pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu
diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan
untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis
kronik, diabets mellitus, dan lainnya.
POLA MAKAM TIDAK
TERATUR

Stimulus nervus
vagus

Reflek enterick
dinding lambung

Hormone gastrin

Peningkatan asam
Stimulus sel periental
lambung

Iritasi mukosa
lambung

Hipertermi NYERI Hipotalamus


Ansietas

Aktevitas lambung
Kurangnya
Atrofi gaster/ meningkat
informasi
mukosa
menipis Kontaksi otot
KURANGNYA lambung
Kehilangan fungsi PENGETAHUAN
kelenjar fundus
Anoreksia mual,
Masuknya nutrient munta.
Factor intrinsik in adekuat

Masukan cairan
penurunan absorbs PERUBAHAN tidak adekuat/
vitamin B12 NUTRISI kehilangan cairan
KURANG DARI .
KEBUTUHAN
TUBUH
RESIKO NUTRISI
Anemia pernisiosa
KURANG DARI
KEBUTUHAN
TUBUH

Penurunan volume
darah

Penurunan suplai
O2 ke jaringan

Kelemahan fisik

INTOLERANSI
AKTIVITAS
2. Radiologi
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit
di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan
radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya
menggunakan kontras ganda.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Biodata : terdiri dari nama lengkap, jenis kelamin, umur,
penanggung  jawab, pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, suku
bangsa.  
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat kesehatan masa lalu : penyakit (masa kanak-kanak,
penyakit yang terjadi secara berulang-ulang, operasi yang
pernah dialami)
Alergi : kebiasaan (merokok, minum kopi, dll).
4) Riwayat kesehatan keluarga orang tua, saudara kandung,
anggota keluarga lain. faktor resiko terhadap kesehatan (kanker
hypertensi, DM, penyakit jantung, TBC, epilepsi, dll.
5) Keadaan psikologis perilaku, pola emosional, konsep diri,
penampilan intelektual, pola pemecahan masalah, daya ingat.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Tanda-tanda Vital : tekanan darah, suhu, nadi, respirasi.
c. Sistem Pencernaan
Bentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah,
kemampuan menelan, mengunyah, bentuk perut, BU, distensi
abdomen, dll.
d. Sistem Pernafasan
Kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas,
bersin, warna mukosa, perdarahan, nyeri sinus, bentuk dada,
kesimetrisan, nyeri dada,frekwensi pernafasan, jenis pernafasan,
bunyi nafas, dll.
e. Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP, bunyi
jantung, tekanan darah, pembesaran jantung, cyanosis, dll.
f. Sistem Integumen
Warna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya,
integritas, perubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut
(kebersihan, warna, dll.)
g. Sistem Persyarafan
Tingkat kesadaran, kepala ukuran, kesimetrisan, benjolan,
ketajaman mata, pergerakan bola mata, kesimetrisan, reflek kornea,
reflek pupil, nervus 1 s.d. 12, kaku kuduk, dll.
h. Sistem Endokrin
Pertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh,
ukuran kepala dan ekstremitas, pembesaran kelaenjar tyroid,
tremor ekstremitas, dll.
i. Sistem Muskuloskeletal
Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan
otot, deformitas, kekakuan pembesaran tulang, atrofi, dll.
j. Sistem Reproduksi
Laki-laki: penis skrotum, testis, dll.
Perempuan: pembengkakan  benjolan, nyeri, dll.
k. Sistem Perkemihan
Jumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri
pinggang, inkontinensia, retensi urine, dll.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium  
b. Rontgen
4. Therapi

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (D0077)
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
muntah.(D0019)
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan disfungsi intestinal
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan (D0056)
5. Kurang pengetahuan

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan SDKI I. 08238
dengan angen tindakan keperawatan Observasi :
cederah (SDKI selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi lokasi
D.0077) diharapkan nyeri yang di karakteristik, durasi,
rasakan berkurang frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non
verbal
Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab periode
dan pemicu nyeri
2. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik
2 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan SDKI I 03119
kurang dari tindakan keperawatan Observasi :
kebutuhan selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi kebutuhan
berhubungan dengan diharapkan Status nutrisi kalori dan jenis nutrien
mual muntah. anak adekuat Kriteria 2. Monitor asupan makanan
(D0019) Hasil : 3. Monitor berat badan
1. Anak mengkonsumsi Terapeutik :
makanan setidaknya 1. Sajikan makanan secara
habis 80% sekali menarik dan suhu yang
makan sesuai
2. Berat badan dapat 2. Berikan makanan tinggi
dipertahankan atau serat untuk mencegah
ditingkatkan konstipasi
3. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
4. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
Edukasi :
Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
3 Kekurangan volume Setelah dilakukan SDKI I 03098
cairan berhubungan tindakan keperawatan Observasi :
dengan disfungsi selama 3 x 24 jam 1. Monitor status hidrasi
intestinal (SDKI D. diharapkan Kekurangan 2. Monitor berat badan harian
0130) volume anak tidak terjadi Terapeutik :
pada anak dengan 1. Berikan asupan cairan,
Kriteria Hasil : sesuai kebutuhan
1. Output urin 1-2 2. Berikan cairan intravena,
ml/kg/jam. jika perlu
2. Turgor kulit baik. Kolaborasi :
3. Waktu pengisian Kolaborasi pemberian diuretic,
kapiler 3-5 detik. jika perlu.

4 Intoleransi aktifitas Setalah dilakukan SDKI I.05177


(SDKI D. 0056) tindakan keperawatan Observasi :
selam 3x 24 jam 1.Monitor lokasi
diharapkan intoleransi ketidaknyamanan atau nyeri
aktifitas anak dapat pada saat bergerak
terastasi dengan kriteria Terapeutik :
hasil: 1. Fasilitasi mengoptimalkan
Setelah dilakukan posisi tubuh untuk
tindakan keperawatan pergerakan sendi yang aktif
selama 3 x 24 jam dan pasif
diharapkan Intoleransi 2. Lakukan gerakan pasif
aktivitas anak dapat dengan bantuan sesuai
teratasi dengan dengan indikasi
Kriteria Hasil : 3. Berikan dukungan positif
1. Berpartisipasi dalam pada saat melakukan latihan
aktivitas fisik tanpa gerak sendi
disertai peningkatan Edukasi :
tekanan darah, nadi 1. Jelaskan tujuan dan
dan RR prosedur latihan
2. Mampu melakukan 2. Anjurkan duduk ditempat
aktivitas secara tidur
mandiri 3. Anjurkan melakukan gerak
Keseimbangan rentang pasif dan aktif
aktivitas dan Kolaborasi :
istirahat Kolaborasi dengan fisioterapis
mengembangkan program
latihan, jika perlu.
5 Kurang pengetahuan Setalah dilakukan Edukasi.
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Melakukan edukasi kepada
kurangnye terpapar selama 3x 24 jam klien dan keluarga mengenai
inpormasi (SDKI diharapkan klien dapat proses penyakit dan
0111) meningkatkan perawatan penyakitnya
pemehaman atau 2. Memberikan informasi yang
pengetahuan tentang tepat dan akurat sesuai
perawatan penyakit kebutuhan klien
terastasi dengan kriteria 3. Mengingtrusikan kepada
hasil: klien dan keluarga untuk
1. Mamapu bertanya kepada penyedia
menjelskan layanan kesehatan tentang
tenteng proses segalah hal yang
penyakit, berhubungan dengan
pearwatan kesehatanya
penyakit, dan
regimen serta
jadwal terapinya.
2. Mampu
menjelskan terapi
yang teleh
diajarkan.
3. Bertanya kepada
media layanan
kesehatan.

D. Implementasi
Pelaksanaan tindakan atau intervensi yang sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah di buat dengan menerapkan rencana tersebut
dalam tindakannya kepada pasien.

E. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
rencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara  berkesinambungan dengan melibatkan klien
keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Andra. (2017). Diabetes Mellitus. Pendekatan Invasif Dini atau Konservatif.

http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=197. Diakses di

Kendari, tanggal 30 April 2019: Jam 10.54 WITA

Carpenito. (1998). Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi

VI . Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn E, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah, I

Made Kariasa dan Nimade Sumarwati, EGC, Jakarta.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator

Diagnostik, Edisi 1, Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP. PPNI.

Rilantono, dkk. (1996). Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Wasid (2007). Tinjauan Pustaka Konsep Baru Penanganan Sindrom Koroner

Akut. http://nursingbrainriza.blogspot.com/2007/05/tinjauan-pustaka-konsep-

konsep yang baru  penanganan.html. Diaskes di Kendari, tanggal 30 April 2020

Jam 10.54 WITA.

Anda mungkin juga menyukai