Oleh:
Dyah Sukma Indriastutik (22020115120045)
A.15.1
B. Pengertian
Kelebihan atau defisit oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membrane
alveolar-kapiler (Nanda, 2018).
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia gangguan pertukaran gas adalah
kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membran
alveolus-kapiler.or
C. Batasan Karakteristik
1. Gas darah arteri abnormal
Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam
basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan
kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas
digunakan sebagai pegangan dalam pentalaksanaan penyakit berat yang akut dan
menahun. Pemeriksaan gas darah juga menggambarkan hasil berbagai tindakan
penunjang yang dilakukan, tetapi pemeriksaan gas darah harus dilakukan dengan
pemeriksaan lainnya, seperti riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data
laboratorium lainnya.
2. pH arteri abnormal
pH arteri dikatakan abnormal, apabila:
a. pH tidak normal (asidosis atau alkalosis)
b. paCO2 diatas atau dibawah batas normal (35-45 mmHg)
c. paO2 diatas atau dibawah batas normal (80-100 mmHg)
d. HCO3 diatas atau dibawah batas normal (20-26 mEq/l)
e. Total CO2 diatas atau dibawah batas normal (21-27 mEq/l)
f. BE diatas atau dibawah batas normal (-2,5- +2,5 mEq/l)
g. SPO2 diatas atau dibawah batas normal (95-98 %)
3. Suara napas tambahan
Suara ronchi
Adalah bunyi gaduh yang dalam. Dan terdengar selama ekspirasi karena adanya
gerakan. udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi
berupa sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor. Sepertinya, suara ngorok. Dan suara
ronchi akan terdengar pada saat pemeriksaan paru Auskultasi dengan cara meletakan
stetoskop di lapang paru dan mendengarkan bunyi suara. Suara ronci itu sendiri ada dua
jenis, yaitu :
a. Ronchi kering
Suatu bunyi tambahan yang terdengar kontinyu terutama waktu ekspirasi disertai
adanya mucus atau secret di bronkus. Ada yang high pitch (menciut) seperti itu
ditemukan pada pasien asma dan low pitch di karenakan secret yang meningkat pada
bronkus yang besar yang dapat juga terdengar waktu inspirasi.
b. Ronchi basah (krepitasi)
Bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu inspirasi seperti bunyi
ranting kering yang terbakar, disebabkan oleh secret di dalam alveoli atau bronkiolus.
Ronki basah dapat halus, sedang, dan kasar. Ronki halus dan sedang dapat disebabkan
cairan di alveoli misalnya pada pneumonia dan edema paru, sedangkan ronki kasar
misalnya pada bronkiekstatis.
Kondisi yang berhubungan dengan terjadinya ronchi yaitu:
1) Pneumonia
2) Asthma
3) Bronchitis
4) Bronkopasme
5. Dispnea
Gangguan pernafasan biasanya dapat menyebabkan disfungsi ventilasi yang
menyebabkan gagalnya proses pertukaran oksigen terhadap karbondioksida di dalam
paru. Salah satu penyebab gangguan pernapafasan adalah sesak nafas. Sesak nafas
(dyspnea) adalah perasaan sulit bernafas dimana sering dikeluhkan nafasnya menjadi
pendek atau merasa tercekik ((Price & Wilson, 2006) dalam Annisa, et. al., 2018). Sesak
napas terjadi karena adanya peningkatan kerja pernapasan karena resistensi elastic paru-
paru, faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kerja pernapasan karena menurunnya
kemampuan mengembang dinding torak atau paru-paru maka kinerja otot pernapasan
akan bertambah dan dapat memberikan perubahan dan jika paru-paru tidak dapat
memenuhi kebutuhan oksigen akhirnya menimbulkan sesak napas (Wibowo, 2016).
D. Etiologi
1. Sekresi yang tertahan
Penyebab dari bersihan jalan napas tidak efektif yang sering terjadi pada pasien Tb paru
adalah proses infeksi, hipersekresi mukus jalan napas dan sekresi yang tertahan. Materi
yang menjadi penyebab terjadinya sumbatan pada jalan napas yaitu darah dan sputum.
Adanya darah atau sputum di saluran pernapasan bagian atas, yang tidak dapat ditelan
atau dibatukkan oleh pasien dapat mengakibatkan fungsi jalan napas menjadi terganggu
sehingga bersihan jalan napas menjadi tidak efektif yang sangat menganggu pemenuhan
kebutuhan oksigenasi ((Smeltzer & Bare, 2013).
2. Perokok
Rokok mengandung zat kimia, seperti nikotin, karbon monoksida, ammonia,
formaldehida, tar dan lain-lain. Bahan aktif utamanya adalah nikotin (efek akut) dan tar
(efek kronis). Efek nikotin pada sistem kardiovaskuler adalah efek simpatomimetik
seperti menyebabkan takikardi, kontraksi ventrikuler di luar sistol, meningkatkan
noradrenalin dalam plasma, tekanan darah, cardiac output, dan konsumsi oksigen
sehingga menyebabkan penyempitan aterosklerotik, penempelan platelet, dan
menurunkan HDL. LDL menjadi lebih mudah memasuki dinding arteri yang berperan
dalam patogenesis penyakit jantung koroner.
Nikotin menganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan
oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang
pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan
oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga menganggu
kerja saraf, otak dan banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain
dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan
mempermudah timbulnya penggumpulan darah. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan
akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah.
3. Kerusakan membrane alveolus kapiler
Difusi gas pernapasan terjadi di mebran kapiler alveolar dan kecepatan difusi
dipengaruhi oleh ketebalan membran. Peningkatan ketebalan membrane merntangi proses
kecepatan difusi karena hal tersebut membuat gas memerlukan waktu yang lebih lama
untuk melewati membrane tersebut.
E. Patofisiologi (pathway)
Orang Terinfeksi aktif TBC
Droplet
Asupan nutrisi
kurang
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
F. Dampak Lanjut
1. Bronkopneumonia
2. Gagal Napas
3. Gagal Jantung